Bab05 Komponen Dan Rangkaian Ac PDF
Bab05 Komponen Dan Rangkaian Ac PDF
RANGKAIAN AC
5
5.1 Isyarat AC
= 2f
: sumber daya ac
34 ELEKTRONIKA DASAR
Jika sumber tegangan sinus dihubungkan dengan sebuah rangkaian seri yang
terdiri dari resistor (R), kapasitor (C) dan induktor (L); maka semua tegangan dan arus
akan berbentuk sinus dengan frekuensi yang sama. Untuk proses penjumlahan dan
pengurangan tegangan dan arus dapat digunakan hukum Kirchhoff. Secara umum kita
dapat melakukan operasi tersebut dengan prinsip bilangan kompleks.
a)
b)
(5.1)
W = M (cos + j sin )
(5.2)
atau
(5.3)
W = M e j
(5.4)
sehingga
Persamaan 5.4 menyatakan bentuk eksponensial atau bentuk polar, dan secara simbolik
dituliskan sebagai
W = M
(5.5)
= arctg
M = a 2 + b2
b
a
(5.6)
b = M sin
Latihan:
Dengan menggunakan kalkulator hitung:
i)
ii)
Jabawan : i) 7,8150,19 o
36 ELEKTRONIKA DASAR
dan
(5.7)
Wimaj
W = M e j ditunjukkan oleh sebuah garis ideal. Jika garis tersebut diputar dengan
kecepatan sudut seperti ditunjukkan pada gambar 5.2, W merupakan fungsi kompleks
dari waktu dan
W (t ) = M e j ( t + )
(5.8)
(5.9)
(5.10)
Selanjutnya kuantitas yang kita pilih untuk representasi fungsi sinus adalah bagian
rielnya.
2 V cos( t + )
(5.11)
dimana V p adalah harga amplitudo dan V merupakan harga efektifnya, maka v (t ) dapat
diinterpretasikan sebagai "bagian riel" dari sebuah fungsi kompleks, ditulisan
v (t ) = R e {V p e j ( t + ) }= R e (Ve j
) ( 2 )e }
j t
(5.12)
Nampak bahwa fungsi kompleks dapat dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bagian
konstanta kompleks dan bagian lain sebagai fungsi waktu yang menyatakan putaran
bidang kompleks. Bagian yang pertama kita difinisikan sebagai phasor V, dituliskan
V = Ve j = V
(5.13)
Sebagai
tegangan pada suatu rangkaian akan dapat diselesaikan secara grafik dengan
menggambarkan diagram phasornya.
maka dengan mudah kita dapat menemukan arus yang mengalir yaitu sebesar
38 ELEKTRONIKA DASAR
(5.14)
i =C
dv
dt
= VC cos t
=
V
cos t
1 / C
(5.15)
Gambar 5.3 Arus dan tegangan pada rangkaian kapasitor dengan sumber AC
(5.16)
XC =
1
C
(5.17)
(5.18)
maka
v = L di / dt
= I (L )cos t
(5.19)
terlihat bahwa v mendahului i, atau i tertinggal oleh v sebesar 90o; secara grafik
diperlihatkan seperti pada gambar 5.4. Reaktansi induktif (X L ) dituliskan
X L = L
(5.20)
Sebagai catatan, jika reaktansi kapasitif menurun terhadap frekuensi, reaktansi induktif
akan naik terhadap frekuensi.
Gambar 5.4 Arus dan tegangan pada rangkaian induktor dengan sumber AC
40 ELEKTRONIKA DASAR
i) RESISTOR
Jika i = I cos t direpresentasikan oleh phasor I0 o
(5.21)
dituliskan dalam bentuk phasor sebagai V R 0 o . Dalam hal ini besarnya impedansi
yang melawan aliran arus sebesar
ZR =
V R 0 o RI0 o
=
= R0 o
o
o
I0
I 0
(5.22)
ii) KAPASITOR
Jika tegangan v = V cos t terdapat pada kapasitor C, maka yang arus mengalir
diberikan oleh
iC = C
dv
= C V ( sin t ) = C V cos( t + 90 o )
dt
(5.23)
ZC =
V0 o
V0 o
1
1
=
=
90 o = j
o
o
C
C
I C 90
C V 90
(5.24)
iii) INDUKTOR
Jika arus i = I cos t mengalir melalui induktor L, tegangan yang timbul diberikan
oleh
vL = L
di
= L I ( sin t ) = L I cos ( t + 90 o )
dt
(5.25)
(5.26)
42 ELEKTRONIKA DASAR
(5.27)
(5.28)
Hal yang sama akan berlaku hukum Kirchhoff tentang arus (KCL) rangkaian paralel,
bahwa arus total yang melalui titik cabang adalah sama dengan nol.
(5.29)
Selanjutnya arus i ini sebagai isyarat acuan atau referensi. Tegangan pada
kapasitor dan resistor masing-masing diberikan oleh:
v C = (1 / C ) i dt
= (I / C ) cos t
(5.30)
vR = i R
= (IR )sin t
(5.31)
Secara aljabar kedua tegangan ini dapat dijumlahkan, namun akan lebih mudah dengan
menggunakan diagram phasor seperti diskemakan pada gambar 5.6.
