Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS I

Asuhan Keperawatan Amenorhoe

KELOMPOK 1 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Muhtar Ludfi Anshori


Ratri Dwi Nastiti
Susi Ismawati
Susi Susanti
Venky Arma Darianto
Zaky Naufal Faliq
Zulfi Vian Kanesti
Olivia Vantri Thein

(13620864)
(13620875)
(13620884)
(13620885)
(13620891)
(13620896)
(13620897)
(14620982)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2016

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. Dalam kamus
istilah kedokteran, Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang
wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui,
dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek
hipotalamus hipofisis aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat.
Amenorea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal yang
mengiring penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu makan tidak
sehebat pada anoreksia nervosa dan tidak disertai problem psikologik (Kumala, 2005).
1.2. Klasifikasi
Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Amenorrhea fisiologik : Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi dan
sesudah menopause.
b. Amenorrhea Patologik
1. Amenorrhea Primer : Wanita umur 18 tahun keatas tidak pernah haid.
Penyebab : kelainan congenital dan kelainan genetik.
2. Amenorrhea Sekunder : Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat
lagi.
Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit
infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress psikologis.
1.3. Etiologi
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
a. Hymen Imperforata : Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat
untuk keluar.
b. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone-hormone yang tidak mencukupi untuk
membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit.
c. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan berat badan
d. Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan

e. Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor


f. Endometrium tidak bereaksi
g. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan hepar dan
ginjal.
1.4. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa
tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi
terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan
oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan
neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea
primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (disgenesis gonad). Kegagalan ovarium
premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat
juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan yang
berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang banyak sehingga
cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual
(estrogen dan progesterone) tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan
estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen
dan progesterone yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih
banyak dihasilkan endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan
penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih
cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat
menekan pembentukan GnRH.
1.5. Pathway
Terlampir (dibawah)
1.6. Manifestasi
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
Tidak terjadi haid

Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.


Nyeri kepala
Badan lemah
1.7.Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya adalah
tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen IV dan terjadinya
amenorrhea. Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormone seperti
osteoporosis.
1.8.Pemeriksaan Diagnostik
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual sekunder
maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim, perekatan dalam
rahim). Melalui pemeriksaan USG, Histerosal Pingografi, histeroskopi dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan
kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan
Thyroid Stimulating Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi
kadar hormone prolaktin dalam tubuh.
1.9.Penatalaksanaan
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab adalah
kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut beberapa penelitian dapat
dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas belum tentu dapat dipertahankan.
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea yang dialami,
apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga adalah terapinya, belajar untuk
mengatasi stress dan menurukan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat membantu.
Pembedahan atau insisi dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN DENGAN AMENORHOE
2.1. PENGKAJIAN

Pada kasus amenorea primer data fokus terdapat pada :


a. Derajat perkembangan seksual sekunder.
Sebagian besar remaja putri di Amerika Serikat mendapat menstruasi antara usia
12,5 dan 13 tahun, menarke dapat terjadi jauh lebih lambat. Tanda awal kematangan
seksual adalah pertumbuhan payudara dan rambut pubis, biasanya terjadi sekitar 2
tahun sebelum awitan menstruasi. Apabila tanda tersebut baru muncul pada usia 14
tahun, pengkajian amenorea dapat ditunda sampai anak berusia 16 tahun. Berat badan
merupakan faktor penting yang memengaruhi awitan pubertas. Berat badan kritis
untuk memulai dan mempertahankan menstruasi adalah 17% sampai 20% lemak
tubuh. Namun, siklus menstruasi yang teratur dapat terjadi pada atlet wanita yang
memiliki lemak tubuh sedikitnya 13,7% (Doody et al., 1990).
b. Adanya saluran reproduksi yang normal atau abnormal.
Pada amenorea primer paling sering disebabkan oleh abnormalitas struktur,
seperti disgenesis gonad dan himen imperforata; abnormalitas kongenital, seperti
ketiadaan vagina atau uterus; dan abnormalitas endokrin, seperti sindrom
insensitivitas androgen, kegagalan ovarium prapubertas, hiperplasia adrenal
kongenital, dan hipopituitarisme.
Pada amenorea sekunder data berfokus pada :
a. Pola menstruasi setelah menarke.
Pada amenorea sekunder pola siklus menstruasi pernah terbentuk, namun untuk
pola siklus menstruasi selanjutnya tidak terbentuk untuk sedikitnya 3 bulan berturutturut.
Biasanya penyebab dari amenorea sekunder meliputi tumor, infeksi, atau kista
yang menekan atau menghancurkan hipotalamus; nekrosis hipofisis (sindrom
Sheehan); hipertiroidisme, galaktorea; hiperprolaktinemia; virilisasi adrenal; sinekia
intrauteri (sindrom Asherman); sindrom ovarium polikistik (Stein-Leventhal);
sindrom Cushing; sindrom Kallman (defisiensi GnRH idiopatik) dan menopause dini
sebelum usia 40 tahun (premature ovarian failure). Sejumlah obat juga dapat
menginduksi amenorea, termasuk terapi estrogen, anestesi umum, fenotiazin,
reserpin, inhibitor monoamin oksidase, opioid, dan antagonis reseptor histamin.
b. Stres emosional, pertambahan atau penurunan berat badan, perubahan pola nutrisi,
tingkat olahraga.
Kondisi stres, penurunan berat badan, anoreksia, dan olahraga yang kurang
merupakan penyebab tersering anovulasi fungsional (hipogonadotropin). Rendahnya
kadar gonadotropin terjadi akibat perubahan sekresi hormon pelepas gonadotropin
(Gn-RH) yang diproduksi oleh hipotalamus. Kemudian terjadi keadaan

hipoestrogenik, yaitu dinding endometrium tidak terbentuk secara adekuat sehingga


tidak dapat menghasilkan menstruasi.
Reaksi wanita terhadap amenorea dan makna amenorea bagi diri dan pasangannya juga
perlu digali dan strategi koping dikaji. Dikarenakan pada kasus amenorea primer bisa
terjadi gangguan infertilitas sedangkan pada kasus amenorea sekunder kemungkinan
besar tingkat gangguan infertilitas dapat dikurangi dengan cara mengatasi penyebab
terjadinya amenorea sekunder tersebut.
Pada pemeriksaan fisik, perhatikan adanya tanda-tanda gangguan genetik atau hormonal,
seperti eksoftalmus dan pembesaran tiroid (hipertiroidisme), moon face dan hirsutisme
(sindrom Cushing), penipisan rambut dan keterlambatan refleks (hipotiroidisme),
perubahan suara menjadi berat, atropi payudara, dan kebotakan pada daerah temporal
(virilizing syndrome).

2.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan pada pasien amenorea :
1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek psikososial akibat disfungsi
menstruasi atau penanganannya.
2. Ansietas yang berhubungan dengan ketidakpastian hasil terapi
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang
penyakitnya (amenorrhea)
4. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan efek gangguan menstruasi

2.3. Intervensi Keperawatan


Asuhan keperawatan terdiri atas edukasi, konseling, pemberian keyakinan, dan
peningkatan atau pengembangan pilihan untuk membantu klien mengatasi masalah. Pada
gangguan yang bersifat permanen atau serius, wanita dan keluarganya mungkin memerlukan
bantuan untuk menerima masalah tersebut dan mengintegrasikannya ke dalam kehidupan
mereka. Klien harus diizinkan untuk berduka atas kehilangan fungsi yang mungkin terjadi,
seperti infertilitas atau siklus menstruasi. Ancaman terhadap kesejahteraan diri, seperti kanker
atau tumor destruktif, perlu didiskusikan secara terbuka agar klien dan keluarga
mengekspresikan dan mengatasi perasaan mereka sendiri.

1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan efek psikososial


akibat disfungsi menstruasi atau penanganannya.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan pasien


dapat mengembangkan tujuan personal yang bermanfaat bagi dirinya baik secara
emosional maupun fisik.
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan pasien rapi.
Pasien menerima apa yang sedang terjadi.
Intervensi
Rasional
Bina hubungan saling percaya dengan
Pasien dengan mudah mengungkapkan
pasien.

masalahnya hanya kepada orang

Libatkan pasien pada setiap kegiatan di

yangdipercayainya.
Memungkinkan menerima stimulus

kelompok

social dan intelektual yang dapat

Gali kekuatan dan sumber-sumber yang

meningkatkan konsep diri pasien.


Mengidentifikasi kekuatan pasien dapat

ada pada pasien dan dukung kekuatan

membantu pasien berfokus pada

tersebut sebagai aspek positif.

karakteristik positif yang mendukung


keseluruhan konsep diri.

2. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan dalam status


kesehatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 X 24 jam diharapkan ansietas
dapat berkurang.
Kriteria hasil :

Pasien menunjukkan relaksasi


Pasien menunjukkan perilaku untuk menangani stres
Intervensi
Rasionalisasi
Libatkan pasien/ orang
Keterlibatan akan membantu
terdekat dalam rencana
pasien merasa stres berkurang
perawatan
Berikan lingkungan tenang dan Memindahkan pasien dari
stress luar meningkatkan
istirahat
relaksasi; membantu
menurunkan ansietas
Bantu pasien untuk
Perilaku yang berhasil dapat
mengidentifikasi/ memerlukan dikuatkan pada penerimaan
perilaku koping yang
masalah stress saat ini,

digunakan pada masa lalu


Bantu pasien belajar

meningkatkan rasa control diri


pasien
Belajar
cara
baru
untuk

mekanisme koping baru,

mengatasi

misalnya teknik mengatasi

membantu dalam menurunkan

stres

stress dan ansietas

masalah

dapat

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang


didapat tentang penyakitnya (amenorrhea)
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam perawatan setelah diberikan tindakan
diharapkan pasien mampu memahami dan menerima kondisinya dan respon fisik
serta respon emosional terhadap siklus menstruasi.
Kriteria hasil:

Pasien mengetahui tentang penyakitnya


Intervensi
Rasionalisasi
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien
Mengidentifikasi luasnya masalah klien
tentang penyakit yang dideritanya

dan perlunya intervensi.

Jelaskan mengenai siklus menstruasi

Dengan memiliki pengetahuan tentang

yang normal, jenis gangguan

menstruasi klien dapat meningkatkan

menstruasi, penyebab, gejala, dan

toleransiterhadap nyeri dan dapat

penanganannya.

mencari jalan keluar untuk masalah


gangguan menstruasinya.

Beri kesempatan klien untuk bertanya.

Meningkatkan pemahaman yang lebih


dalam tentang menstruasi.

4. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan efek


gangguan menstruasi
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jam setelah diberikan tindakan diharapkan pasien
memilih tindakan terapeutik yang sesuai.
Kriteria hasil:

Menyatakan masalah dan menunjukkan perilaku yang sehat untuk

menghadapinya.
Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap

perubahan pada citra tubuh


Intervensi
Berikan waktu untuk mendengar

Rasionalisasi
Memberikan minat dan

masalah dan ketakutan pasien dan

memberikan

orang terdekat. Diskusikan persepsi

memperbaiki kesalahan konsep, contoh

diri pasien sehubungan dengan

wanita takut kehilangan kewanitaan.

kesempatan

perhatian;
untuk

antisipasi perubahan dan pola hidup


khusus.
Kaji stress emosi pasien. Identifikasi

Perawat perlu menyadari apakah arti

kehilangan pada pasien/orang terdekat.

tindakan ini terhadap pasien untuk


menghindari tindakan kurang hati-hati
atau terlalu menyendiri. Ia merasa takut
tak mampu memenuhi peran reproduksi
dan mengalami kehilangan.

Dorong pasien atau orang terdekat

Mendefinisikan masalah, memberikan

untuk mengekspresikan dengan tepat.

kesempatan
pertanyaan

untuk
dan

solusi

menjawab
pemecah

Diskusikan kemampuan dan aspek

masalah.
Mengidentifikasi hal-hal positif yang

positif yang di miliki


Kolaborasi :

masih di miliki klien.


Mungkin
memerlukan

Rujuk ke konseling profesional sesuai

tambahan untuk mengatasi perasaan

kebutuhan

kehilangan.

bantuan

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK. Unpad. 1993. Ginekologi. Elstar. Bandung
Carpenito. Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC
Difa Danis. Kamus Kedokteran. Gitamedia Press.
Galle. Danielle. Charette. Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC
Saifidin. Abdul Bari ,dkk. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo dan JNKRR-POGI. Jakarta

Kelainan genetik

Kegagalan fungsi
hipotalamushipofisis

Tertikular
feminizatio

Hipogonadotropin
FSH dan LH
menurun

Tidak
punya
uterus

Testis
menggantikan
ovarium

Ovarium tidak
terangsang
Estrogen dan
progesterone
tidak dihasilkan
Siklus menstruasi
tidak terjadi

Gangguan
citra tubuh

Penyakit, stress,
obat-obatan

Disgenesis
gonad

Siklus menstruasi
terganggu

Ovarium
gagal
berkemb
ang

Tidak terjadi
siklus menstruasi

Ovarium
berupa
jaringan
pengikat

Tidak dapat
mengalami
menstruasi

Amenorhoe
sekunder

Ansiet
as
Amenorho
e primer

Harga diri
rendah

Kurang
pengetah
uan

Anda mungkin juga menyukai