Anda di halaman 1dari 5

McKee & Weir (1953)

TATA PERISTILAHAN UNTUK STRATIFIKASI DAN STRATIFIKASI SILANG-SIUR DALAM BATUAN


SEDIMEN
disarikan dari
Edwin D McKee dan Gordon W Weir. 1953. Terminology for stratification and cross-stratification in sedimentary rocks. Bull. GSA 64, 381-390.

PENDAHULUAN
Struktur yang paling umum dan paling khas dari batuan sedimen adalah stratifikasi (stratification) atau pelauhan
(layering). Bentuk dan ukuran stratifikasi sangat beragam. Banyak istilah deskriptif diterapkan oleh para ahli untuk menyatakan stratifikasi dan strata, namun pengertiannya berbeda-beda sehingga menimbulkan ketidakjelasan, kerancuan, dan pertumpangtindihan istilah-istilah tersebut.
Dalam makalah ini kami menyajikan sebuah tata peristilahan stratifikasi yang akan membantu para ahli geologi lapangan
dalam memerikan struktur sedimen secara mudah, namun tepat. Kami juga akan meninjau perkembangan tata peristilahan
stratifikasi serta definisi-definisi yang pernah diajukan di masa lalu.
Para ahli geologi hendaknya bisa membedakan dengan jelas tiga kategori istilah yang pada hakekatnya berbeda: (1)
istilah-istilah kualitatif seperti stratifikasi, stratifikasi silang-siur (cross-stratification), stratum (stratum), dan stratum silang-siur
(cross-stratum), yang ditujukan pada kedudukan dan hubungan antar lauh batuan, tanpa memperhitungkan skala; (2) istilahistilah kuantitatif seperti berlapis tebal (thick-bedded), berlapis tipis (thin-bedded), dan berlaminasi (laminated) yang berkaitan dengan ketebalan; dan (3) istilah-istilah kuantitatif seperti masif (massive), slabby, dan flaggy yang berkaitan dengan
ketebalan penyubanan (splitting) dalam satuan-satuan berlapis. Ketebalan lapisan dan ketebalan penyubanan dapat berbeda jauh; istilah-istilah yang diterapkan pada kedua sifat itu hendaknya tidak digunakan sebagai sinonim.

TATA PERISTILAHAN STRATIFIKASI


Pernyataan Umum
Kebutuhan akan adanya istilah-istilah yang memadai untuk memerikan dan membandingkan berbagai tipe stratifikasi dan
stratifikasi silang-siur secara mendetil dirasakan oleh setiap ahli geologi yang mencoba menganalisis struktur tersebut.
Istilah-istilah yang diusulkan dalam makalah ini didasarkan pada struktur-struktur yang tampak dalam batuan di lapangan.
Istilah-Istilah Kuantitatif
Hubungan antar istilah kuantitatif yang disajikan di bawah ini ditampilkan pada tabel 1 dan gambar 1.
Stratifikasi adalah istilah umum untuk menamakan pelauhan batuan. Istilah ini merujuk pada proses pelauhan dan gejala
atau keadaan pelauhan, namun dalam makalah ini istilah tersebut hanya dipakai dalam artian keadaan/gejala batuan. Istilah
ini tidak mengandung implikasi ketebalan. Kata sifat berstrafikasi (stratified) diterapkan pada setiap batuan sedimen yang
memperlihatkan gejala pelauhan.
Stratum adalah sebuah lauh tunggal yang secara litologi bersifat homogen atau berubah secara berangsur dan diendapkan sejajar dengan kemiringan asli dari formasi. Suatu stratum dipisahkan dari strata yang berdampingan dengannya oleh
bidang erosi, bidang non-pengendapan, atau bidang perubahan karakter yang berlangsung secara tiba-tiba. Stratum tidak
sinonim dengan lapisan (bedding) atau laminasi (lamination), melainkan mencakup keduanya. Lapisan atau laminasi
memiliki konotasi ketebalan tertentu.
Stratifikasi silang-siur adalah susunan lauh yang membentuk sudut dengan kemiringan formasi. Suatu satuan yang
memperlihatkan stratifikasi silang-siur merupakan satuan dimana sejumlah lauh diendapkan dengan membentuk sudut
terhadap kemiringan asli dari formasi. Banyak ahli menggunakan istilah "lapisan silang-siur" (cross-bedding) dan "laminasi
silang-siur" (cross-lamination) sebagai sinonim dari stratifikasi silang-siur, namun dalam makalah ini kami mengusulkan agar
istilah lapisan silang-siur dan laminasi silang-siur digunakan secara terbatas dalam pengertian kuantitatif, tergantung pada
ketebalan individu-individu lauh atau strata silang-siur (gambar 2).
Stratum silang-siur adalah sebuah lauh tunggal yang disusun oleh litologi yang homogen atau berubah secara berangsur
dan diendapkan dengan membentuk sudut terhadap kemiringan asli formasi serta dipisahkan dari lauh yang berdampingan
dengannya oleh bidang erosi, bidang non-pengendapan, atau bidang perubahan karakter yang berlangsung tiba-tiba
(gambar 1; tabel 1). "Lapisan silang-siur" (cross-bedding) dan "lamina silang-siur" (cross-lamina) selama ini digunakan
sebagai sinonim dari stratum silang-siur, namun dalam makalah ini kami mengusulkan agar istilah-istilah itu hanya dipakai
dalam artian kuantitatif. Istilah Lapisan silang-siur dipakai untuk menamakan stratum silang-siur yang tebalnya > 1 cm,
sedangkan lamina silang-siur dipakai untuk menamakan stratifikasi silang-siur yang tebalnya 1 cm (tabel 2).
1

