Anda di halaman 1dari 49

PERBANDINGAN EFEKTIFITAS

ANTARA MISOPROSTOL
DENGAN KATETER FOLEY
UNTUK PEMATANGAN SERVIKS
DALAM RANGKA INDUKSI PERSALINAN

TESIS

OLEH:
EKA PURNAMA DEWI R

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP. H. ADAM MALIK RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN
2008
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN TIM-5

Pembimbing : Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG(K)


Dr. Christoffel L. Tobing, SpOG(K)

Penyanggah : Dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG(K)


Dr. Muhammad Rusda Harahap, SpOG
Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K)

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi


salah satu syarat untuk mencapai keahlian dalam
bidang Obstetri dan Ginekologi

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
ABSTRAK
Tujuan : Untuk membandingkan efektifitas antara misoprostol intravaginal
dengan
kateter foley untuk pematangan serviks sebelum induksi persalinan
Rancangan Penelitian : Penelitian ini adalah suatu uji klinis acak terkontrol
(randomized controlled trial) yang membandingkan efektivitas antara penggunaan
misoprostol intravaginal dan kateter foley intraservikal untuk pematangan
serviks
yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi
Medan.
Analisa statistik : Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan disusun
dalam bentuk tabel serta dianalisa dengan uji statistik statistik t
independent, uji
Mann-Whitney dan uji Chi-Square menggunakan perangkat SPSS (Statistic
Package for Social Science) versi 15 dengan nilai kemaknaan P < 0,05.
Hasil : Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan 30 sampel yang memenuhi
kriteria penelitian, dengan randomisasi 15 sampel dimasukkan dalam kelompok
misoprostol dan 15 sampel dimasukkan dalam kelompok kateter foley. Didapati
bahwa subjek penelitian pada kelompok misoprostol terbanyak pada usia kurang
dari 30 tahun, sedangkan pada kelompok kateter foley terbanyak pada usia lebih
dari 30 tahun. Dari sebaran usia kehamilan peserta penelitian, usia kehamilan
terbanyak dari kedua kelompok penelitian ini adalah pada usia kehamilan lebih
dari 40 minggu. Selain itu,dari sebaran banyaknya paritas baik pada kelompok
misoprostol maupun kateter foley subjek penelitian yang terbanyak adalah
multiparitas. Postdatisme merupakan indikasi yang paling banyak untuk
dilakukannya pematangan serviks. Angka keberhasilan misoprostol intravaginal
lebih banyak dibandingkan dengan kateter foley dalam hal keberhasilan
persalinan spontan yaitu sebesar 80% dan dengan kateter foley sebesar 46,7%
(p<0,05). Pada kelompok misoprostol dijumpai pematangan serviks pada 13
peserta penelitian sedangkan pada kelompok kateter foley adanya pematangan
serviks pada 4 peserta penelitian (p<0,05). Rerata waktu yang diperlukan mulai

induksi sampai terjadinya persalinan normal pada penggunaan misoprostol


intravaginal (6,5 2,1) lebih pendek dibandingkan dengan kateter foley
intraservikal (7,8 1,5) (p>0,05). Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna
antara
kelompok misoprostol intravaginal dengan kelompok foley kateter dalam hal
luaran bayi yang dinilai dari skor APGAR dan perawatan NICU.
Kesimpulan : Misoprostol intravaginal lebih efektif dibandingkan dengan
kateter
foley dalam hal mematangkan serviks, angka keberhasilan persalinan spontan
dan durasi proses persalinan tanpa adanya perbedaan morbiditas perinatal yang
bermakna.
Kata Kunci : Induksi persalinan, misoprostol intravaginal, kateter foley,
pematangan serviks.

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih Lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat Ridha dan
Karunia-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh keahlian dalam bidang Obstetri dan Ginekologi. Sebagai
manusia biasa, saya menyadari bahwa tesis ini banyak kekurangannya dan masih
jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan saya kiranya tulisan
sederhana ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan
khususnya tentang :
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ANTARA MISOPROSTOL DENGAN
KATETER FOLEY UNTUK PEMATANGAN SERVIKS DALAM RANGKA
INDUKSI PERSALINAN
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah saya menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang
terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran
USU Medan.
2. Prof. Dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), Kepala Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan; Dr. Einil Rizar, SpOG (K), Sekretaris Departemen
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K),
Ketua Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Medan, Dr. Deri Edianto, SpOG (K), Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan; dan juga Prof. Dr. Djaffar Siddik,
SpOG (K), Prof. Dr. Hamonangan Hutapea, SpOG(K), Prof. DR. dr. M.
Thamrin Tanjung, SpOG (K), Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K), Prof.
Dr. T.M. Hanafiah, SpOG (K), Prof. Dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K), dan Prof.
Dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K), yang telah bersama-sama berkenan
menerima saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di Departemen Obstetri

dan Ginekologi.
3. Prof. Dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K) selaku Kepala Sub Divisi
Fetomaternal atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan
penelitian tentang
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ANTARA MISOPROSTOL DENGAN
KATETER FOLEY UNTUK PEMATANGAN SERVIKS DALAM RANGKA
INDUKSI PERSALINAN
sekaligus selaku pembimbing bersama dengan Dr. Christoffel L. Tobing,
SpOG(K) dengan penuh kesabaran meluangkan waktu yang sangat berharga
untuk membimbing, memeriksa dan melengkapi penulisan tesis ini hingga
selesai.
4. Dr. Yusuf R. Surbakti, SpOG(K), Dr. Muhammad Rusda Harahap, SpOG dan
Prof. Dr. M. Fauzie Sahil, SpOG (K) selaku tim penyanggah dan nara sumber
dalam penulisan tesis ini, yang telah banyak memberikan bimbingan dan
masukan dalam perbaikan tesis ini.
5. Dr. Eini Rizar,SpOG (K), selaku Bapak Angkat saya selama menjalani masa
pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan memberikan
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
nasehat-nasehat yang bermanfaat kepada saya dalam menghadapi masamasa sulit selama pendidikan.
6. Dr.Letta S. Lintang, SpOG, selaku pembimbing mini referat FM saya yang
berjudul Acadiac Twin, Dr. Aswar Aboet, SpOG selaku pembimbing mini
referat FER saya yang berjudul Endokrinologi Infertilitas dan Dr. Deri
Edianto, SpOG(K) selaku pembimbing mini referat Onkologi saya yang
berjudul Terapi Laser CO2 pada Neoplasia Intraepitelial Serviks.
7. Dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes yang telah meluangkan waktu dan pikiran
untuk membimbing saya dalam penyelesaian uji statistik tesis ini.
8. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP
H. Adam Malik- RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang secara langsung telah
banyak membimbing dan mendidik saya sejak awal hingga akhir pendidikan.
9. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan
sarana untuk bekerja sama selama mengikuti pendidikan di Departemen
Obstetri dan Ginekologi.
10. Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Ginekologi
RSUD Dr. Pringadi Medan yang telah memberikan kesempatan dan sarana
untuk bekerja selama mengikuti pendidikan di Departemen Obstetri dan
Ginekologi.
11. Direktur RS. PTPN II Tembakau Deli, Dr. Sofian Abdul Ilah, SpOG, dan Dr.
Nazaruddin Jaffar, SpOG(K) beserta staf yang telah memberikan kesempatan
dan sarana untuk bekerja selama bertugas di Rumah Sakit tersebut.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
12. Direktur RSU PERTAMINA UNIT PENGOLAHAN I P. Brandan, beserta staf
atas kesempatan kerja dan bantuan moril dan materil selama saya bertugas di
rumah sakit tersebut.
13. Kepala Departemen Patologi Anatomi FK-USU beserta staf, atas kesempatan
dan bimbingan yang telah diberikan selama saya bertugas di Departemen
tersebut.
14. Kepada Dr. Harry C. Simanjuntak, SpOG, Dr. Angel Jelita, SpOG, Dr. Roy
Yustin Simanjutak, SpOG, Dr. Johny Marpaung, SpOG, Dr. Melvin NG. Barus,
SpOG, Dr. Erry S. Saragih, SpOG, Dr. M. Oky Prabudi, SpOG, dan Dr. Ronny

Ajartha Tarigan, SpOG, terima kasih banyak atas segala bimbingan, bantuan,
dan dukungannya yang telah diberikan selama ini.
15. Teman Sejawat, Asisten Ahli, Dokter Muda, Bidan, Paramedis,
karyawan/karyawati, dan pasien-pasien yang telah ikut membantu dan
bekerjasama dengan saya dalam menjalani pendidikan di Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK-USU/RSUP H. Adam Malik - RSU Dr. Pirngadi Medan, dan
khususnya kepada Dr. Ujang R. Permana, Dr. Dudy Aldiansyah, Dr. Hayu
Lestari Haryono, Dr. Abdul Hadi, Dr. Juni H. Tarigan, Dr. Renardy R. Razali,
Dr. Adrian Setiawan, Dr. Dwi Faradina, Dr. Sim Romi, Dr. Riza H. Nasution,
Dr. M. Rizki Yaznil, Dr. Made Surya Kumara, Dr. Rizka Heriansyah, Dr. Elvira
Mutia Sungkar. Terima kasih atas kerjasama, pengertian dan bantuannya
selama ini.
Sembah sujud, hormat dan terima kasih yang tidak terhingga saya
sampaikan kepada kedua orang tua saya yang terkasih, Dr. H.Mistar Ritonga,
SpF dan Dr. Hj. Sri Rahmawaty, yang telah membesarkan, membimbing,
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
mendoakan, serta mendidik saya dengan penuh kasih sayang dari masa kanakkanak hingga kini, memberi contoh yang baik dalam menjalani hidup serta
motivasi selama mengikuti pendidikan ini.
Kepada yang saya hormati dan sayangi, bapak dan ibu mertua saya,
Bahrum Tanjung dan Hj. Nurpeni Marpaung yang telah banyak membantu dan
memberikan dorongan semangat serta doa kepada saya dalam mengikuti
pendidikan, saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Buat suami yang kucintai dan kukasihi, Tosip Tanjung, ST, tiada kata yang
terindah dapat saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan saya seorang suami yang baik
dan pengertian. Terima kasih atas semua bantuan, pengertian, kesabaran,
dorongan semangat dan doa yang diberikan kepada saya hingga dapat
menyelesaikan pendidikan ini.
Buat anakku tersayang Muhammad Nafis Syahreza Tanjung,
kebanggaanku yang sungguh spesial yang telah dianugerahkan Allah SWT
kepadaku. Ananda merupakan inspirasi dan pendorong motivasi serta pemberi
semangat bunda untuk menyelesaikan tugas-tugas. Semoga kelak ananda
menjadi anak yang berbakti dan taat terhadap agama. Amin.
Kepada adik-adik saya, Dr. Anggraini Ritonga dan Imam Kurniawan
Ritonga, serta saudara-saudara ipar saya, saya ucapkan terima kasih atas
dukungan dan doa yang diberikan kepada saya.
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat saya
sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung,
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materil, saya ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkah-Nya kepada kita
semua.

Medan, Maret 2008

Dr. Eka Purnama Dewi R

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR
ISI. vii
DAFTAR TABEL.
ix
DAFTAR GAMBAR. x
DAFTAR SINGKATAN... xi
ABSTRAK
.. xii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG ... 1
1.2. PERUMUSAN MASALAH . 3
1.3. HIPOTESA .. 4
1.4. TUJUAN PENELITIAN .. 4
1.5. MANFAAT PENELITIAN .. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.. 6
2.1. PEMATANGAN SERVIKS 6
2.1.1. DEFINISI
2.1.2. PENILAIAN SERVIKS.. 5
2.2. METODE PEMATANGAN SERVIKS. 8
a. METODE FARMAKOLOGI.. 8
b. METODE NON FARMAKOLOGI 19
c. METODE MEKANIK.. 22
d. METODE SURGIKAL... 25
2.3. INDUKSI PERSALINAN 28
2.3.1. DEFINISI

28

2.3.2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI INDUKSI


PERSALINAN..
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.. 33
3.1. RANCANGAN PENELITIAN........................................... 33
3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN............................. 33
3.3. SAMPEL PENELITIAN................................................... 33
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
3.4. JUMLAH SAMPEL ........................................................
33
3.5. KRITERIA SAMPEL ......................................................
34
3.6. KERANGKA KONSEPIONAL.......................................... 36
3.7. CARA
KERJA.................................................................. 36
3.8. KERANGKA KERJA........................................................
38
3.9. BATASAN OPERASIONAL............................................. 39
3.10. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA STATISTIK.... 40
3.11. ETIKA PENELITIAN......................................................
40
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................

42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................


5.1 KESIMPULAN..
5.2
SARAN..
51
51
51
DAFTAR PUSTAKA
53
PERSETUJUAN KOMITE ETIK TENTANG PENELITIAN..............

58

LAMPIRAN 1

LEMBARAN INFORMASI PASIEN..........................

LAMPIRAN 2

LEMBARAN PERSETUJUAN PASIEN....................

LAMPIRAN 3

FORMULIR DATA SUBJEK PENELITIAN...............

