Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH INFLASI TERHADAP PDRB

DI PROV. SUMATERA UTARA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH
NAMA

: NADIA ELFILLA

NIM

: 7131142027

KELAS

: B REGULER 2013

JURUSAN

: PENDIDIKAN AKUNTANSI

MATA KULIAH

: STATISTIK EKONOMI

DOSEN PENGAMPU

: Dr. Eko W Nugrahadi, M.Si

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS EKONOMI

2014

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sehingga Laporan
ini dapat terselaikan.
Laporan ini disusun sebagai tugas akhir dalam Mata kuliah STATISTIK. Adapun
tujuan dari penyusunan Laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan
kelulusan dalam menyelesaikan mata kuliah Statistik di Jurusan Pendidikan Akuntansi
Universitas Negeri Medan, Serta agar kita semua khususnya para pembaca dapat
mengetahui lebih dalam mengenai Hubungan Antara Inflasi dan PDrb di Prov. Sumatera
Utara.
Dalam menyelesaikan Laporan ini, saya menerima banyak bantuan , bimbingan, dan
dukungan serta doa dari semua pihak. Oleh karena itu,saya ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
Kedua Orang Tua saya yang tiada henti hentinya memberikan motivasi dan dukungan
.dan Yang saya sayangi teman saya siti nurhasana,rima suhwa kesuma,riri antika,ika
syahpitri,dan yayang suci mentari dan Mahasiswa/i pendidikan akuntansi 2013 B Reguler
yang telah memeberi banyak kritik dan saran kepada saya.Dengan semua dukungan itu,
Laporan ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Saya menyadari Laporan ini masih jauh dari sempurna maka dengan ini saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak terutama Dosen
Pengampuh dan Pembaca sebagai bahan pertimbangan di Laporan berikutnya.
Semoga Laporan ini dapat berperan dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
Indonesia. Sekian dan terima kasih.

Medan, Juni 2014


Penulis

Nadia Elfilla
7131142027

BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi
juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara
terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling
sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Pada saat terjadi inflasi daya beli uang menurun. Deflasi merupakan kebalikan dari
inflasi. Deflasi berarti penurunan harga barang dan jasa secara umum. Hal ini dapat
menyebabkan kelesuan dalam dunia ekonomi. Sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK)
adalah indeks yang memberikan informasi mengenai perkembangan rata-rata perubahan
harga sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi oleh rumah
tangga dalam suatu kurun waktu

tertentu. Perubahan IHK

dari waktu ke waktu

menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) harga barang
atau jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari.

1.2 PENJELASAN SEPUTAR MATERI


A.Pengertian Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terusmenerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat
dikatakan telah terjadi inflasi:
Kenaikan Harga :
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode
sebelumnya.
Bersifat Umum :
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut
tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik.
Berlangsung Terus-menerus :
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika
terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu
minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat
umum atau terus-menerus.
B.Pengertian PDRB
PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh
seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten /kota), dan
dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender). Kegiatan ekonomi yang dimaksud
kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa.
Dalam penghitungannya, untuk menghindari hitung ganda, nilai output bersih diberi nama
secara spesifik, yaitu nilai tambah (value added). Demikian juga, harga yang digunakan
dalam perhitungan ini adalah harga produsen. Penilaian pada harga konsumen akan
menghilangkan PDRB subsektor perdagangan dan sebagian subsektor pengangkutan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dihasilkan melalui tiga pendekatan yaitu :
1. Pendekatan Produksi (Pruduction Approach) yaitu PDRB merupakan jumlah nilai
produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam
suatu wilayah / region pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach) yaituPDRB merupakan jumlah balas
jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut di dalam proses produksi di
suatu wilayah pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor produksi

tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Dalam
pengertian PDRB termasuk pula penyusutan barang modal tetap dan pajak tidak
langsung neto. Jumlah komponen pendapatan ini per-sektor disebut sebagai nilai
tambah bruto seluruh sector (lapangan usaha).
3. Pendapatan Pengeluaran (Expenditure Approach) yaitu PDRB merupakan jumlah
semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak
mencari untung, perubahan stok dan ekspor neto di suatu wilayah pada suatu periode
(biasanya setahun). Ekspor neto disini adalah ekspor dikurangi impor.