McKee & Weir (1953)

Sebuah set adalah sekelompok stratum atau stratum silang-siur yang pada hakekatnya selaras, dipisahkan dari satuan
sedimen lain oleh bidang erosi, bidang non-pengendapan, atau oleh bidang perubahan karakter yang tiba-tiba (gambar 1).
Set adalah kelompok stratum yang paling kecil dan mendasar. Beberapa ahli menggunakan istilah "lapisan silang-siur" untuk
menamakan kelompok seperti itu, namun disini kami menyarankan agar istilah yang disebut terakhir ini hanya digunakan
untuk menyatakan satu stratum silang-siur dan hendaknya digunakan secara terbatas untuk pengertian kuantitatif berdasarkan ketebalan dari stratum silang-siur itu (tabel 2).
Dalam beberapa endapan, dua atau lebih minor set atau subset dari strata silang-siur muncul bersama-sama dalam satu
set yang lebih besar. Minor set itu dapat terbentuk akibat sedikit perubahan arah atau kapasitas agen pengangkut ketika
mengisi satu lekukan tunggal, akibat pengangkutan material melewati sisi hilir gumuk pasir, atau akibat jatuhnya material
pada sisi hilir dari gumuk pasir. Disini kami tidak mengajukan satu nama formal untuk menamakan minor set seperti itu,
namun kami mengakui keberadaannya di alam.
Kami mengusulkan pemakaian istilah coset untuk menamakan satu satuan sedimen yang disusun oleh dua atau lebih
set, yang berupa strata dan/atau strata silang-siur, serta dipisahkan dari coset lain oleh bidang erosi, bidang nonpengendapan, atau bidang perubahan karakter yang semula merupakan bidang datar (gambar 1).
Disini juga kami mengusulkan pemakaian istilah composite set untuk menamakan satuan sedimen berskala besar yang
merupakan gabungan dari satuan-satuan berlapis dan satuan-satuan berlapisan silang-siur. Jadi, sebuah composite set
adalah suatu satuan sedimen yang disusun oleh horizontal strata serta sejumlah coset strata silang-siur yang kesemuanya
memiliki litologi yang mirip atau litologi yang berubah secara berangsur (gambar 1; tabel 1).
Istilah-Istilah Kuantitatif
Istilah perlapisan (bedding) dan laminasi (lamination) mengimplikasikan ketebalan. Istilah lapisan (bed) dan perlapisan
diterapkan pada setiap stratum atau stratifikasi yang tebalnya > 1 cm. Istilah lamina dan laminasi diterapkan pada stratum
atau stratifikasi yang tebalnya 1 cm. Analog dengan itu, istilah lapisan silang-siur (cross-bed) dan perlapisan silang-siur
(cross-stratification) diterapkan pada stratum silang-siur atau stratifikasi silang-siur yang tebalnya > 1 cm, sedangkan istilah
lamina silang-siur (cross-lamina) dan laminasi silang-siur (cross-lamination) diterapkan pada stratum silang-siur dan
stratifikasi silang-siur yang tebalnya 1 cm (tabel 2).
Kata-kata sifat berikut ini, yang mengimplikasikan ketebalan tertentu, dapat diterapkan pada berbagai stratum. Berlapis
sangat tebal (very thick-bedded) diterapkan pada stratum yang ketebalannya > 120 cm; berlapis tebal (thick-bedded) diterapkan pada stratum yang ketebalannya 60-120 cm; berlapis tipis (thin bedded) diterapkan pada stratum yang ketebalannya 560 cm; berlapis sangat tipis (very thin-bedded) diterapkan pada stratum yang ketebalannya 1-5 cm; berlaminasi (laminated)
diterapkan pada stratum yang ketebalannya 2 mm hingga 1 cm; dan berlaminasi tipis (thinly laminated) diterapkan pada
stratum yang tebalnya 2 mm.
Perlapisan dan laminasi hendaknya tidak terancukan dengan istilah-istilah yang dimaksudkan untuk menyatakan sifat
penyubanan (splitting). Istilah-istilah penyubanan tidak dibahas dalam makalah ini. Walau demikian, pada tabel 2, kami
mengusulkan digunakannya sejumlah istilah kuantitatif untuk menyatakan sifat-sifat penyubanan.

