Anda di halaman 1dari 47

PT PLN Udiklat

PROTEKSI DISTRIBUSI
1. Pendahuluan
Jaringan distribusi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pihak pelanggan. Karena
fungsinya tersebut maka keandalan menjadi sangat penting dan untuk itu jaringan distribusi
perlu dilengkapi dengan alat pengaman
Ada tiga fungsi sistem pengaman dalam jaringan distribusi
1. Mencegah atau membatasi kerusakan pada jaringan beserta peralatannya dari akibat
adanya gangguan listrik
2. Menjaga keselamatan umum dari akibat gangguan listrik
3. Meningkatkan kelangsungan pelayanan tenaga listrik kepada konsumen
Sistem pengaman yang baik harus mampu :
1.

Melakukan koordinasi dengan sistim pengaman yang lain GI

2.

Mengamankan peralatan dari kerusakan yang lebih luas akibat gangguan

3.

Membatasi kemungkinan terjadinya kecelakaaan

4.

Secepatnya membebaskan pemadaman karena gangguan

5.

Membatasi daerah pemadaman akibat gangguan

6.

Mengurangi frekuensi pemutusan permanen karena gangguan

Persyaratan yang harus dimiliki oleh alat pengaman atau sistem pengaman
1.

Sensitifitas (kepekaan)
Suatu pengaman bertugas mengamankan suatu alat atau bagian tertentu dari sistem tenaga
listrik termasuk dalam jangkauan pengamanannnya merupakan daerah pengaman tugas
suatu pengaman mendeteksi adanya gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya harus
cukup sensitif untuk mendeteksi dengan nilai minimum dan bila perlu mentripkan PMT
atau Pelebur untuk memisahkan bagian yang terganggu dengan bagian yang sehat

zt-130451023.doc

2.

Selektifitas (ketelitian)
Selektifitas dari pengaman adalah kwalitas kecermatan dalam mengadakan pengamanan
bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya gangguan diusahakan
seminimal mungkin jika dapat tercapai maka pengamanan demikian disebut pengamanan
selektif.
3. Keandalan ( Realibilitas)
Dalam keadaan normal pengaman tidak boleh bekerja, tetapi harus pasti dapat bekerja bila
diperlukan. Pengaman tidak boleh salah bekerja, jadi susunan alat-alat penga,man harus
dapat diandalkan. Keandalan keamanan tergantung kepada desain, pengerjaan dan
perawatannya

4.

Kecepatan. (Speed)
Makin cepat pengaman bekerja tidak hanya dapat memperkecil kerusakan tetapi juga dapat
memperkecil kemungkinan meluasnya akibat-akibat yang ditimbulkan oleh gangguan
2. Pengaman Arus lebih
2.1. Fuse Cut Out

2.1.1

Pengertian Fuse Cut Out ( F C O )


Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan
distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang
telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu. Perlengkapan fuse ini terdiri dari
sebuah rumah fuse (fuse support), pemegang fuse (fuse holder) dan fuse link sebagai pisau
pemisahnya dan dapat diindetifikasi dengan hal-hal seperti berikut
a.

Tegangan Isolasi Dasar ( TID ) pada tingkat distribusi

b.

Utamanya digunakan untuk penyulang (feeders) TM dan proteksi trafo

c.

Konstruksi mekanis didasarkan pemasangan pada tiang atau pada crossarm

d.

Dihubungkan ke sistim distribusi dengan batas-batas tegangan operasinya

PT PLN Udiklat
2.1.2 Klasifikasi Fuse Cut Out
Jenis-jenis fuse untuk tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini
High Voltage Fuses

Power Fuses

Distribution cut out

Expulsion

Expulsion
i

Liquid Filled

oil
enclosed

open

dropou t

Single
elemen

Repeater

Ve nted

open

enclosed

Repeater

dropout
dropout

dropout
indicating

indicating

indicating

dropout

Single elemen

Carbon
tetrachloride

Non Vented

Double element

Non Dropout

Single elemen

dropout
Non Drop
out
dropout

Non dropout

indicating

indicating
Non
indicating

indicating
indicating

Non Vented

Non Dropout
Non dropout

Non Drop
out

dropout
indicating

sand
s

Single elemen

Single elemen
Drop
out

Liquid fi lled

Vented

Non
Vented

Single elemen

Single elemen

Single
elemen

Fibre tube

Boric Acid

Open link

Fibre tube

Current limiting

indicating

indicating

indicating

indicating
Non
indicat ing

indicating

indicating

Gambar 1. Klasifikasi Fuse Tegangan Tinggi

Pada gambar ini diperlihatkan fuse yang dirancang untuk penggunaan pada tegangan tinggi
dapat dibedakan dalam 2 ( dua ) macam yaitu Cutout Distribusi (Distribution Cutouts),
dilapangan sering disebut: Fuse Cut Out disingkat FCO dan Fuse TM
(Power Fuse ) yang sering disebut MV Fuse atau Fuse pembatas arus. Dilapangan keperluan
dan cara pemasangan kedua jenis fuse ini berbeda. Fuse cut out banyak dipergunakan pada
saluran saluran percabangan dengan konstruksi saluran udara terbuka sedangkan MV fuse
banyak dipergunakan pada panel panel cubicle dengan saluran kabel atau campuran .
Fuse cutout distribusi diklasifikasi dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse letupan (Expulsion Fuse)
dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse) Namun pada kenyataannya dilapangan fuse cutout
letupan (expulsion) lebih banyak dipakai untuk jaringan distribusi dibanding dengan power
fuse, istilah letupan (expulsi) merupakan suatu tanda yang dipergunakan fuse sebagai tanda
adanya busur listrik yang melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya.
Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa penguraian panas
secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di deionisasi pada celah busurnya sehingga
zt-130451023.doc

busur api segera menjadi padam pada saat arus menjadi nol. Tekanan gas yang timbul pada
tabung akibat naiknya temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas
didalam tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin besar
pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api padam partikel-partikel
yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung yang terbuka.
Klasifikasi fuse cutout yang kedua adalah fuse cutout liquid, fuse jenis ini tidak dikenal di
wilayah PT PLN . Namun menurut referensi Fuse Cut Out semacam ini dapat digunakan
untuk jaringan distribusi dengan saluran kabel udara .
2.1.3. Fuse Cut-Out Letupan Bertabung Fiber
Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse Cut-Out (FCO) distribusi
yaitu
a. Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse)
b. Fuse link terbuka (Open link fuse)
Fuse

cut-out

bertabung

fiber

mempunyai

fuse

link

yang

dapat

diganti-ganti

(interchangeability) dan terpasang didalam pemegang fuse (fuse holder) berbentuk tabung
yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out
terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut-Out tertutup (enclosed fuse cutout), fuse cut-out
terbuka dapat dilihat pada gambar 2.Pada gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang
diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya
pada fuse cutout tertutup, tabung fuse terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh
kontak listriknya terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat
pada gambar 3
Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim delta atau
jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada jaringan - jaringan yang
menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan pemutusan fuse cutout secara
individual tidak melebihi tegangan maksimum pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah
sesuai dengan kebutuhan operasinya

PT PLN Udiklat

Gambar 2

Gambar 2.