1.3 Inflasi dan PDRB di Sumatera Utara


A. Inflasi di Sumatera Utara
Inflasi kumulatif Sumatera Utara pada 2013 mencapai 10,18 persen setelah di
Desember lalu masih mengalami inflasi 0,02 persen. Inflasi Sumut 2013 jauh
di atas tahun 2011 dan 2012 yang masih 3,67 persen dan 3,86 persen,kata
Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS)
Sumut, Ateng Hartono di Medan, Kamis [02/01].
Inflasi Sumut di tahun 2013 itu lebih tinggi dari angka nasional yang sebesar
8,38 persen. Dia menjelaskan, di Sumut dari empat kota yang dijadikan
indeks harga konsumen (IHK) dua daerah alami inflasi dan dua daerah
lainnya deflasi.
Dua daerah yang alami inflasi masing-masing Pematangsiantar 0,61 persen
dan Sibolga 0,75 persen, sedangkan Medan dan Padangsidempuan deflasi
sebesar 0,07 persen dan 0,44 persen.
Secara kumulatif 2013, inflasi empat kota IHK masing-masing mencapai
10,09 persen (Medan), Pematangsiantar 12,02 persen, Sibolga 10,08
persen dan Padangsidempuan 7,82 persen Pengamat ekonomi Sumut,
Wahyu Ario Pratomo, mengatakan, inflasi yang tinggi di 2013 sudah
berdampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi Sumut yang melambat.
Oleh karena itu perlu upaya keras Pemerintah menahan laju inflasi di Sumut
meski dipastikan sulit karena ada Pemilu yang bisa mendorong kenaikan
harga barang,katanya.
Untuk menahan laju inflasi, Pemerintah diminta tetap konsekwen tidak
menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik. BBM dan tarif
listrik sangat cepat bahkan langsung memicu kenaikan harga barang di .pasar
Selain itu, kata dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU)
itu, Pemerintah juga diminta semakin kuat menjaga kelancaran arus barang
alias menjaga aksi penimbunan barang. Kalau ketiga kebijakan itu komitmen
dijalankan Pemerintah, maka diyakini besaran inflasi 2014 bisa ditekan jauh
dari 2013,katanya. (ant )

B.PDRB di Sumatera Utara


Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumatera Utara tahun 2012 atas dasar harga
berlaku mencapai Rp351,12 triliun,sedangkan berdasar atas dasar harga konstan 2000
tercapai sebesar Rp134,46 triliun. Berdasarkan PDRB Sumut harga konstan 2000,
pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2012 mencapai 6,22 persen."Sektor ekonomi yang
menghasilkan nilai tambah bruto terbesar pada 2012 adalah sektor industri pengolahan,
sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, serta
beberapa sektor lainnya," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Suharno, Selasa
(5/2).
Suharno menyebutkan, berdasarkan atas dasar harga berlaku, sektor industri pengolahan
menghasilkan nilai tambah bruto sebesar Rp77,48 triliun, disusul sektor pertanian Rp76,84 triliun,
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp67,03 triliun, sektor jasa-jasa sebesar Rp39,06
triliun, sektor pengangkutan dan komunikasi Rp32,85 triliun, sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan Rp26,44 triliun, dan sektor bangunan sebesar Rp23,60 triliun. Sektor ekonomi lainnya
yaitu sektor pertambangan dan penggalian menghasilkan nilai tambah bruto Rp4,64 triliun, dan
sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp3,18 triliun.

Kinerja perekonomian Sumatera Utara 2012 bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang
digambarkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan sebesar
6,22 persen. Peningkatan ini didukung oleh pertumbuhan positif pada semua sektor
ekonomi. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan merupakan sektor yang
berhasil mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 11,20 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Sumut tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan angka PDRB
atas dasar harga konstan 2000 mencapai angka 6,22 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai
sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 11,20 persen, disusul sektor
pengangkutan dan komunikasi 8,26 persen, sektor jasa-jasa 7,54 dan sektor perdagangan,
hotel dan restoran 7,23 persen. Sedangkan 5 sektor ekonomi lainnya masing-masing
tumbuh dibawah 7 persen," ujar Suharno.
Berdasarkan pendekatan penggunaan, sebagian besar PDRB Sumatera Utara digunakan
untuk memenuhi konsumsi rumah tangga yang mencapai 59,29 persen, disusul oleh
pembentukan modal tetap bruto 21,12 persen, konsumsi pemerintah 10,03 persen, ekspor
barang dan jasa neto 9,19 persen (ekspor barang dan jasa 43,33 persen dan impor barang
dan jasa 34,14 persen), konsumsi lembaga nirlaba 0,33 persen, dan perubahan stok 0,03
persen.
"Pertumbuhan ekonomi Sumut yang diukur berdasarkan kenaikan PDRB atas dasar harga
konstan 2000 pada triwulan IV 2012 bila dibandingkan dengan triwulan III tahun 2012 (qto-q) meningkat 0,61 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2011 (y-on-y),
pertumbuhan ekonomi Sumut pada triwulan IV tahun 2012 meningkat 6,13 persen,"
pungkasnya.