59

61
62

LAMPIRAN 4 TABEL
INDUK..........................................................

65

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL

Tabel 1
Skor Pelvik menurut
Bishop.................................................... 7
Tabel 2
Teknik Pemberian
Misoprostol................................................ 11
Tabel 3
Cara pematangan serviks dengan metode farmakologi.......... 18
Tabel 4
Teknik Pemasangan Kateter
Foley......................................... 24
Tabel 5
Indikasi pematangan serviks dan induksi persalinan.............. 31
Tabel 6
Sebaran kasus berdasarkan karakteristik subjek penelitian... 42
Tabel 7
Sebaran berdasarkan indikasi pematangan serviks................ 44
Tabel 8
Perbandingan keberhasilan partus
spontan............................ 44
Tabel 9
Perbandingan keberhasilan pematangan serviks................... 45
Tabel 10 Perbandingan lama waktu induksi sampai persalinan normal.. 47
Tabel 11 Luaran neonatal
(a) skor APGAR menit ke-1 dan
5.......................................
(b) perawatan
NICU................................................................
(c) berat badan
bayi...............................................................
48
49
50

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses pematangan


serviks............................................... 8

Gambar 2 Struktur kimiawi


misoprostol............................................... 9
Gambar 3 Cara pemasangan kateter
foley.......................................... 23
Gambar 4 Kerangka
konsepsional....................................................... 35
Gambar 5
Kerangka
kerja.................................................................... 38

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR SINGKATAN

DJJ
: Denyut Jantung Janin
DM
: Diabetes Mellitus
EASI
: Extra-Amniotic Saline Infusion
HA
: Hyaluronidase Acid
IUGR
: Intra Uterine Growth Restriction
KJDK
: Kematian Janin Dalam Kandungan
NICU
: Neonatal Intensive Care Unit
PGE1
: Prostaglandin E1
PGE2
: Prostaglandin E2
PGF 2 : Prostaglandin F2
TENS
: Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pematangan serviks dan induksi persalinan adalah suatu prosedur umum yang
digunakan pada praktek kebidanan secara luas di seluruh dunia. Semua
kehamilan akan menuju pada suatu keadaan aterm dan proses persalinan akan
berlangsung secara spontan. Kenyataannya ada beberapa keadaan yang
membuat seorang ahli kebidanan untuk mempercepat proses persalinan dengan
mempertimbangkan keadaan ibu dan janin. 1,2
Pematangan serviks normalnya merupakan proses fisiologi dan termasuk kedalam
suatu proses biokimiawi yang kompleks. Tujuan dari pematangan serviks dan
induksi persalinan adalah untuk tercapainya proses persalinan secara spontan
dan mengurangi seksio sesarea.3
Penilaian serviks merupakan hal yang paling berpengaruh dalam keberhasilan
induksi persalinan. Sebelum dimulainya induksi persalinan, ada prosedur
standar
yang harus dilakukan untuk menilai serviks, yaitu periksa dalam. Setelah kita
lakukan periksa dalam, serviks akan digolongkan ke dalam dua golongan yaitu,
matang dan belum matang (ripe atau unripe).
Sekitar setengah dari seluruh wanita yang menjalani induksi persalinan
didapati
serviks yang belum matang sehingga diperlukan tindakan pematangan serviks.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Teknik pematangan serviks dapat berupa metode farmakologi maupun non
farmakologi.3
Keberhasilan induksi persalinan tergantung dari kondisi serviks seperti
konsistensi
dan konfigurasi serviks. Serviks yang tidak matang akan menimbulkan kesulitan
dalam induksi persalinan. Sangat diperlukan metode pematangan serviks yang
sederhana dan efisien sebelum induksi persalinan .

Dijumpai berbagai macam metode dari pematangan serviks dengan keuntungan


dan kerugiannya, antara lain dengan pemberian oksitosin, prostaglandin,
prostaglandin analog, penggunaan herba dan minyak kastor, atau metode
mekanik seperti penggunaan kateter foley, dan metode yang lainnya. Oksitosin
dan prostaglandin merupakan salah satu agen yang paling sering digunakan
dalam pematangan servik maupun induksi persalinan. Bahan prostaglandin telah
banyak digunakan dalam pematangan serviks dan induksi persalinan (PGE2 gel
intraservikal atau PGE2 pessarium vagina), tetapi mahal dan tidak stabil.1
Pada tahun-tahun terakhir ini, misoprostol yang merupakan suatu sintetik PGE1
analog, telah digunakan dalam pematangan serviks pada kehamilan. Keuntungan
dari penggunaan misoprostol termasuk lebih efektif, murah biayanya, stabil
pada
suhu ruangan dan mudah pemberiannya baik diberikan secara oral, intravaginal
ataupun rektal.4,5 Penelitian pertama dari penggunaan misoprostol dalam
pematangan serviks adalah di negara Afrika Selatan. Penelitian berikutnya
melaporkan bahwa misoprostol intravaginal lebih menguntungkan dibandingkan
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
dengan obat lain yang sering digunakan dalam pematangan serviks, termasuk
oksitosin dan prostaglandin.4
Fletcher dkk (1993) melaporkan bahwa misoprostol merupakan metode yang
efektif dan murah dalam melakukan pematangan serviks.6 Begitu juga Ekele dkk
(2007) dalam penelitiannya terhadap 151 pasien di Usmanu Danfodiyo University
Teaching Hospital Nigeria menemukan bahwa misoprostol aman dan efektif
digunakan dalam pematangan serviks dan induksi persalinan dengan angka
terjadinya persalinan normal sebesar 96%.7
Di negara berkembang, tindakan pematangan serviks yang sering dilakukan
adalah dengan pemakaian kateter foley intraservikal. Metode ini mudah
dilakukan
dan murah biayanya. Teknik ini telah terbukti aman, efektif dan tidak mahal
serta
kemungkinan terjadinya infeksi tidak lebih besar dari angka kejadian infeksi
di
rumah sakit jika tindakan aseptik dilakukan.8
Cromi A dkk (2007) melakukan penelitian terhadap 602 wanita yang
menggunakan katetey foley dalam pematangan serviks mendapatkan bahwa
kateter foley aman digunakan untuk pematangan serviks tanpa peningkatan resiko
infeksi pada ibu dan bayi .9
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Induksi persalinan tanpa serviks yang matang akan meningkatkan angka
kegagalan induksi persalinan dan angka kejadian seksio sesarea. Berbagai
metode dapat dilakukan dalam pematangan serviks antara lain dengan
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
penggunaan misoprostol intravaginal ataupun dengan penggunaan kateter foley
intraservikal. Bagaimanapun juga, tidak ada suatu metode pematangan serviks
yang secara meyakinkan memudahkan proses persalinan atau memperbaiki
luaran perinatal. Dalam penelitian ini ingin dibuktikan apakah penggunaan

misoprostol intravaginal untuk pematangan serviks yang dikuti dengan induksi


persalinan dengan mengunakan oksitosin lebih efektif dalam persalinan dan
mengurangi angka seksio sesarea dibandingkan dengan penggunaan kateter
foley intraservikal.
Jindal dkk (2007) dalam penelitiannya yang membandingkan antara misoprostol
intravaginal dan kateter foley yang dilanjutkan dengan pemberian oksitosin
melaporkan bahwa misoprostol intravaginal merupakan bahan yang tidak mahal,
memiliki efektivitas yang tinggi dan mudah diberikan dalam pematangan serviks
dan induksi persalinan.10
1.3. HIPOTESA
Penggunaan misoprostol intravaginal untuk pematangan serviks sebelum induksi
persalinan lebih efektif dan mengurangi angka seksio sesarea dibandingkan
dengan penggunaan kateter foley intraservikal.
1.4. TUJUAN PENELITIAN
1.4.1. Tujuan umum
Untuk membandingkan efektifitas misoprostol intravaginal dengan kateter foley
untuk pematangan serviks sebelum induksi persalinan sehingga dapat
mengurangi angka seksio sesarea.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
1.4.2. Tujuan khusus
1. Untuk membandingkan angka keberhasilan terjadinya partus spontan
antara penggunaan misoprostol intravaginal dan kateter foley.
2. Untuk menilai efektivitas antara misoprostol intravaginal dan kateter foley
dalam pematangan serviks .
3. Untuk membandingkan interval antara waktu dimulainya induksi persalinan
sampai terjadinya proses persalinan antara penggunaan misoprostol
intravaginal dengan kateter foley intraservikal.
4. Untuk menilai luaran ibu dan bayi antara pengunaan misoprostol
intravaginal dan kateter foley.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini dapat memperjelas peranan misoprostol sebagai salah satu
metode pematangan serviks sebelum induksi persalinan dan dapat menjadi
salah satu landasan atau pedoman untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Jika efektifitas penggunaan misoprostol terbukti sebagai salah satu obat
yang
dapat digunakan dalam pematangan serviks, diharapkan dapat diusulkan
penggunaannya di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr.
Pirngadi Medan untuk kasus-kasus yang memenuhi kriteria yang sesuai
dengan penelitian ini hingga nantinya dapat menjadi salah satu alternatif obat
dalam pematangan serviks.

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PEMATANGAN SERVIKS


2.1.1. DEFINISI
Pematangan serviks adalah merupakan suatu metode yang digunakan baik
dengan metode farmakologi maupun metode yang lainya untuk melunakkan,
mendatarkan, dan atau mendilatasi dari serviks. Pematangan serviks bukanlah
bertujuan untuk meng-inisiasi persalinan tetapi untuk meningkatkan kesuksesan
dari induksi persalinan.11
Pematangan serviks merupakan suatu kondisi prapersalinan yang
memperlihatkan perubahan gambaran konfigurasi serviks baik secara biokimia,
fisik dan histologi sehingga serviks mengalami perubahan bentuk dan
konsistensi.
2.1 .2.PENILAIAN SERVIKS
Penilaian serviks merupakan hal yang paling berpengaruh dalam keberhasilan
induksi persalinan. Sebelum dimulainya induksi persalinan, ada prosedur
standar
yang harus dilakukan untuk menilai serviks, yaitu periksa dalam. Setelah kita
lakukan periksa dalam, serviks akan digolongkan ke dalam dua golongan yaitu,
matang dan belum matang.
Lebih dari 12 macam skor pelvik maupun skor serviks yang telah dikemukakan
pada 70 tahun terakhir ini, yang pada akhirnya Bishop pada tahun 1964
mengemukakan metode skor pelvik untuk menilai pematangan serviks yang
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
bertujuan untuk induksi persalinan melalui penelitian yang dilakukan pada
wanitawanita multipara, usia kehamilan di atas 36 minggu dan janin letak kepala.
Skor ini
berdasarkan 5 kriteria klinik, yaitu pembukaan, pendataran, penurunan kepala,
konsistensi serviks dan posisi serviks. Setiap itemnya diberi poin 0 3,
hasil akhir
dari jumlah poin tersebut dihubungkan dengan tabel skoring. Penemuan Bishop
ini
kemudian di modifikasi oleh Burnett yang sampai saat ini digunakan secara luas
di dunia kedokteran.2
Tabel 1. Skor Pelvik Menurut Bishop1,2,12,13,14
S K O R 0 1 2 3
Pendataran serviks 0 30% 40 50% 60 70% > 80%
Pembukaan serviks 0 1 2 3 4 5 6
Penurunan kepala diukur dari
bidang Hodge III (cm)
-3 -2 -1.0 +1 +2 +3
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Sakral Axial Anterior
Catatan : - 3 = enggaged ; + 3 = on the perineum
Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai nilai yang diperoleh dengan
menggunakan skor Bishop, beberapa peneliti berpendapat bahwa bila di peroleh
nilai Bishop dibawah 6, diperlukan usaha untuk pematangan serviks sebelum
dilakukan induksi persalinan.1,2,13,14
Di Indonesia, umumnya kita memakai batasan angka 5 untuk penilaian pelvik

skor, dimana bila skor pelvik dibawah 5 dikatakan serviks tersebut belum
matang
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
dan memerlukan tindakan pematangan serviks sebelum melanjutkan prosedur
induksi persalinan.1,3,12

Gambar 1. Proses pematangan serviks(dikutip dari 12)


2.2. METODE PEMATANGAN SERVIKS
Pematangan serviks dilakukan sebelum dilakukannya induksi persalinan bila
didapat nilai skor pelvik < 5. Beberapa metode yang umumnya dilakukan pada
proses pematangan serviks ini mencakup metode farmakologi dengan
menggunakan oksitosin, prostaglandin, prostaglandin analog yaitu misoprostol,
mifepriston dan relaksin, metode non farmakologi seperti ramuan tumbuhtumbuhan, minyak kastor, aktifitas seksual, stimulasi payudara dan akupuntur,
metode mekanik seperti batang laminaria dan balon kateter dan metode surgikal
seperti striping of the membrane, amniotomi dan injeksi hyaluronidase.1,12,15
Dari
beberapa cara metode non farmakologi, hanya metode mekanik dan metode
surgikal yang telah terbukti keefektifannya dalam pematangan serviks.1
a. Metode Farmakologi
Yang termasuk metode farmakologi adalah :
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
1. Misoprostol
1.1. Farmakologi
Misoprostol merupakan sintetik dari prostaglandin E1 analog yang
aslinya
digunakan untuk penanganan tukak lambung. Obat ini mempunyai nama
kimia () metil 11 alfa, 16-dihidrokdi-16 metil-9 oksoprost-13 E-en-1-oate,
dengan rumus empiris C22H38O5dan bersifat larut dalam air.1,16,17,18

