Anda di halaman 1dari 25

REKAYASA BAHAN GALIAN

INTAN
MAKALAH

OLEH:
KELOMPOK 7
Fathul Husna Aulia

D621 13 003

Mukti Triyanto

D621 13 305

Rizky Isal

D621 13 306

Meyyer Christopher Lumembang

D621 13 308

Paulina Suwae-Binding

D621 13 701

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga Makalah Rekayasa Bahan Galian mengenai Intan dapat
terselesaikan. Makalah Rekayasa Bahan Galian merupakan salah satu syarat kelulusan
mata kuliah Rekayasa Bahan Galian.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada rekan-rekan yang terlibat atas penulisan makalah ini. Penyusun
menyadari masih terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penyusun memerlukan saran dan kritik dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Makassar, Mei 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Intan merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula yang

terdiri dari satu unsur yaitu karbon (C). Intan terbentuk bersamaan dengan
pembentukan batuan ultrabasa misal peridotit dan kimberlit. Kristalisasi intan pada
kimberlite pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih 95 km) atau lebih
dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur 1.500-2.000 C. Intan
mempunyai hablur dengan sistem kubus, umumnya berwarna bening tetapi kadangkadang berwarna kebiruan, kehijauan, kemerahan atau kuning, berat jenis 3,52
dengan kilap adamantin dengan garis tengah atom 1,54A, kekerasan 10 skala Mohs
atau 8000-8500 knop. Sejauh ini tidak diketahui asal dan arti kata intan yang dalam
bahasa Inggris disebut diamond. Kata diamond yang diturunkan dari bahasa Belanda,
diamant sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti tidak terhancurkan.
Ikatan atom karbon dalam kisi-kisi hablur mempunyai empat arah kelemahan atau
bidang belah. Bila mendapat tekanan yang keras maka kristal ini akan terbelah
meninggalkan permukaan atau bidang yang halus sejajar dengan bidang oktahedron.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana genesa (pembentukan) dari intan ?
2. Bagaimana lokasi penyebaran intan di Indonesia ?
3. Bagaimana proses kegiatan pertambangan intan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui bagaimana genesa (pembentukan) intan.
2. Mengetahui lokasi penyebaran intan di Indonesia.
3. Mengetahui proses kegiatan pertambangan intan.

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk

memberikan

pengetahuan

mengenai

penyebarannya, dan proses kegiatan pertambangannya.

pembentukkan

intan,

lokasi

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karbon
Karbon merupakan salah satu unsur dari unsur-unsur yang terdapat dalam
golongan IV A dan merupakan salah unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari
karena terdapat lebih banyak senyawaan yang terbentuk dari unsur karbon.
Keistimewaan karbon yang unik adalah kecenderungannya secara alamiah untuk
mengikat dirinya sendiri dalam rantai-rantai atau cincin-cincin,tidak hanya dengan
ikatan tunggal, C - C , tetapi juga mengandung ikatan ganda C = C, serta rangkap
tiga, CC. Akibatnya, jenis senyawa karbon luar biasa banyaknya, kini diperkirakan
terdapat sekitar dua juta jenis senyawa karbon, dan jumlah itu makin meningkat
dengan laju kira-kira lima persen per tahun. Alasan bagi kestabilan termal rantai-rantai
karbon adalah kekuatan hakiki yang tinggi dari ikatan tunggal C - C. Konfigurasi
elektron karbon dalam keadaan dasar adalah (1s2 2s2 2p2) mudah terhibridasi
menghasilkan perangkat orbital sp3, atau sp2+p, atau sp+p2. Lebih dari sembilan
puluh persen senyawa karbon merupakan senyawa sintetik, sedangkan sisanya
diperoleh dari mahluk hidup (tumbuh-tumbuhan,hewan,jamur,dan mikroorganisme)
serta fosil mereka (batubara dan minyak bumi).
1. Sifat fisika karbon:
a. Fasa pada suhu kamar : padat
b. Bentuk kristalin

: intan dan grafit

c. Massa jenis

: 2,267

g/cm

(grafit)

dan

3,513

g/cm

(diamond)
d. Titik leleh

: 4300-4700 K

e. Titik didih

: 4000 K

f.

: 2,267 g/cm3 (grafit) 3,515 g/cm3 (diamond)

Densitas

g. Kalor lebur

: 100 kJ/mol (grafit ) dan 120 kJ/mol (diamond)

h. Kalor uap

: 355,8 kJ/mol

i.

: 8,517

Kalor jenis

J/molK

(diamond)

(grafit)

dan

6,115

J/molK

2. Sifat Kimia
a. Bilangan oksidasi

: 4,3,2,1,0,-1,-2,-3,-4

b. Elektronegatifitas

: 2,55 (skala pauli)

c. Energi ionisasi

: 1086 kJ/mol

d. Energi ionisasi ke-2

: 2352,6 kJ/mol

e. Energi ionisasi ke-3

: 4620,5 kJ/mol

f.