PENGGOLONGAN SATUAN-SATUAN BERLAPIS


Penggolongan Umum
Skema penggolongan satuan berstratifikasi (tabel 3) pada dasarnya merupakan sebuah ringkasan untuk memerikan
strata. Semua unsur penting dari stratifikasi diindikasikan dalam tabel tersebut, kecuali dimensi dan gejala pengarahan.
Penggolongan tersebut didasarkan pada tiga aspek dasar. Bidang bawah dari setiap satuan berstratifikasi (stratum, set,
atau coset) dianggap sangat penting artinya dalam penggolongan tersebut. Bidang itu dapat berupa bidang erosi maupun
bidang non-erosi serta mencerminkan tipe lingkungan dimana bidang itu terbentuk.
Aspek kedua yang memegang peranan penting dalam penggolongan itu adalah bentuk dari satuan stratifikasi. Suatu
satuan stratifikasi dapat berbentuk lensa (lenticular), baji (wedge-shape), tabuler (tabular), atau tidak beraturan (irregular).
Istilah-istilah yang disebut terakhir ini bersifat kualitatif dan hanya merupakan pendekatan karena sebenarnya ada bentukbentuk lain yang merupakan bentuk-antara dari keempat kategori bentuk tersebut. Istilah "tidak beraturan" digunakan untuk
satuan-satuan batuan seperti, misalnya saja, bioherm.
Struktur internal dari satuan strata merupakan aspek ketiga yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan
skema penggolongan itu. Struktur internal yang dimaksud mencakup: (1) satuan-satuan tidak berstruktur karena pengaruh
agen pengangkut yang tidak memilah sedimen atau akibat penghancuran struktur yang pernah terbentuk oleh organisme;
(2) strata tidak beraturan seperti kebanyakan tipe terumbu; (3) contorted beds akibat nendatan atau deformasi prakonsolidasi; (4) laminasi gelembur; (5) stratifikasi horizontal; (6) stratifikasi silang-siur. Sebagian besar struktur internal-

McKee & Weir (1953)

