PROTEKSI DISTRIBUSI
1. Pendahuluan
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan. Karena
fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan distribusi
perlu dilengkapi dengan alat pengaman
Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi
1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari akibat
adanya gangguan listrik
2. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik
3. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen
Sistem pengaman yang baik harus mampu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman
1.
Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem tenaga
listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan daerah pengaman tugas
suatu pengaman mendeteksi adanya gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya harus
cukup sensitif untuk mendeteksi dengan nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT
atau Pelebur untuk memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat
zt-130451023.doc
2.
Selektifitas (ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan pengamanan
bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan diusahakan
seminimal mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan demikian disebut pengamanan
selektif.
3. Keandalan ( Realibilitas)
Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat bekerja bila
diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan alat-alat penga,man harus
dapat diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada desain, pengerjaan dan
perawatannya
4.
Kecepatan. (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi juga dapat
memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan
2. Pengaman Arus lebih
2.1. Fuse Cut Out
2.1.1
b.
c.
d.
PT PLN Udiklat
2.1.2 Klasifikasi Fuse Cut Out
Jenis-jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini
High Voltage Fuses
Power Fuses
Expulsion
Expulsion
i
Liquid Filled
oil
enclosed
open
dropou t
Single
elemen
Repeater
Ve nted
open
enclosed
Repeater
dropout
dropout
dropout
indicating
indicating
indicating
dropout
Single elemen
Carbon
tetrachloride
Non Vented
Double element
Non Dropout
Single elemen
dropout
Non Drop
out
dropout
Non dropout
indicating
indicating
Non
indicating
indicating
indicating
Non Vented
Non Dropout
Non dropout
Non Drop
out
dropout
indicating
sand
s
Single elemen
Single elemen
Drop
out
Liquid fi lled
Vented
Non
Vented
Single elemen
Single elemen
Single
elemen
Fibre tube
Boric Acid
Open link
Fibre tube
Current limiting
indicating
indicating
indicating
indicating
Non
indicat ing
indicating
indicating
Pada gambar ini diperlihatkan fuse yang dirancang untuk penggunaan pada tegangan tinggi
dapat dibedakan dalam 2 ( dua ) macam yaitu Cutout Distribusi (Distribution Cutouts),
dilapangan sering disebut: Fuse Cut Out disingkat FCO dan Fuse TM
(Power Fuse ) yang sering disebut MV Fuse atau Fuse pembatas arus. Dilapangan keperluan
dan cara pemasangan kedua jenis fuse ini berbeda. Fuse cut out banyak dipergunakan pada
saluran saluran percabangan dengan konstruksi saluran udara terbuka sedangkan MV fuse
banyak dipergunakan pada panel panel cubicle dengan saluran kabel atau campuran .
Fuse cutout distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse letupan (Expulsion Fuse)
dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse) Namun pada kenyataannya dilapangan fuse cutout
letupan (expulsion) lebih banyak dipakai untuk jaringan distribusi dibanding dengan power
fuse, istilah letupan (expulsi) merupakan suatu tanda yang dipergunakan fuse sebagai tanda
adanya busur listrik yang melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.
Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa penguraian panas
secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di deionisasi pada celah busurnya sehingga
zt-130451023.doc
busur api segera menjadi padam pada saat arus menjadi nol. Tekanan gas yang timbul pada
tabung akibat naiknya temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas
didalam tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin besar
pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api padam partikel-partikel
yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung yang terbuka.
Klasifikasi fuse cutout yang kedua adalah fuse cutout liquid, fuse jenis ini tidak dikenal di
wilayah PT PLN . Namun menurut referensi Fuse Cut Out semacam ini dapat digunakan
untuk jaringan distribusi dengan saluran kabel udara .
2.1.3. Fuse Cut-Out Letupan Bertabung Fiber
Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse Cut-Out (FCO) distribusi
yaitu
a. Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse)
b. Fuse link terbuka (Open link fuse)
Fuse
cut-out
bertabung
fiber
mempunyai
fuse
link
yang
dapat
diganti-ganti
(interchangeability) dan terpasang didalam pemegang fuse (fuse holder) berbentuk tabung
yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out
terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed fuse cutout), fuse cut-out
terbuka dapat dilihat pada gambar 2.Pada gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang
diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya
pada fuse cutout tertutup, tabung fuse terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh
kontak listriknya terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat
pada gambar 3
Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim delta atau
jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada jaringan - jaringan yang
menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan pemutusan fuse cutout secara
individual tidak melebihi tegangan maksimum pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah
sesuai dengan kebutuhan operasinya
PT PLN Udiklat
Gambar 2
Gambar 2.