Jari-jati atom

: 70 pm

g. Jari-jari kovalen

: 77 pm

h. Jari-jari Vander Waals

: 170 pm

i.

konduktifitas termal

: 119-165 (grafit) 900-2300 (diamond) W/mK

j.

Struktur Kristal

: heksagonal

Alotrop adalah sifat sejumlah tertentu unsur dimana unsur ini mampu berada
dalam dua tau lebih bentuk, pada setiap alotrop atom-atom unsur tersebut berikatan
dengan cara yang berbeda sehingga membentuk modifikasi struktur yang berbeda
pula. Berbagai macam alotrop karbon adalah:
1.

Bentuk amorf umum dari karbon adalah arang, kokas, karbon hitam, dan bahan
hitam tulang. Unsur karbon dalam amorf, selain terdapat di alam juga dihasilkan
dari pembakaran terbatas minyak bumi (jumlah oksigen terbatas sekitar 50%
dari jumlah oksigen yang diperlukan untuk pembakaran sempurna). Bila batu
bara dipanaskan tanpa udara, berbagai zat yang volatile (mudah menguap)
dikeluarkan (gas batu bara), meninggalkan residu dengan kadar karbon yang
tinggi yang dikenal sebagai kokas (ampas batu arang). Tipe penyulingan
destruktif yang sama dari kayu dan bahan organik lainnya menghasilkan arang.
Pembakaran tidak sempurna dari gas alam menghasilkan nyala berasap, dan asp
ini dapat disimpan sebagi jelaga yang halus disebut karbon hitam. Secara alami,
karbon amorf terdapat dalam serbuk gergaji, lignit batu bara, gambut, kayu,
batok kelapa, dan biji-bijian.

2.

Intan merupakan zat padat yang bening berkilauan dan merupakan zat yang
paling keras. Setiap atom karbon dalam berada di pusat suatu tetrahedron dan
terikat secara kovalen kepada 4 atom karbon lainnya yang berada di sudut
tetrahedron tersebut. Intan merupakan molekul besar yang melebar dalam 3
dimensi sehingga atom-atomnya terikat sangat kuat satu sama lain. Hal ini
mengakibatkan intan menjadi sangat keras.

Gambar 2.1 Struktur Atom C Intan

Gambar 2.2 Bentuk Ruang Dimensi Struktur Atom C Intan


3.

Salah satu bentuk alamiah karbon murni adalah grafit. Namun, unsur ini mampu
membentuk zat-zat yang sangat berbeda jika bergabung dengan atom-atom
unsur lain. Struktur utama tubuh manusia merupakan hasil ikatan kimia berbeda-

beda yang mampu dibentuk karbon. Molekul grafit melebar dalam dua bidang
dan bidang tersebut dapat berlapis-lapis. Antar lapisan diikat oleh gaya Van der
Waals yang lemah sehingga mudah bergeser dan lepas seperti pensil yang dapat
dituliskan karena ujungnya adalah grafit. Ketika kita menggunakan grafit sebagi
pensil, lembaran atom digosokkan dan menempel pada kertas. Jadi, ikatan antar
lapisan jauh lebih lemah jika dibandingkan dengan ikatan antaratom dalam satu
lapisan. Dalam satu lapisan setiap lapisan atom karbon terikat secara kovalen
kepada 3 atom karbon lainnya, dalam suatu susunan berbentuk heksagonal. Jadi
setiap lapisan adalah satu molekul raksasa. Grafit dapat dibuat dari kokas.

Gambar 2.3 Perbedaan Struktur Intan dan Struktur Grafit

2.2 Genesa Intan


Intan termasuk dalam kelompok bahan galian yang terbentuk secara alami di
kedalaman tertentu dari permukaan bumi. Intan terbentuk pada kedalaman 100 mil
(161 km) di bawah permukaan bumi, pada batuan yang cair pada bagian mantel bumi
yang memiliki temperature dan tekanan tertentu yang memungkinkan untuk merubah
(mineral) carbon menjadi intan.

Gambar 2.1 Formasi Intan


Hingga saat ini terdapat beberapa teori pembentukkan intan yaitu :
1.

Deep Source Eruption


Kebanyakan deposit intan yang bersifat komersil berasal dari erupsi gunung
api yang memindahkan intan dari bawah hingga ke atas permukaan bumi,
membentuk pipa Kimberlite, penamaan Kimberlite berasal dari penemuan
pertama pipa tempat intan berada tersebut di daerah Kimberley, Afrika
Selatan. Lapisan pada mantel tempat terdapatnya deposit intan dinamakan

Diamond Stability Zone. Deposit intan tersebut dapat mengalir hingga ke atas
permukaan kerak bumi dengan cepat ketika erupsi terjadi. Jenis batuan yang
mengandung intan adalah xenolith.

Gambar 2.2 Pembentukan Batu Kimberlit


2.