Gambar 2. Struktur kimiawi misoprostol (dikutip dari 16)


Misoprostol pada awalnya tidak digunakan sebagai obat pada saat
kehamilan, tetapi pada perkembangannya penggunaan obat tersebut

diketahui dapat menyebabkan kontraksi uterus pada awal kehamilan dan


pada beberapa penelitian telah digunakan untuk induksi abortus,
pematangan serviks dan pengobatan terhadap perdarahan pasca
persalinan. Para dokter dapat menggunakan obat ini dengan terlebih dahulu
melakukan informed consent kepada pasiennya.17,18
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Misoprostol stabil pada suhu kamar dan stabil terhadap cahaya.
Misoprostol memiliki banyak keunggulan dan mudah dipergunakan,
terutama jika dibandingkan dengan preparat prostaglandin lainnya,
misoprostol relatif murah, stabil, mudah disimpan dan cepat diabsorbsi
sehingga banyak penelitian dilakukan berkaitan dengan penggunaannya di
bidang obstetri dan ginekologi.19,20,21
1.2. Farmakokinetik dan farmakodinamik
Misoprostol dapat dijumpai dalam bentuk tablet dengan 2 sediaan yaitu 100
g dan 200 g. Misoprostol dapat diberikan secara vaginal, oral, sublingual,
bukal maupun rektal. 16.17,18,19,20,21
Pada pemberian secara oral, misoprostol dengan cepat akan diabsorbsi
dan akan diubah menjadi metabolisme yang aktif yaitu asam misoprostol.
Konsentrasi plasma asam misoprostol akan meningkat cepat dan
mencapai puncaknya dalam waktu 12 menit serta paruh waktunya 20-30
menit.17,21
Pada pemberian secara intravaginal, misoprostol diletakkan pada forniks
posterior dimana konsentrasi plasma dari asam misoprostol akan mencapai
puncaknya dalam waktu 60-70 menit dan akan berkurang secara perlahanlahan. Pemberian misoprostol intravaginal akan menimbulkan puncak
konsentrasi plasma yang lebih lambat dibandingkan pemberian secara oral,
tetapi paparan obat secara keseluruhan akan meningkat.16,19 Pada studi
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
klinis, dosis optimal dan interval dari pemberian misoprostol intravaginal
adalah 25 - 50 g setiap 4 6 jam ke dalam forniks posterior
vagina.1,15,17,20
Penggunaan misoprostol lokal intravaginal secara farmakologisnya masih
belum jelas, namun diperkirakan adanya beberapa akses langsung ke
miometrium via kanalis servikalis atau melalui mekanisme transfer alir balik
obat yang panjang dari pleksus vena perivaginal ke arteriol uterus.19
Pada pemberian secara intravaginal, efek misoprostol terhadap saluran
reproduksi akan meningkat, dan efeknya terhadap saluran gastrointestinal
akan berkurang.19
Teknik pemberian misoprostol dapat dilihat pada tabel berikut ini :
TABEL 2 (dikutip dari 1)
Technique for Intravaginal Application of Misoprostol Tablet
Place one fourth of a tablet misoprostol intravaginally, without the use of
any gel (gel may
prevent the tablet from dissolving).
The patient should remain recumbent for 30 minutes.

Monitor FHR and uterine activity continiously for at least three hours after
the last
misoprostol dose.
When oxytocin augmentation required, a minimum interval of three hours is
recommended
after the last misoprostol dose.
Not recommended for cervical ripening in patients who have uterine scar.
Misoprostol yang diberikan secara sublingual dapat digunakan dalam
induksi abortus maupun pematangan serviks. Misoprostol dapat larut dalam
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
20 menit ketika diletakkan dibawah lidah dan konsentrasi akan mencapai
puncaknya dalam waktu 30 menit. Setelah pemberian 400 g, puncak
konsentrasi misoprostol akan lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian
secara oral dan intravaginal, dikarenakan absorpsi yang cepat melalui
mukosa dan tidak melewati first-pass metabolisme melalui hepar.17
Pemberian secara bukal merupakan cara yang lain dalam pengggunaan
misoprostol. Obat ini diletakkan antara gigi dan pipi sehinga
memudahkannya untuk diabsorpsi melalui mukosa mulut. Pemberian
secara bukkal efektif diberikan pada tindakan abortus dan pematangan
serviks.17
Pemberian secara rektal akhir-akhir ini digunakan pada perdarahan paska
persalinan. Konsentrasi plasma dari asam misoprostol akan mencapai
puncaknya dalam waktu 40-65 menit, walaupun dalam penelitian lain
dinyatakan bahwa konsentrasi akan mencapai puncaknya dalam waktu 20
menit.17
Zieman dkk penelitiannya melaporkan bahwa bioavailabilitas sistemik
pemberian misoprostol pervaginam tiga kali lebih tinggi daripada pemberian
misoprostol per oral.20
Bioavailabilitas dari misoprostol akan menurun jika diberikan bersama
dengan antasida dosis tinggi dan bila diberikan bersamaan dengan diet
tinggi lemak absorbsinya menjadi lambat.20
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Misoprostol dimetabolisme di hepar dan kurang dari 1% metabolisme
aktifnya dibuang melalui urine. Pasien dengan gangguan hepar harus
menerima dosis yang lebih rendah, dan penyesuaian dosis tidak diperlukan
pada pasien dengan gangguan ginjal yang tidak memerlukan dialisa.
Misoprostol tidak mengganggu sistem metabolisme sitokrom P 450, suatu
sistem metabolisme yang terbesar yang terdapat di hati sehingga ia tidak
mempengaruhi metabolisme obat lainnya.20,21
Namun pada cara pemberian misoprostol intravaginal kadarnya dalam
plasma akan menurun juga secara perlahan. Sehingga sampai 4 jam, kadar
misoprostol dalam plasma masih bertahan sekitar 61%. Hal ini dapat terjadi
karena pada pemberian intravaginal tidak terjadi metabolisme prasistemik
oleh sistem pencernaan atau hati, seperti pada pemberian peroral.20,21
Pada kasus-kasus kematian janin dalam kandungan (KJDK) dapat

diberikan misoprostol intravaginal dengan dosis sebanyak 100 g setiap 12


jam dan menunjukkan hasil yang baik dan efek samping yang minimal.20,21
Efek dari misoprostol terhadap saluran reproduksi akan meningkat, dan
efek sampingnya terhadap saluran pencernaan akan berkurang bila
misoprostol diberikan secara intravaginal.19,20,21
Bioavailabilitas misoprostol pada janin belum didapatkan data yang pasti.
Dosis toksik misoprostol pada manusia masih belum diketahui secara
pasti.16,18 Tidak ada hubungan antara kadar misoprostol dalam plasma
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
dengan tingkat insuffisiensi ginjal sehingga pengaturan dosis tidak
diperlukan dalam hubungannya dengan gangguan ginjal.20
1.2. Efek Samping
Efek samping misoprostol yang sering dilaporkan adalah mual, muntah,
diare, nyeri perut, demam, dan menggigil. Efek samping ini tergantung dari
dosis yang diberikan. Walaupun prostaglandin lainnya (prostaglandin E2
dan prostaglandin F2) dapat menyebabkan infark miokard dan
bronkospasme, misoprostol tidak menimbulkan gangguan tersebut.20,21
Dosis yang tinggi ataupun interval yang dipendekkan berhubungan dengan
tingginya efek samping dari misoprostol itu sendiri terutama gejala
hiperstimulasi yang ditandai dengan kontraksi yang bertahan lebih dari 90
detik atau dijumpainya lebih dari 5 kontraksi per 10 menit. Resiko ini juga
termasuk tachisistole yang ditandai dengan adanya 6 atau lebih kontraksi
pada evaluasi per 10 menit dalam 2 kali pemeriksaan berturut-turut, serta
hipersistole yaitu kontraksi tunggal yang terjadi minimal 2 menit selama 10
menit.1,2,19,20,21
Rafaey menemukan 62% efek samping menggigil dan Amant menemukan
42% pada subjek penelitiannya.22,23 Sementara Hofmeyr hanya
menemukan 19% pada subjek penelitiannya.24 Refaey juga melaporkan
efek samping gastrointestinal seperti 40% pada pemberian misoprostol 800
g, 31% pada pemberian 400 g. Diare terjadi pada pemberian misoprostol
800 g sebanyak 33% dan 21% pada pemberian misoprostol 400 g.22
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Lumbiganon dkk melaporkan efek samping menggigil dan pireksia sering
terjadi pada pemberian misoprostol 600 g (28% dan 7,5%) dibandingkan
dengan pemberian misoprostol 400 g (19% dan 2%) dan oksitosin (12,5%
dan 3%). Efek samping menggigil pada pemakaian misoprostol 600 g
adalah yang tertinggi.25
Amant dan Refaey pada penelitiannya juga melaporkan pengaruh
misoprostol terhadap perubahan tekanan darah. Dari penelitian keduanya
dilaporkan bahwa tekanan darah sistolik maupun diastolik sebelum dan
sesudah melahirkan pada pemberian misoprostol tidak bermakna baik
secara klinis maupun statistik.22,23
1.3. Efek teratogenik
Mengue dkk (1998) melaporkan sebanyak 2,2% bayi baru lahir telah
terpapar dengan misoprostol, sedangkan Costa dan Vessey (1993)
melaporkan sebanyak 11% janin intrauterin yang terpapar misoprostol

mendapatkan efek teratogenik berupa defek anggota gerak dan sindroma


Mobius (paralisis nervus fasialis) akibat gangguan pembekuan darah tetapi
tidak ditemukan sebab akibat yang mutlak.19,26
Efek paparan misoprostol prenatal sulit dinilai. Di Brazil, sindroma Mobius
tidak terdaftar dalam kelainan lahir dan insidensinya dalam populasi umum
tidak diketahui.27 Pastuszak dkk (1998) menemukan adanya hubungan
kuat antara misoprostol dan sindroma Mobius, sedangkan Schuller dkk
(1999) tidak menemukan adanya hubungan tersebut.27,28
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Penelitian yang dilakukan oleh The Latin American Collaborative Study of
Congenital Malformation tahun 2000, dari 4673 bayi dengan malformasi
kongenital dan 4980 bayi sebagai kontrol, mencatat adanya peningkatan
malformasi kongenital yaitu transverse limb defects, ring-shaped
constrictions of extremities, arthrogryposis, hyrdrocephalus,
holoprosencephaly, dan extrophy of the bladder, tetapi bukan sindroma
Mobius, pada bayi yang terpapar dengan misoprostol selama kehamilan.19
2. Oksitosin
Oksitosin pertama kali disintesis oleh du Vigneaud (1950) dari senyawa
okta-peptida dan sampai saat ini dipergunakan secara luas untuk induksi
persalinan.15 Secara fisiologi, persalinan yang distimulasi dengan oksitosin
sama kerjanya dengan persalinan alamiah walaupun sensitivitas dan
respon individual terhadap oksitosin ini berbeda-beda. Berdasarkan
farmakologinya, oksitosin sintetik memberikan respon pada uterus 3 5
menit setelah masuk ke dalam tubuh dan dapat bertahan pada plasma
selama 40 menit.29
Oksitosin mempunyai banyak keuntungan, kuat dan mudah digunakan,
mempunyai waktu paruh yang pendek ( 1-5 menit) dan secara umum
ditoleransi dengan baik. Dosis berkaitan dengan efek yang ditimbulkan,
oleh karena oksitosin hampir sama dengan struktur vasopresin, dapat
menyebabkan anti diuretikum, dimana bila diberikan dalam dosis tinggi (40
mU/menit) dapat menyebabkan intoksikasi cairan, hiperstimulasi uterus
dan ruptura uteri juga dapat timbul. Untuk itu sangat diperlukan fetal heart
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
rate (FHR) monitoring yang berkesinambungan. Apabila timbul masalah
pada FHR, dosis oksitosin dapat dipelankan atau bahkan dapat dihentikan
sama sekali. Lalu posisi ibu diubah menjadi miring, pemberian oksigen dan
pemberian cairan.2,21
3. PGE2
Dinoprostol (PGE2) dapat diberikan secara intravaginal maupun
intraservikal merupakan obat yang secara luas digunakan untuk
pematangan serviks maupun induksi persalinan. Ada 2 bentuk sediaan
Dinoprostol yang beredar di pasaran, yaitu Prepidil Gel yang mengandung
0,5 mg Dinoprostol, sedangkan Cervidil mengandung 10 mg
Dinoprostol.12,29 Efek samping yang paling sering timbul dari pemakaian
obat ini adalah mual, muntah, diare dan demam. 1,15,21