BAB II
PEMBAHASAN
2,1Tabel Bantuan Korelasi

X.Y

x
x

y
y

4391.7129

111.3336

-6.07

-33.2

34.81

4781.7225

407.985

-1.85

-30.32

71.90

240.25

5169.6100

1114.45

7.75

-27.57

75.18

1165.29

5652.0324

713.4582

1.74

-24.29

78.80

19.8916

6209.44

351.448

-3.29

-20.67

83.32

44.0896

6942.2224

553.2448

-1.11

-16.15

87.89

524.8681

7724.6521

2013.559

15.16

-11.58

93.34

35.6409

8712.2556

557.2398

-1.78

-6.13

99.79

41.2164

9958.0441

640.6518

-1.33

0.32

106.17

112.9969

11271.0689

1128.5871

2.88

6.7

111.55

2.5281

12432.25

177.3645

-6.16

12.08

118.64

58.5225

14075.4496

907.596

-0.09

19.17

126.58

12.5316

16022.4964

448.0932

-4.21

27.11

134.43

14.3641

18071.4249

509.4897

-3.96

34.96

169.13

101.8081

28604.9569

1706.5217

2.34

69.66

1492.14

2412.6303

160019.3387

Y (PDRB)

66.27

2.8224

69.15

(INFLA
SI)
1.68
5.9
15.5
9.49
4.46
6.64
22.91
5.97
6.42
10.63
1.59
7.65
3.54
3.79
10.09

116.26
=7,75
x

=99.47
y

14925.6577

2..2.1 Menghitung Koefisien Korelasi


a. Mengitung nilai r

Rumus :

15

xi yi
r=

i=1


15

x i2 . y i2
i=1

=0.759

i=1

14925.6577
2412.6303 160019.3387

14925.6577
19648.5837

0.02

Jadi,terdapat hubungan antara Inflasi dengan PDRB sebesar (r=0.759)


KP = r 2 .100 =0,7592 .100 =57.60 %
Jadi,pengaruh inflasi terhadap PDRB sebesar 57.60 % dan sisanya sebesar 42.40%
di tentukan oleh variabel lainnya.

b. Menghitung t hitung
rumus :

r n2

t hitung =

1r

0,759

152

10,759

0,759 x 3,60
10,5760

2.7324
0.424

= 6.444

Kemudian menentukan taraf signifikan a = 0,05.kemudian dicari t tabel dengan


ketentuan db =n1 ; db = 15-1 = 14 sehingga di dapat t tabel = 1,761
c. Membandingkan antara t hitung dengan t tabel
ternyata : -1.761 6.444
Uji pihak kiri
maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Uji pihak kiri
wilayah
menolak

H0

a = 0,05

wilayah
menerima
H0

-1,761

6.444

Jadi , Ha : PDRB paling tinggi dari rata-rata nilai ideal ditolak sedangkan
H0 : inflasi paling rendah atau sama dengan dari nilai rata-rata nilai ideal
diterima.
Uji pihak kanan : ternyata : -1,761 < 6.444 maka H0 ditolak dan Ha diterima

Wilayah

wilayah

Menerima

menolak

H0
a = 0,05

H0
+ 1,761

6.4444

Jadi Ha: PDRB paling rendah dari rata-rata ideal diterima,sednagkan Ho : inflasi
paling tinggi atau sama dengan dari rata-rata nilai ideal ditolak

Uji ke pihak : ternyata : -2,145 < 6.444 > 2,145,maka Ho ditolak dan Ha diterima
wilayah

wilayah

wilayah

menolak

menerima

menolak

H0

H0

H0

a = 0,05

a = 0,05
-2,145

2,145

6.444

Jadi, Ha : PDRB tidak sama dari rata-rata nilaiideal diterima,sedangkan Ho :


inlasi sama dengan dari nilai rata rata nilai ideal ditolak.