Subduction Zone Diamonds


Zona subduksi terdapat di batas pertemuan lempeng samudera dan lempeng
benua, dimana salah satu lempeng masuk ke dalam lapisan mantel bumi.
Ketika lempeng tersebut masuk ke mantel, maka tekanan dan suhu akan
meningkat dan membentuk mineral intan. Mineral intan yang bersifat komersil
jarang ditemukan pada proses pembentukkan seperti ini. Deposit intan jenis ini
sangat kecil dan tidak cocok untuk diolah menjadi perhiasan komersil.

3.

Asteroid Impact Diamonds


Keterdapatan intan ditemukan di sekitar lubang bekas tabrakan asteroid. Bumi
telah dijatuhi banyak asteroid selama sejarah pembentukkannya pada masa
lampau. Tekanan dan panas yang dihasilkan tumbukan asteroid cukup untuk
membentuk mineral intan. Mineral intan tipe ini tidak bagus untuk diolah
secara komersil.

Gambar 2.3 Asteroid Impact Diamonds


4.

Diamond Formed in Space


Keterdapatan intan juga ditemukan pada meteorit. Para ahli berpendapat intan
tersebut terbentuk di luar angkasa akibat tabrakan sesama asteroid atau
kejadian lainnya. Intan pada meteorit sangat kecil dan tidak cocok untuk
diolah secara komersil. Intan juga dapat ditemukan di dasar sungai sebagai
endapan yang kita sebut sebagai endapan intan alluvial, pada dasarnya intan
type alluvial juga berasal dari pipa Kimberlite purba yang kemudian mengalami
proses geologi lanjutan berupa pengangkutan oleh air atau glacier yang
berlangsung pada jutaan-milyar tahun yang lalu, sehingga intan-intan yang
berasal dari pipa kimberlite tersebut terbawa bermil-mil jauhnya dari tempat
asalnya dan kemudian terendapkan di dasar sungai. Intan ditemukan di alam
dalam bentuk batu yang masih kasar, sehingga harus melalui beberapa proses
terlebih dahulu agar tercipta sebagai perhiasan yang berkilau untuk kemudian
menjadi barang yang komersil.

Gambar 2.4 Keterdapatan intan di Kalimantan plume tectonics dan pipa intan
kimberlite Kalimantan Case.

2.3 Karakteristik Intan


Intan adalah senyawa relatif yang sederhana dalam keadaan stabil. Bagaimana
pun intan tidak seperti grafit, intan memiliki beberapa bentuk kristal dan politypes,
seperti diamond kubik dan heksagonal. Intan tetrahedron lain bergabung dengan 4
tetrahedron lainnya membentuk ikatan yang kuat, tiga dimensi dan membentuk
struktur kristal kovalen. Intan memiliki 2 struktur, salah satunya dengan kubik semetris
(lebih stabil) dan satu lagi dengan simetris heksagonal yang ditemukan di alam sebagai
mineral lonsdaleite. Hibridisasi dari atom karbon merupakan hybrid (atau Tetrahedral),
bagian orbital menunjukkan simetris tetrahedral yang keadaan valensinya 4 dengan 4
orbital. Orbital itu diikat ke orbital 4 atom karbon lainnya dengan ikatan kovalen kuat

(atom yang memiliki pasangan elektron) kebentuk biasa tetrahedron dengan sudut
yang sama.

Gambar 2.5 Berlian

Tabel 2.1 Karakteristik Intan


Struktur intan kubik lebih stabil dan lebih sederhana. Ikatan kovalen antara
atom karbon dari diamond digambarkan dengan ikatan kecil yang panjangnya (0,154

nm) dan energi ikatan tingginya 711 Kj/mol (170 kcal). struktur kubik dari diamond
dapat dilihat dari banyaknya ruas ruas lorong (111 bidang).Berlian heksagonal adalah
bentuk allotropik karbon yang dekat dengan berlian kubik dalam struktur dan sifat. itu
adalah politype berlian, yang merupakan bentuk khusus dari polimorf mana lapisan
dikemas dekat (111) untuk kubik dan (100) untuk hexagonal) adalah identik, tetapi
memiliki urutan susun yang berbeda sehingga setiap lapisan kedua identik.
Diamonds memiliki berbagai sifat yang unik, antara lain:
1. Intan merupakan mineral alami yang paling keras, sehingga intan banyak
digunakan sebagai alat untuk memotong, mengasah dan sebagai mata bor.
2. Memiliki titik leleh yang sangat tinggi yakni 4827 C). Hal ini disebabkan
Ikatan kovalen karbon-karbon yang terbentuk pada struktur intan sangat
kuat bahkan lebih kuat dari ikatan ionik.
3. Berupa isolator namun dapat menyerap panas dengan sangat baik. Daya
hantar listrik intan berkaitan dengan elektron yang digunakan untuk
membentuk ikatan, dimana pada intan elektron-elektron berikatan sangat
kuat sehingga tidak ada elektron yang bebas bergerak ketika diberi beda
potensial. Sifat penyerap panas yang baik dari intan diaplikasikan pada
peralatan elektonik untuk menyerap panas yang dihasilkan ketika peralatan
elektronik digunakan. Dengan melapisi intan pada konduktor dalam
peralatan elektronik maka suhu peralatan tersebut dapat dijaga relatif
konstan sehingga peralatan tersebut dapat berfungsi secara normal.
4. Tidak

larut dalam air dan pelarut

organik.