Fuse Cutout terbuka

Fuse Cutout tertutup

2.1.4 Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link)


Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup didalam sebuah tabung
fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi kabel penghubung tambahan pada fuse link-nya
untuk memperpanjang kedua ujung tabungnya.terlihat pada gambar 4

Gambar. 4

Fuse Cutout tipe Open Link

zt-130451023.doc

Kabel penghubung tambahan ini kemudian dihubungkan ke pegas kontak beban pada
rumah fuse (fuse support) untuk kerja secara mekanik. Kerja pegas ini dimaksudkan untuk
menjamin pemisahan agar kedua ujung dari fuse terbuka pada saat fuse bekerja dan ini
dipakai karena kemampuan pemutusan pada tabung fiber yang kecil relatif terbatas. Fuse
cutout ini dirancang untuk dipakai pada tegangan 17 kV, selain itu fuse ini mempunyai
arus pengenal pemutusan yang lebih rendah dari pada fuse cutout bertabung fiber

2.2 Standar Fuse link


Ada sejumlah standar yang dianut fuse link, salah satu standar pengenal fuse link yang
terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. Pengenal N dispesifikasi fuse link tersebut
mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar 100 % secara kontinue dan akan melebur
pada nilai tidak lebih dari 230 % dari angka pengenalnya dalam waktu 5 menit [1]. Pada
praktek dilapangan ketentuan tersebut kurang memuaskan penggunanya karena hanya satu
titik yang dispesifikasi pada kerakteristik arus-waktu sehingga fuse link yang dibuat oleh
sejumlah pabrik yang berbeda mempunyai keterbatasan dalam memberikan jaminan
koordinasi antar fuse link. Setelah fuse link dengan pengenal N kemudian muncul standar
industri fuse link dengen pengenal K dan pengenal T pada tahun 1951
Pengenal K untuk menyatakan fuse link dapat bekerja memutus jaringan listrik yang
berbeban dengan waktu kerja lebih cepat dan pengenal T untuk menyatakan fuse link
bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih lambat. Fuse
link tipe T dan tipe K ini merupakan rancangan yang universal karena fuse link ini bisa
ditukar tukar (interchangeability) kemampuan elektris dan mekanisnya yang dispesifikasi
dalam standar.
Fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi suatu pabrik secara mekanis akan sama
dengan fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi pabrik lain.
Karakteristik listrik link tipe K dan fuse link tipe T sudah distandarisasi dan sebagai titik
temu nilai arus maksimum dan minimum yang diperlukan untuk melelehkan fuse link
ditetapkan pada 3 titik waktu dalam kurva karakteristik Kondisi ini lebih menjamin
koordinasi antara fuse link yang dibuat oleh beberapa pabrik menjadi lebih baik dari pada
yang dimiliki fuse link N.
6

PT PLN Udiklat
Tabel 1. Arus Leleh Fuse Link Tipe K

Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai


Arus
Pengenal
fuse link

Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang disarankan / disukai

Rasio
Kecepatan

6
10
15
25
40
65
100

12. 0
19. 5
31. 0
50
80
128
200

14. 4
23. 4
37..2
60
96
153
240

13. 5
22. 5
37
60
98
159
258

20. 5
34
55
90
146
237
388

72
128
215
350
565
918
1520

86
154
258
420
680
1100
1820

6.
6.
6.
7.
7.
7.
7.

0
6
9
0
1
2
6

140
200

310
480

372
576

430
760

650
1150

2470
3880

2970
4650

8. 0
8. 1

Tabel 2.. Arus Leleh Fuse Link Tipe K

Arus pengenal (rating) Fuse yang tidak disarankan / disukai - intermediate

Arus
Pengenal
fuse link

Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

8
12
20
30
50
80

15
25
39
63
101
160

18
30
47
76
121
192

2
4

2. 4
4. 8

7. 2

2
3

zt-130451023.doc

18
29. 5
48
77. 5
126
205

27
44
71
115
188
307

97
166
273
447
719
1180

Arus Pengenal dibawah 6 Amper


.(2)
10
.(2)
.(2)
10
.(2)
.(2)

10

.(2)

116
199
328
546
862
1420

Rasio
Kecepatan

6.
6.
7.
7.
7.
7.

58
58

58

5
6
0
1
1
4

Tabel 3. Arus Leleh Fuse Link Tipe T


Arus pengenal (rating) Fuse yang disarankan / disukai
Arus
Pengenal
fuse link

Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang tidak disarankan / tidak disukai / Intermediate

8
12
20
30
50
80

15
25
39
63
101
160

18
30
47
76
121
192

1
2
3

2
4
6

2. 4
4. 8
7. 2

20. 5
31
166
34. 5
52
296
57. 0
85
496
93. 0
138
812
152
226
1310
248
370
2080
Arus Pengenal dibawah 6 Amper
.(2)
11
.(2)
.(2)
11
.(2)
.(2)
11
.(2)

199
355
595
975
1570
2500
100
100
`

Rasio
Kecepatan

11.1
11. 8
12. 7
12. 9
13. 0
13. 0

Tabel 4 Arus Leleh Fuse Link Tipe T Intermediate Tidak disarankan. [1]
Arus
Pengenal
fuse link

6
10
15
25
40
65
100
140
200

Arus leleh
Arus leleh
Arus leleh
300 600 detik1
10 detik1
0,1 detik1
Minimum Maksimum Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Arus Pengenal yang disarankan / disukai
12. 0
19. 5
31. 0
50
80
128
200
310
480

14. 4
23. 4
37..2
60
96
153
240
372
576

15. 3
26. 5
44. 5
73. 5
120
195
319
520
850

23
40
67
109
178
291
475
775
1275

120
224
388
635
1010
1650
2620
4000
6250

144
269
466
762
1240
1975
3150
4800
7470

Rasio
Kecepatan

10
11. 5
12. 5
12. 7
13
12. 9
13. 1
12. 9
13. 0

Tiga titik operasi fuse link untuk tipe K dan tipe T yang distandarkan dalam karakteristik
arus waktu adalah :
a.

300 detik untuk fuse link 100 amper dan dibawahnya , 600 detik untuk fuse

link 140 amper dan 200 amper


b.

10 detik

c.

0.1 detik seperti yang dirancang pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe K

dan tabel tabel 3 dan tabel 4 untuk fuse link tipe T


8

PT PLN Udiklat
Karakteristik arus waktu lebur minimum fuse link tipe K dan T yang dibuat semestinya
tidak kurang dari nilai-nilai minimum yang ditampilkan dan karakteristik lebur minimum
fuse link ini ditambah dengan toleransi dari pabrikan seharusnya tidak lebih besar dari nilai
maksimum seperti pada tabel 1 dan tabel 2. untuk fuse link tipe K dan tabel 3 dan tabel 4
untuk fuse link tipe T
Untuk memperoleh kerja yang selektif dapat dipergunakan sederetan fuse link dengan nilai
arus pengenal yang disarankan (prefered continues rating) :
6 - 10 15 25 40 65 100 140 dan 200 amper., nilai arus pengenal kontinyu 8 12
20 30 50 dan 80 amper merupakan nilai arus pengenal yang tidak disarankan (non
prefered countinues rating).sebagai standar intermediate.
Nilai-nilai arus pengenal fuse ini disediakan dengan maksud agar setiap nilai arus penganal
fuse link yang disarankan dapat diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link yang disarankan
dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dan setiap nilai arus pengenal fuse link yang
tidak disarankan akan diproteksi oleh nilai arus pengenal fuse link yang tidak di sarankan
dengan nilai arus pengenal yang lebih besar dalam beberapa kasus kerja selektif dapat juga
diperoleh antara fuse link yang disarankan dengan fuse link yang tidak disarankan
Nilai arus pengenal fuse link di bawah 6 amper : 1, 2 dan 3 sudah distandarisasi, nilai-nilai
arus pengenal yang rendah ini tidak dimaksudkan untuk berkordinasi satu dengan yang lain
namun koordinasi lebih baik dengan nilai arus pengenal 6 ampere atau diatasnya
Karakteristik kerja fuse link fuse cutout type K , T dan H masing masing dapat dilihat pada
gambar 5 , gambar 6 dan pada gambar 7 seperti berikut :

zt-130451023.doc

Kurva Leleh Minimum


Kurva Leleh Maksimu
Pemutusan Rampung

Gambar 5 Kurva Karakteristik Arus Waktu Fuse link tipe K ( kerja cepat )

10

PT PLN Udiklat

Gambar 6 Fuse link tipe T (kerja lebih lambat)

zt-130451023.doc

11

Kurva Leleh Minimum


Kurva Leleh Maksimu
Pemutusan Rampung

Gambar 7 Fuse link tipe H ( Tahan Surja )

Dari kedua Karakteristik kerja fuse ini masing-masing memiliki


a. Kurva waktu leleh minimum ( minimum melting time )
12

PT PLN Udiklat
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan mulai dari saat terjadinya arus
lebih sampai dengan mulai meleburnya pelebur untuk harga arus tertentu.
b. Waktu busur
Waktu antara saat timbulnya busur permulaam sampai saat pemadaman
c. Kurva waktu pembebasan maksimum ( maximum clearing time )
Yaitu kurva yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan dari saat terjadinya arus lebih
sampai dengan padamnya bunga api untuk harga arus tertentu
2.1.6 Ketersediaan Tipe Dan Angka Pengenal Fuse Link
Seiring dengan perubahan teknologi dan kebutuhan dalam peningkatan mutu pelayanan
tenaga listrik. beragam tipe dan angka pengenal fuse cutout letupan (expulsion) yang
diproduksi dan dijual dipasaran pada masa kini. Salah satu perusahaan pembuat fuse link
menyediakan beberapa tipe yang diantaranya adalah tipe K, T, H, N, D, S untuk sistim
distribusi dengan tegangan sampai 27 kV dan tipe EK, ET dan EH untuk sistem distribusi
dengan tegangan sampai 38 kV dengan pengenal seperti terlihat pada tabel 5
Tabel 5
Ketersediaan tipe dan rating fuse link yang diproduksi pabrik

Tipe Fuse Link


H
( Tahan Surja )
D - Timah
(Tahan Surja )
K Timah
( Cepat )
K Perak
( Cepat )
N Timah
( Cepat )
T Timah
( Lambat )
S Tembaga
( Sangat Lambat )
EK
( Cepat )
ET
( Lambat )
EH
(Sangat Lambat)

Arus kontinyu yang di


ijinkan
( % Pengenal )

Jenis waktu
kerja

1-2-3-5-8

100

Sangat lambat

1-1,5-2-3-4-5-7-10-15-20

100

Sangat lambat

1 s/d 200

150

Cepat

6 s/d 8,1

6 s/d 100

100

Cepat

6 s/d 8,1

s/d 200

100

Cepat

6 s/d 11

1 s/d 200

150

Lambat

10 s/d 13.1

3 s/d 200

150

Sangat lambat

15

6 s/d 100

150

Cepat

s/d

8.1

6 s/d 100

150

Lambat

10

s/d

13.1

1,2,3,5

100

Sangat lambat

Arus Pengenal
(A)

Rasio Kecepatan
Kerja
6 s/d 18
7

13

s/d

s/d

46

20

s/d 22

2.7. Standar PLN : SPLN 64 1985

zt-130451023.doc

13

Untuk keperluan peningkatan efisiensi dan tingkat keandalan pelayanan sistem di PT PLN
(Persero), jenis,tipe dan karakteristik perlu dipilih Fuse Cut out yang sesuai dengan sistem
dan kondisi yang ada di lingkungan PT PLN (Persero) sebagai perusahaan yang mengelola
distribusi tenaga listrik. Untuk keperluan ini PLN merumuskan kebijaksanaanya dalam
standar PLN : SPLN 64 : 1985 mengenai Petunjuk dan Penggunaan Pelebur Pada Sistem
Tegangan Menengah dengan spesifikasinya adalah sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum
1. Frekwensi kerja

: 50 Hz

2. Tegangan pengenal : 20 kV, 24 kV untuk sistim 20 KV 3 fasa dengan netral


ditanahkan
3. Tingkat isolasi pengenal :
a. Tegangan ketahanan impulse : polaritas positif dan negatif

Antara kutub - tanah dan kutub kutub ( TID ) 125 kV (puncak)

Antara jarak isolasi dari rumah fuse 60 kV ( efektif )

b. Tegangan ketahanan sistim 50 Hz ( kering/ basah selama 1 menit )

Antara kutub - tanah dan kutub kutub ( TID ) 50 kV (efektif)

Antara jarak isolasi dari rumah fuse 60 kV ( efektif )

Kondisi standar suhu, tekanan dan kelembaban 20 0 C, 760 mmHg


dan 11 g /m3 Air
4.

Suhu : suhu udara maksimum 40

C suhu udara rata-rata 24 jam

maks 37 0 C
5.

Arus pengenal dalam amper dan arus pemutusan dalam kilo amper : fuse link
Arus pengenal dan arus pemutusan pengenal fuse link dipilih dari seri R10 Bagi
jenis pembatas arus dalam keadaan khusus bila diperlukan tambahan boleh
diambil dari seri R 20
Seri R 10. : 1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20 : 1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55
4 4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9

6.

dan kelipatan 10 nya

Batas kenaikan suhu


14

PT PLN Udiklat
Fuse link dan rumah fuse (fuse support) harus dapat dilewati arus pengenalnya
secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan suhunya seperti tertera pada
tabel 4
7. Untuk pasangan luar tekanan angin tidak melebihi 700 N / m 2
8.

Udara sekitar tidak tercemar oleh debu, asap, gas korosif, gas mudah terbakar uap
atau garam

9.

Ketinggian dari permukaan laut tidak melebihi 1000 m

2. Spesifikasi Fuse Cutout Jenis Letupan ( Expulsion Fuse )


1. Macam macam angka pengenal
a.

Pengenal fuse
Tegangan pengenal : 24 KV
Arus pengenal fuse dalam amper
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9

dan kelipatan 10 nya

Kemampuan pemutusan pengenal dalam kilo ampere


Seri R 10. ( kA ) :
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( kA ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9

dan kelipatan 10 nya

Frequensi pengenal : 50 Hz
b.

Pengenal rumah fuse ( Fuse Support )


Tegangan pengenal : 24 KV

Arus maksimum pengenal :


Nilai-nilai standar dari arus pengenal rumah fuse adalah :

zt-130451023.doc

15

50 A, 100 A, 200A, 400A.

Tingkat isolasi pengenal


1.

Tegangan Ketahanan Impulse : Polaritas positif dan negatif


Antara kutub - tanah dan kutub kutub ( TID ) 125 kV

(puncak)
Antara jarak isolasi dari rumah fuse 145 kV ( puncak )

2.

Tegangan Ketahanan sitim 50 Hz ( kering / basah selama 1 menit

)
Antara kutub - tanah dan kutub kutub ( TID ) 50 kV

(puncak)
Antara jarak isolasi dari rumah pelebur 60 kV ( efektif )

c.

Pengenal pemikul batang pelebur ( fuse holder )


Tegangan pengenal : 24 KV
Arus maksimum
Seri R 10. ( A ) :
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9

dan kelipatan 10 nya

Kemampuan pemutusan pengenal dalam KA


Seri R 10. ( kA ) :
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( kA ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9

dan kelipatan 10 nya

d. Pengenal fuse link

Arus pengenal

Seri R 10. ( A ) :
16

PT PLN Udiklat
1 - 1,25 1,6 2 2,5 3,15 4 6,3 8 dan kelipatan 10 nya
Seri R 20. ( A ) :
1 1,12 1,25 1,4 1,6 1,8 2 2,24 2,5 2,8 3.15 3,55 4
4,5 5 5,6 6,3 7,1- 8 9

Tegangan maksimum : 24 kV

e.

dan kelipatan 10 nya

Karakteristik pelebur
Batas kenaikan suhu

Anak dan rumah pelebur ( Fuse link dan Fuse holder ) harus dapat dilewati
arus pengenalnya secara terus menerus tanpa melewati batas kenaikan
suhunya seperti tertera pada tabel Batas Suhu dan Kenaikan Suhu berbagai
komponen
Kelas pelebur jenis letupan dibagi dalam dua

kelas yaitu :
1.

Fuse

letupan

(expulsion

kelas

dipergunakan untuk proteksi sekelompok trafo berkapasitas besar


2.

Fuse letupan (eexpulsion ) kelas 2

dipergunakan untuk proteksi trafo-trafo kecil untuk proteksi kapasitor


atau untuk keperluan seksionalisasi jaringan distribusi tegangan
menengah dengan saluran udara
f.

Karakteristik waktuarus fuse link

Pabrik harus menyediakan kurva-kurva yang diperoleh dari pengujian jenis


karakteristik waktu sesuai yang ditentukan pada publikasi IEC 282-2 1974 .
g.

Konstruksi
Pelebur yang dipilih pada umumnya tipe buka-jatuh (drop out) dimana
tabung, fuse holder dan fuse linknya akan jatuh dan menggantung bila fuse
linknya telah bekerja (putus)
Pembukaan tanpa pemadaman dapat dilakukan dengan tambahan alat
kerja kerja keadaan bertegangan (hot stick) yang dilengkapi dengan alat
pemadam busur atau dengan dengan lengan pemutus pelebur.

zt-130451023.doc

17

2.8. Pemasangan FCO


FCO pada jaringan distribusi tegangan menengah biasanya dipergunakan pada saluran
saluran percabangan untuk mengamankan saluran percabngan dari adanya gangguan
hubung singkat dan untuk mengamankan sistim dari gangguan hubung singkat pada trafo
distribusi .
Konstruksi Pemasangan dari Fuse Cut Out ini dapat dilihat seperti gambar gambar berikut

Gambar 8 bagian bagian dari konstruksi FCO

A.

Porcelain insulator with higher Creepage distance and


greater insulation properties.

G. Crank shaft support / lower housing in Brass.

B.

Upper eye bolt connector in Tin plated brass.

H. Trigger in stainless steel.

C.

Upper contact - silver plated ETP Copper.

I.

D.

Galvanized steel hooks for load break tools & guiding


the fuse tube during closure.

J. Lower eye bolt connector in Tin plated Brass.

E.

Fuse tube holder coated with UV resistant paint,


impervious to water & constructed in Epoxy resin with
special arc quenching liner.

K. Crank shaft.

F.

Lower contact in ETP grade copper duly silver plated.

L. Galvanized mounting Brackets.

Stainless steel spring provides toggle action for


fuse link ejector.

18

PT PLN Udiklat

Gambar 9

Pemasangan FCO untuk Proteksi Saluran

A 36 AD

A 36 AD

A 12 AD

A 12 AD

zt-130451023.doc

19
Gambar 11. Pelepasan / Pemasukan Fuse Holder FCO
Dengan Load Buster

Gambar 12 Load Buster alat untuk membuka Fuse


Holder Cut Out pada kondisi berbeban dengan peredam
busur api

2.8. Cara Pemilihan Arus Pengenal ( Rating ) Fuse Link FCO


a.

Pemilihan Arus Pengenal Fuse link FCO


untuk Proteksi Percabangan
Pemilihan arus pengenal (Rating) fuse link Cut Out ( FCO ) untuk saluran cabang
sangat penting untuk dilakukan dengan sebaik baiknya dalam rangka koordinasi sistem
untuk memperoleh penampilan sistem yang optimal dengan harapan target perusahaan

20

PT PLN Udiklat
dalam pencapaian kepuasan pelanggan dan peningkatan penjualan KWh dengan
mengecilkan tingkat SAIDI dan SAIFI di harapkan dapat terpenuhi
Salah satu metode pemutusan arus hubung singkat permanen (persistant) yang
efektif adalah dengan memasang fuse pada tiap tiap percabangan atau anak cabangnya (
sub branch )
Kesalahan dalam menentukan pilihan rating fuse link tentu akan memupus harapan
perusahaan. Sering kerjanya (Trip) PMT Penyulang di Gardu Induk oleh karena sering
terjadi gangguan di saluran saluran cabang atau terutama saluran saluran anak cabang
perlu dipertimbangkan untuk penempatan FCO yang sesuai dengan kebutuhan
Salah satu yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan arus pengenal FCO untuk
proteksi saluran cabang atau saluran anak cabang adalah besarnya nilai arus beban
maksimum yang akan atau dapat mengalir pada saluran cabang atau anak cabang yang
dimaksud .
Sesuai dengan Standard kemampuan dari fuse link Cut out (FCO) yang diproduksi
oleh sejumlah pabrik yang telah dikemukakan di fuse cut out dan pada pemilihan arus
pengenal fuse link FCO. Untuk menentukan arus pengenal (rating) fuse link yang
dipilih dapat dilakukan sebagai berikut :
1.

Pilih fuse link Cut Out ( FCO ) yang sesuai dengan standar dalam hal ini PLN dalam
SPLN 64 :1985 menentukan pilihan type K T dan H

2.

Bagilah Arus beban maksimum yang sudah ditentukan dengan kemampuan arus
kontinue fuse link

3.

Koordinasi yang sebaik baiknya dengan alat proteksi yang lain (PMT, PBO dan Fuse
Cut out ) baik yang berada di sisi sebelah hulu (sumber) dan sebelah hilirnya (beban)

4.

Perhatikan Batas ketahanan penghantar terhadap arus hubung singkat

5.

Perhatikan pula kemampuan pemutusan dari Fuse Cut Out khususnya bagi FCO yang
terpasang dekat dengan sumber tenaga
Dengan demikian fuse link cutout yang dipilih selain harus tahan terhadap arus beban,

juga harus bisa dikoordinasikan dengan alat proteksi yang lain dan mempunyai
zt-130451023.doc

21

kemampuan pemutusan terhadap arus hubung singkat yang mungkin terjadi dan dapat
melindungi penghantar yang diamankan dari kerusakan akibat arus lebih.
Pemilihan rating arus fuse link yang benar adalah tidak akan lebur atau terjadi
kerusakan oleh gangguan sesaat (no-persistant) yang terjadi disebelah hilirnya karena
recloser yang akan membuka rangkaian dengan operasi instantaneous tanpa memutuskan
fuse link Pada saat gangguan tetap fuse link pertama pada sebelah sumber dari gangguan
akan melebur dan membuka rangkaian setelah operasi recloser
2.9.

Koordinasi Proteksi Antar Fuse Cut-0ut


Penggunaan fuse link yang benar membutuhkan sejumlah informasi tentang
karakteristik sistim dan karakteristik peralatan yang akan diproteksi seperti yang telah
dituliskan mengenai dasar pemilihan fuse link dengan definisi : Bila dua atau lebih fuse
link atau alat proteksi lain digunakan pada suatu sistim alat proteksi yang paling dekat
dengan titik gangguan dari arah sumber disebut peralatan pemproteksi dan yang paling
dekat selanjutnya disebut : backup atau diproteksi seperti digambarkan pada gambar 12
dibawah ini
Gardu Induk

Protected
(Back up)
Fuse Link

Protecting
Fuse Link

Protecting
Fuse Link

Gambar 12

Koordinasi Fuse Dengan Fuse


Salah satu aturan yang sangat penting dalam aturan penggunaan fuse link adalah :
Clearing time maksimum dari fuse link pemroteksi tidak lebih dari 75 % waktu leleh
minimum dari fuse link diproteksi.
Prinsip ini untuk menjamin Fuse link pemroteksi akan memutuskan dan menghilangkan
gangguan sebelum fuse link diproteksi rusak. Aturan lain yang harus dipegang adalah arus
beban pada suatu titik pemakaian semestinya tidak lebih besar dari kapasitas arus kontinyu
22

PT PLN Udiklat
yang dimiliki fuse link nya. Apabila arus melebihi kapasitasnya maka semestinya fuse link
akan mengalami pemanasan lebih, membuat pemutusan dan rangkaian menjadi terpisah
dari sistem Kapasitas arus kontinue fuse link ratarata adalah 150 % dari arus pengenalnya
untuk fuse link type K dan type T dengan elemen pelebur dari timah dan 100% untuk fuse
link tipe H, N dan type K perak seperti terlihat pada tabel 5 pada SPLN 64 : 85
Kemampuan hantararus terus menerus pelebur ( FCO ) jenis letupan ( expulsion) tipe T
(lambat) dan tipe K (cepat) ditetapkan sebagai berikut :
a.

1.5 kali arus pengenalnya, bagi pelebur dengan arus pengenal 6.3 A sampai
dengan 100 A.

b.

1.3 kali arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 125 A sampai
dengan 160 A

c.

Sama dengan nilai arus pengenalnya bagi pelebur dengan arus pengenal 200 A

d.

Pelebur ltupan tipe H sama dengan arus pengenalnya

e.

Pelebur jenis Pembatas Arus ( limmiting Current) atau disebut MV Fuse


( Power Fuse) sama dengan arus pengenalnya

f.