x
x

y
y

111.3336

-6.07

-33.2

4781.7225

407.985

-1.85

240.25

5169.6100

1114.45

7.75

30.32
-

9.49

75.18

1165.29

5652.0324

713.4582

1.74

27.57
-

4.46

78.80

19.8916

6209.44

351.448

-3.29

24.29
-

-1.11

20.67
-

15.16

16.15
-

Y (PDRB)

SI)
1.68
5.9

66.27

2.8224

4391.7129

69.15

34.81

15.5

71.90

X.Y

(INFLA

83.32

6.64

44.0896

87.89

22.91
5.97
6.42
10.63
1.59
7.65
3.54
3.79
10.09

116.26
=7,75
x

524.8681

6942.2224
7724.6521

553.2448
2013.559

93.34

35.6409

8712.2556

557.2398

-1.78

11.58
-6.13

99.79

41.2164

9958.0441

640.6518

-1.33

0.32

106.17

112.9969

11271.0689

1128.5871

2.88

6.7

111.55

2.5281

12432.25

177.3645

-6.16

12.08

118.64

58.5225

14075.4496

907.596

-0.09

19.17

126.58

12.5316

16022.4964

448.0932

-4.21

27.11

134.43

14.3641

18071.4249

509.4897

-3.96

34.96

169.13

101.8081

28604.9569

1706.5217

2.34

69.66

1492.14

2412.6303

=99.47
y

160019.3387

14925.6577

2.2 Perhitugan Mencari Persamaan Regresi Dan Standard Eror


Rumus Mencari Persamaan Regresi :

xi 2
x i2= x i2
= 2412.6303

/n
2

116.26
=2412.6303901.092=1511.5383
15

0.02

0.09

y i 2
y i2= yi2

/n

= 160019.3387 1492.142 / 15 = 160019.3387 148432.11864=


11587.2207

x i yi

x i yi

xi

yi

)/n

= 14925.6577 -(116.26)(1492.14)/15
= 14925.6577 - 11565.80 = 33.80

b=

xi 2
n x i2 .
n x i y i x

i . yi

223884.865173477.359
36189.45413516.387

a=

116.26 2
( 15 ) . ( 2412.6303 )
15 ( 14925.6577 ) ( 116.26 ) . (1492.15 )

50407.506

= 22673.067 =2.22

- b x

= 99.47 -2.22(7,75)
= 99.47 17.20
= 82.27
Y = a + bx
= 82.27+ 2.22 x
Nilai b = 2.22 yang berarti bahwa jika X naik 1 satuan, maka Y bertambah 2.22
kali.jadi,apabila inflasi naik sebesar 10% ,maka PDRB bertambah sebesar 82.27 +
2.22(10) = 82.27 + 2.22 = 84,49%
Persamaan Y=82.27 +2.22 x dapat digunakan untuk meramalkan x diketahui
nilanya.
Rumus mencari satandard eror :
2

se

=
se

ei 2
n2

y ib2 x i2
n2

2.22 2 (1511.5383)

=
160019.3387

= 5,32 = 2,30

160019.338729,9506
14

74.4946
14

= 5,32

2
a

1
= n +
s 2a

2
x
x i2

7,752

) = 5,32 ( 15 +
)
1511.5383

= 5,32 (0,06 + 0,039)


= (5,32)(0,099)
= 0.52668
sa =

0.52668 = 0.72

Jadi kesalahan baku (standar error) dari a sebagai penduga A adalah sebesar hasil
perbandingan ini juga dapat diperoleh dari rumus
s

2
e

2
e

= s =

x 2i
n x 2i

2412.6303

12835.193196

= 15 (1511.5383) 5,32= 22673.0745

= 0.56609

dan
sa =
s

2
b

sb =

1,3333 = 0.75
s 2b
x 2i

5,32

= 1511.5383 = 0,0035 dan

0,0035 = 0,05

Jadi,kesalahan baku dari b sebagai penduga B adalah sebesar 0,03 unit.di analisis
regresi (sebagai hasil riset,misalnya), kesalahan baku sebagai ukuran
ketelitian,biasanya di tulis sebagai berikut :
Y^ = a + bX Y^ = 10,05 + 0,32 x
s
( a) ( s b )

(1,12) (0,13)

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Oleh karena nilai t hitung > t tabel ( 1.761 6.444) maka Ho ditolak,
artinya bahwa ada pengaruh secara signifikan antara Inflasi dengan
PDRB.Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa Inflasi
berpengaruh terhadapPDRB di Prov. Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai