Anda di halaman 1dari 5

Implementasi Treasury Single Account Dalam Rangka

Pelaksanaan Manajemen Kas Yang Optimal


Dalam rangka pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah dan untuk mewujudkan tujuan
bernegara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta menjamin ketersediaan sarana
dan prasarana publik, menimbulkan hak dan kewajiban negara untuk melakukan pengelolaan
keuangan negara secara professional, terbuka dan bertanggung jawab demi kemakmuran
rakyat. Salah satu cara untuk mewujudkan tujuan tersebut adalah dengan pelaksanaan
manajemen kas perbendaharaan dan perencanaan keuangan yang optimal.
Banyaknya terjadi kebocoran yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan di Indonesia,
mengharuskan pemerintah untuk bertindak lebih pro-aktif dalam upaya melindungi sumber
dana tersebut dari penyelewengan dengan cara pemberlakuan manajemen kas yang terstruktur
dan solid, sehingga kemungkinan terjadinya pemanfaatan uang rakyat oleh pihak-pihak yang
tidak berkepentingan dapat ditekan. Dengan manajemen kas yang baik, juga diharapkan
pelayanan kepada masyarakat bisa ditingkatkan.
Pelaksanaaan manajemen kas perbendaharaan dapat menggunakan metode Treasury Single
Account (TSA) yaitu sebuah rekening atau serangkaian rekening dimana seluruh transakasi
pembayaran pemerintah dilaksanakan. Perencanaan keuangan diperlukan untuk menjamin
bahwa aliran kas harus seimbang dengan aliran kas masuk dan untuk mempersiapkan rencana
pinjaman. Perencanaan kas sendiri harus dipersiapkan sebelumnya dan dibicarakan
dengan spending agencies (satuan kerja) masing-masing Kementrian/Lembaga untuk
memungkinkan mereka melaksanakan anggaran secara efisien.
Implementasi TSA secara umum memiliki keuntungan bagi Pemerintah dimana tidak ada lagi
pengendapan saldo kas tidak terpakai di bank umum melainkan semua saldo dikonsolidasikan
pada rekening Bendahara Umum Negara/Rekening Kas Umum Negara untuk dapat
dioptimalisasi melalui investasi Pemerintah yang dikelola oleh Bank Indonesia. Selain itu
melalui implementasi TSA, permasalahan lain yang menyangkut administrasi pengelolaan
kas dapat diatasi secara lebih efektif.
Namun, adanya TSA juga akan menimbulkan oppotunity cost dimana Pemerintah tidak lagi
mendapatkan jasa perbendaharaan. Bahkan sebaliknya di masa yang akan datang hal ini

berpotensi meningkatkan pengeluaran negara untuk pembayaran jasa perbendaharaan atas


administrasi yang dilakukan oleh bank-bank umum.
Satu catatan penting yang terkait dengan rencana penerapan TSA ke seluruh KPPN di-masa
yang akan datang adalah bahwa keberhasilan TSA sangat tergantung pada kemajuan
teknologi informasi. Walaupun mekanisme sentralisasi saldo kas ini berpotensi memberikan
hasil yang signifikan, kesuksesan dari pelaksanaannya tergantung pada tingkat perkembangan
teknologi modern dimana link elektronik antara unit pengeluaran (pengguna anggaran), bank
(BI dan bank-bank umum) serta kantor Perbendaharaan (KPPN) dimungkinkan untuk
diterapkan.

Pelaksanaan Treasury Single Account di Indonesia


Pengantar
Sebagai salah satu upaya pemerintah dalam memperbaiki pengelolaan kas negara adalah
dengan menerapkan Rekening Tunggal Pemerintah (Treasury Single Account TSA).
Rekening Perbendaharaan Tunggal atau Treasury Single Account (TSA) merupakan salah
satu contoh praktek-praktek terbaik internasional (best practices) dalam pengelolaan
kas.Dengan penerapan TSA ini akan memungkinkan aliran kas yang terkonsolidasi dimana
penerimaan dan pengeluaran berasal dari satu rekening. Prinsip-prinsip ini mencakup adanya
pengendalian atas aliran kas. Dalam pelaksanaan TSA diperlukan perubahan mekanisme
penyaluran dana APBN (pengeluaran kas) serta mekanisme pengelolaan penerimaan negara
melalui bank persepsi yang ada saat ini. Hal ini dilakukan untuk mencapai penerimaan negara
diterima pada hari yang sama, pengeluaran negara dilakukan secara tepat waktu, adanya
transparansi berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan kas yang baik.
Pengertian TSA
Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 2004, pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
negara diamanahkan untuk melalui satu rekening. Semua uang negara akan tersimpan dalam
rekening ini dan semua pengeluaran negara dilaksanakan melalui rekening yang sama.
Dengan pelaksanaan TSA ini akan memudahkan dalam mencapai pengelolaan kas negara
berdasarkan prinsip pengelolaan kas yang baik.