Dalam hal ini tidak

memungkinkan terjadinya daya tarik antara molekul pelarut dan atom


karbon yang dapat membongkar dayatarik antara atom-atom karbon yang
berikatan secara kovalen. Akibat pelarut tidak mampu mensolvasi molekul
intan.
5. Sifat dari intan: Kerapatan 0.293 g/cm3; Panas Jenis 6.195 C.J/mol (pada
300K); Entropy Standart 2.428 J/mol.K (pada 300K); Entalpi Standart 1.884
J/mol.K (pada 300K)

2.4 Penambangan dan Pengolahan Intan


Teknik penambangan intan bergantung pada jenis endapan, jenis batuan
samping, keadaan struktur geologi dll. Untuk endapan Alluvial seperti di martapura,
penambangan intan dilakukan dengan cara tradisional yaitu panning/ mendulang tanah

yang mengandung intan. Cara ini menggunakan alat berupa wadah seperti wajan,
kemudian ditambahkan air dan digoyang memutar sehingga tanah akan pergi,
sedangkan intan yang berat akan tertinggal. Teknik mendulang yang benar perlu
pengalaman, perasaan, dan ketelitian mengamati pendulangan. (Bain, 2011)
Endapan intan hidrotermal dengan metode penambangan open pit biasanya
berasosiasi dengan batuan yang relative keras, sehingga menggunakan peledakan
untuk memberai intan dari batuan pembawanya. Endapan intan hidrotermal berbentuk
pipa, dyke, merupakan intrusi batuan beku pada lokasi yang dalam, tekanan dan suhu
yang tinggi. Endapan intan kymberlyte yang terdapat di Afrika selatan terletak tidak
jauh dari permukaan, karena mengalami proses pelapukan selama jutaan tahun.
Sehingga penambangannya dilakukan dengan membuat lubang bukaan/ open pit.
(Bain, 2011)

Gambar 2.6 Open Pit Penambangan Intan di Diavik, Kanada


Sistem penambangan bawah tanah juga terdapat pada tambang intan dengan lokasi
yang cukup dalam. Penambangan bawah tanah dilakukan dengan membuat
terowongan-terowongan

bawah

tanah,

dimana

untuk

membuat

terowongan

menggunakan peledakan. Peledakan pada sistem tambang bawah tanah berbeda


dengan sistem tambang terbuka. Pada sistem tambang bawah tanah menggunakan
ledakan yang relative lebih kecil, dan terkontrol agar tidak menyebabkan keruntuhan
pada tambang bawah tanah. Perhitungan peledakan tambang bawah tanah lebih

kompleks karena lebih memerhatikan aspek geoteknik, getaran yang ditimbulkan,


ventilasi udara yang harus dikontrol di bawah tanah, dll. (Bain, 2011)

Gambar 2.7 Penambangan Intan Bawah Tanah di Koala North, Kanada


Sistem penambangan bawah air (underwater mine) intan juga telah dilakukan pada
samudera Atlantik, dekat dengan Afrika selatan. Lokasi ini diklaim para ahli sebagai
terusan dari endapan kimberlyte. Penambangan bawah air dilakukan dengan kapal
keruk, seperti halnya pada penambangan bawah air endapan mineral lainnya.
Eksplorasi menggunakan alat khusus yang dapat mendapatkan data kondisi bawah
laut. Khusus penambangan bawa air terikat dengan aturan UNCLOS tahun 1982 (the
UN law of the sea) yang menjelaskan setiap Negara boleh mengeksplorasi dan
mengeksploitasi mineral sejauh 200 mil dari garis pantai mereka. (Bain, 2011)

Gambar 2.8 Penambangan Intan Bawah Air


Pengolahan intan untuk skala besar, pada tambang open pit ataupun tambang
bawah tanah dan tambang bawah air, pada umumnya terdiri atas proses kominusi,
peremukan (crushing), pengayakan (screening) dan penggosokan (scrubing). Partikel
bijih ini berukuran antara 1-30 mm. teknik yang dikenal dengan DMS (dense medium
separation) yang memisahkan intan dan mineral berat lainnya dari waste (pengotor)
yang ringan. Kemudian pemisahan intan dengan mineral lainnya dapat dilakukan
dengan pemisah x-ray. Dibawah sinar x-ray, intan memancarkan cahaya yang
membuat ledakan sehingga intan tersebut keluar. Sedangkan mineral lainnya tetap
tinggal di dalam. Intan kemudian dibersihkan, dicuci, kemudian ditimbang dan siap
untuk dijual. Sifat intan yang sangat konduktor dan memiliki indeks bias tinggi sangat
membantu dalam proses penyortiran. Sinar X-ray yang ditembakkan mengenai bijih,
akan mengenai intan sehingga intan terpisah/ keluar dari mesin. Proses ini sangat pas
untuk produksi intan skala besar, karena butuh waktu lama jika menyortir secara
manual dengan tenaga manusia. (Tinto, 2012) Selanjutnya Intan disortir kembali,
untuk menentukan kualitasnya. Hal ini tergantung dari penggunaannya nanti sebagai
perhiasan dan alat pemotong, mata bor dll. Terkhusus untuk perhiasan, hanya intan
dengan ukuran tertentu, tidak cacat, warna, dll yang digunakan.

