Anda di halaman 1dari 6

Kerangka Karangan Topik

Judul Karangan

: Karies Gigi pada Anak-anak

Kerangka Topik

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Definisi karies gigi


Jenis-jenis karies gigi
Faktor-faktor penyebab karies gigi
Tanda dan gejala karies gigi
Diagnosis karies
Proses terjadinya karies gigi
Perawatan dan pencegahan karies gigi

Karies Gigi pada Anak-anak

Karies adalah suatu penghancuran atau destruksi progresif pada struktur


tulang, termasuk tengkorak,tulang iga, gigi, dan tulang lainnya. Karies yang
sering terjadi adalah karies gigi. Gigi merupakan jaringan yang sangat mudah
mengalami kerusakan karena gigi sering tidak mendapatkan perawatan yang
semestinya. Gigi yang mudah sekali terserang karies adalah gigi sulung (gigi
anak). Ini disebabkan karena struktur giginya lebih tipis dan lebih kecil
dibandingkan dengan gigi dewasa (gigi tetap). Karies gigi dapat mempengaruhi
berbagai bagian dari gigi, termasuk enamel, dentin, mahkota dan akar gigi.
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi dan
menyebabkan gigi berlubang. Karies gigi adalah salah satu infesi bakteri yang
paling umum pada manusia, yang ditandai oleh demineralisasi dan penghancuran
matriks organik dari gigi (Langlais dan Miller, 2000:18). Sedangkan, Harty dan
Ogston (1995:56) mengatakan karies gigi adalah suatu penyakit yang
mengakibatkan demineralisasi, kavitasi dan hancurnya jaringan keras gigi oleh
aktivitas mikroba.
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju
perkembangan, dan jaringan keras yang terkena. Berdasarkan lokasi, karies dapat
dibedakan menjadi karies fisura dan karies permukaan halus. Karies fisura adalah
karies yang terjadi di fisura-fisura dalam di permukaan kunyah gigi posterior.
Karies permukaan halus adalah karies yang terjadi di tempat-tempat yang
terlewatkan dari pembersihan plak, seperti di tepi gusi dan di permukaan akar.
Berdasarkan tingkat laju perkembangan, karies dibedakan menjadi karies akut dan
karies kronis. Karies akut adalah karies yang laju perkembangannya cepat,
sedangkan karies kronis adalah karies yang laju perkembangannya lambat.
Berdasarkan jaringan keras yang terkena, karies dibedakan menjadi karies yang
mempengaruhi enamel, dentin dan sementum. Pada awal perkembangannya,
karies mungkin hanya mempengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas,
dapat mempengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar
gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan karies gigi. Pertama, ukuran
dan bentuk gigi. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi

perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip
sisa makanan. Kedua, bakteri. Mulut merupakan tempat berkembangnya banyak
bakteri, tetapi hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus
mutans dan Lactobacilli. Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan
adalah Lactobacillus

acidophilus, Actinomyces

viscosus,

Nocardia

spp.,

dan Streptococcus mutans. Faktor penyebab yang ketiga adalah karbohidrat yang
dapat difermentasikan. Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa,
fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang
disebut

fermentasi. Bila

asam

ini

mengenai

gigi

dapat

menyebabkan

demineralisasi. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses


pelubangan.
Tingkat frekuensi gigi yang terkena lingkungan kariogenik (asam) juga
menjadi penyebab karies gigi. Setelah seseorang mengonsumsi makanan
mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi
asam dan menurunkan PH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air
liur, tetapi proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Selain itu, pada
anak-anak karies biasanya terjadi karena kebiasaan minum susu menggunakan
botol, yang biasa disebut karies botol susu. Karies ini adalah pola lubang yang
ditemukan pada gigi susu anak-anak. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan
rahang atas, namun semua giginya dapat terkena juga. Sebutan karies botol
susu karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan
yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh
seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis (Primarwati,
2009).
Seseorang sering tidak menyadari gejala-gejala bahwa ia menderita karies
sampai penyakit tersebut berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah
sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya
demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang.
Proses tersebut dapat kembali ke asal, namun ketika lubang sudah terbentuk maka
struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Daerah coklat pucat menandakan
adanya karies yang aktif. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang

semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak
ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa
nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dingin, dan makanan
atau minuman yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan nafas tak sedap dan
pengecapan yang buruk. Tanda-tanda karies dikemukakan oleh Birnbaum dan
Dunne (2010:185) berikut ini.
Bercak putih pada email yang menunjukkan terjadinya
hipokalsifikasi. Bila berlanjut akan menyebabkan perubahan warna
menjadi keabuan atau kehitaman. Karies akar menyebabkan warna
coklat muda atau coklat tua pada sementum dan dentin akar gigi.
Karies aktif menyebabkan dentin berstruktur lunak dan terjadi
lubang pada gigi.
Diagnosis karies pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada
semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan
eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies
interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang.
Karies yang tidak ekstensif dibantu dahulu dengan menemukan daerah lunak
pada gigi dengan eksplorer. Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar
tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana
sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum
membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak dan membuat
lubang. Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang
belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka,
untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik.
Langlais dan Miller (2000:18) mengemukakan bahwa terjadinya karies
ditandai fisura putih berkapur. Ujung sonde mendeteksi lesi lunak yang
memungkinkan kelanjutan karies menembus email, dentin dan pulpa. Kepekaan
panas, dingin dan manis adalah gejala umum, tetapi perubahan warna, hilangnya
jaringan keras dan infeksi pulpa dapat terjadi sebelum pasien menyadarinya.
Harus diingat bahwa email dan dentin normal yang sehat sangat
bergantung pada nutrisi yang baik selama tahun-tahun pembentukan yang lama
pada masa kanak-kanak ketika gigi sedang berkembang (Baum dam Philips,
1997:14). Oleh karena itu, gigi pada anak-anak harus dilakukan pencegahan dan

perawatan agar tidak terjadi karies. Fluor yang sangat dibutuhkan lapisan email,
telah lama diyakini dan digunakan secara luas untuk pencegahan karies gigi. Fluor
efektif bila diberikan pada saat pertumbuhan dan perkembangan gigi, mulai dari
awal kehamilan hingga pasca melahirkan. Pemberian fluor dapat melalui
makanan, seperti sayur, buah, ikan, garam ataupun vitamin. Bisa juga dengan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor. Anak-anak juga harus
dibiasakan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan rajin menggosok gigi
dan rutin memeriksakan gigi ke dokter gigi. Anak-anak juga harus idajarkan untuk
mengurangi konsumsi makanan yang mani-manis agar gigi mereka dapat tetap
sehat dan terawat.

Daftar Pustaka :

Baum, dkk. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi Edisi 3. Jakarta: EGC
Birnbaum, Warren & Dunne, Stephen M. 2010. Diagnosis Kelainan dalam Mulut
Petunjuk bagi Klinisi. Jakarta : EGC
Harty, F.J. & Ogston, R. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC
Langlais, Robert P. & Miller, Craig S. 1998. Atlas Berwarna Kelainan Rongga
Mulut yang Lazim. Terjemahan Budi Susetyo. 2000. Jakarta: EGC
Primarwati, Wahyu. 24 Juni 2009. Karies Gigi pada Anak, (online),
(http://thetransferfactorindonesia.com/2009/06/24/karies-gigi-pada-anak/,
diakses 7 desember 2010).

Anda mungkin juga menyukai