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Tabel 3. Cara pematangan serviks dengan metode farmakologi (dikutip
dari 15)
Pharmacological Cervical Ripening
Prepidil Gel 0.5mg intracervical
Q 6hrs x 3
or
Cervidil 10mg will release 0.3mg /3hr
remove after 12 hours
or
****Misoprostol 25mcg-50mcg
per/vagina ( to tab)
***May start with higher dose for IUFD
Bishop score < 5
Membranes intact
No Regular Contractions
Bishop Score > =5
Rupture of membranes
*Add Pitocin
20 or 30U/1000ml
to
D51/2NS or LR start
at
1 to 3mu/min
by
Increase 1 to 2mu/min
Q 20 min.
or until
6 contractions in
20 minutes or
maximum of 42mu/min
* Pitocin per institutions policy and procedure/guideline
Must be continuously monitored
**D/C Pitocin with indication of fetal distress or uterine hypertonus
***Induction for delivery of intrauterine fetal demise should consult MFM
****Cytotec does not have FDA approval but is suggested for labor
induction use
Initiate Pitocin for augmentation or
induction of labor

4. Mifepriston
Mifepriston adalah suatu sintetik steroid anti progesteron oral yang
mengandung anti glukokortikoid. Progesteron mencegah kontraksi uteri,

sedangkan kerja mifepriston adalah meniadakan aktivitas progesteron.1


Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Hanya sedikit informasi yang dapat menerangkan mengenai luaran bayi
dan efek samping pada ibu dengan memakai preparat ini. Sediaan dari
preparat ini adalah tablet yang mengandung 200 mg zat
aktif anti
progesteron.30
5. Relaksin
Relaksin merupakan hormon polipeptida yang dihasilkan dari korpus
luteum, desidua dan korion manusia. Polipeptida ini telah diteliti pada
manusia, dengan menggunakan relaksin porcine yang telah dijernihkan 1-4
mg pada gel pervaginal atau endoserviks. Belum ada penelitian dalam
menentukan nilai pematangan untuk serviks yang belum matang dan untuk
induksi persalinan tanpa stimulasi aktivitas uterus. Dari penelitian terhadap
penggunaan relaksin ini, menunjukkan bahwa dosis 1-4 mg tidak
menyebabkan toksisitas maternal ataupun fetal. Penggunaan relaksin
sampai saat ini masih dalam percobaan klinis, sehingga untuk sementara
penggunaannya masih belum dianjurkan.1,31,32
c. Metode Non Farmakologi
Yang termasuk dalam metode non farmakologi adalah :
1. Ramuan tumbuh-tumbuhan
Beberapa suplemen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diracik
sedemikian rupa untuk penggunaan pematangan serviks ini paling banyak
digunakan oleh para bidan. Umumnya yang digunakan adalah evening
primerose oil, black haw, black and blue cohosh dan red raspberry leaves,
suplemen tersebut diatas tidak dapat dijelaskan mekanismenya dalam
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
proses pematangan serviks tetapi dipercaya selama bertahun-tahun untuk
mempersiapkan seorang wanita dalam proses persalinan serta
menimbulkan kontraksi uterus. Segala resiko dan keuntungan dari bahanbahan diatas tidak diketahui oleh karena tidak bukti medis yang
mendukung.1
2. Minyak Kastor
Penggunaan minyak kastor juga direkomendasikan sebagai salah satu cara
pematangan serviks pada masa yang lalu. Mekanisme dari metode ini
sampai sekarang masih belum jelas. Ada sebuah literatur yang meneliti 100
wanita sukarelawan yang mendapat minyak kastor dibandingkan yang tidak
mendapat terapi. Tidak terdapat perbedaan pada keadaan obstetrik
maupun hasil luaran bayi, dari wawancara, para partisipan yang
mendapatkan minyak kastor mengalami mual-mual dan rasa tidak
nyaman.1
3. Aktifitas seksual
Aktifitas seksual secara umum digunakan untuk memulai suatu inisiasi
persalinan. Aktifitas seksual ini biasanya mencakup stimulasi pada daerah
payudara, dimana hal tersebut dapat merangsang pengeluaran oksitosin.
Dengan adanya penetrasi segmen bawah uterus terstimulasi yang
menyebabkan pengeluaran prostaglandin. Orgasme pada wanita juga
dapat menyebabkan kontraksi uterus dan semen pada pria mengandung
prostaglandin yang mempunyai peranan penting pada pematangan

serviks.1,31
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
4. Masase Payudara
Pemijatan payudara serta stimulasi puting susu menyebabkan pengeluaran
oksitosin dari hipofise posterior sehingga terjadi kontraksi uterus.1,31
Metode
ini dilakukan dengan memasase ringan pada salah satu puting susu atau
daerah areolar mammae dengan jari ibu. Untuk menghindari lecet pada
daerah tersebut maka sebaiknya diberikan minyak pelicin (baby oil).
Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat berlangsung sampai 1
jam kemudian istirahat beberapa jam dan kemudian dilakukan kembali.
Sehingga dalam satu hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan
untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudara secara bersamaan,
karena ditakutkan terjadinya perangsangan yang berlebihan.1,14
5. Akupuntur
Teknik daripada akupuntur adalah menusukkan jarum yang sangat halus
pada beberapa lokasi yang bertujuan untuk pencegahan dan pengobatan
penyakit. Pada sistem pengobatan tradisional Cina akupuntur dianggap
menstimulasi saluran qi (diucapkan chee) atau energi. Aliran energi ini
mengalir sepanjang 12 meridian dengan titik-titik tertentu sepanjang
meridian ini. Setiap titik diberi nama dan nomor dan dihubungkan dengan
sistem organ tertentu. Pada pengobatan barat, dianggap bahwa akupuntur
dan stimulasi syaraf transkutan (TENS) dapat merangsang pelepasan
prostaglandin dan oksitosin. Kebanyakan penelitian yang melibatkan
akupuntur tidak baik dalam metodologi penelitiannya dan tidak memenuhi
kriteria untuk analisis. Diperlukan uji klinis acak untuk mengevaluasi peran
dari akupuntur dan TENS pada induksi persalinan.1,31
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
d. Metode Mekanik
Metode mekanik telah berkembang selama bertahun-tahun dalam melakukan
pematangan serviks sebelum dilakukan induksi persalinan. Hampir semua cara
mekanik dalam pematangan serviks mempunyai cara kerja yang sama yaitu
menstimulasi pelepasan prostaglandin. Banyak faktor resiko yang dihubungkan
dengan metode ini, termasuk infeksi, perdarahan, ruptura membran, dan
plasenta disruption. Yang termasuk dalam metode mekanik yaitu :
1. Laminaria
Merupakan higroskopik dilator, yang berfungsi untuk mengabsorbsi cairan
pada endoserviks dan jaringan sekitarnya. Alat ini dapat menyebabkan
dilatasi pada endoserviks. Produk ini dapat berupa dilator yang alami dari
batang laminaria japonicum ataupun yang sintetik.1,30,32
2. Balon kateter
Ahli obstetri telah menggunakan balon kateter selama lebih dari 100 tahun
untuk induksi persalinan. Barnes, pada pertengahan abad ke-19,
merupakan orang yang pertamakali menggambarkan penggunaan balon
kateter untuk pematangan serviks. Semenjak itu, beberapa variasi dari
penggunaan balon kateter tersebut telah dikembangkan. Akhir akhir ini
pemasangan foley kateter pada intraservikal merupakan cara yang efektif
untuk proses pematangan serviks.1 Pada saat ini yang paling banyak
digunakan adalah kateter foley dengan ukuran balon 25-50 ml. Dari

berbagai penelitian, ukuran kateter foley yang paling banyak disarankan


adalah kateter foley no.18 dan pada balon diisi cairan sebanyak 30 ml yang
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
kemudian dimasukkan kedalam serviks sampai balon dari kateter melewati
ostium uteri internum dari serviks selama waktu 8-12 jam. 32,33,34,35

Gambar 3. Cara pemasangan kateter foley (dikutip dari 35)


Pematangan serviks dengan cara ini diduga dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain adanya tekanan mekanis balon kateter tersebut sehingga
selaput ketuban dari segmen bawah rahim (SBR) terlepas, akibatnya
lisosom dalam sel-sel desidua akan terlepas, sehingga enzim litik akan
dibebaskan diantaranya fosfolipase A yang berpengaruh dalam
pembentukan asam arakidonat dari fosfolipid, sehingga terjadi peningkatan
pembentukan prostaglandin. Bahan yang terbentuk ini akan menyebabkan
perubahan fisik dan biokimiawi pada serviks dan disertai adanya tekanan
mekanis akan membuat serviks menjadi semakin matang.4,5,11,3,37Beberapa
peneliti telah menyarankan untuk memasang traksi di ujung kateter.5

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Teknik untuk pemasangan kateter foley dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 4 (dikutip dari 1)
Technique for Placement of Balloon Dilators
The catheter is introduced into the endocervix by direct visualization or
blindly by locating
the cervix with the examining fingers and guiding the catheter over the hand
and fingers
through the endocervix and into the potential space between the amniotic
membrane and
the lower uterine segment.
The balloon reservoir is inflated with 30 to 50 mL of normal saline.
The balloon is retracted so that it rests on the internal os.
Additional steps that may be taken:
Apply pressure by adding weights to the catheter end.
Constant pressure: attach 1 L of intravenous fluids to the catheter end and
suspend it from the end of the bed.
Intermittent pressure: gently tug on the catheter end two to four times per
hour.
Saline infusion12:
Inflate catheter with 40 mL of sterile water or saline.
Infuse sterile saline at a rate of 40 mL per hour using an infusion pump.
Remove six hours later or at the time of spontaneous expulsion or rupture of

membranes (whichever occurs first).


Prostaglandin E2 infusion14
Pemasangan balon kateter merupakan kontraindikasi terhadap plasenta
previa ataupun perdarahan antepartum. Kontraindikasi relatif lainnya
termasuk servisitis dan ketuban pecah dini.3,36
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Menurut beberapa ahli, kateter foley disebutkan memiliki keuntungan yang
lebih signifikan bila dibandingkan dengan preparat prostaglandin.1
Kenyataan inilah yang menyebabkan pemakaian foley kateter dalam proses
pematangan serviks menjadi meningkat. Penggunaan kateter balon dan
obat farmakologi secara bersamaan telah menunjukkan keefektifan dalam
pematangan serviks.36
Beberapa penelitian melaporkan efek samping dari pematangan serviks
dengan menggunakan kateter foley, yang paling sering dijumpai adalah
demam intrapartum atau postpartum dan perdarahan pervaginam setelah
pemasangan kateter foley. Efek samping yang paling jarang ditemukan
adalah ketuban pecah dini ataupun prolapsus tali pusat. 36
Akhir-akhir ini, extra-amniotic saline infusion (EASI) merupakan modifikasi
yang sukses dari kateter balon dalam pematangan serviks. Dari 13
penelitian dimana kateter balon digunakan untuk pematangan serviks
dengan atau tanpa EASI melaporkan bahwa metode ini dapat menambah
skor Bishop dan mengurangi jarak dari induksi sampai persalinan.13,36
e. Metode Surgikal
1. Striping of the membran
Striping of the membran dapat meningkatkan aktifitas dari phospolipase A2
dan prostaglandin F2 (PGF 2) yang diketahui dapat menyebabkan
dilatasi pada serviks dan menstimulasi prostaglandin.1,16 Caranya adalah
dengan memasukkan jari telunjuk melalui serviks sehingga menyentuh
selaput ketuban, lalu menggerakkan jari secara sirkuler dengan perlahan
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
untuk melepaskan membran yang menempel pada segmen bawah
rahim.1,3,16 Resiko dari tindakan ini adalah infeksi, perdarahan, pecah
ketuban secara tiba-tiba dan rasa ketidaknyamanan pada pasien. Dari
review Cochrane, striping of the membrane sendiri tidak banyak
memberikan efek klinis yang bermakna, tetapi bila digunakan sebagai
tambahan terapi pada pemakaian oksitosin dapat mempercepat persalinan
spontan.1,3
2. Amniotomi
Amniotomi artifisialis dilakukan dengan cara memecahkan selaput ketuban
baik di bagian depan (fore water) maupun di bagian belakang (hind water)
dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter Mc Donald klem).31
Beberapa teori mengemukakan bahwa :
o Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga
tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat membuka serviks.
o Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah di dalam rahim
kira-kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga
berkurangnya oksigenasi otot rahim dan keadaan ini meningkatkan

kepekaan otot rahim.


o Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding
serviks dimana didalamnya banyak terdapat saraf-saraf yang
merangsang kontrraksi rahim.31
Amniotomi telah terbukti dapat meningkatkan produksi prostaglandin.
Resiko yang dihubungkan dengan metode ini adalah prolapsus funikuli,
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
kompresi funikuli, infeksi pada ibu dan janin, deselerasi DJJ, perdarahan
pada plasenta previa atau plasenta letak rendah dan juga dapat
menyebabkan luka pada janin.1,13 Bila setelah dilakukan amniotomi
dikerjakan, 6 jam kemudian, belum ada tanda-tanda permulaan persalinan
maka harus diikuti dengan cara-cara lain untuk merangsang persalinan ,
misalnya dengan infus oksitosin.1,31 Amniotomi ini sendiri dapat menjadi
prosedur induksi persalinan terutama pada keadaan serviks sudah matang
(skor pelvik >5). Metode amniotomi sendiri untuk induksi persalinan secara
signifikan lebih berhasil apabila digabungkan dengan pemberian oksitosin.
3. Hyaluronidase
Hyaluronidase Acid (HA) merupakan salah satu glikosaminoglikan yang
paling penting dalam proses pematangan serviks. Seperti yang kita ketahui,
konsentrasi HA meningkat sehubungan dengan onset persalinan. HA
mempunyai kemampuan untuk menarik molekul air yang dapat
menyebabkan perlunakan serviks.37
Baru-baru ini ditemukan, molekul HA dosis rendah yang dapat
menyebabkan neovaskularisasi dan produksi interleukin yang membantu
proses pematangan serviks. 37
Green dan Gupta menyatakan bahwa suntikan HA-ase intraservikal dapat
menurunkan persalinan 2 jam. Li melaporkan penggunaan suntikan HAase sebelum induksi persalinan dapat meningkatkan Bishop skor dan
meningkatkan angka persalinan pervaginam.Metode ini dilakukan dengan
posisi litotomi dan meggunakan spekulum steril. Sebanyak 20.000 IU
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Lyophylized HA-ase diinjeksikan pada 2 tempat di serviks, yaitu posisi jam
6 dan jam 12.37
Para ahli berkesimpulan bahwa pemakaian intraservikal HA-ase
merupakan prosedur yang sederhana, relatif murah, efektif, metode yang
beresiko rendah untuk pematangan serviks, menurunkan waktu persalinan
dan meningkatkan kemungkinan persalinan pervaginam bahkan pada
wanita dengan riwayat seksio sesarea.37
2.3. INDUKSI PERSALINAN
2.3.1. DEFINISI
Induksi persalinan adalah suatu inisiasi kontraksi uterus sebelum timbulnya
onset
persalinan spontan yang bertujuan untuk terjadinya persalinan.13 Tujuan
induksi
persalinan adalah untuk mempermudah persalinan pervaginam dengan
merangsang kontraksi uterus sebelum terjadinya persalinan spontan. Umumnya
induksi persalinan menjadi pilihan terapi apabila keuntungan untuk mempercepat

persalinan lebih besar daripada resiko menunda persalinan. Keuntungan induksi


persalinan ini dititikberatkan pada resiko ibu dan janin.3
Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan dimana pada akselerasi
persalinan, tindakan tersebut dilakukan pada wanita hamil yang telah inpartu.
Tindakan akselerasi ini sendiri mempunyai tujuan untuk meningkatkan frekuensi,
lama dan kekuatan kontaksi uterus dalam persalinan.12,31
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Menurut The National Center for Health Statistics, rata-rata keseluruhan
induksi
persalinan di Amerika Serikat telah ,meningkat dari 90 per 1000 kelahiran
hidup
pada 1989 menjadi 184 per 1000 kelahiran hidup pada 1997. Di Australia, pada
tahun 2002 sebanyak 26,6% wanita hamil mendapat tindakan induksi persalinan.3
Berbagai metode mekanik dan farmakologi telah digunakan dalam induksi
persalinan, dan tidak ada satupun metode atau agen yang sesuai terhadap semua
situasi klinis. Untuk kondisi klinis tertentu seperti preeklampsia berat,
induksi
persalinan harus dilakukan. Untuk kondisi yang lain, perbandingan antara
resiko
terhadap dilanjutkannya kehamilan terhadap resiko dilakukannya induksi
pesalinan belumlah jelas sampai saat sekarang ini. Lebih lanjut, perbandingan
resiko tehadap keuntungan dari induksi persalinan mungkin dipengaruhi oleh
metode yang digunakan dalam induksi pesalinan. Induksi persalinan
membutuhkan pengawasan terhadap janin dan kontraksi uterus.3
Ada beberapa faktor klinis yang mempengaruhi pilihan dari induksi persalinan,
antara lain paritas, kondisi dari serviks, kondisi dari selaput ketuban, ada
tidaknya
riwayat seksio sesarea pada persalinan sebelumnya. Paritas sangat penting
karena wanita yang telah melahirkan sebelumnya cenderung lebih sensitif
terhadap stimulasi obat-obatan. Kondisi dari serviks wanita dapat dinilai dari
pemeriksaan dalam dan dinilai berdasarkan skor Bishop. 1,3,13,15 Ketika skor
Bishop mencapai 5, kemungkinan keberhasilan dalam persalinan pervaginam
semakin besar. Follow-up telah menunjukkan bahwa skor Bishop berhubungan
dengan persalinan lama atau induksi yang gagal dan perlu segera dilakukan
seksio sesaria.3,5,12,14,
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Idealnya, agen induksi persalinan harus menyerupai persalinan spontan dan
menghindari aktifitas uterus yang berlebihan. Bagaimanapun juga, karena
mekanisme yang mengontrol inisiasi dari proses persalinan belum dimengerti
secara pasti, Kekhawatiran yang utama dari induksi persalinan adalah
persalinan
yang tidak efektif dan aktivitas uterus yang berlebihan. Kedua masalah
tersebut
dapat menyebabkan meningkatnya resiko seksio sesarea. Aktifitas uterus yang
berlebihan digambarkan dengan adanya kontraksi yang berlebihan dari uterus
baik dari intensitas maupun frekuensi yang dapat menyebabkan gangguan dari
sirkulasi uteroplasenter dan akhirnya dapat menimbulkan penurunan oksigenasi
terhadap janin.14

Saat ini oksitosin merupakan bahan yang paling sering digunakan dalam induksi
persalinan.Metode-metode terbaru yang sedang dikembangkan adalah memakai
preparat anti progestin, estrogen, DHEAS, relaksin, dan nitrit oksida.1,34
Prinsip
yang mendasar, metode induksi yang paling sederhana dilakukan apabila serviks
sudah matang dan diharapkan persalinan dapat terjadi dalam beberapa jam
setelah induksi persalinan.34
2.4. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PEMATANGAN SERVIKS DAN
INDUKSI PERSALINAN
Indikasi dari induksi persalinan harus dipertimbangkan dimana keuntungan dari
persalinan spontan lebih besar dibandingkan dengan resiko dari pematangan
serviks dan induksi persalinan terhadap ibu dan janin.13 Induksi persalinan
sebagai usaha untuk mempercepat terjadinya proses persalinan harus dilakukan
dengan pengawasan ketat dan dengan pertimbangan indikasi ibu, indikasi janin
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
dan kontraindikasi induksi persalinan itu sendiri. Indikasi dan kontraindikasi
dari
induksi persalinan juga merupakan indikasi dan kontra indikasi dari pematangan
serviks.
Salah satu indikasi utama dari pematangan serviks dan induksi persalinan
adalah
kehamilan postdatisme dengan usia kehamilan 41 minggu. Indikasi yang lain
adalah termasuk ketuban pecah dini, IUGR, kondisi medis dari ibu (DM, gangguan
ginjal, hipertensi dalam kehamilan), sindroma anti fosfolipid,
chorioamnionitis dan
KJDK. Indikasi utama dari induksi persalinan ini sendiri dalam 40 tahun
terakhir
ini, dapat di kelompokkan menjadi indikasi ibu, indikasi janin, indikasi
sosial
ataupun gabungan dari indikasi tersebut diatas, pengelompokan indikasi
tersebut
dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini. 3,34
Tabel 5. Indikasi dari
dari 3)

pematangan serviks dan induksi persalinan (dikutip

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Kontraindikasi pematangan serviks dan induksi persalinan :13,14,31
1. Malposisi dan malpresentasi janin
2. Insufisiensi plasenta
3. Panggul sempit
4. Disproporsi sefalopelvik
5. Cacat rahim
6. Gemelli
7. Distensi yang berlebihan ( hidramnion )
8. Plasenta previa

9. Tumor pelvis
10. Skor pelvik < 5, merupakan pengecualian oleh karena dapat dilakukan
proses pematangan serviks sebelumnya
Menurut ACOG, Practice Bulletin, Induction of Labor, 19993, ada beberapa
kondisi
obstetri yang tidak bertentangan dengan induksi persalinan tetapi membutuhkan
perhatian lebih, antara lain :
1. Satu atau lebih persalinan dengan seksio sesaria low transverse insicion.
2. Presentasi bokong
3. Penyakit jantung ibu
4. Kehamilan multi janin
5. Polihidramnion
6. Bagian menonjol diatas pintu panggul dalam.
7. Hipertensi berat
8. Pola irama jantung janin tidak normal tetapi tidak membutuhkan persalinan
darurat.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini adalah suatu uji klinis acak terkontrol (Randomized Controlled
Trial)
yang membandingkan efektivitas antara penggunaan misoprostol intravaginal dan
kateter foley intraservikal untuk pematangan serviks.
3.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr.
Pirngadi Medan. Penelitian dilakukan mulai November 2007 sampai jumlah
sampel tercapai.
3.3. SAMPEL PENELITIAN
Sampel penelitian adalah seluruh ibu hamil yang akan melahirkan di kamar
bersalin RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan yang memenuhi
kriteria penelitian (kriteria inklusi) mulai bulan November 2007 sampai jumlah
sampel tercapai.
3.4. JUMLAH SAMPEL
Besar sampel penelitian dihitung dengan memakai rumus :
22 (Z1-/2 + Z1- ) 2
n1=n2 =
------------------------(0- a) 2
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Keterangan:
n
= besar sampel minimum
Z1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada =5% 1,96
Z1- = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada =90% 1,28
2
= harga varians di populasi (1,5)
0-a = perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di
populasi = 1,8 jam

Maka diperoleh :

2(1,5)2 (1,96 + 1,28 ) 2


------------------------(1,8) 2
Dengan pembulatan maka diperoleh besar sampel 15 kasus.
n1=n2 =

= 14,58

3.5. KRITERIA SAMPEL


3.5.1.Kriteria Inklusi
1. Semua pasien hamil yang akan dilakukan terminasi terhadap
kehamilannya di kamar bersalin RSUP H. Adam Malik Medan dan
RSUD Dr. Pirngadi Medan.
2. Tidak ada riwayat seksio sesarea pada kehamilan sebelumnya.
3. Kehamilan dengan presentasi kepala.
4. Bersedia ikut penelitian

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
3.5.2. Kriteria Eksklusi
1. Pasien hamil yang kontra indikasi untuk dilakukan pematangan serviks
dan induksi persalinan, yaitu :
Malposisi dan malpresentasi janin
Insufisiensi plasenta
Panggul sempit
Disproporsi sefalopelvik
Cacat rahim
Gemelli
Distensi yang berlebihan ( hidramnion )
Plasenta previa
Tumor pelvis
3.6. KERANGKA KONSEPSIONAL

Terminasi
kehamilan
Misoprostol
Kateter
foley
Skor pelvik/
pematangan serviks
Keberhasilan
persalinan spontan
Waktu induksi
sampai persalinan
Luaran neonatal

Gambar 4. Kerangka konsepsional


Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
3.7. CARA KERJA
Pengumpulan data diperoleh dari penderita yang berkunjung ke Poliklinik
Obstetri
atau yang berada di kamar bersalin yang memenuhi syarat-syarat penelitian yang
ditetapkan (kriteria inklusi), selanjutnya dilakukan pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Wawancara tentang identitas, riwayat kehamilan sekarang, maupun
riwayat kehamilan sebelumnya serta penyakit-penyakit yang pernah
dideritanya
2. Pasien selaku calon peserta penelitian diberi keterangan tentang tujuan
dan prosedur penelitian. Bila setuju, pasien dimintakan persetujuan
tertulisnya,bila tidak setuju pasien sebagai calon peserta penelitian
berhak menolak ikut dalam penelitian.
3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara umum meliputi keadaan
umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik dan laboratorium rutin.
Pemeriksaan obstetrik yang lengkap meliputi pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam dan dilakukan penilaian skor pelvik.
4. Pasien calon peserta penelitian ditatalaksanakan sesuai dengan nomor
random yang telah dibuat dengan menggunakan random secara blok.
5. Kemudian pasien dibagi kedalam kedua kelompok dimana kelompok I
mendapat misoprostol tablet 50 g intravaginal yang diletakkan di dalam
kassa gulung dan diletakkan di forniks posterior dan kelompok II
dilakukan pemasangan kateter foley no.18 intraservikal dimana balon
kateter dikembangkan dengan diiisi cairan NaCl 0,9% sebanyak 30 cc,
untuk pematangan serviks.
6. Pada kelompok misoprostol, setelah 6 jam dilakukan penilaian ulang skor
pelvik kemudian dilanjutkan dengan induksi persalinan pada kedua
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
kelompok dengan pemberian oksitosin 10 IU per drips fls pertama
dengan tetesan dimulai dari 4 tetes/menit kemudian dinaikkan jumlah
tetesan sebanyak 4 tetes tiap 15 menit sampai tercapai kontraksi yang
adekuat dengan jumlah tetesan maksimum adalah 40 tetes/menit.
7. Sedangkan pada kelompok kateter foley, setelah 12 jam dilakukan
penilaian ulang skor pelvik kemudian dilanjutkan dengan induksi
persalinan pada kedua kelompok dengan pemberian oksitosin 10 IU per
drips flask (fls) pertama dengan tetesan dimulai dari 4 tetes/menit
kemudian dinaikkan jumlah tetesan sebanyak 4 tetes tiap 15 menit
sampai tercapai kontraksi yang adekuat dengan jumlah tetesan
maksimum adalah 40 tetes/menit.
8. Pemberian oksitosin flask (fls) kedua dilanjutkan sampai terjadinya
persalinan dimana dosis oksitosin yang diberikan sebesar 10 IU dengan
jumlah tetesan 40 tetes/menit.
9. Induksi persalinan dikatakan gagal jika setelah pemberian oksitosin 10 IU
per drips sebanyak 2 fls belum terjadi persalinan atau selama pemberian
oksitosin terjadi maternal atau fetal distress.