primer tersebut telah dibahas oleh banyak ahli (mis. Fairbridge, 1946; McKee, 1939). Salah satu tipe struktur internal-primer
yang masih belum terbahas secara memadai adalah stratifikasi silang-siur.
Meskipun tidak dimasukkan dalam tabel 3, dimensi dan gejala pengarahan merupakan bagian dari pemerian satuan
strata. Ketebalan dan, pada kasus-kasus tertentu, penyebaran suatu stratum dapat diukur. Jika stratum itu berbentuk lensa,
sebaiknya kita juga mencoba menentukan trend konvergensi serta ketebalan maksimum dari stratum itu. Demikian pula, kita
sebaiknya memerikan gejala pengarahan dari struktur internal, jika memang ada. Pengukuran trend seperti itu dapat mem bantu kita dalam menentukan arah pengendapan.
Penggolongan Stratifikasi Silang-Siur
Pemelajaran yang mendetil terhadap stratifikasi silang-siur banyak terhambat oleh ketiadaan skema penggolongan dan
tatanama stratifikasi silang-siur yang memadai. Skema penggolongan itu hendaknya (1) bersifat inklusif; (2) memperjelas
perbedaan antara tipe-tipe stratifikasi silang-siur; (3) mudah diterapkan di lapangan.
Istilah-istilah deskriptif yang paling sering digunakan dalam pemerian satuan stratifikasi silang-siur adalah "menyudut"
(angular) dan "tangensial" (tangential). Istilah "torensial" (torrential) dan "teratur" (regular) digunakan sebagai sinonim dari
istilah "menyudut". Istilah "menyudut," "torensial," dan "teratur" diterapkan pada strata silang-siur yang, dalam penampang,
tampak hampir berupa garis lurus dan bertemu dengan bidang batas bawah dengan membentuk sudut. Istilah "tangensial,"
di lain pihak, diterapkan pada strata silang-siur yang dalam penampang melintang tampak sebagai lengkungan mulus yang
bertemu dengan bidang batas bawahnya secara eksponensial. Istilah stratifikasi silang-siur "menyudut," sebagaimana yang
biasa digunakan, mengimplikasikan pengendapan oleh air; stratifikasi silang-siur "tangensial," di lain pihak, mengimplikasikan pengendapan oleh angin. Prakiraan bahwa ada hubungan antara genesis dengan tipe "menyudut" dan "tangensial"
belum didukung oleh data-data penelitian laboratorium atau oleh data pengamatan struktur masa kini.
Banyak usaha telah dilakukan untuk menggolongkan stratifikasi silang-siur berdasarkan cara pengendapannya. Walau
demikian, penggolongan seperti itu tidak benar-benar bersifat iklusif karena hingga dewasa ini kita baru mengetahui sedikit
kriteria untuk menentukan modus pembentukan stratifikasi silang-siur. Sebagai contoh, stratifikasi silang-siur gumuk dan
gosong pasir mungkin mirip satu sama lain. Pemelajaran yang mendalam terhadap stratifikasi silang-siur dalam sedimen
masa kini dan sedimen purba akan memungkinkan diperolehnya skema penggolongan-genetik dari stratifikasi silang-siur
yang dapat diandalkan. Walau demikian, hingga dewasa ini, sebagian besar skema penggolongan yang dapat diterapkan
pada umumnya masih bersifat deskriptif.
Penggolongan yang disajikan disini merupakan hasil penyempurnaan dari skema penggolongan yang diusulkan oleh
McKee (1948) dan Kiersch (1950). Tatanamanya didasarkan pada karakter fisik, bukan genesis (tabel 4; gambar 2).
Stratifikasi silang-siur semu (pseudo-cross-stratification) dan berbagai variasi stratifikasi horizontal tidak dimasukkan dalam
skema penggolongan itu.
Skema itu didasarkan pada tujuh kriteria, dimana kriteria pertama merupakan kriteria dasar. Ketujuh kriteria itu adalah:
(1) karakter bidang batas bawah dari himpunan strata silang-siur; (2) bentuk himpunan strata silang-siur; (3) kedudukan
sumbu himpunan strata silang-siur; (4) kesetangkupan strata silang-siur, relatif terhadap sumbu himpunan strata silang-siur;
(5) kelengkungan strata silang-siur; (6) kemiringan strata silang-siur; dan (7) panjang individu strata silang-siur.
Menurut skema penggolongan itu, khususnya berdasarkan karakter bidang batas bawahnya, dikenal adanya tiga tipe
stratifikasi silang-siur (tabel 4; gambar 2):
1. Set strata silang-siur sederhana (simple set of cross-strata), yakni set strata silang-siur yang batas bawahnya bukan
merupakan bidang erosi, melainkan bidang non-pengendapan atau bidang perubahan karakter. Set ini terbentuk
semata-mata oleh proses pengendapan.
2. Set strata silang-siur planar (planar set of cross-strata), yakni set strata silang-siur yang batas bawahnya merupakan
bidang erosi mendatar. Set ini terbentuk akibat penyerongan (bevelling) yang kemudian diikuti oleh pengendapan.
3. Set strata silang-siur mangkok (trough set of cross-strata), yakni set strata silang-siur yang batas bawahnya merupakan
bidang erosi melengkung. Set ini terbentuk sebagai akibat pembentukan alur (channeling), kemudian diikuti oleh
pengendapan.
Dari penjelasan di atas, jelas sudah bahwa kriterion dasar untuk menggolongkan strata silang-siur itu adalah bidang batas
bawahnya: apakah bidang itu merupakan bidang non-pengendapan atau bidang erosi; jika bidang erosi, apakah bentuknya
mendatar atau melengkung.
Istilah "festoon" yang dipakai Knight (1929) untuk memerikan batupasir dalam Cacper formation di Wyoming merupakan
suatu varietas stratifikas silang-siur mangkok. Varietas itu pada hakekatnya terdiri dari lekukan-lekukan memanjang yang
berbentuk semi-elipsoidal dan saling memotong sedemikian rupa sehingga hanya bagian-bagian tertentu dari stratum silangsiur saja yang terawetkan. Akibatnya, pada penampang melintang, strata silang-siur itu tampak "berenda-renda" (festoon).
Berbagai istilah lain pernah dipakai untuk memerikan tipe-tipe strata silang-siur yang dijelaskan di atas. Beberapa istilah,
misalnya strata silang-siur "torensial" atau strata silang-siur "delta" (deltaic cross-strata) tidak tepat karena mengimplikasikan
genesis tertentu. Istilah lain, seperti strata silang-siur "gabungan" (compound cross-stratification), tidak dimasukkan ke dalam
skema penggolongan di atas karena istilah itu, meskipun dipakai untuk strata silang-siur planar (Lahee, 1941), namun juga
dapat diterapkan pada tipe strata silang-siur lain dan, karena itu, dapat menimbulkan kerancuran. Jika kata "gabungan" akan