44 ELEKTRONIKA DASAR
Pada gambar 5.6 terlihat bahwa tegangan keluaran tertinggal terhadap tegangan
masukan, karenanya sudut fase harus diukur dari masukan v i ke keluaran v o ,
berharga negatif dan diberikan oleh
tg = (IR ) / ( I / C )
= R C
(5.32)
Amplitudo keluaran sebagai fungsi dari amplitudo masukan dapat dituliskan sebagai
v o / v i = (I / C ) /
[(I / C )
+ (IR )
= 1 / 1 + (RC )
(5.33)
Parameter RC biasa diganti dengan parameter tunggal disebut konstanta waktu, dalam
hal ini
o = 1 / RC
o adalah frekuensi dimana reaktansi kapasitor dan resistor mempunyai harga yang
sama, kita dapat menuliskan
tg = / o
v o / v i = 1 / 1 + ( / o )
(5.34)
(5.35)
Latihan:
Tentukan besarnya v o / v i dan dengan menggunakan konsep phasor.
Jadi rangkaian
(5.36)
atau dapat dinyatakan sebagai perbandingan tegangan dan untuk rangkaian diatas dapat
dituliskan sebagai
dB = 20 log10 (Vo / Vi )
(5.37)
46 ELEKTRONIKA DASAR
Gambar 5.7 Plot respon frekuensi terhadap amplitudo dan fase tapis lolos rendah.
Gambar 5.8 Plot respon frekuensi terhadap penguatan (dB) dan fase pada tapis lolos
rendah.
Gambar 5.7 dan 5.8 memperlihatkan plot respon frekuensi dari rangkaian tapis
lolos rendah dengan menggunakan komputer.
besarnya penguatan (gain) dalam bentuk v o / v i (gambar 5.7) dan dB (gambar 5.8)
sebagai fungsi perbandingan frekuensi.
Latihan:
i)
ii)
Sebuah rangkaian tapis lolos rendah seperti terlihat pada gambar 5.5
mempunyai komponen C = 1,8 F dan R = 27 k.
a. Berapakan frekuensi 3 dB-nya?
b. Berapa besarnya penguataan (tepatnya pelemahan), v o / v i , dan
pergeseran fasenya saat f = 5 Hz?
digunakan generator arus, dimana secara ideal dapat menghasilkan arus yang tidak
tergantung pada kondisi rangkaian.
Pada rangkaian seperti pada gambar 5.9, dapat diperoleh keadaan dimana pada
frekuensi rendah, arus pada C sangat kecil sehingga arus keluaran io besarnya hampir
sama dengan besarnya arus masukan ii . Karenannya rangkaian ini termasuk rangkaian
tapis lolos rendah. Misalnya arus keluaran adalah sebesar
io = I sin t
48 ELEKTRONIKA DASAR
(5.38)
maka
v = io R = (IR ) sin t
(5.39)
(5.40)
dan juga
Keadaan di atas dapat diperlihatkan dengan diagram phasor seperti terlihat pada gambar
5.10, dimana v digunakan sebagai referensi.
[(I )
+ (IRC )
= 1 / 1 + (RC )
(5.41)
Nampak bahwa hubungan io dan ii pada rangkaian di atas identik dengan hubungan v o
dan v i pada rangkaian tapis lolos rendah tipe-1, yaitu
tg = / o
dan
i o / i i = 1 / 1 + ( / o )
dimana
(5.42)
o = 1 / RC
Perlu dicatat bagaimana fase diukur dari phasor masukan ke phasor keluaran
searah dengan arah jam, dimana hal ini menunjukkan bahwa sudut fase berharga negatif
atau keluaran tertinggal terhadap masukan.
diperlihatkan pada gambar 5.11 dan 5.12. Terlihat arus i sama dengan arus pada tapis
50 ELEKTRONIKA DASAR
lolos rendah tipe-1, dan diagram phasor hanya sedikit berbeda pada cara pengambilan
sudut fasenya (i tetap sebagai referensi karena mengalir lewat C dan R). Beda fase
sekarang berharga positif
tg = (I / C ) / (IR ) = 1 / (RC )
(5.43)
tg = o /
(5.44)
o = 1 / RC
(5.45)
atau
dimana
dan
v o / v i = cos
atau
v o / v i = 1 / 1 + ( o / )
(5.46)
Gambar 5.13 dan 5.14 memperlihatkan bentuk respon amplitudo dan sudut fase
terhadap frekuensi untuk rangkaian di atas.
Gambar 5.13 Plot respon frekuensi terhadap amplitudo dan fase tapis lolos tinggi
Gambar 5.14
Plot respon frekuensi terhadap penguatan (dB) dan fase pada tapis lolos
tinggi.
52 ELEKTRONIKA DASAR
tg = (IR ) / (IL ) = R / L
(5.47)
tg = o /
(5.48)
o = R / L
(5.49)
dimana
v o / v i = cos
atau
v o / v i = 1 / 1 + ( o / )
(5.50)
Nampak bahwa rangkaian RL di atas memberikan respon yang sama dengan tipe-1
(dengan menggunakan rangkaian RC).