2.5

Pesebaran Intan di Indonesia

Gambar 2.9 Pesebaran Intan di Indonesia


Intan yang diketemukan di Indonesia baik untuk permata, banyak ditemukan di
daerah tersebut antara lain :
1.

Riau : S.Siabu, Kamper, Bangkinang (berupa indikasi pada endapan aluvial).

2.

Kalimantan Barat : Muara Mengkiang (sebagai rombakan pada endapan aluvial),


Ngabang (sebagai rombakan pada endapan aluvial).

3.

Kalimantan Tengah : Kampung Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan,


Purukcahu, Murung Raya, Sei Pinang (semuanya merupakan endapan intan
letakan pada aluvial), Pujon, cabang S.Bohot (berupa indikasi pada komplek
batuan ultrabasa yang dikelilingi oleh batupasir dan serpih yang mengandung
batubara).

4.

Kalimantan Selatan : Kabupaten Martapura, Simpang Empat (antara kampung


Mataram dan Sungkai, pinggir Jl. Raya Banjarmasin Kandangan (terdapat
dalam endapan kerikil pada daerah dataran banjir, telah diusahakan oleh
masyarakat).

5.

Kalimantan Timur : Sekatak bunyi (berupa indikasi pada endapan aluvial),


Kabupaten Kutai, Kecamatan Longiran, S. Babi, Kabupaten Kutai sekitar Kp.
Tiongohan cabang sungai sebelah kanan.

2.6

Kimberlit
Kimberlit adalah batuan beku yang dikenal dalam dunia pertambangan dan

geologi sebagai batuan yang mengandung berlian. Namanya sendiri berasal dari nama
sebuah kota di Afrika Selatan, Kimberley, di mana pada tahun 1871 di kota tersebut
ditemukan berlian dengan kadar 83.5 karat(16.70 g).

Gambar 2.10 Lokasi Intan Kimberly


Kimberlit biasanya hadir pada kerak bumi dalam struktur vertikal yang dikenal
sebagai kimberlites pipes, dan juga berupa dyke dan sills. Kimberlite pipes adalah
sumber ekstraksi berlian yang paling penting saat ini. Konsensus yang berkembang di
dunia geologi menyatakan bahwa kimberlit terbentuk pada bagian mantel bumi yang
dalam. Pembentukan terjadi pada kedalaman sekitar 150 dan 450 km(93 dan 280 mil),
secara potensial terbentuk dari komposisi mantel bumi yang bersifat eksotik, dan
dierupsikan secara berulang-ulang dan terus-menerus, seringkali disertai dengan
kehadiran komponen karbon dioksida dan material volatil. Faktor kedalaman dari zona
peleburan dan pembentukannyalah yang mengakibatkan kimberlit sangat potensial
untuk menjadi batuan yang mengandung xenochrist berlian.
Proses pergerakan erupsi magma kimberlitik dari mantel bumi bagian dalam
hingga menuju ke dekat permukaan masih merupakan topik yang banyak
diperbincangkan para geologis. Penelitian pada tahun 2012 yang dilakukan oleh

Profesor Donald Dingwell, Direktur Departemen Geologi dan Lingkungan LMU, akhirakhir sedikit member titik terang bagaimana magma kimberlitik mendapatkan sifat
mengapungnya(buoyancy). Model percobaannya menjelaskan bahwa mineral yang
berasimilasi dengan magma dari mantel bagian dalam yang bergerak ke atas adalah
yang bertanggung jawab dalam memberikan impetus yang dibutuhkan. Magma
primordialnya pada awalnya bersifat basa, namun dengan adanya inkorporasi dari
mineral silikat yang ditemui selama proses pergerakan ke atasnya menyebabkan
peleburan lebih bersifat asam. Hal ini menyebabkan pelepasan karbon dioksida dalam
bentuk gelembung-gelembung, yang mereduksi densitas peleburan, yang secara
esensial menyebabkannya berbuih. Hasilnya adalah meningkatnya kemampuan magma
untuk mengapung, yang mendukung pergerakannya ke arah atas.