Kemampuan hantararus terus menerus dari pelebur harus sama atau lebih besar
dari arus beban maksimum terus menerus yang akan melewatinya

Koordinasi operasi suatu proteksi dengan proteksi lain penting untuk dilasanakan
untuk menjaga hal yang tidak diinginkan misalnya adanya pemutusan yang tidak di
inginkan demikian juga koordinasi operasi proteksi fuse cut out dimana prinsipnya adalah :
Memberi kesempatan pada fuse pemroteksi (protecting) pada sisi beban yang berada di
depan terdekat dari titik gangguan untuk bekerja sepenuhnya (memutus rampung) terlebih
dahulu sebelum fuse sebelah hulu (sisi sumber) yang diproteksi bertindak sebagai
cadangannya mulai bekerja.
Untuk memenuhi koordinasi hendaknya dipilih waktu leleh arus pengenal yang
memiliki kerenggangan waktu minimum 25 % antara waktu pemutusan maksimum Fuse
pemroteksi pada sisi terdekat dengan gangguan dengan waktu leleh minimum pelebur yang
diproteksi atau dengan kata lain waktu pemutusan maksimum dari fuse pemroteksi
hendaknya tidak melebihi 75 % dari minimum fuse yang diproteksi
zt-130451023.doc

23

Untuk pelaksanaan koordinasi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel 6 dan tabel
7 dan 8 seperti berikut

Tabel 6

Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout

Tabel 7
Koordinasi Proteksi Antara Fuse Cutout
Fuse link tipe T Koordinasi dengan Fuse Link Tipe T

24

PT PLN Udiklat

Tabel 8
Koordinasi Fuse link tipe H dengan tipe K dan tipe K dengan K

zt-130451023.doc

25

b.

Pemilihan Arus pengenal ( Rating ) fuse link


FCO untuk Proteksi Trafo Distribusi
1.

Dilihat dari karakteristik waktu arusnya proteksi trafo dibatasi dua garis kerja yaitu :
a. Garis batas ketahanan pelebur yang merupakan batas ketahanan pelebur dimana
pelebur FCO tidak boleh bekerja pada beban lebih yang masih dan harus dapat
ditahan oleh trafo tersebut yaitu :

Beban lebih ( Beban Maksimum )

Arus Beban Peralaihan ( Cold Load pick up )

Hubung singkat JTR

Arus Masuk Awal ( Inrush ) trafo

Arus asutan motor

b Garis Batas Ketahanan Trafo yang merupakan batas ketahanan trafo dimana pelebur
( FCO ) harus sudah bekerja / melebur

gangguanh yang dapat melebihi batas

tersebut adalah hubung singkat pada sisi primeratau sekunder trafo


2

Garis batas ketahanan pelebur bagi trafo distribusi umum ditentukan oleh titik titik
berikut :
2 x In

selama 100 detik ................beban lebih

3 x In

selama 10 detik ................Arus beban peralihan

6 x In

selama

1 detik ............... Arus beban peralihan

12 x In

selama

0.1 detik ...........Arus Inrush trafo

25 x In

selama 0.01 detik ............Arus Inrush trafo

Bila Beban Trafo berupa motor listrik maka :


26

PT PLN Udiklat

x In

selama 100 detik ................Arus beban peralihan

x In

selama

10 detik ............... Arus beban peralihan

10 x In

selama

1 detik ........

...Arus Inrush trafo

Ketahanan Pelebur terhadap surja kilat


Bagi trafo trafo berdaya kecil dibawah 100 KVApemilihan pelebur harus memperhatikan
ketahanan terhadap arus surja kilat :
zt-130451023.doc

27

a. minimum 74 A selama 0.01 detik untuk surja kilat 2 KA


b. minimum 370 A selama 0.01 detik untuk surja kilat 10 KA
4. Garis batas ketahanan trafo ditentukan oleh kondisi sebagai berikut :
2

x In

selama 300 detik ................beban lebih, arus Hs JTR

4.75 x In

selama 60 detik ................ beban lebih, arus Hs JTR

6.7

selama 30 detik ................ beban lebih, arus Hs JTR

x In

11.3 x In

selama 10 detik ..............Beban lebih, arus Hs JTR

25

x In

selama

I2 t

= 1.250 ..........................................Hubung singkat pada trafo

2 detik ...............Hubung singkat pada trafo

3. Relai Arus Lebih


Relai arus lebih adalah suatu relai yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi nilai arus dan waktu setingnya. Relai arus lebih ini berfungsi sebagai proteksi
terhadap gangguan hubung singkat, baik hubung singkat antar fasa maupun fasa ke tanah.
Berdasarkan karakteristik waktu kerjanya relay arus lebih dapat dibagi menjadi :
a.

Relai arus lebih seketika (instanstaneous over current relay).

b.

Relai arus lebih dengan tunda waktu tertentu (definite time over current
relay).

c.

Relai arus lebih dengan tunda waktu terbalik (inverse time over current

relay).
3.1. Relai Arus Lebih Seketika
Relai arus lebih seketika adalah relai arus lebih yang bekerja tanpa penundaan waktu, atau
jangka waktu relai mulai saat arusnya pick-up sampai selesai sangat singkat (sekitar 20
sampai 100 ms).

.t detik

28

PT PLN Udiklat

I ampere
Gambar : Karakteristik Rele Arus Lebih Seketika

3.2.

Relai Arus Lebih Waktu Tertentu


Jangka waktu relai mulai pick-up sampai selesai diperpanjang dengan nilai tertentu dan
tidak tergantung besarnya arus yang menggerakkannya. Relai arus lebih jenis ini terdiri
dari elemen arus lebih dan elemen relai waktu

.t detik

I ampere
Gambar : Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Tertenu

3.3. Relai Arus Lebih dengan Tunda Waktu Terbalik


Jangka waktu relai mulai pick-up sampai selesai kerjanya diperpanjang dengan nilai yang
berbanding terbalik dengan besarnya arus yang menggerakkannya.
.t detik

t1

zt-130451023.doc

t2

29
If1

If2

I ampere
Gambar : Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Terbalik

Relai arus lebih waktu terbalik pada dewasa ini dalam suatu relai dapat memiliki
beberapa jenis kurva yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhannya berkat
kemajuan tekonologi elektronika dan micro prosesor Dimana kurva kurva tersebut
dapat diubah kedalam bentuk bentuk persamaan diantaranya adalah :
1. Kurva standar Inverse
0.14
tp = TD. 0.02 =
1
M

( 3.1 )

2. Kurva Very Inverse


13.5
tp = TD.
=
M 1

( 3.2 )

3. Kurva Extremely Invers


80.0
tp = TD. 2 =
M 1

( 3.3 )

4. Kurva long time inverse


80.0
tp = TD. 2 =
M 1

( 3.4 )

Dimana
. tp

waktu kerja relai dalam detik

TD

Time Dial Seting

Perkalian arus kerja relai (Pick-Up) M >1

4. P B O (Penutup Balik Otomatis)

30

PT PLN Udiklat
Alat ini digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman gangguan temporer dan juga untuk
membatasi luas daerah yang padam akibat gangguan, dilihat dari peredam busur apinya
PBO adalah :
1. PBO dengan media minyak
2. PBO dengan media Vaccum
3. PBO dengan media Gas SF6
Dilihat dari peralatan kontrolnya adalah :
1. PBO dengan kontrol hidroulick
2. PBO dengan kontrol elektronik
Dilihat dari peralatan sensornya adalah :
1. PBO dengan sensor arus listrik
2. PBO dengan sensor tegangan
5. PENGAMAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH
1. Pengertian.
Jika suatu tegangan tersentuh tubuh manusia maka pada umumnya mengalir arus listrik
kedalam tubuh yang berbahaya bagi tubuh sebenarnya bukan tegangannya melainkan arus
listrilk yang mengalir didalam tubuh.
Tegangan akan berbahaya akibat sentuhan dengan tegangaan itu menyebabkan
mengalirnya arus listrik yang cukup besar didalam tubuh, jika tidak menyebabkan aliran
arus tegangan tidak berbahaya.
2. Akibat arus listrik dalam tubuh
Berdasarkan penelitian didapat kesimpulan bagaimana akibat arus mengalir dalam tubuh
manusia digambarkan sebagai berikut :

zt-130451023.doc

31

Daerah 1 menunjukkan arus tidak menimbulkan reaksi apapun


Daerah 2 Menunjukkan arus sudah terasa tetapi umumnya tidak menimbulkan bahaya
Daerah 3 menunjukkan arus terasa dan belum mengakibatkan bahaya fibrilasi (denyuk
jantung tak teratur).
Daerah 4 menunjukkan arus terasa dan bisa terjadi bahaya fibrilasi dengan kemungkinan
sampai 50 %
Daerah 5 menunjukkan bahaya fibrilasi lebih dari 50 %.
Dalam gambar ini terlihat bahaya akibat arus mengalir ( tidak hanya tergantung kepada
besarnya arus tetapi juga lamanya arus mengalir )
3. Tegangan Sentuh Yang Berbahaya
Jika tegangan sentuh tersentuh bagian tubuh sedangkan kaki menginjak ketanah maka akan
mengalir arus listrik krdalam tubuh yang besarnya tergantung dari tahanan tubuh dan tahan
kontak pada kedua titik sentuhan. Bila tubuh tersengat aliran listrik besar arus listrik yang
melewati tergantung kepada tegangan listrik yang mengenai dan lintasan yang dilalui arus

32

PT PLN Udiklat
listrik dengan demikian beasar tahan tubuh manusia sangat dipengaruhi oleh keadaan
kelembaban tubuh.
Lintasan tubuh yang dilalui arus dan besar tegangan yang disentuh dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Tabel batas tegangan sentuh dan lamanya sentuhan maksimum


Lama Sentuhan Maksimum

Besar Tegangan Sentuh


Arus Bolak-Balik (V) / harga efektif

Arus Searah (V)

< 50

< 120

50

120

75

140

0,5

90

160

0,2

110

175

0,1

150

200

0,05

220

250

0,03

280

310

(detik)

4. Cara Pengamanan Terhadap Tegangan Sentuh


zt-130451023.doc

33

Sentuhan dengan tegangan dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Pengamanan
terhadap sentuhan langsung adalah pengamanan terhadap sentuhan pada bagian yang aktif
dari suatu peralatan atau instalasi yang dalam kondisi normal bertegangan. Sedangkan
pengaman terhadap sentuhan tidak langsung adalah pengamanan terhadap sentuhan pada
badan peralatan atau instalasi yang menjadi bertegangan pada waktu ada gangguan
(hubung singkat ke badan tersebut).kebadan instalasi yang bersifat konduktif.
Pengaman terhadap sentuhan langsung :
1.

Pengamanan dengan isolasi pada bagiuan bagian yang aktif

2.

pengamanan dengan selungkup atau sekat

3.

Pengamanan dengan penghalang

4.

Pengamanan dengan penempatan diluar jangkauan tangan

5.

Pengamanan tambahan dengan saklar pengaman arus ke tanah


Pengamanan terhadap sentuhan tak langsung
1. Pengamanan dengan pemutusan otomatis
2. pengamanan dengan isolasi pengaman
3. pengamanan dengan alas isolasi
4. pengamanan dengan pemisah pengaman (trafo pemisah)
5. pengamanan dengan pentanahan

6.

Pentanahan TR
Fungsi Pentanahan TR
Pentanahan TR berfungsi untuk menghindari bahaya tegangan sentuh bila terjadi
gangguan atau kegagalan isolasi pada peralatan atau pada instalasi Dalam SPLN 3 1978
pentanahan netral pada jaringan tegangan rendah adalah pentanahan efektif yang
mempunyai tahanan pentanahan dibawah 5
Semua JTR dan instalasi harus menggunakan sistem pentanahan netral pengaman ( PNP)
PNP adalah sistem pentanahan dengan cara menghubungkan badan peralatan atau
instalasi dengan hantaran netral yang ditanahkan (disebut hantaran nol) sehingga jika
terjadi kegagalan isolasi tercegahlah bertahannya tegangan sentuh yang terlalu tinggi
karena pemutusan arus oleh alat pengaman arus lebih
34

PT PLN Udiklat
Tegangan sentuh yang timbul akibat gangguan atau kegagalan isolasi tergantung kepada
pentanahan. Bekerjanya peralatan pengaman juga ditentukan oleh sistim pentanahan yang
dipergunakan
5. PENGAMAN TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIENT
5.1.

Sebab Timbulnya Tegangan Lebih Transient


Dalam keadaan operasi, suatu sistem tenaga listrik sering mengalami gangguan yang
dapat mengakibatkan terjadinya pelayanan-pelayanan daya. Gangguan tersebut lebih
sering terjadi pada jaringan distribusi. Terjadinya gangguan adalah disebabkan oleh
peninggian tegangan lebih, dimana tegangan itu melampaui tingkat ketahanan isolasi
dari hantaran distribusi. Dengan demikian terjadi hubung singkat kawat-kawat fasa ke
tanah yang dapat menyebabkan PMT membuka.
Tegangan lebih ini antara lain ditimbulkan oleh :
a. Sambaran petir pada hantaran distribusi baik merupakan sambaran langsung atau
tidak langsung.
b. Surja hubung
Oleh sebab itu, kebutuhan tingkat ketahanan isolasi dari suatu sistem tenaga biasanya
ditentukan oleh tegangan lebih akibat sambaran petir (tegangan lebih atmosfir ) dan
tegangan lebih akibat transien pada waktu switching.
5.1.1. Tegangan lebih atmosfir ( petir )
Tegangan lebih ini timbul pada JTM karena JTM terkena sambaran petir baik
langsung ( jarang terjadi ) maupun sambaran tidak lansung ( sering terjadi ),
misalnya petir menyambar pohon atau benda lain yang lebih tinggi dari JTM lalu
menginduksi ke JTM yang ada di sekitar lokasi sambaran petir.
Teganganlebih atmosfir ini sekitar 345 kV.
5.1.2. Tegangan lebih hubung.

zt-130451023.doc

35

Di dalam jaringan listrik ada dua macam yang dapat dibedakan, yaitu keadaan
stasioner ( misalnya keadaan masa kerja suatu jaringan ) dan keadaan sementara
atau proses menuju keseimbangan ( transien ), yang timbul pada waktu switching
atau memutus arus. Proses transien adalah peralihan dari keadaan stasioner I ke
keadaan stasioner II, yang hampir selalu menyebabkan ossillasi tegangan dan arus,
karena

itu

dapat

menimbulkan

kenaikan

Trafo

Trafo

tegangan

G.

Gambar 1 : Keadaan I dan II dari distribusi daya

Karena adanya tahanan dalam jaringan, maka tegangan lebih diredam dan setelah
beberapa waktu tertentu tegangan itu menghilang. Dalam gambar 1 digambarkan
keadaan stasioner I dan II. Dalam keadaan I generator memberikan daya melelui
suatu penghantar trafo terus ke pemakai melalui penghantar, melainkan dalam
distribusi daya itu ada juga medan magnit yang mengelilingi penghantar-penghantar
dan medan listrik antara penghantar-penghantar sendiri dan penghantar-penghantar
dengan tanah.

36

PT PLN Udiklat
Medan listrik dan medan magnet itu mengandung energi yang berpulsa sebesar
harga rata-rata dari frekuensi yang 2 x sebesar frekuensi jaringan. Selama keadaan
stasioner I, energi dari pembangkit itu disimpan pada trafo, penghantar dan
pemakai.

Sesudah membuka sakelar S ( keadaan II ) generator itu tidak menyerahkan daya


lagi kepada pemakai, tetapi generator itu tetap memberi energi medan listrik pada
penghantar, walaupun energi tersebut hanya sedikit. Proses keseimbangan itu
membawa keadaan energi dari keadaan I ke keadaan II, yang dimulai dengan proses
switching ( pemutus arus ).
Jadi dapat dikatakan, bahwa proses transien adalah proses keseimbangan energi
antara dua keadaan stasioner yang masing-masing mempunyai muatan-muatan
energi yang berbeda-beda.
6. KARAKTERISTIK TEGANGAN LEBIH
6.1.