Gambar. 4
zt-130451023.doc
Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban pada
rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja pegas ini dimaksudkan untuk
menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse terbuka pada saat fuse bekerja dan ini
dipakai karena kemampuan pemutusan pada tabung fiber yang kecil relatif terbatas. Fuse
cutout ini dirancang untuk dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai
arus pengenal pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber
PT PLN Udiklat
Tabel 1. Arus Leleh Fuse Link Tipe K
Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang disarankan / disukai
Rasio
Kecepatan
6
10
15
25
40
65
100
12. 0
19. 5
31. 0
50
80
128
200
14. 4
23. 4
37..2
60
96
153
240
13. 5
22. 5
37
60
98
159
258
20. 5
34
55
90
146
237
388
72
128
215
350
565
918
1520
86
154
258
420
680
1100
1820
6.
6.
6.
7.
7.
7.
7.
0
6
9
0
1
2
6
140
200
310
480
372
576
430
760
650
1150
2470
3880
2970
4650
8. 0
8. 1
Arus
Pengenal
fuse link
Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate
8
12
20
30
50
80
15
25
39
63
101
160
18
30
47
76
121
192
2
4
2. 4
4. 8
7. 2
2
3
zt-130451023.doc
18
29. 5
48
77. 5
126
205
27
44
71
115
188
307
97
166
273
447
719
1180
10
.(2)
116
199
328
546
862
1420
Rasio
Kecepatan
6.
6.
7.
7.
7.
7.
58
58
58
5
6
0
1
1
4
Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate
8
12
20
30
50
80
15
25
39
63
101
160
18
30
47
76
121
192
1
2
3
2
4
6
2. 4
4. 8
7. 2
20. 5
31
166
34. 5
52
296
57. 0
85
496
93. 0
138
812
152
226
1310
248
370
2080
Arus Pengenal dibawah 6 Amper
.(2)
11
.(2)
.(2)
11
.(2)
.(2)
11
.(2)
199
355
595
975
1570
2500
100
100
`
Rasio
Kecepatan
11.1
11. 8
12. 7
12. 9
13. 0
13. 0
Tabel 4 Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate Tidak disarankan. [1]
Arus
Pengenal
fuse link
6
10
15
25
40
65
100
140
200
Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang disarankan / disukai
12. 0
19. 5
31. 0
50
80
128
200
310
480
14. 4
23. 4
37..2
60
96
153
240
372
576
15. 3
26. 5
44. 5
73. 5
120
195
319
520
850
23
40
67
109
178
291
475
775
1275
120
224
388
635
1010
1650
2620
4000
6250
144
269
466
762
1240
1975
3150
4800
7470
Rasio
Kecepatan
10
11. 5
12. 5
12. 7
13
12. 9
13. 1
12. 9
13. 0
Tiga titik operasi fuse link untuk tipe K dan tipe T yang distandarkan dalam karakteristik
arus waktu adalah :
a.
300 detik untuk fuse link 100 amper dan dibawahnya , 600 detik untuk fuse
10 detik
c.
0.1 detik seperti yang dirancang pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe K
PT PLN Udiklat
Karakteristik arus waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang dibuat semestinya
tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang ditampilkan dan karakteristik lebur minimum
fuse link ini ditambah dengan toleransi dari pabrikan seharusnya tidak lebih besar dari nilai
maksimum seperti pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan tabel 3 dan tabel 4
untuk fuse link tipe T
Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan sederetan fuse link dengan nilai
arus pengenal yang disarankan (prefered continues rating) :
6 - 10 15 25 40 65 100 140 dan 200 amper., nilai arus pengenal kontinyu 8 12
20 30 50 dan 80 amper merupakan nilai arus pengenal yang tidak disarankan (non
prefered countinues rating).sebagai standar intermediate.
Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar setiap nilai arus penganal
fuse link yang disarankan dapat diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link yang disarankan
dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dan setiap nilai arus pengenal fuse link yang
tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link yang tidak di sarankan
dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dalam beberapa kasus kerja selektif dapat juga
diperoleh antara fuse link yang disarankan dengan fuse link yang tidak disarankan
Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah distandarisasi, nilai-nilai
arus pengenal yang rendah ini tidak dimaksudkan untuk berkordinasi satu dengan yang lain
namun koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6 ampere atau diatasnya
Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H masing masing dapat dilihat pada
gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar 7 seperti berikut :
zt-130451023.doc
Gambar 5 Kurva Karakteristik Arus Waktu Fuse link tipe K ( kerja cepat )
10
PT PLN Udiklat
zt-130451023.doc
11
PT PLN Udiklat
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan mulai dari saat terjadinya arus
lebih sampai dengan mulai meleburnya pelebur untuk harga arus tertentu.