Gambar 2.11 Batuan Kimberlit


Kebanyakan kimberlit yang telah ditemukan memiliki umur 70 hingga 150 juta
tahun yang lalu, namun beberapa di antaranya ada yang berumur hingga 1.200 juta
tahun yang lalu. Pada umumnya, kimberlit ditemukan hanya di daerah kratonik, kerak
benua tertua yang masih terjaga, yang membentuk nukleus tubuh daratan benua yang
tetap tidak terubah secara virtual sejak pembentukannya. Magma kimberlitik seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya terbentuk pada kedalaman lebih dari 150 km, suatu
kedalaman yang relatif lebih besar dari pada kebanyakan batuan vulkanik lainnya.
Temperatur dan tekanan yang ada di zona tersebut sangat tinggi sehingga karbon
dapat terkristalisasi membentuk berlian. Saat magma kimberlitik ini didorong melalui
corong panjang seperti pipa oleh proses vulkanisme, seperti air di dalam selang yang
ujungnya dipersempit, velositasnya akan meningkat secara signifikan dan berlian yang

terbentuk akan tertransportasi ke arah atas seakan-akan dibawa oleh elevator. Itu
sebabnya kimberlite pipes adalah lokasi ekstraksi berlian yang paling utama di dunia.
Namun berlian bukan satu-satunya penumpang pada magma kimberlitik. Kimberlit juga
akan membawa banyak jenis lain dari batuan yang dijumpainya selama perjalan
menuju ke arah permukaan.

Gambar 2.12 Primary Deposit


Meskipun terdapat beban ekstra magma kimberlit tertransport secara cepat,
dan naik ke permukaan melalui erupsi eksplosif. Menurut Profesor Dingwell gas volatil
seperti karbon dioksida dan uap air memainkan peran utama dalam memberikan sifat
apung yang memungkinkan magma kimberlitik untuk terus bergerak ke arah atas.
Namun asal-usul dari gas volatil ini di dalam magma, masih menurut Profesor Dingwell,
belum begitu jelas. Melalui percobaan laboraterium yang dikondisikan pada suhu tinggi
yang sesuai dengan keadaan pembentukan magma kimberlitik, tim peneliti yang
dipimpin Profesor Dingwell dapat mendemonstrasikan pentingnya proses asimilasi
xenoliths dalam proses tersebut. Magma primordial yang ditemukan pada interior bumi
bagian dalam dianggap bersifat basa karena pada umumnya ia terdiri dari komponen
pembawa karbonat, yang juga dapat memiliki proporsi air yang relatif tinggi. Saat
magma mengalami kontak dengan batuan kaya silika, mereka secara efektif
terlarutkan dalam fase cair, yang mengakibatkan pengasaman proses peleburan.
Seiring dengan makinmeningkatnya jumlah silika yang terinkorporasi, level saturasi
karbon dioksida yang terlarut di dalam cairan secara progresif akan meningkat seiring
dengan solubilitas karbon dioksida yang menurun. Saat cairan bersaturasi tinggi,

kelebihan unsur karbon dioksida akan membentuk gelembung-gelembung. Hasilnya


proses pembuihan magma yang berlanjut, yang dapat mengurangi viskositas dan
secara komprehensif meningkatkan kemampuan mengapung memberikan tenaga
untuk erupsi yang sangat intensif sehingga memungkinkan magma kimberlitik
mencapai permukaan. Semakin cepat magma bergerak ke arah atas, semakin banyak
silikat yang terikut dalam aliran, dan semakin tinggi konsentrasi silikat yang terlarut,
sehingga pada akhirnya jumlah karbon dioksida dan uap air yang terlepas mendorong
cairan panas ke atas dengan tenaga yang besar, seperti roket.
Penelitian pada tahun 2012 yang dilakukan oleh Profesor Donald Dingwell,
Direktur Departemen Geologi dan Lingkungan LMU, akhir-akhir sedikit member titik
terang bagaimana magma kimberlitik mendapatkan sifat mengapungnya(buoyancy).
Model percobaannya menjelaskan bahwa mineral yang berasimilasi dengan magma
dari mantel bagian dalam yang bergerak ke atas adalah yang bertanggung jawab
dalam memberikan impetus yang dibutuhkan. Magma primordialnya pada awalnya
bersifat basa, namun dengan adanya inkorporasi dari mineral silikat yang ditemui
selama proses pergerakan ke atasnya menyebabkan peleburan lebih bersifat asam. Hal
ini menyebabkan pelepasan karbon dioksida dalam bentuk gelembung-gelembung,
yang mereduksi densitas peleburan, yang secara esensial menyebabkannya berbuih.
Hasilnya adalah meningkatnya kemampuan magma untuk mengapung, yang
mendukung pergerakannya ke arah atas.
2.5.1