Landasan Hukum
Landasan hukum pelaksanaan TSA terdapat dalam :

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Pasal 12 ayat (2)
dan Pasal 22 ayat (2) dan (3)
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui satu rekening (Single
Account) Rekening Kas Umum Negara (RKUN)

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah,


Pasal 14 ayat (2)
Semua penerimaan negara masuk ke Rekening Kas Umum Negara dan semua

pengeluaran negara keluar dari Rekening Kas Umum Negara


Peraturan Menteri Keuangan No.98/PMK.05/2007 tentang Pelaksanaan Rekening
Pengeluaran Bersaldo Nihil pada Bank Umum Mitra Kerja KPPN dalam Rangka
Penerapan TSA, di 178 KPPN.

Latar belakang perlunya TSA


TSA diperlukan dengan latar belakang sebagai berikut:
Rekening pengeluaran/penerimaan tersebar di seluruh bank di Indoneisa, sehingga:

sulit untuk mengetahui jumlah uang yang dimiliki oleh negara secara cepat

menyulitkan perencanaan kas yang baik

tidak efisien: tingginya biaya pengelolaan rekening, pengendapan uang


pemerintah yang berasal dari pendapatan dan penerimaan.

Banyaknya uang negara yang masih dikuasai oleh K/L dan bendahara (dalam bentuk
UP)

Uang yang tersimpan di BI tersebar dalam puluhan rekening.

Tujuan Pelaksanaan TSA


Tujuan pelaksanaan TSA mencakup antara lain:

Adanya pengendalian atas saldo kas dan aliran kas


Untuk pengendalian saldo kas dan aliran kas diperlukan adanya suatu ketentuan hukum

yang mewajibkan penerimaan dan pengeluaran harus melalui rekening tersebut sehingga
dengan demikian saldo kas dapat dikendalikan.

Saldo kas setiap hari harus dikonsolidasikan ke rekening TSA


Semua saldo kas yang tersebar dibanyak rekening, untuk keperluan operasional

pemerintah maka saldo tersebut harus dikonsolidasikan kedalam satu rekening pada setiap
akhir hari kerja.

Minimalisasi cash float


Cash float adalah uang yang mengendap/menganggur pada bank yang berkaitan dengan

pelaksanaan pengeluaran atau penerimaan. Uang yang menganggur tersebut harus dapat
diminimalisir dengan memanfaatkan dana kas sedemikian rupa sehingga saldo kas
menganggur menjadi minimal.

Transparansi
Diharapkan dengan TSA akan dapat menjamin transparansi dalam pengelolaan

penerimaan dan pengeluaran negara serta dalam pelaksanaan pengendalian saldo kas
pemerintah dengan adanya laporan yang dapat diketahui oleh publik.
Prinsip-prinsip TSA

konsolidasi seleruh rekening pemerintah ke RKUN di BI

penerapan zero-balance atas rekening pemerintah yang berada di luar BI

minimalisasi cash float dan idle cash

investasi dan penempatannya yang aman (risk free) serta transparansi atas surplus
cash

koordinasi yang baik dengan BI dalam kebijakan fiskal dan moneter.

Langkah-langkah Penerapan TSA


Langkah-langkah dalam penerapan TSA mencakup hal-hal sebagai berikut:
1.

Mengkonsolidasikan penyimpanan uang negara dalam satu rekening, yaitu Rekening


Kas Umum Negara (RKUN).

2.

Semua penerimaan negara masuk ke RKUN dan semua pengeluaran negara dibayar
dari RKUN.

3.

Semua penerimaan negara harus dilimpahkan ke RKUN setiap hari.

4.

Tidak ada lagi dana mengendap di BOI, II dan III dengan menihilkan saldo yang ada
pada setiap akhir hari kerja. Untuk pengeluaran, dana disediakan pada saat diperlukan
untuk pembayaran. Bank Operasional I, yang selanjutnya disingkat BO I, adalah bank

operasional mitra Kuasa BUN di daerah yang menyalurkan dana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) untuk pengeluaran non gaji bulanan, termasuk kekurangan
gaji dan gaji susulan, dan uang persediaan. Bank Operasional II, yang selanjutnya
disingkat BO II, adalah bank operasional mitra Kuasa BUN di daerah yang menyalurkan
dana APBN untuk pengeluaran gaji bulanan. Bank Operasional III, yang selanjutnya
disingkat BO III, adalah bank operasional yang melakukan pembagian Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)/Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan upah
pungut PBB/BPHTB serta membayar pengembalian PBB dan BPHTB.
5.

Uang persediaan diberikan hanya untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari


(petty cash) dengan jumlah yang minimum.

6.

Uang yang berada di Bank Indonesia dan bank umum mendapatkan bunga sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.

7.

Pemberian imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan oleh Bank Indonesia dan Bank
Umum untuk penerimaan dan pengeluaran negara.

8.

Membuat perencanaan kas yang baik dan akurat.

9.

Berdasarkan perencanaan kas yang akurat, menempatkan uang yang idle ke rekening
yang mendapatkan bunga di Bank Indonesia/Bank Umum atau melakukan investasi
jangka pendek pada instrumen moneter yang aman dan menguntungkan.

10.

Mencari dana dengan tingkat bunga yang paling ekonomis atau menjual Surat Utang
Negara (SUN) yang dimiliki dengan harga yang paling menguntungkan untuk menutup
kekurangan kas.

Anda mungkin juga menyukai