b. Waktu busur
Waktu antara saat timbulnya busur permulaam sampai saat pemadaman
c. Kurva waktu pembebasan maksimum ( maximum clearing time )
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari saat terjadinya arus lebih
sampai dengan padamnya bunga api untuk harga arus tertentu
2.1.6 Ketersediaan Tipe Dan Angka Pengenal Fuse Link
Seiring dengan perubahan teknologi dan kebutuhan dalam peningkatan mutu pelayanan
tenaga listrik. beragam tipe dan angka pengenal fuse cutout letupan (expulsion) yang
diproduksi dan dijual dipasaran pada masa kini. Salah satu perusahaan pembuat fuse link
menyediakan beberapa tipe yang diantaranya adalah tipe K, T, H, N, D, S untuk sistim
distribusi dengan tegangan sampai 27 kV dan tipe EK, ET dan EH untuk sistem distribusi
dengan tegangan sampai 38 kV dengan pengenal seperti terlihat pada tabel 5
Tabel 5
Ketersediaan tipe dan rating fuse link yang diproduksi pabrik
Jenis waktu
kerja
1-2-3-5-8
100
Sangat lambat
1-1,5-2-3-4-5-7-10-15-20
100
Sangat lambat
1 s/d 200
150
Cepat
6 s/d 8,1
6 s/d 100
100
Cepat
6 s/d 8,1
s/d 200
100
Cepat
6 s/d 11
1 s/d 200
150
Lambat
10 s/d 13.1
3 s/d 200
150
Sangat lambat
15
6 s/d 100
150
Cepat
s/d
8.1
6 s/d 100
150
Lambat
10
s/d
13.1
1,2,3,5
100
Sangat lambat
Arus Pengenal
(A)
Rasio Kecepatan
Kerja
6 s/d 18
7
13
s/d
s/d
46
20
s/d 22
zt-130451023.doc
13
Untuk keperluan peningkatan efisiensi dan tingkat keandalan pelayanan sistem di PT PLN
(Persero), jenis,tipe dan karakteristik perlu dipilih Fuse Cut out yang sesuai dengan sistem
dan kondisi yang ada di lingkungan PT PLN (Persero) sebagai perusahaan yang mengelola
distribusi tenaga listrik. Untuk keperluan ini PLN merumuskan kebijaksanaanya dalam
standar PLN : SPLN 64 : 1985 mengenai Petunjuk dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem
Tegangan Menengah dengan spesifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum
1. Frekwensi kerja
: 50 Hz
maks 37 0 C
5.
Arus pengenal dalam amper dan arus pemutusan dalam kilo amper : fuse link
Arus pengenal dan arus pemutusan pengenal fuse link dipilih dari seri R10 Bagi
jenis pembatas arus dalam keadaan khusus bila diperlukan tambahan boleh
diambil dari seri R 20
Seri R 10. : 1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20 : 1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55
4 4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9
6.
PT PLN Udiklat
Fuse link dan rumah fuse (fuse support) harus dapat dilewati arus pengenalnya
secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan suhunya seperti tertera pada
tabel 4
7. Untuk pasangan luar tekanan angin tidak melebihi 700 N / m 2
8.
Udara sekitar tidak tercemar oleh debu, asap, gas korosif, gas mudah terbakar uap
atau garam
9.
Pengenal fuse
Tegangan pengenal : 24 KV
Arus pengenal fuse dalam amper
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9
Frequensi pengenal : 50 Hz
b.
zt-130451023.doc
15
(puncak)
Antara jarak isolasi dari rumah fuse 145 kV ( puncak )
2.
)
Antara kutub - tanah dan kutub kutub ( TID ) 50 kV
(puncak)
Antara jarak isolasi dari rumah pelebur 60 kV ( efektif )
c.
Arus pengenal
Seri R 10. ( A ) :
16
PT PLN Udiklat
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9
Tegangan maksimum : 24 kV
e.
Karakteristik pelebur
Batas kenaikan suhu
Anak dan rumah pelebur ( Fuse link dan Fuse holder ) harus dapat dilewati
arus pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan
suhunya seperti tertera pada tabel Batas Suhu dan Kenaikan Suhu berbagai
komponen
Kelas pelebur jenis letupan dibagi dalam dua
kelas yaitu :
1.
Fuse
letupan
(expulsion
kelas
Konstruksi
Pelebur yang dipilih pada umumnya tipe buka-jatuh (drop out) dimana
tabung, fuse holder dan fuse linknya akan jatuh dan menggantung bila fuse
linknya telah bekerja (putus)
Pembukaan tanpa pemadaman dapat dilakukan dengan tambahan alat
kerja kerja keadaan bertegangan (hot stick) yang dilengkapi dengan alat
pemadam busur atau dengan dengan lengan pemutus pelebur.
zt-130451023.doc
17
A.