McKee & Weir (1953)

digunakan, hendaknya selalu dikaitkan dengan kata "strata silang-siur," sedangkan tipenya sendiri tetap diindikasikan oleh
istilah-istilah di atas. Jadi, kalau kita masih ingin tetap menggunakan kata "gabungan", istilah strata silang-siur sederhana
hendaknya disebut strata silang-siur gabungan-sederhana. Demikian pula dengan tipe strata silang-siur yang lain.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, penentuan tipe stratifikasi silang-siur tergantung pada karakter bidang batas
bawah dari strata silang-siur. Dalam penentuan itu, aspek-aspek lain seperti dimensi, jumlah stratum, geometri stratum dan
kelompok stratum, atau agen pembentuknya tidak menjadi bahan pertimbangan.
Kriterion kedua untuk menggolongkan strata silang-siur atas adalah bentuk setiap set silang-siur (tabel 4). Set lentikuler
(lenticular set) dibatasi oleh bidang-bidang konvergen yang salah satu atau keduanya merupakan bidang lengkung. Set
membaji (wedge-shaped set) dibatasi oleh bidang-bidang konvergen yang keduanya merupakan bidang datar. Set tabuler
(tabular set) dibatasi oleh bidang-bidang mendatar yang lebih kurang sejajar. Hampir semua set stratifikasi silang-siur
sederhana berbentuk lentikuler atau membaji, sedangkan sebagian besar set stratifikasi silang-siur planar berbentuk tabuler
atau membaji. Semua set stratifikasi silang-siur mangkok berbentuk lentikuler.
Suatu set strata silang-siur lentikuler atau membaji dapat dikelompokkan lebih jauh berdasarkan sumbunya. Sumbu
(axis) ialah suatu garis bidang batas bawah yang menandai bagian paling tebal dari himpunan strata sewaktu mereka
diendapkan. Sumbu itu dapat menunjam (plunging) atau tidak menunjam (non-plunging). Selain itu, himpunan strata dapat
dikatakan setangkup (symmetric) jika strata silang-siur yang dipisahkan oleh sumbu itu saling berkorespondensi, baik dalam
ukuran maupun bentuknya, atau dikatakan tidak setangkup (asymmetric) jika strata silang-siur yang dipisahkan oleh sumbu
itu tidak saling berkorespondensi.
Pembedaan tipe-tipe strata silang-siur juga dapat dilakukan berdasarkan kehadiran atau ketidakhadiran bidang strata
yang melengkung dan, jika ada, juga berdasarkan arah yang ditunjuk oleh bidang lengkung itu. Jika strata silang-siur melengkung ke atas, maka dikatakan bahwa strata silang-siur itu cembung (convex); jika strata silang-siur itu melengkung ke
bawah, maka dikatakan bahwa strata silang-siur itu cekung (concave). Jika strata silang-siur itu tidak melengkung, dikatakan
bahwa strata silang-siur itu lurus (straight). Strata silang-siur cekung tidak diragukan merupakan tipe strata silang-siur yang
paling sering ditemukan di alam dan sejak lama digunakan sebagai kriterion untuk menentukan posisi atas-bawah dalam
lintap batuan sedimen (Shrock, 1948, h. 251-253).
Strata silang-siur dapat pula dibedakan berdasarkan kemiringannya. Strata silang-siur dengan kemiringan rata-rata 20 o
disebut strata silang-siur yang miring curam (high-angle cross-stratification), sedangkan strata silang-siur dengan kemiringan
rata-rata < 20o disebut strata silang-siur yang miring landai (low-angle cross-strata).
Untuk menyatakan ukuran relatif dari stratifikasi silang-siur, disarankan untuk menggunakan istilah-istilah sbb:
1. Stratifikasi silang-siur berskala kecil, yakni strata silang-siur yang panjangnya < 12 inci (sekitar 1/3 m).
2. Stratifikasi silang-siur berskala sedang, yakni strata silang-siur yang panjangnya 1-20 kaki (sekitar 1/3-6 m).
3. Stratifikasi silang-siur berskala besar, yakni strata silang-siur yang panjangnya > 20 kaki (sekitar 6 m).
Penggolongan stratifikasi silang-siur di atas akan memudahkan kita dalam melakukan pemerian dan menjadi kerangka
rujukan yang jelas. Penggolongan itu difokuskan pada gejala-gejala yang paling penting dan diharapkan akan meningkatkan
pengetahuan kita mengenai struktur tersebut. Pemerian yang dibakukan dapat membawa kita untuk sampai pada pemaham an mengenai hubungan antara tipe stratifikasi silang-siur dengan lingkungan-lingkungan tertentu.