Morfologi dan Vulkanologi


Banyak kimberlit tergenerasikan dengan bentuk menyerupai wortel, berupa

intrusi vertical yang disebut pipes. Bentuk klasik kimberlit yang menyerupai bentuk
wortel ini dapat terbentuk oleh karena proses intrusi kompleks dari magma kimberlitik
yang mewarisi proporsi besar dari CO2(jumlah H20 yang lebih kecil) pada sistem
pembentukannya, yang memproduksi fase-fase peleburan eksplosif dalam yang
menyebabkan jumlah signifikan dari intrusi vertical(Bergman, 1987). Klasifikasi
kimberlit didasarkan pada pengenalan fasies batuan yang berbeda. Fasies-fasies yang
berbeda ini diasosiasikan dengan aktivitas magmatic tertentu, yang didefiniskan antara
lain sebagai crater, diatremem, dan batuan hypabyssal(Clement dan Skinner 1985, dan
Clement, 1982).
Morfologi dari kimberlite pipes, dan bentuk klasiknya yang menyerupai wortel,
adalah hasil vulkanisme eksplosif diatreme dari sumber mantel bumi yang sangat

dalam. Eksplosi vulkanik ini menghasilkan kolom batuan yang bergerak ke atas dari
sumbernya yang berupa magma pada bagian mantel dalam. Morfologi kimberlite pipes
bervariasi namun secara umum termasuk mencakup komplek dykes sheeted dari tubuh
batuan berbentuk tabular. Pada kedalaman 1.5-2 km(0.93-1.24 mil) dari permukaan,
magma bertekanan tinggi ini akan tereksplosi ke arah atas dan mengembang
membentuk diatremei yang berdimensi menyerupai konikal atas silinder, yang
kemudian akan terus dierupsikan ke permukaan. Ekspresi permukaan akibat fenomena
yang dijabarkan sebelumnya ini sangat jarang terawetkan, sebaliknya apa yang banyak
dijumpai dari sisa fenomena tersebut adalah gunung api maar. Diameter kimberlite
pipes pada permukaan biasanya bisa mencapai ratusan meter hingga beberapa
kilometer(mencapai hingga 0.6 mil). Dua dykes kimberlit berumur jura ditemukan di
daerah Pensylvania. Salah satunya, dykes Gates-Adah, tersingkap di sekitar Sungai
Monongahela pada perbatasan antara Daerah Fayette dan Greene. Dykes Kimberlit
lainnya, Dixonville-Tanoma di Daerah Indiana tengah, tidak tersingkap ke permukaan
dan ditemukan oleh para penambang.
2.5.2

Aspek Ekonomi
Kebanyakan kimberlit yang telah ditemukan memiliki umur 70 hingga 150 juta

tahun yang lalu, namun beberapa di antaranya ada yang berumur hingga 1.200 juta
tahun yang lalu. Pada umumnya, kimberlit ditemukan hanya di daerah kratonik, kerak
benua tertua yang masih terjaga, yang membentuk nukleus tubuh daratan benua yang
tetap tidak terubah secara virtual sejak pembentukannya. Magma kimberlitik seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya terbentuk pada kedalaman lebih dari 150 km, suatu
kedalaman yang relatif lebih besar dari pada kebanyakan batuan vulkanik lainnya.
Temperatur dan tekanan yang ada di zona tersebut sangat tinggi sehingga karbon
dapat terkristalisasi membentuk berlian. Saat magma kimberlitik ini didorong melalui
corong panjang seperti pipa oleh proses vulkanisme, seperti air di dalam selang yang
ujungnya dipersempit, velositasnya akan meningkat secara signifikan dan berlian yang
terbentuk akan tertransportasi ke arah atas seakan-akan dibawa oleh elevator. Itu
sebabnya kimberlite pipes adalah lokasi ekstraksi berlian yang paling utama di dunia.
Namun berlian bukan satu-satunya penumpang pada magma kimberlitik. Kimberlit juga
akan membawa banyak jenis lain dari batuan yang dijumpainya selama perjalan
menuju ke arah permukaan.

Kimberlit adalah sumber paling penting dari berlian primer. Banyak kimberlite

pipesjuga menghasilkan alluvial yang kaya atau berlian endapan plaser. Sekitar
6,400kimberlit pipes telah ditemukan di dunia, dari jumlah tersebut 900 di antaranya
diklasifikasikan sebagai pembawa berlian, dan dari jumlah tersebut hanya 30 yang
secara ekonomi menguntungkan untuk ditambang.
Endapan kimberlit yang ditemukan di Kimberley, Afrika Selatan adalah yang
pertama kali ditemukan dan menjadi asal usul namanya. berlian Kimberley pada
awalnya ditemukan pada kimberlit yang telah terlapukkan bewarna kekuningan oleh
karena kehadiran limonit, sehingga disebut sebagai tanah kuning. Penggalian yang
lebih dalam menemukan batuan yang lebih fres, kimberlit yang terserpentinisasi, yang
disebut oleh penambang sebagai tanah biru. Baik tanah kuning dan tanah biru adalah
penghasil berlian prolifik. Setelah tanah kuning telah habis dieksploitasi, penambang
pada masa akhir abad ke 19 secara tidak sengaja memotong bagian tanah biru dan
menemukan berlian dengan kualitas dan kuantitas yang ekonomis.