Karakteristik
Tegangan Lebih Atmosfir ( petir )
Teori yang dapat diterima tentang petir yaitu bahwa awan terdiri dari daerah
bermuatan positif dan negatif. Pusat-pusat muatan ini menginduksikan muatan
berpolaritas berlawanan ke awan terdekat atau ke bumi. Gradien potensial di udara
antara pusat-pusat muatan di awan atau antara awan dan bumi tidak seragam tapi
gradien tersebar timbul pada bagian konsentrasi muatan tinggi.
Dimana konsentrasi muatan tertinggi dan gradien tegangan tinggi dari awan ke
bumi, timbul muatan pelepasan yang secara umum terjadi di awan. Ketika gradien
mencapai batas untuk udara, udara di daerah konsentrasi stres tinggi mengionisasi
atau tembus ( break down ).
Muatan dari pusat muatan mengalir ke dalam kanal terionisasi, mempertahan-kan
gradien tegangan tinggi pada ujung kanal dan melanjutkan proses tembus listrik.

zt-130451023.doc

37

Formasi suatu sambaran petir berikutnya adalah tembus listrik pro-gresif pada jalur
busur api lebih kecil dari pada tembus listrik sesaat dan komplit di udara sepanjang
kanal. Sambaran petir ke bumi mulai ketika suatu muatan sepanjang pinggir awan
menginduksikan muatan lawan ke bumi, seperti diperlihatkan pada gambar 2.
Lidah arah bawah menyebar dari awan ke arah bumi seperti diperlihatkan pada
gambar 3. Jika pusat muatan kecil, semua muatan bisa saja dilepaskan selama lidah
utama ( pilot leader ) terbentuk dan sambaran tidak lengkap. Ketika sambaran
lengkap, muatan kecil tampaknya dikosongkan. Akibatnya lidah petir juga terhenti.
Begitu pusat muatan baru terbentuk dan lidah petir terbentuk lagi secara cepat.
Begitu lidah petir mendekati bumi, sambaran ke arah atas terbentuk, biasanya dari
titik tertinggi di sekitarnya bila lidah petir ke arah atas dan ke arah bawah ertemu
seperti terlihat pada gambar 4.
Suatu hubungan awan ke bumi terbentuk dan energi muatan awan dilepaskan ke
dalam tanah. Muatan-muatan dapat terinduksi ke jaringan listrik yang ada di
sekitar sambaran petir ke tanah. Walaupun muatan awan dan bumi dinetralisir
lewat jalur awan ke tanah, muatan dapat terjebak pada jaringan listrik, seperti
terlihat pada gambar 5. Besar muatan yang terjebak ini tergantung pada gradien
mula awan ke bumi dan jarak sambarangan terhadap jaringan. Tegangan terinduksi
pada jaringan listrik dari sambaran ke tempat jauh, akan menjalar sepanjang
jaringan dalam bentuk gelombang berjalan sampai dihilangkan oleh pengurangan
( atennuasi ), kebocoran, isolator rusak/ pecah, atau arrester beroperasi. Bila
sambaran langsung ke jaringan listrik, tegangan naik secara cepat pada titik kontak.
Tegangan ini juga menjalar dalam bentuk gelombang berjalan dalam dua arah dari
titik sambaran, berusaha menaikkan potensial jaringan terhadap tegangan lidah
petir arah ke bawah.
Tegangan ini melampaui ketahanan tegangan jaringan terhadap tanah dari isolasi
sistem dan jika tidak cukup dilengkapi dengan pengaman tegangan lebih, dapat
mengawali kerusakan isolasi. Kerusakan isolasi ( kegagalan ), atau operasi arrester
lebih baik, akan di bentuk suatu jalur dari kawat jaringan ke tanah untuk sambaran
petir. Ini menyempurnakan mata rantai antara awan dan bumi untuk melepas
38

PT PLN Udiklat
energi awan dalam bentuk arus surja. Karena titik hubung jaringan ke tanah makin
jauh dari titik kontak sambaran, sebagian kawat jaringan dapat membentuk suatu
bagian dan jurus arus petir.
Arrester surja, dengan karakteristik tembus listrik terkontrol, loncatan listrik
(spark over) terjadi pada tegangan di bawah ketahanan isolasi sistem. Loncatan
listrik yang rendah, tahanan yang rendah selama arus surja mengalir menyebabkan
arrester surja begitu penting dalam sistem distribusi.
Tegangan yang dihasilkan oleh sambaran petir secara karakteristik naik mencapai
nilai puncak secara cepat dan kemudian menurun menuju nol pada laju yang sangat
lambat.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tegangan puncak biasanya beberapa
mikro detik atau kurang. Waktu ekor gelombang dapat mencapai sepuluh atau
ratusan mikro detik. Tegangan pada penghantar jaringan distribusi yang tersambar
petir tidak seragam kenaikannya menuju puncak gelombang. Ketika lidah
sambaran mendekati penghantar, terjadi induksi muatan. Ketika lidah ini
mendekati penghantar pada kecepatan 0,3048 m / mikrodetik, terjadi kenaikan
tegangan induksi.
Bila sambaran petir mencapai penghantar, kenaikan tegangan menjadi lebih cepat.
Karena arrester yang biasa dipakai pada jaringan distribusi mempunyai tegangan
pengenal yang rendah, maka bisa saja arrester beroperasi pada tegangan terinduksi
tersebut.
Jadi perbandingan kenaikan tegangan terhadap beroperasinya arrester akan lebih
rendah pada JTM dari pada JTT. Untuk mengetahui ketahanan tegangan isolasi
terhadap tegangan petir, dilakukan uji tegangan impuls di laboratorium. Bentuk
gelombang tegangan impuls ini distandarisir (SPLN) 1,2 x 50 mikrodetik, seperti
terlihat pada gambar 6, bentuk gelombang dan besar arus sambaran petir juga
bervariasi. Hal ini juga telah distandarisir untuk gelombang arus uji yaitu naik dari
nol mencapai nilai puncak dalam 8 mikrodetik dan menurun mencapai nilai
puncak dalam 20 mikro detik sejak awal.
zt-130451023.doc

39

+
+ + +
+
++

+
+ +
++

+++++++++
++++++++
+
+
Gambar 2 : Muatan sepanjang pinggir awan menginduksi muatan
lawan pada bumi

++++++++

++++++

Gambar 3 : Lidah petir menjalar ke arah bumi


40

PT PLN Udiklat

6.2.

Karakteristik
Tegangan Surja Hubung
Ketika suatu sakelar dalam rangkaian listrik dibuka atau ditutup akan terjadi suatu
transien hubung. Hal serupa juga akan terjadi pada JTM atau JTT. Kombinasi dari
kapasitansi, induktansi dan resistansi JTM secara umum sedemikian rupa sehingga
teganga lebih surja hubung yang merusak isolasi sistem tidak terjadi. Akan tetapi
tegangan lebih surja hubung yang dapat merusak isolasi sistem dapat terjadi akibat dari
pukulan balik ketika proses buka/tutup (switching) saklar bangka kapasitor perbaikan
faktor daya. Pukulan balik yang terjadi pada saat buka/tutup saklar kapasitor
menunjukkan suatu pemakaian tidak sempurna dari saklar. Mengatasi masalah ini
sebaiknya dengan cara mendapatkan saklar yang bebas pukulan balik dan mencegah
tegangan lebih dari pada mencoba mempro-teksinya.
Ferroresonansi dapat menghasilkan tegangan lebih merusak pada JTM. Tegangan lebih
ini tidak benar-benar transien ( peralihan ) karena bersiklus dan tetap ada dalam periode
panjang. Tegangan lebih ini dapat terjadi ketika kapasitansi dienerjais secara hubungan
seri dengan kumparan primer dari trafo tanpa beban atau berbeban rendah. Ini biasanya
terjadi ketika proses hubung ( switching ) sebagai akibat dari suatu pelebur putus atau
suatu penghantar JTM putus. Penyelesaian dari masalah ini adalah merubah hubungan
jaringan atau merevisi operasi saklar ( switching ) sehingga tegangan lebih tidak dapat
terjadi. Cara ini tidak dapat mengamankan isolasi terhadap tegangan lebih tersebut.

7. PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN LEBIH


7.1.