RINGKASAN DAN KESIMPULAN


Makalah ini ditulis untuk mendefinisikan dan membakukan istilah-istilah kualitatif dan kuantitatif yang dapat diterapkan
pada satuan-satuan batuan berlapis atau berlapisan silang-siur. Istilah-istilah kualitatif disajikan secara ringkas pada tabel 1.
Istilah kuantitatif untuk ketebalan stratifikasi dibedakan dengan istilah untuk menyatakan sifat penyubanan dan batas-batas
kuantitatif itu disajikan pada tabel 2. Istilah yang digunakan untuk memerikan gejala umum dari satuan-satuan berlapis disaji kan pada tabel 3. Terakhir, sebuah skema penggolongan stratifikasi silang-siur disajikan pada tabel 4.
Pihak yang seharusnya memberikan kesimpulan akhir terhadap makalah ini adalah pembaca; bukan penulis. Pembaca
pula yang akan menguji kegunaan skema penggolongan dan tata peristilahan yang disajikan dalam makalah ini dengan cara
menerapkannya di lapangan.

RUJUKAN TERPILIH
Fairbridge, RW. 1946. Submarine slumping and the location of oil bodies. AAPG Bull. 30:84-92.
Kiersch, GA. 1950. Small-scale structures and other features of Navajo sandstone, northern part of San Rafael Swell, Utah. AAPG Bull. 34:928-929.
Knight, SH. 1929. The Fountain and Casper formations of the Laramie Basin. Univ. Wyo. Pub. Sci., Geol. 1:1-82.
Lahee, FH. 1941. Field Geology. edisi-4. New York: McGraw-Hill.
McKee, ED. 1939. Some types of bedding in the Colorado River delta. Jour. Geol. 47:64-81.
McKee, ED. 1948. Classification and interpretation of cross-lamination. GSA Bull. 59:1378.
Pettijohn, FJ. 1949. Sedimentary Rocks. New York: Harper & Bros.
Shrock, RR. 1948. Sequence in Layered Rocks. New York: McGraw-Hill.

McKee & Weir (1953)

Anda mungkin juga menyukai