2.7

Pemanfaatan Intan
Intan memiliki banyak kegunaan, antara lain:

1. Intan sebagai perhiasan, kalung, gelang, cincin, mata batu cincin, liontin pada
kalung, hiasan pada gelang, hiasan anting, hiasan pada aksesoris lainnya,
seperti kacamata, ikat pinggang dan tas tangan.
2. Kaca berbahan Intan, terbuat dari membran berlian tipis dan digunakan untuk
menutupi bukaan di laser, mesin x-ray dan ruang vakum. Kaca tersebut
memiliki sifat yang transparan, sangat tahan lama, dan tahan terhadap panas
dan abrasi.
3. Diamond Speaker Domes, meningkatkan kinerja speaker berkualitas tinggi.
Intan adalah bahan yang sangat kaku dan ketika dibuat menjadi kubah tipis
makan dapat bergetar dengan cepat tanpa deformasi yang akan menurunkan
kualitas suara.
4. Heat sink adalah bahan yang menyerap atau mengirimkan kelebihan panas.
Intan memiliki konduktivitas termal tertinggi dari berbagai bahan. Digunakan
dalam mikro elektronik.
5. Low friction microbearings diperlukan dalam perangkat mekanis kecil. Sama
seperti beberapa jam tangan memiliki bantalan permata di gerakan mereka

berlian digunakan di mana ketahanan abrasi yang ekstrim dan daya tahan yang
diperlukan.
6. Karena berlian begitu keras dan tahan lama, mereka ideal untuk grinding,
memotong, pengeboran, dan polishing. Ketika digunakan sebagai abrasif,
potongan yang sangat kecil dari berlian yang tertanam ke roda gerinda, gergaji,
atau bor.

2.8

Intan Sintetis
Intan sintetis (bahasa Inggris: Diamond carbon (nomina)) adalah intan

sedangkan

Diamond non-carbon lebih merujuk pada teknologi cutting atau

pemotongan yang dibuat dengan proses teknologi, bukan dengan proses geologis
seperti intan alami. intan sintetis juga dikenal dengan nama intan HPHT dan Berlian
CVD, di mana kedua nama tersebut merupakan jenis metode pembuatannya (high

pressure high temperature dan chemical vapor deposition).


Intan adalah bahan yang sangat berharga dan banyak orang telah bekerja
untuk menciptakan berlian sintetis dan simulan berlian. Berlian sintetis adalah buatan
manusia bahan yang memiliki komposisi, struktur kristal kimia yang sama dan sifat
sebagai berlian alami. Berlian sistetis menggunakan bahan yang terlihat seperti berlian
tapi memiliki komposisi kimia yang berbeda dan sifat fisik.
Berlian sistetis pertama yang sukses secara komersial berlian dicapai pada
tahun 1954 oleh para pekerja di General Electric. Sejak itu, banyak perusahaan telah
berhasil memproduksi berlian sintetis cocok untuk keperluan industri. Hari ini, sebagian
besar industri berlian dikonsumsi adalah sintetis dengan China menjadi pemimpin
dunia dengan produksi lebih dari 4 miliar karat per tahun.
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk memproduksi berlian
sintetis. Metode pertama menggunakan tekanan dan temperatur tinggi (HPHT) dan
masih dipergunakan secara luas karena rendah biaya produksinya. Proses ini
melibatkan tekanan yang cukup besar hingga mencapai tekanan 5 GPa pada
temperatur 1500 oC. Metode kedua menggunakan deposisi uap kimia (CVD),
menciptakan plasma karbon di atas substrat di mana karbon akan dijadikan berlian.
Metode lainnya yaitu metode peledakkan dan penggunaan gelombang suara ultrasonik.

DAFTAR PUSTAKA

Antwerp World Diamond Centre. 2012. Diamond Industry Report. Ottawa.


Cahyo, F. A. (2014). kimberli. Retrieved mei 8, 2016, from GEOPANGEA RESEARCH
GROUP

INDONESIA:

https://gprgindonesia.wordpress.com/2014/12/

19/kimberlit-batuan-beku-pembawa-berlian/
Geology.com.

2014.

Diamond.

http://geology.com/articles/gem-diamond-map/.

Diakses pada tanggal 7 Mei 2016 Pukul 15:00 WITA.


Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
SRK New Focus on Diamonds. Mining Diamond for world wide. Canberra. 2014
Tinto, Rio. Diamond Report. Melbourne. 2012
Widodo, Aminuddin, M. Ulum A. Gani. 2012. Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran
Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan. Buletin Geologi Tata

Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 :


101 114.
Wikipedia.com. 2015. Intan Sintetis. https://id.wikipedia.org/wiki/Berlian_sintetis.
Diakses pada tanggal 7 Mei 2016 Pukul 16:00 WITA.
Wikipedia.com. 2015. Intan. https://id.wikipedia.org/wiki/Berlian_sintetis. Diakses pada
tanggal 7 Mei 2016 Pukul 16:00 WITA.

Anda mungkin juga menyukai