Pengaman Surja
dari Saluran Distribusi ( Metode Lama ).
Pengaman saluran distribusi menurut metode lama adalah merupakan pengembangan
dari metoda yang digunakan pada saluran transmisi. Ada beberapa metoda pengaman
yang digunakan metoda lama ini, yaitu kawat tanah, kawat netral dan sela batang.
7.1.1. Kawat Tanah ( Overhead Statics )

zt-130451023.doc

41

Metoda pertama yang digunakan untuk pengaman saluran distribusi adalah


kawat tanah. Metoda ini yang biasanya digunakan pada saluran transmisi,
memerlukan ketahanan impuls isolasi sangat tinggi. Untuk saluran distribusi hal
ini tidak mungkin dipenuhi, khususnya pada tempat-tempat peralatan seperti
transformator. Kriteria utama perencanaan dalam mengevaluasi kawat tanah
adalah persoalan back flash over ke tanah. Penggunaan kawat tanah
memerlukan tahanan pentanahan yang sangat rendah untuk setiap struktur dan
ketanahan impuls isolasi yang tinggi. Pada sistem multi grounded Y, kawat
netral dihubungkan pada banyak titik tanah, yang selanjutnya berlaku
mempengaruhi arus petir pada seluruh peralatan di saluran. Dan hasilnya tidak
seberapa untuk mengamankan saluran dari flash over bila arus petir yang besar
mengenai transformator dan peralatan-peralatan.
7.1.2. Kawat Netral
Dalam hal ini kawat netral ditempatkan di atas fasa menggantikan kedudukan
kawat tanah. Persoalan sama yang mencakup back flash over juga tetap terjadi.
Penelitian yang telah dilakukan ( di Australia ) menunjukkan bahwa baik kawat
tanah ( di atas kawat fasa ) maupun kawat netral ( di bawah kawat fasa )
keduanya meredam sedikit gelombang surja. Kawat netral di atas kawat fasa
ternyata tidak ekonomis atau tidak merupakan metoda yang baik untuk
melindungi peralatan terhadap sambaran petir.
7.1.3. Sela Batang.
Latar belakang dari metoda ini adalah apabila saluran harus juga flash over,
maka buatlah ketahanan impuls dari saluran tinggi dan buat pada beberapa titik
dari saluran ketahanan impuls yang lebih rendah tersebut yaitu pada sela batang.
Hal ini memerlukan beroperasinya pemutus daya (circuit breaker) untuk
menghilangkan gangguan 50 Hz itu.
Ada beberapa persoalan dengan sela batang ini pertama adalah jarak sela
batang karena hal ini terutam menentukan flash over. Dengan adanya arus
42

PT PLN Udiklat
gangguan yang besar bunga api pada sela batang ( rod gap ) bunga api pada alat
tersebut dapat merusak peralatan di sekitarnya.

7.1.4. Arrester Pada Trafo Distribusi


Terminal pentanahan arrester dihubungkan dengan terminal trafo dan terminal
pentanahan netral trafo ( netral ditanahkan langsung ) jika tidak ditanahkan
bersama maka arus surja akan mengalir ke tanah melalui impedansi Z
menyebabkan drop tegangan pada impedansi tersebut sehingga timbul tegangan
tinggi pada kumparan primer trafo karena kumparan sekunder dan tangki
mempunya beda potensial terhadap tanah maka timbul beda potensial di antara
keduanya. Jika ditanahkan bersama seperti Gambar 8, maka akan menurunkan
drop tegangan pada impedansi tersebut. Sehingga menghilangkan beda
potensial yang dihasilkan drop tegangan pada impedansi tanah, lihat gambar 9.
Jika interkoneksi ( solid ) antara tangki dan titik pentanahan bersama tidak
diizinkan dapat digunakan cela antara titik pentanahan dan netral kumparan
sekunder, lihat gammbar 10. Hal ini menyebabkan arus surja dilewatkan
melalui beberapa impedansi pentanahan paralel. Dan bahaya terhadap
kerusakan isolasi diminimalkan walaupun dalam koneksi arus surja besar dan
impedansi pentanahan tinggi.
Arrester dipasang pada tiap-tiap penghantar baik pada trafo tiga fasa maupun
satu fasa untuk sistem Y ditanahkan, lihat gambar 11 untuk seistem delta
arrester pada jaringan tidak ditanahkan.
Tegangan pada arrester adalah tegangan fasa-fasa jika salah satu penghantar
mengalami gangguan fasa ke tanah dan arrester tetap harus dipasang tiap fasa.
Untuk trafo satu fasa juga memerlukan arrester pada tiap kawat fasa di sisi
primer seperti ditunjukkan pada gambar 12.
zt-130451023.doc

43

7.1.5. Arrester pada SUTM


Penempatan arrester pada jaringan dilaksanakan sebagai berikut :
Arrester sedapat mungkin dipasang pada titik percabangan dan pada ujungujung saluran yang panjang, baik saluran utama maupun saluran percabangan,
jarak arrester yang satu dan yang lain tidak boleh lebh dari 500 meter. Jika
terdapat kabel tanah sebagai bagian dari sistem, arrester sebaiknya dipasang
pada ujung kabel. Arrester yang dipasang pada tiap kawat fasa.
7.1.6. Arrester SKTM
Saluran kabel bawah tanah tahan terhadap gangguan petir jika saluran kabel
bawah tanah mulai dari generator sampai pelanggan. Akan tetapi jika SKTM
digabung dengan SUTM, maka petir dapat masuk ke SKTM melalui SUTM
tiang naik.
Jadi arrester harus dipasang pada tiang naik dan di tiap kawat fasa.

44

PT PLN Udiklat

Gambar 14 : Tegangan pada SKTM akibat sambaran petir pada SUTM

8. KEGAGALAN PENGAMANAN DAN SEBAB-SEBABNYA.


Pengaman tegangan lebih yang terbaik adalah arrester jika pengaman terpasang tapi alat
yang diamankan juga mengalami kerusakan saat terkena sambaran petir baik langsung
maupun tidak langsung disebabkan oleh kekurangan, antara lain :
a. Arrester.
-

Sambungan kawat arrester pada terminal arrester tidak baik ( tidak cukup
kencang )

Sambungan kawat arrester pada kawat fasa jaringan tidak baik ( tidak cukup
kencang )

Sambungan kawat arrester ke terminal tanah arrester tidak baik (tidak cukup
kencang)

Sambungan kawat pentanahan arrester yang satu dengan kawat pentanahan


arrester lain tidak baik ( tidak cukup kencang).

zt-130451023.doc

45

Sambungan kawat pentanahan arrester dengan kawat batang / batang


pentanahan tidak baik ( tidak cukup kencang ).

Tahanan pentanahan arrester lebih besar dari 1 ohm.

Jarak arrester terlalu jauh dari trafo.

Jarak panjang arrester pada tiang yang satu dengan arrester pada tiang yang lain
terlalu jauh.

Arrester tidak bekerja optimal, yaitu walaupun tidak ada petir menyambar
langsung maupun tidak langsung, langsung arrester bekerja. Atau juka ada
sambaran dan arrester bekerja tapi alat yang diamankan juga rusak, ini
disebabkan oleh jarak celah arrester tidak sesuai atau arrester sudah rusak,
karena itu perlu diganti dengan yang baik/baru. Jika arrester meledak karena
terkena sambaran langsung atau tidak langsung baik pada JTM maupun pada
arrester maka berarti arrester tidak dapat bekerja, tidak dapat merubah dirinya
menjadi penghantar lagi jadi arrester harus diganti.

b. Bila turun (trafo, isolator, bushing) Rodgap/Sparkgap.


-

posisi dan jarak antara rod gap pada terminal sekunder trafo GI maupun pada
terminal primer trafo distribusi perlu dikembangkan ke posisi dan jarak semula
yang benar.

Rod gap perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran/polusi bushing : tua, kotor,
retak rambut dan lain-lain.

Isolator.
Kotor, jadi perlu dibersihkan dari akumulasi kotoran / polusi.
Retak/pecah, perlu diganti.
Trafo :
Trafo sudah tua/isolasi kumparan menurun tahanan isolasinya.
Minyak trafo kotor, banyak mengandung bahan konduktif, endapan

karbon

dan uap/air.
46

PT PLN Udiklat
Kawat tanah :
Jarak kawat tanah dari kawat fasa kurang dari standar ( sudut perlindungan
maksimum 45o ).
Terjadi perubahan konstruksi JTM karena gangguan alam, tiang miring, dll.
Pentanahan kawat tanah tidak sempurna ( lebih besar dari 1 ohm ) misalnya
sambungan pada konnektor longgar, elektroda bumi berkarat, perubahan
kondisi tanah, dll.
a. Perencanaan salah yaitu penempatan pengaman, jenis/ukuran pengaman,
koordinasi isolasi salah pemilihan dan survey tahanan tanah tidak akurat.
b. Pemeliharaan tidak baik pada jaringan, trafo, penghantar maupun pada alat
pengaman.
Minyak trafo kotor, banyak mengandung bahan konduktif, endapan

karbon

dan uap/air.

zt-130451023.doc

47

Anda mungkin juga menyukai