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
3.8. KERANGKA KERJA

Ibu yang akan bersalin di


RSUP H. Adam Malik
dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.

Kriteria inklusi untuk pematangan serviks


dan induksi persalinan
Pengambilan sampel secara acak

Pematangan serviks dengan kateter foley


intraservikal
Pematangan serviks dengan misoprostol
intravaginal

Gambar 5. Kerangka kerja


Induksi persalinan dengan oksitosin fls I Induksi persalinan dengan oksitosin
fls I
Berhasil
Gagal

Analisa Induksi persalinan


dengan oksitosin fls II
Berhasil
Gagal
Analisa
Analisa
Berhasil
Gagal
Analisa Induksi persalinan
dengan oksitosin fls II
Berhasil
Gagal
Analisa
Analisa
Skor pelvik >5
Skor pelvik <5
Skor pelvik <5
Skor
pelvik >5
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
3.9. BATASAN OPERASIONAL
1. Pematangan serviks : suatu mekanisme yang dilakukan terhadap serviks
dengan skor pelvik < 5 agar terjadi pematangan serviks sehingga dapat
dilakukannya induksi persalinan.
2. Induksi persalinan : suatu mekanisme yang dilakukan terhadap ibu hamil
yang belum inpartu untuk memulai suatu persalinan dengan
menstimulasi uterus.
3. Kateter Foley : suatu alat yang terbuat dari karet digunakan untuk
membantu proses berkemih, dapat digunakan untuk pematangan serviks
secara intraservikal.
4. Misoprostol : merupakan prostaglandin E1 yang digunakan untuk
gangguan gastrointestinal dan akhir-akhir ini dapat digunakan sebagai
suatu metode untuk pematangan serviks dan induksi persalinan yang
dapat diberikan secara oral, rektal dan vaginal.
5. Oksitosin : obat sintetik yang analog dengan hormon oksitosin yang
dihasilkan oleh hipofise posterior yang digunakan untuk menstimulasi
kontraksi uterus.
6. Persalinan : suatu proses mengeluarkan hasil konsepsi berupa janin dan
plasenta.
7. Kontraksi uterus (his) : gerakan otot uterus yang terjadi secara periodik
dalam proses persalinan, disebut adekuat bila tercapai kontraksi
sebanyak 4-6 kali dalam 10 menit dengan durasi 40-60 detik lamanya.
8. Skor pelvik : parameter yang digunakan untuk menilai kematangan
serviks dalam proses persalinan. Skor ini berdasarkan 5 kriteria klinik,
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
yaitu pembukaan, pendataran, penurunan kepala, konsistensi serviks
dan posisi serviks.
9. Seksio sesarea : proses persalinan dimana janin dan plasenta
dikeluarkan melalui abdomen
10. Fetal distress : gawat janin yang ditandai dengan denyut jantung janin >
180 kali/mnt atau < 100 kali/mnt.
11. Maternal distress : perburukan keadaan dari ibu yang dilihat dari
keadaan umum dan tanda vital dari ibu.
12. Gagal induksi : keadaan dimana telah selesai dilakukannya induksi
persalinan dengan oksitosin 10 IU per drips sebanyak 2 fls tetapi tidak
terjadi proses persalinan normal
13. Usia kehamilan : usia dari kehamilan ibu pada saat penelitian ini
dilakukan.
3.10. PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA STATISTIK

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan disusun dalam bentuk tabel
serta dianalisa dengan uji statistik statistik t independent, uji MannWhitney dan
uji Chi-Square menggunakan perangkat SPSS (Statistic Package for Social
Science) versi 15 dengan nilai kemaknaan P < 0,05..
3.11. ETIKA PENELITIAN
Semua peserta diberikan penjelasan mengenai tujuan, keuntungan dan kerugian
serta cara yang dilakukan pada penelitian ini, penelitian dilakukan setelah
terdapat
persetujuan sukarela dari masing-masing peserta dengan menandatangani surat
pernyataan persetujuan (informed consent).
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Setiap peserta berhak mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan
terhadapnya. Karena alasan apapun, peserta boleh menarik diri dari penelitian.
Penelitian ini telah disetujui oleh Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/
RSUP H. Adam Malik Medan-RSUD Dr. Pirngadi Medan yan diteruskan dan
disetujui oleh Komite Etik Penelitian Bidang Kesehatan FK-USU dengan No. 16/
KOMET/ FK USU/ 2008.

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan 30 sampel yang memenuhi kriteria
penelitian, dengan randomisasi 15 sampel dimasukkan dalam kelompok
misoprostol dan 15 sampel dimasukkan dalam kelompok kateter foley.
Tabel 6.Sebaran kelompok kasus berdasarkan karakteristik subjek penelitian
antara kelompok misoprostol intravaginal dan kateter foley
intraservikal.
Misoprostol Kateter Foley
n % n %
p

Usia ibu (tahun)


- < 30
- > 30
10
5
66,7
33,3
6
9
40
60
0,143
Usia gestasi (minggu)
- 20 30
- 31 40
- 41
4
2
9
26,7
13,3
60

2
6
7
13,3
40,0
46,7

0,092
Paritas
- Primipara
- Multipara
7
8
46,7
53,3
5
10
33,3
66,7

0,456
Pendidikan
- SD
- SMP
- SMA
4
3
8
26,7
20,0
53,3
3
5
7
20,0
33,3
6,7
0,701
Jumlah 15 100 15 100
Uji Chi-Square
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Tabel karakteristik diatas menyajikan sebaran kelompok berdasarkan
karakteristik
dari kedua kelompok penelitian yaitu usia ibu, usia kehamilan, paritas dan
pendidikan ibu. Pada penelitian ini dapat kita lihat bahwa subjek penelitian
pada
kelompok misoprostol terbanyak pada usia kurang dari 30 tahun, sedangkan pada
kelompok kateter foley terbanyak pada usia lebih dari 30 tahun. Berdasarkan
kelompok usia subjek penelitian, tidak didapatkan perbedaan yang bermakna
antara kedua kelompok baik misoprostol maupun kateter foley.
Dari sebaran usia kehamilan peserta penelitian, usia kehamilan terbanyak dari
kedua kelompok penelitian ini adalah pada usia kehamilan lebih dari 40 minggu,
yaitu 9 orang pada kelompok misoprostol dan 7 orang pada kelompok kateter
dimana tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Selain itu,dari sebaran banyaknya paritas baik pada kelompok misosrostol
maupun kateter foley subjek penelitian yang terbanyak adalah multiparitas.
Secara uji statistik hal ini tidak berbeda secara bermakna.
Berdasarkan karakteristik pendidikan peserta penelitian, antara kelompok
misoprostol dan kateter foley tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Pendidikan yang terbanyak dari kedua kelompok ini adalah SMA.
Secara statistik dapat disimpulkan bahwa karakteristik usia ibu, usia
kehamilan,
paritas dan pendidikan antara kedua kelompok tidak dijumpai perbedaan
bermakna, sehingga kedua kelompok ini dapat diperbandingkan.

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Tabel 7. Sebaran kelompok berdasarkan indikasi pematangan serviks antara
kedua kelompok penelitian.
Misoprostol Kateter foley Indikasi
n % n %
p
PE Ringan 1 6,7 0 0
Preeklampsia berat 3 20,0 5 33,3
Postdatisme 8 53,3 6 40,0
KJDK 2 13,3 4 20,0
Oligohidramnion 1 6,7 0 0
0,485
Jumlah 15 100 15 100
Uji Chi-Square
Tabel 7 menyajikan sebaran kelompok berdasarkan indikasi pematangan serviks.
Disini dapat dilihat bahwa pada kelompok misoprostol dan kateter foley,
postdatisme merupakan indikasi yang paling banyak untuk dilakukannya
pematangan serviks. Tampak dari indikasi pematangan serviks antara kedua
kelompok tidak dijumpai perbedaan bermakna (p>0,05).
Tabel 8. Perbandingan angka keberhasilan terjadinya partus spontan antara
kedua kelompok penelitian.
Misoprostol Kateter Foley Induksi
n % n %
p
Berhasil 12 80,0% 7 46,7%
Gagal 3 20,0% 8 53,3%
0,025
Jumlah 15 100 15 100
Uji Chi-Square
Dari tabel diatas didapati bahwa pada peserta penelitian yang diberikan
misoprostol intravaginal angka keberhasilan proses persalinan spontan setelah
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
pematangan serviks yang dilanjutkan dengan induksi persalinan lebih banyak
yaitu sebesar 80% dan dengan kateter foley sebesar 46,7%. Hal ini
menggambarkan perbedaan yang bermakna (p<0,05).
Owolabi dkk (2005) dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak dijumpai
perbedaan angka seksio sesarea antara misoprostol intravaginal dan kateter
foley
yang digunakan dalam pematangan serviks dan induksi persalinan.38
Tabowei dkk (2003) dan Adeniji dkk (2005) juga tidak menjumpai perbedaan
yang bermakna antara penggunaan misoprostol intravaginal dan kateter foley
intrservikal dalam hal metode persalinan.39,40
Tabel 9. Perbandingan keberhasilan pematangan serviks pada kedua
kelompok penelitian.
Misoprostol Kateter foley Kelompok

n % n %
p
Matang 13 86,7 4 26,7
Tidak matang 2 13,3 11 73,3
0,001
Jumlah 15 100 15 100
Uji Chi-Square
Dari tabel diatas dapat
pematangan serviks pada
foley adanya pematangan
menunjukkan
perbedaan yang bermakna

dilihat bahwa pada kelompok misoprostol dijumpai


13 peserta penelitian sedangkan pada kelompok kateter
serviks pada 4 peserta penelitian. Hal ini
(p<0,05).

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Hal ini sesuai dengan penelitian Adeniji dkk (2005) dimana angka keberhasilan
pematangan serviks lebih banyak dijumpai yang menggunakan misoprosol
intravaginal dibandingkan dengan kateter foley intraservikal.40 Owolabi dkk
(2005)
melaporkan adanya perbedaan skor pelvik yang bermakna antara penggunaan
misoprostol intravaginal dan kateter foley intraservikal.38
Sciscione dkk (2001) mendapatkan hasil hasil yang berbeda dimana dalam
penelitiannya dijumpai bahwa misoprostol intravaginal sama efektifnya dengan
kateter foley intraservikal dalam pematangan serviks (perubahan skor pelvik),
total waktu induksi persalinan dan metode persalinan.41
Pada kelompok misoprostol dijumpai 2 kasus yang tidak terjadi pematangan
serviks dengan diagnosa yang sama yaitu KJDK. Ini mungkin disebabkan dosis
misoprostol yang relatif kecil sehingga diperlukan dosis misoprostol yang
lebih
besar agar berpengaruh dalam pematangan serviks khususnya pada kasus KJDK.
Pada kelompok kateter foley dijumpai sebanyak 11 peserta yang tidak terjadi
pematangan serviks. Hal ini mungkin dipengaruhi dengan lamanya pemasangan
kateter foley, dimana pada peserta penelitian diberikan waktu perlakuan yang
sama yaitu 12 jam. Mungkin dapat dianjurkan untuk yang akan datang agar
lamanya pemasangan kateter foley lebih dari 12 jam.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Sinaga RB (1990) dimana pada
penelitiannya didapatkan bahwa adanya peningkatan rata-rata nilai Bishop
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
sebesar 5,45 dan 100 % keberhasilan pematangan serviks dalam penggunaan
kateter foley untuk pematangan serviks.42
Tabel 10.
Perbandingan lama waktu induksi (jam) sampai persalinan normal
antara misoprostol intravaginal dan kateter foley intraservikal
Misoprostol Kateter Foley
n mean SD n mean SD
p
Waktu induksi 12 6,5 2,1 7 7,9 1,3 0,147
Uji T-Independent

Dari tabel diatas dapat dilihat rerata waktu yang diperlukan mulai induksi
sampai
terjadinya persalinan normal pada penggunaan misoprostol intravaginal (6,5
2,1)
lebih pendek dibandingkan dengan kateter foley intraservikal (7,9 1,3)
tetapi
tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05).
Owolabi A dkk (2005) dalam penelitiannya yang membandingkan antara
misoprostol intravaginal dengan kateter foley intraservikal dalam pematangan
serviks dan induksi persalinan melaporkan bahwa dijumpai perubahan yang
signifikan dalam skor Bishop baik pada pemakaian misoprostol intravaginal dan
kateter foley intraservikal dan waktu yang diperlukan mulai dari induksi
sampai
terjadinya persalinan secara signifikan lebih pendek pada pemakaian
misoprostol
intravaginal dibandingkan dengan kateter foley intraservikal.38
Begitu juga Afolabi dkk (2005), dalam penelitiannya yang membandingkan
efektifitas antara misoprostol intravaginal dan kateter foley intraservikal
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
mendapatkan bahwa dengan misoprostol lama waktu induksi sampai terjadinya
persalinan normal lebih singkat dibandingkan dengan kateter foley.43
Tetapi Culver dkk (2004) dalam penelitiannya terhadap wanita nullipara
mendapatkan bahwa interval waktu induksi sampai terjadinya persalinan pada
penggunaan kateter foley intraservikal lebih pendek dibandingkan dengan
misoprostol intravaginal.44
Adeniji dkk (2005) melaporkan dalam penelitiannya bahwa interval waktu induksi
sampai terjadinya persalinan normal antara misoprostol intravaginal dan
kateter
foley intraservikal tidak berbeda secara bermakna.40
Tabel 11. Luaran neonatal
a. Skor APGAR menit ke-1 dan ke-5 pada kedua kelompok
Misoprostol Kateter Foley
Skor APGAR
n % n %
p
Menit ke-1
0-3
4-7
8-10
1
1
10
8,3
8,3
83,3

1
2
8
8,7
13,0
78,3
0,78
Menit ke-5
0-3
4-7
8-10
1
1
10
8,3
8,3
83,3
0
1
10
0
9,1
90,9
0,62
Jumlah 12 100 11 100
Uji Chi-Square
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa skor APGAR bayi menit ke-1 pada
kelompok
misoprostol dan kateter foley paling banyak dijumpai pada skor APGAR 8-10,
masing-masing sebanyak 10 dan 8 sampel, begitu juga skor APGAR menit ke-5
paling banyak dijumpai pada skor APGAR 8-10, masing-masing 10 dan 10
sampel, hal ini tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (P>0,05).
b. Perawatan NICU
Misoprostol Kateter Foley
n % n %
p
Perawatan NICU 2 13,3% 1 6,7%%
Tidak perawatan 13 86,7% 14 93,3%
0,54
Jumlah 15 100 15 100
Uji Chi-Square

Tabel diatas memperlihatkan jumlah bayi yang perlu mendapat perawatan NICU
antara kelompok misoprostol dan kateter foley. Pada kelompok misoprostol
dijumpai 2 kasus yang dirawat di NICU dan 1 kasus pada kateter foley. Hal ini
tidak berhubungan dengan abnormalitas DJJ akibat penggunaan misprostol
ataupun katetar foley. Dimana dengan uji Chi-Square tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna (p>0,05).
Owolabi dkk (2005) dalam penelitiannya melaporkan tidak dijumpai perbedaan
yang bermakna antara kedua kelompok dalam hal skor APGAR dan perawatan
NICU.38

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
c. Berat badan bayi pada kedua kelompok penelitian
Misoprostol Kateter Foley
n mean SD n mean SD
P
BB bayi (gram) 15 2542,0 1258,2 15 2713,3 1136,5 0,917
Uji Mann Whitney
Tabel diatas memperlihatkan hasil uji Mann Whitney dimana rerata berat badan
bayi pada kelompok misoprostol (2542,0 1258,2) dan kelompok kateter foley
(2713,3 1136,5) tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (P>0,05).

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Penelitian ini berhasil mengumpulkan 30 sampel yang memenuhi kriteria
dan secara acak masing-masing 15 sampel dimasukkan ke dalam
kelompok misoprostol dan kelompok kateter foley.
2. Didapatkan bahwa angka keberhasilan persalinan spontan lebih besar

pada kelompok misoprostol intravaginal dibandingkan dengan kelompok


kateter foley secara bermakna (p < 0,05).
3. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa misoprostol intravaginal juga
lebih
baik secara bermakna dibandingkan dengan foley kateter dalam hal
pematangan serviks (p < 0,05).
4. Dalam hal waktu induksi sampai persalinan maka pada penelitian ini tidak
dijumpai perbedaan yang bermakna antara kelompok misoprostol
intravaginal dengan kelompok foley kateter.
5. Dan juga tidak dijumpai perbedaan yang bermakna antara kelompok
misoprostol intravaginal dengan kelompok foley kateter dalam hal luaran
bayi yang dinilai dari skor APGAR dan perawatan NICU.
6. Pemakaian tablet misoprostol intravaginal tergolong aman, dengan efek
samping minimal, tidak dijumpai komplikasi.
5.2 SARAN
1. Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan bahwa kita dapat
menerapkan pematangan serviks sebelum induksi dengan misoprostol
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
intravaginal, karena didapati bahwa misoprostol intravaginal lebih efektif
dibandingkan dengan foley kateter dengan tidak adanya perbedaan yang
bermakna dalam hal luaran ibu dan bayi.
2. Disarankan untuk dilakukan penelitian uji klinis acak yang lain untuk
membandingkan antara penggunaan cara pematangan serviks yang
berbeda seperti penggunaan oksitosin ataupun hyaluronidase.

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA
1. Tenore JL. Methods for Cervical Ripening and Induction of Labor. Am Fam
Physician Vol 67 (10). 2003.
2. Harman JH, Kim A. Current Trends in Cervical Ripening and Labor
Induction. Am Fam Physician Vol 60 (2). 1999.
3. ACOG Practice Bulletin. Induction of Labor. Int J Gynecol Obstet. Vol.69

(10).1999 ; 283-292.
4. Hall R, Duarte-Gardea M, Harlass F. Oral versus Vaginal Misoprostol for
Labour Induction. Obstet Gynecol. Vol. 99(6). 2002; 1044-8.
5. Bennet KA. A Masked Randomized Comparison of Oral and Vaginal
Administration of Misoprostol for Labour Induction. A thesis submitted in
partial fulfillment of the requirement for the degree of Master of
Science.Memorial University of Newfoundland. 2000.
6. Fletcher HM, Mitchell S, Simeon D et al. Intravaginal Misoprostol as a
Cervical Ripening Agent. Int J Gynecol Obstet. Vo. 100 (7). 1993; 641-4.
7. Ekele BA, Nnadi DC, Gana MA et al. Misoprostol use for Cervical Ripening
and Induction of Labour in a Nigerian Teaching Hospital. Niger J Clin Pract.
Vol.10(3). 2007; 234-7.
8. Sandhu SK, Arora S and AS. A Comparison of Misoprostol versus Foleys
catheter for Induction of Labor. J. Obstet Gynecol India. Vol. 34. 1984; 226.
9. Cromi A, Ghezzi F, Tomera S et al. Cervical Ripening with the Foley
Catheter. Int J Gynaecol Obstet. Vol. 27(2). 2007;105-9.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
10. Promila J, Kaur GB, Bala T. A Comparison of Vaginal Misoprostol versus
Foleys catheter with Oxytocin for Induction of Labor. J Obstet Gynecol
India Vol. 57 (1). 2007; 42-7.
11. Alarm International. A Program to Reduce Maternal Mortality and Morbidity.
2nd Edition.
12. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2002;
11-5.
13. Cunningham FG. Induction of Labor. In William Obstetrics, 22nd ed.
McGraw Hill Companies Inc United States of America. 2005; 535 46.
14. Hofmeyr GJ, Alfiirevic Z, Kelly T, et al. Methods for Cervical Ripening
and
Labour Induction in Late Pregnancy : Generic Protocol (Protocol). The
Cochrane Library Issue 4. 2007.
15. Antenatal and Neonatal Guidelines, Education and Learning System.
University of Arkansas for Medical Sciences. 2003.
16. Dodd JM. Misoprostol for the Induction of Labour at Term. 2005.
17. Tang OS, Danielsson KG, Ho PC. Misoprostol : Pharmakokinetic Profiles,
Effects on the Uterus and Side-effects. Int J Gynecol Obstet. Vol.99. 2007;
160-7.
18. Bartusevicius A, et al. Oral, Vaginal and Sublingual Misoprostol for
Induction of Labor. Int J Gynecol Obstet. Vol.91. 2005; 2-9.
19. Dollery SC. Misoprostol in Therapeutic Drugs. Vol.2. Churchil Livingstone,
London. 1991; 210-14
20. Wood AJJ. Misoprostol and Pregnancy. N Engl J Med. Vol. 34(1). 2001; 3845.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
21. Wing DA, Gaffaney CAL. Vaginal Misoprostol Administration for Cervical
Ripening and Labor Induction.Clin Obstet Gynecol. Vol.49(3). 2006; 627-41.
22. Refaey H, Nooh R, OBrien P, et al. The Misoprostol Third Stage of
Labour
Study : A Randomized Controlled Comparison between Orally Administered
Misoprostol and Standard Management. Br J Obstet Gynecol. Vol. 107.
2000; 1104 -10.
23. Amant F, Spitz B, Timmerman D, et al. Misoprostol Compared with
Methylergometrin for the Prevention of Post Partum Haemorrhage : A

Double Blind Randomized Trial. Br J Obstet Gynecol. 1999; 1066-70.


24. Hofmeyr G, Nikodem VC, Jager M, Gelbart BR. A Randomized Placebo
Controlled trial of Oral Misoprostol in the Third Stage of Labor. Br J Obstet
Gynecol. Vol. 105. 1998; 971-5.
25. Lumbiganon P, Hofmeyr J, Merrel DA. Rectal Misoprostol in the Prevention
of Post Partum Haemorrhage : A Placebo Controlled Trial. Am J Obstet
Gynecol. Vol. 106. 1999; 304-8.
26. Orioli I, Castilla EE. Epidemiological Assessment of Misoprostol
Teratogenicity. Br. J Obstet Gynecol. Vol. 107. 2000; 519-23.
27. Pastuszak A, Schuler l, Speck et al. Use of misoprostol during Pregnancy
and Mobius Syndrome in Infans. N Engl j medicine. Vol. 338. 1998; 188185.
28. Schuler L, Pastuszak A, Sanseverino MT et al. Pregnancy Outcome after
Exposure to Misoprostol in Brazil : Prospective, Controlled Study.
Reproductive Toxicology. Vol. 13. 1999; 147-51.
29. Mohan AR, Bennet PR. Drugs Acting on the Pregnant Uterus. Current
Obstet Gynecol. Vol.16. 2006; 174-80.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
30. Sitruk-Ware R, Spitz IM. Pharmacological Properties of Mifepristone :
Toxicology and Safety in Animal and Human Studies. Contraception.
Vol.68. 2003; 409-20.
31. Angsar MD, Setjalilakusuma L. Induksi Persalinan dalam Winkjsastro H
dkk. Ilmu Bedah Kebidanan. Ed.1 Cet.5. Jakarta 2000; 73-80.
32. Archie CL. The Course and Conduct of Normal Labor and Delivery. In
Decherney AH, Goodwin TM, Nathan L et al. Current Diagnosis and
Treatment Obstetrics and Gynecology. 10th Ed. USA. 2007; 209-11.
33. Chamberlain G, Zander L. ABC of Labour Care : Induction. British Med J.
Vol.318. 1999; 1995-998.
34. Mackenzie IZ. Induction of Labour at The Start of The New Millenium.
Reproduction. Vol 131. 2006; 989-98.
35. Cervical Ripening and Induction of Labour. British Columbia Reproductive
Care Program. 2005; 1-10.
36. Ramos LS, Delke I, Induction of Labour and Pregnancy Termination for
Fetal Abnormality, in High Risk Pregnancy Management Option. 3rd ed.
Elsevier Inc, Philadelphia. 2006 ; 1394.
37. Spallicci MD, Chiea MA, Singer JM, et al. Use of Hyaluronidase for
Cervical
Ripening : A Randomized Trial. European J Obstet Gynecol and Reprod
Biol. Vol. 130(1). 2007; 46-50.
38. Owolabi A, Kuti O, Ogunlola I et al. Randomized Trial of Intravaginal
Misoprostol and Intracervical Foley catheter for Cervical Ripening and
Induction of Labour. Journal of Obstetrics and Gynaecology. Vol.25
(6).2005; 565-8.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
39. Tabowei TO, Oboro VO. Low Dose Intravaginal Misoprostol versus
Intracervical Balloon Catheter for Pre-induction Cervical Ripening. East
African Medical Journal. Vol. 80 (2). 2003; 91-4.
40. Adeniji AO, Olayemi O, Odukogbe AA, et al. Comparison of Changes in
Pre-induction Cervical Factors following Ripening with Transcervical
Ripening with Transcervical Foley Catheter and Intravaginal Misoprostol.
Afr J Med Sci. Vol. 34(4). 2005; 377-82.
41. Sciscione AC, Nguyen L, Manley J, et al. A Randomized Comparison of
Transcervical Foley Catheter to Intravaginal Misoprostol for Preinduction

Cervical Ripening. Obstet.Gynecol. Vol. 97 (4). 2001; 603-7.