B.
C.
I.
D.
E.
K. Crank shaft.
F.
18
PT PLN Udiklat
Gambar 9
A 36 AD
A 36 AD
A 12 AD
A 12 AD
zt-130451023.doc
19
Gambar 11. Pelepasan / Pemasukan Fuse Holder FCO
Dengan Load Buster
20
PT PLN Udiklat
dalam pencapaian kepuasan pelanggan dan peningkatan penjualan KWh dengan
mengecilkan tingkat SAIDI dan SAIFI di harapkan dapat terpenuhi
Salah satu metode pemutusan arus hubung singkat permanen (persistant) yang
efektif adalah dengan memasang fuse pada tiap tiap percabangan atau anak cabangnya (
sub branch )
Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan memupus harapan
perusahaan. Sering kerjanya (Trip) PMT Penyulang di Gardu Induk oleh karena sering
terjadi gangguan di saluran saluran cabang atau terutama saluran saluran anak cabang
perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang sesuai dengan kebutuhan
Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus pengenal FCO untuk
proteksi saluran cabang atau saluran anak cabang adalah besarnya nilai arus beban
maksimum yang akan atau dapat mengalir pada saluran cabang atau anak cabang yang
dimaksud .
Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link Cut out (FCO) yang diproduksi
oleh sejumlah pabrik yang telah dikemukakan di fuse cut out dan pada pemilihan arus
pengenal fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal (rating) fuse link yang
dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :
1.
Pilih fuse link Cut Out ( FCO ) yang sesuai dengan standar dalam hal ini PLN dalam
SPLN 64 :1985 menentukan pilihan type K T dan H
2.
Bagilah Arus beban maksimum yang sudah ditentukan dengan kemampuan arus
kontinue fuse link
3.
Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang lain (PMT, PBO dan Fuse
Cut out ) baik yang berada di sisi sebelah hulu (sumber) dan sebelah hilirnya (beban)
4.
5.
Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out khususnya bagi FCO yang
terpasang dekat dengan sumber tenaga
Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan terhadap arus beban,
juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan mempunyai
zt-130451023.doc
21
kemampuan pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi dan dapat
melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat arus lebih.
Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau terjadi
kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah hilirnya karena
recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi instantaneous tanpa memutuskan
fuse link Pada saat gangguan tetap fuse link pertama pada sebelah sumber dari gangguan
akan melebur dan membuka rangkaian setelah operasi recloser
2.9.
Protected
(Back up)
Fuse Link
Protecting
Fuse Link
Protecting
Fuse Link
Gambar 12
PT PLN Udiklat
yang dimiliki fuse link nya. Apabila arus melebihi kapasitasnya maka semestinya fuse link
akan mengalami pemanasan lebih, membuat pemutusan dan rangkaian menjadi terpisah
dari sistem Kapasitas arus kontinue fuse link ratarata adalah 150 % dari arus pengenalnya
untuk fuse link type K dan type T dengan elemen pelebur dari timah dan 100% untuk fuse
link tipe H, N dan type K perak seperti terlihat pada tabel 5 pada SPLN 64 : 85
Kemampuan hantararus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion) tipe T
(lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut :
a.
1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6.3 A sampai
dengan 100 A.
b.
1.3 kali arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 125 A sampai
dengan 160 A
c.
Sama dengan nilai arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 200 A
d.
e.
f.
Kemampuan hantararus terus menerus dari pelebur harus sama atau lebih besar
dari arus beban maksimum terus menerus yang akan melewatinya
Koordinasi operasi suatu proteksi dengan proteksi lain penting untuk dilasanakan
untuk menjaga hal yang tidak diinginkan misalnya adanya pemutusan yang tidak di
inginkan demikian juga koordinasi operasi proteksi fuse cut out dimana prinsipnya adalah :
Memberi kesempatan pada fuse pemroteksi (protecting) pada sisi beban yang berada di
depan terdekat dari titik gangguan untuk bekerja sepenuhnya (memutus rampung) terlebih
dahulu sebelum fuse sebelah hulu (sisi sumber) yang diproteksi bertindak sebagai
cadangannya mulai bekerja.
Untuk memenuhi koordinasi hendaknya dipilih waktu leleh arus pengenal yang
memiliki kerenggangan waktu minimum 25 % antara waktu pemutusan maksimum Fuse
pemroteksi pada sisi terdekat dengan gangguan dengan waktu leleh minimum pelebur yang
diproteksi atau dengan kata lain waktu pemutusan maksimum dari fuse pemroteksi
hendaknya tidak melebihi 75 % dari minimum fuse yang diproteksi
zt-130451023.doc
23
Untuk pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel 6 dan tabel
7 dan 8 seperti berikut
Tabel 6
Tabel 7
Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout
Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link Tipe T
24
PT PLN Udiklat
Tabel 8
Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K
zt-130451023.doc
25
b.
Dilihat dari karakteristik waktu arusnya proteksi trafo dibatasi dua garis kerja yaitu :
a. Garis batas ketahanan pelebur yang merupakan batas ketahanan pelebur dimana
pelebur FCO tidak boleh bekerja pada beban lebih yang masih dan harus dapat
ditahan oleh trafo tersebut yaitu :
b Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan batas ketahanan trafo dimana pelebur
( FCO ) harus sudah bekerja / melebur
Garis batas ketahanan pelebur bagi trafo distribusi umum ditentukan oleh titik titik
berikut :
2 x In
3 x In
6 x In
selama
12 x In
selama
25 x In
PT PLN Udiklat
x In
x In
selama
10 x In
selama
1 detik ........
27
x In
4.75 x In
6.7
x In
11.3 x In
25
x In
selama
I2 t
b.
Relai arus lebih dengan tunda waktu tertentu (definite time over current
relay).
c.
Relai arus lebih dengan tunda waktu terbalik (inverse time over current
relay).
3.1. Relai Arus Lebih Seketika
Relai arus lebih seketika adalah relai arus lebih yang bekerja tanpa penundaan waktu, atau
jangka waktu relai mulai saat arusnya pick-up sampai selesai sangat singkat (sekitar 20
sampai 100 ms).
.t detik
28
PT PLN Udiklat
I ampere
Gambar : Karakteristik Rele Arus Lebih Seketika
3.2.
.t detik
I ampere
Gambar : Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Tertenu
t1
zt-130451023.doc
t2
29
If1
If2
I ampere
Gambar : Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Terbalik
Relai arus lebih waktu terbalik pada dewasa ini dalam suatu relai dapat memiliki
beberapa jenis kurva yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhannya berkat
kemajuan tekonologi elektronika dan micro prosesor Dimana kurva kurva tersebut
dapat diubah kedalam bentuk bentuk persamaan diantaranya adalah :
1. Kurva standar Inverse
0.14
tp = TD. 0.02 =
1
M
( 3.1 )
( 3.2 )
( 3.3 )
( 3.4 )
Dimana
. tp
TD
30
PT PLN Udiklat
Alat ini digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman gangguan temporer dan juga untuk
membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan, dilihat dari peredam busur apinya
PBO adalah :
1. PBO dengan media minyak
2. PBO dengan media Vaccum
3. PBO dengan media Gas SF6
Dilihat dari peralatan kontrolnya adalah :
1. PBO dengan kontrol hidroulick
2. PBO dengan kontrol elektronik
Dilihat dari peralatan sensornya adalah :
1. PBO dengan sensor arus listrik
2. PBO dengan sensor tegangan
5. PENGAMAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH
1. Pengertian.
Jika suatu tegangan tersentuh tubuh manusia maka pada umumnya mengalir arus listrik
kedalam tubuh yang berbahaya bagi tubuh sebenarnya bukan tegangannya melainkan arus
listrilk yang mengalir didalam tubuh.
Tegangan akan berbahaya akibat sentuhan dengan tegangaan itu menyebabkan
mengalirnya arus listrik yang cukup besar didalam tubuh, jika tidak menyebabkan aliran
arus tegangan tidak berbahaya.
2. Akibat arus listrik dalam tubuh
Berdasarkan penelitian didapat kesimpulan bagaimana akibat arus mengalir dalam tubuh
manusia digambarkan sebagai berikut :
zt-130451023.doc
31
32
PT PLN Udiklat
listrik dengan demikian beasar tahan tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan
kelembaban tubuh.
Lintasan tubuh yang dilalui arus dan besar tegangan yang disentuh dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
< 50
< 120
50
120
75
140
0,5
90
160
0,2
110
175
0,1
150
200
0,05
220
250
0,03
280
310
(detik)
33
Sentuhan dengan tegangan dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Pengamanan
terhadap sentuhan langsung adalah pengamanan terhadap sentuhan pada bagian yang aktif
dari suatu peralatan atau instalasi yang dalam kondisi normal bertegangan. Sedangkan
pengaman terhadap sentuhan tidak langsung adalah pengamanan terhadap sentuhan pada
badan peralatan atau instalasi yang menjadi bertegangan pada waktu ada gangguan
(hubung singkat ke badan tersebut).kebadan instalasi yang bersifat konduktif.
Pengaman terhadap sentuhan langsung :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pentanahan TR
Fungsi Pentanahan TR
Pentanahan TR berfungsi untuk menghindari bahaya tegangan sentuh bila terjadi
gangguan atau kegagalan isolasi pada peralatan atau pada instalasi Dalam SPLN 3 1978
pentanahan netral pada jaringan tegangan rendah adalah pentanahan efektif yang
mempunyai tahanan pentanahan dibawah 5
Semua JTR dan instalasi harus menggunakan sistem pentanahan netral pengaman ( PNP)
PNP adalah sistem pentanahan dengan cara menghubungkan badan peralatan atau
instalasi dengan hantaran netral yang ditanahkan (disebut hantaran nol) sehingga jika
terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi
karena pemutusan arus oleh alat pengaman arus lebih
34
PT PLN Udiklat
Tegangan sentuh yang timbul akibat gangguan atau kegagalan isolasi tergantung kepada
pentanahan. Bekerjanya peralatan pengaman juga ditentukan oleh sistim pentanahan yang
dipergunakan
5. PENGAMAN TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIENT
5.1.
zt-130451023.doc
35
Di dalam jaringan listrik ada dua macam yang dapat dibedakan, yaitu keadaan
stasioner ( misalnya keadaan masa kerja suatu jaringan ) dan keadaan sementara
atau proses menuju keseimbangan ( transien ), yang timbul pada waktu switching
atau memutus arus. Proses transien adalah peralihan dari keadaan stasioner I ke
keadaan stasioner II, yang hampir selalu menyebabkan ossillasi tegangan dan arus,
karena
itu
dapat
menimbulkan
kenaikan
Trafo
Trafo
tegangan
G.
Karena adanya tahanan dalam jaringan, maka tegangan lebih diredam dan setelah
beberapa waktu tertentu tegangan itu menghilang. Dalam gambar 1 digambarkan
keadaan stasioner I dan II. Dalam keadaan I generator memberikan daya melelui
suatu penghantar trafo terus ke pemakai melalui penghantar, melainkan dalam
distribusi daya itu ada juga medan magnit yang mengelilingi penghantar-penghantar
dan medan listrik antara penghantar-penghantar sendiri dan penghantar-penghantar
dengan tanah.
36
PT PLN Udiklat
Medan listrik dan medan magnet itu mengandung energi yang berpulsa sebesar
harga rata-rata dari frekuensi yang 2 x sebesar frekuensi jaringan. Selama keadaan
stasioner I, energi dari pembangkit itu disimpan pada trafo, penghantar dan
pemakai.
Karakteristik
Tegangan Lebih Atmosfir ( petir )
Teori yang dapat diterima tentang petir yaitu bahwa awan terdiri dari daerah
bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat muatan ini menginduksikan muatan
berpolaritas berlawanan ke awan terdekat atau ke bumi. Gradien potensial di udara
antara pusat-pusat muatan di awan atau antara awan dan bumi tidak seragam tapi
gradien tersebar timbul pada bagian konsentrasi muatan tinggi.
Dimana konsentrasi muatan tertinggi dan gradien tegangan tinggi dari awan ke
bumi, timbul muatan pelepasan yang secara umum terjadi di awan. Ketika gradien
mencapai batas untuk udara, udara di daerah konsentrasi stres tinggi mengionisasi
atau tembus ( break down ).
Muatan dari pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi, mempertahan-kan
gradien tegangan tinggi pada ujung kanal dan melanjutkan proses tembus listrik.
zt-130451023.doc
37
Formasi suatu sambaran petir berikutnya adalah tembus listrik pro-gresif pada jalur
busur api lebih kecil dari pada tembus listrik sesaat dan komplit di udara sepanjang
kanal. Sambaran petir ke bumi mulai ketika suatu muatan sepanjang pinggir awan
menginduksikan muatan lawan ke bumi, seperti diperlihatkan pada gambar 2.
Lidah arah bawah menyebar dari awan ke arah bumi seperti diperlihatkan pada
gambar 3. Jika pusat muatan kecil, semua muatan bisa saja dilepaskan selama lidah
utama ( pilot leader ) terbentuk dan sambaran tidak lengkap. Ketika sambaran
lengkap, muatan kecil tampaknya dikosongkan. Akibatnya lidah petir juga terhenti.
Begitu pusat muatan baru terbentuk dan lidah petir terbentuk lagi secara cepat.
Begitu lidah petir mendekati bumi, sambaran ke arah atas terbentuk, biasanya dari
titik tertinggi di sekitarnya bila lidah petir ke arah atas dan ke arah bawah ertemu
seperti terlihat pada gambar 4.
Suatu hubungan awan ke bumi terbentuk dan energi muatan awan dilepaskan ke
dalam tanah. Muatan-muatan dapat terinduksi ke jaringan listrik yang ada di
sekitar sambaran petir ke tanah. Walaupun muatan awan dan bumi dinetralisir
lewat jalur awan ke tanah, muatan dapat terjebak pada jaringan listrik, seperti
terlihat pada gambar 5. Besar muatan yang terjebak ini tergantung pada gradien
mula awan ke bumi dan jarak sambarangan terhadap jaringan. Tegangan terinduksi
pada jaringan listrik dari sambaran ke tempat jauh, akan menjalar sepanjang
jaringan dalam bentuk gelombang berjalan sampai dihilangkan oleh pengurangan
( atennuasi ), kebocoran, isolator rusak/ pecah, atau arrester beroperasi. Bila
sambaran langsung ke jaringan listrik, tegangan naik secara cepat pada titik kontak.
Tegangan ini juga menjalar dalam bentuk gelombang berjalan dalam dua arah dari
titik sambaran, berusaha menaikkan potensial jaringan terhadap tegangan lidah
petir arah ke bawah.
Tegangan ini melampaui ketahanan tegangan jaringan terhadap tanah dari isolasi
sistem dan jika tidak cukup dilengkapi dengan pengaman tegangan lebih, dapat
mengawali kerusakan isolasi. Kerusakan isolasi ( kegagalan ), atau operasi arrester
lebih baik, akan di bentuk suatu jalur dari kawat jaringan ke tanah untuk sambaran
petir. Ini menyempurnakan mata rantai antara awan dan bumi untuk melepas
38
PT PLN Udiklat
energi awan dalam bentuk arus surja. Karena titik hubung jaringan ke tanah makin
jauh dari titik kontak sambaran, sebagian kawat jaringan dapat membentuk suatu
bagian dan jurus arus petir.
Arrester surja, dengan karakteristik tembus listrik terkontrol, loncatan listrik
(spark over) terjadi pada tegangan di bawah ketahanan isolasi sistem. Loncatan
listrik yang rendah, tahanan yang rendah selama arus surja mengalir menyebabkan
arrester surja begitu penting dalam sistem distribusi.
Tegangan yang dihasilkan oleh sambaran petir secara karakteristik naik mencapai
nilai puncak secara cepat dan kemudian menurun menuju nol pada laju yang sangat
lambat.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tegangan puncak biasanya beberapa
mikro detik atau kurang. Waktu ekor gelombang dapat mencapai sepuluh atau
ratusan mikro detik. Tegangan pada penghantar jaringan distribusi yang tersambar
petir tidak seragam kenaikannya menuju puncak gelombang. Ketika lidah
sambaran mendekati penghantar, terjadi induksi muatan. Ketika lidah ini
mendekati penghantar pada kecepatan 0,3048 m / mikrodetik, terjadi kenaikan
tegangan induksi.
Bila sambaran petir mencapai penghantar, kenaikan tegangan menjadi lebih cepat.
Karena arrester yang biasa dipakai pada jaringan distribusi mempunyai tegangan
pengenal yang rendah, maka bisa saja arrester beroperasi pada tegangan terinduksi
tersebut.
Jadi perbandingan kenaikan tegangan terhadap beroperasinya arrester akan lebih
rendah pada JTM dari pada JTT. Untuk mengetahui ketahanan tegangan isolasi
terhadap tegangan petir, dilakukan uji tegangan impuls di laboratorium. Bentuk
gelombang tegangan impuls ini distandarisir (SPLN) 1,2 x 50 mikrodetik, seperti
terlihat pada gambar 6, bentuk gelombang dan besar arus sambaran petir juga
bervariasi. Hal ini juga telah distandarisir untuk gelombang arus uji yaitu naik dari
nol mencapai nilai puncak dalam 8 mikrodetik dan menurun mencapai nilai
puncak dalam 20 mikro detik sejak awal.
zt-130451023.doc
39
+
+ + +
+
++
+
+ +
++
+++++++++
++++++++
+
+
Gambar 2 : Muatan sepanjang pinggir awan menginduksi muatan
lawan pada bumi
++++++++
++++++
PT PLN Udiklat
6.2.
Karakteristik
Tegangan Surja Hubung
Ketika suatu sakelar dalam rangkaian listrik dibuka atau ditutup akan terjadi suatu
transien hubung. Hal serupa juga akan terjadi pada JTM atau JTT. Kombinasi dari
kapasitansi, induktansi dan resistansi JTM secara umum sedemikian rupa sehingga
teganga lebih surja hubung yang merusak isolasi sistem tidak terjadi. Akan tetapi
tegangan lebih surja hubung yang dapat merusak isolasi sistem dapat terjadi akibat dari
pukulan balik ketika proses buka/tutup (switching) saklar bangka kapasitor perbaikan
faktor daya. Pukulan balik yang terjadi pada saat buka/tutup saklar kapasitor
menunjukkan suatu pemakaian tidak sempurna dari saklar. Mengatasi masalah ini
sebaiknya dengan cara mendapatkan saklar yang bebas pukulan balik dan mencegah
tegangan lebih dari pada mencoba mempro-teksinya.
Ferroresonansi dapat menghasilkan tegangan lebih merusak pada JTM. Tegangan lebih
ini tidak benar-benar transien ( peralihan ) karena bersiklus dan tetap ada dalam periode
panjang. Tegangan lebih ini dapat terjadi ketika kapasitansi dienerjais secara hubungan
seri dengan kumparan primer dari trafo tanpa beban atau berbeban rendah. Ini biasanya
terjadi ketika proses hubung ( switching ) sebagai akibat dari suatu pelebur putus atau
suatu penghantar JTM putus. Penyelesaian dari masalah ini adalah merubah hubungan
jaringan atau merevisi operasi saklar ( switching ) sehingga tegangan lebih tidak dapat
terjadi. Cara ini tidak dapat mengamankan isolasi terhadap tegangan lebih tersebut.
Pengaman Surja
dari Saluran Distribusi ( Metode Lama ).
Pengaman saluran distribusi menurut metode lama adalah merupakan pengembangan
dari metoda yang digunakan pada saluran transmisi. Ada beberapa metoda pengaman
yang digunakan metoda lama ini, yaitu kawat tanah, kawat netral dan sela batang.
7.1.1. Kawat Tanah ( Overhead Statics )
zt-130451023.doc
41
PT PLN Udiklat
gangguan yang besar bunga api pada sela batang ( rod gap ) bunga api pada alat
tersebut dapat merusak peralatan di sekitarnya.
43
44
PT PLN Udiklat
Sambungan kawat arrester pada terminal arrester tidak baik ( tidak cukup
kencang )
Sambungan kawat arrester pada kawat fasa jaringan tidak baik ( tidak cukup
kencang )
Sambungan kawat arrester ke terminal tanah arrester tidak baik (tidak cukup
kencang)
zt-130451023.doc
45
Jarak panjang arrester pada tiang yang satu dengan arrester pada tiang yang lain
terlalu jauh.
Arrester tidak bekerja optimal, yaitu walaupun tidak ada petir menyambar
langsung maupun tidak langsung, langsung arrester bekerja. Atau juka ada
sambaran dan arrester bekerja tapi alat yang diamankan juga rusak, ini
disebabkan oleh jarak celah arrester tidak sesuai atau arrester sudah rusak,
karena itu perlu diganti dengan yang baik/baru. Jika arrester meledak karena
terkena sambaran langsung atau tidak langsung baik pada JTM maupun pada
arrester maka berarti arrester tidak dapat bekerja, tidak dapat merubah dirinya
menjadi penghantar lagi jadi arrester harus diganti.
posisi dan jarak antara rod gap pada terminal sekunder trafo GI maupun pada
terminal primer trafo distribusi perlu dikembangkan ke posisi dan jarak semula
yang benar.
Rod gap perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran/polusi bushing : tua, kotor,
retak rambut dan lain-lain.
Isolator.
Kotor, jadi perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran / polusi.
Retak/pecah, perlu diganti.
Trafo :
Trafo sudah tua/isolasi kumparan menurun tahanan isolasinya.
Minyak trafo kotor, banyak mengandung bahan konduktif, endapan
karbon
dan uap/air.
46
PT PLN Udiklat
Kawat tanah :
Jarak kawat tanah dari kawat fasa kurang dari standar ( sudut perlindungan
maksimum 45o ).
Terjadi perubahan konstruksi JTM karena gangguan alam, tiang miring, dll.
Pentanahan kawat tanah tidak sempurna ( lebih besar dari 1 ohm ) misalnya
sambungan pada konnektor longgar, elektroda bumi berkarat, perubahan
kondisi tanah, dll.
a. Perencanaan salah yaitu penempatan pengaman, jenis/ukuran pengaman,
koordinasi isolasi salah pemilihan dan survey tahanan tanah tidak akurat.
b. Pemeliharaan tidak baik pada jaringan, trafo, penghantar maupun pada alat
pengaman.
Minyak trafo kotor, banyak mengandung bahan konduktif, endapan
karbon
dan uap/air.
zt-130451023.doc
47