42. Sinaga RB. Penggunaan Kateter Foley untuk Pematangan Serviks. Tesis
Laboratorium Obgin FK USU RSPM/ RSHAM. 1990.
43. Afolabi BB, Oyeneyin OL, Ogedengbe OK. Intravaginal Misoprostol versus
Foley Catheter for Cervical Ripening and Induction of Labour. Int J
Gynaecol Obstet. Vol. 89 (3). 2005 ; 263-7.
44. Culver J, Strauss RA, Brody S, et al. A Randomized Trial Comparing
Vaginal Misoprostol versus Foley Catheter with Concurrent Oxytocin for
Labour Induction in Nulliparous Women. Amer J Perinatol. Vol. 21. 2004;
139-46.

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Lampiran 1
LEMBARAN INFORMASI PASIEN
JUDUL PENELITIAN
Perbandingan Efektifitas antara Misoprostol dengan Kateter Foley untuk
Pematangan Serviks dalam rangka Induksi Persalinan.

Assalamualaikum Wr. Wb.


Terima kasih atas kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian saya
yang berjudul Perbandingan Efektifitas antara Misoprostol dengan Kateter
Foley
untuk Pematangan Serviks dalam rangka Induksi Persalinan.
Nama saya dr. Eka Purnama Dewi R, ssat ini saya sedang menempuh
pendidikan spesialisasi di bidang kebidanan dan penyakit kandungan di
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keefektifan dan keuntungan
antara misoprostol intravaginal dengan kateter foley untuk pematangan serviks
sebelum dilakukannya induksi persalinan.
Penelitian ini akan dilaksanakan di dua rumah sakit rujukan di Medan yaitu
di RSUP Haji Adam Malik Medan dan di RSUD dr. Pirngadi Medan sejak bulan
November 2007 sampai Januari 2008 atau sampai jumlah sampel terpenuhi
dibawah bimbingan lagsung dua supervisor penelitian saya yaitu Prof. Dr. R.
Haryono Roeshadi, Sp. OG (K) dan dr. Christoffel L. Tobing, Sp. OG (K).
Penelitian ini akan dimulai dengan menanyakan kesediaan ibu untuk
mengikuti penelitian ini. Apabila ibu setuju dan memenuhi kriteria penerimaan,
ibu
akan menjalani pemeriksaan secara umum meliputi keadaan umum, tanda-tanda
vital, pemeriksaan obstetrik yang lengkap meliputi pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam dan dilakukan penilaian skor pelvik serta pemeriksaan
laboratorium. Kemudian ibu akan diberikan misoprostol tablet 50 g
intravaginal
ataupun dilakukan pemasangan kateter foley no.18 intraservikal sesuai dengan
nomor random yang telah ibu pilih sebelumnya.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Setelah 6 jam kemudian akan diulang kembali pemeriksaan dalam terhadap
ibu untuk menilai ulang skor pelvik dan setelah itu akan diberikan obat kepada
ibu
melalui infus agar dapat timbul kontraksi dari rahim, apabila telah habis
cairan
infus yang pertama dan ibu belum melahirkan akan diberikan cairan infus yang
kedua.
Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mempemudah pematangan serviks sehingga mempercepat proses persalinan
normal, memperbesar angka keberhasilan proses persalinan normal dan menekan
biaya proses persalinan.
Resiko dari dilakukannya penelitian ini adalah dapat timbulnya efek
samping dari obat antara lain mual, muntah, diare, nyeri perut, demam, dan
menggigil. Selain efek samping tersebut dapat juga timbul resiko kontraksi
rahim
yang berlebihan, kegagalan dari induksi persalinan yang memerlukan tindakan
seksio sesarea, gangguan kontraksi rahim pada ibu setelah melahirkan yang
dapat menimbulkan perdarahan khususnya pada ibu dengan riwayat anak banyak
dan resiko infeksi pada pemakaian kateter foley.
Semua hasil pemeriksaan dan data yang ibu berikan saat pemeriksaan
maupun proses wawancara akan saya jamin kerahasiaannya. Biaya penelitian
tidak dibebankan kepada ibu dan ibu dapat mengundurkan diri kapan saja.
Demikianlah penjelasan saya mengenai penelitian ini, sekali lagi saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kesediaan ibu
berpartisipasi dalam penelitian ini. Bila ibu mempunyai sesuatu yang ingin

ditanyakan, ibu dapat menhubungi saya dr. Eka Purnama Dewi R kapan saja pada
alamat atau nomor telepon yang tertera di bawah ini.
Hormat saya,
Dr. Eka Purnama Dewi R
Catatan :
Dr. Eka Purnama Dewi R, Jl. Sosro no. 98 Bandar Selamat Medan, telp : 061

77865949/ HP. 08126387130.


RSUP H. Adam Malik Medan dan RSUD dr. Pirngadi Medan
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN SETELAH PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
Umur

:
:

Kepada saya telah diberikan penjelasan mengenai prosedur, manfaat dan resiko
penelitian yang berjudul :
Perbandingan Efektifitas antara Misoprostol dengan Kateter Foley untuk
Pematangan Serviks dalam rangka Induksi Persalinan.
dan saya telah memahaminya.
Maka dengan sadar saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian secara
sukarela. Biaya penelitian tidak dibebankan kepada saya dan saya dapat
mengundurkan diri kapan saja.

Medan, ..................................2007
Yang memberi persetujuan,

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Lampiran 3
FORMULIR DATA SUBJEK PENELITIAN

Identitas pasien
Masuk RSHAM/RSPM jam : ,tanggal/bulan/tahun :
MR
:
Nama peserta :
Nama suami :
Usia
:
Usia :
Pekerjaan
:
Pekerjaan :
Pendidikan
:
Pendidikan :
Suku
:
Suku :
Alamat
:
Telp
:
Paritas
:
HPHT
:
TTP
:
Usia kehamilan :
Status Present :
Sens :
Anemis :
Tek. Darah :
Ikterus :
Nadi :
Dispnoe :
RR :
Cyanose :
Temp :
Oedema :
Status Lokalisata
Kepala :
Leher :
Thorax :
Status Obstetri
Abdomen : TFU :
Tegang :
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Terbawah : , turunnya :
DJJ : , Gerak :
His :
EBW :
Pemeriksaan Dalam :
VT :
Skor pelvik sebelum pematangan serviks :
S K O R 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1 2 3 4 5 6
Pendataran serviks 0 30% 40 50% 60 70% > 80%
Penurunan kepala diukur dari
bidang Hodge III (cm)
-3 -2 -1.0 +1 +2 +3
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Sakral Axial Anterior
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium :

2. Hasil USG

Diagnosa

Indikasi terminasi kehamilan :


Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008
Waktu dimulainya pematangan serviks :

Skor pelvik setelah pematangan serviks :


S K O R 0 1 2 3
Pembukaan serviks 0 1 2 3 4 5 6
Pendataran serviks 0 30% 40 50% 60 70% > 80%
Penurunan kepala diukur dari
bidang Hodge III (cm)
-3 -2 -1.0 +1 +2 +3
Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak
Posisi serviks Sakral Axial Anterior
Waktu dimulainya induksi persalinan :
Metode persalinan :

,jam

Jika metode persalinan EV atau SC sebutkan alasannya :


Luaran Bayi
Berat badan :
AS menit 1/5 :
Mekonium stain :
Perawatan NICU :
Komplikasi
Pada ibu :

Pada bayi :
Lampiran 4
Pematangan serviks
No Nama MR Usia (thn) Paritas Pendidikan
Usia
kehamilan Cara Skor pelvik

sebelum
Skor pelvik
sesudah
Indikasi terminasi
kehamilan
1 Mahniar 344866 24 G1P0A0 SMA Pd 7 hr misoprostol 2 7 Pd 7 hr
2 Sri W.S 342061 20 G1P0A0 SMP Pd 10 hr misoprostol 2 7 Pd 10 hari
3 Marlina H 583274 25 G2P1A0 SMP 21 mgg misoprostol 1 6 Oligohidramnion
4 Dedek E.R 344892 25 G2P1A0 SMA 32-34 mgg misoprostol 3 3 PEB+KJDK
5 Juliarni Srg 341251 23 G1P0A0 SMA Pd 11 hari misoprostol 3 6 Pd 11 hari
6 Sakdiah 123797 27 G3P2A0 SD Pd 14 hari misoprostol 2 6 Pd 14 hari
7 Rosmin S 335569 27 G2P1A0 SMP 38-40 mgg misoprsotol 1 6 PE Ringan
8 Sri Yuliastina 341308 21 G1P0A0 SMA Pd 16 hari misoprsotol 2 6 Pd 16 hari
9 Yusritawati 341364 29 G3P1A1 SMA Pd 7 hari misoprostol 1 6 Pd 7 hari
10 Juliarni Nst 341130 33 G6P4A1 SMA 24-26 mgg misoprostol 2 7 KJDK
11 Winda S.Trg 579702 21 G1P0A0 SMA Pd 7 hari misoprostol 2 7 Pd 7 hari
12 Marliani 339277 36 G3P2A0 SMA Pd 11 hari misoprostol 2 7 Pd 11 hr
13 Arlina 578220 34 G1P0A0 SD 20-22 mgg misoprostol 2 2 KJDK
14 Elisa 568702 31 G2P1A0 SD 28-30 mgg misoprostol 2 6 PEB
15 Ima Susanti 563881 32 G1P0A0 SD Pd 18 hari misoprsotol 2 6 PEB
16 Romauli N 576835 35 G7P6A0 SMA Pd 10 hr k. foley 2 6 Pd 10 hari
17 Rinawaty 578849 23 G1P0A0 SMA Pd 8 hari k. foley 3 6 Pd 8 hari
18 Habibah 345913 34 G4P1A2 SMP 24-26 mgg k. foley 2 2 KJDK
19 Asna Dora 576861 36 G3P2A0 SMA Pd 17 hari k. foley 2 6 Pd 17 hari
20 Normah Lbs 576937 22 G1P0A0 SMP Pd 10 hari k. foley 2 4 Pd 10 hari
21 Sunarsih 575417 32 G1P0A0 SMA Pd 15 hari k. foley 2 4 Pd 15 hari
22 Sumiyem 575366 37 G6P4A1 SD 24-26 mgg k. foley 2 2 PEB
23 Suci H. Fau 573589 29 G6P4A1 SD 34-36 mgg k. foley 2 4 PEB
24 Riani 570933 45 G7P6A0 SMP 38-40 mgg k. foley 3 4 PEB
25 Nelma Gtg 579395 31 G5P4A0 SMA 34-36 mgg k. foley 2 4 KJDK
26 Sri Wahyuni 566984 28 G3P2A0 SMP 36-38 mgg k. foley 2 3 PEB
27 Yetty 567733 33 G4P3A0 SMA 34-36 mgg k. foley 1 4 KJDK
28 Nurhidayah 565904 23 G1P0A0 SD Pd 5 hari k. foley 1 4 Super imposed PE
29 Marlina N 558843 23 G1P0A0 SMA Pd 10 hari k. foley 1 2 Post date
30 Juminah 559064 31 G4P3A0 SMP 38-40 mgg k. foley 2 6 KJDK
Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan
Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks..., 2008
USU e-Repository 2008

No Metode
persalinan
Indikasi SC
atau EV
Lama waktu induksi
sampai persalinan
Bbbayi
(gram)
AS menit
1/5
Mekonium
stain
Abnormalitas
DJJ
1 PSP - 6 jam 3300 8/9 - 2 PSP - 7 jam 3100 8/9 - -

3 PSP - 4 jam 500 3/1 - 4 SC Gagal induksi* - 1000 0 - 5 PSP - 10 jam 3190 8/9 - 6 PSP - 7 jam 3260 8/9 - 7 PSP - 10 jam 3100 8/9 - 8 PSP - 7 jam 3400 8/9 - 9 PSP - 5 jam 3900 8/9 - 10 PSP - 4 jam 1200 0 - 11 PSP - 6 jam 3600 8/9 - 12 PSP - 4 jam 3900 8/9 - 13 PSP - 8 jam 580 0 - 14 SC Gagal induksi* - 1100 5/6 - 15 SC Gagal induksi* - 3000 8/9 - 16 PSP - 6 jam 3900 8/9 - 17 PSP - 7 jam 3200 8/9 - 18 PSP - 10 jam 750 0 - 19 PSP - 9 jam 3200 8/9 - 20 SC Gagal induksi* - 3000 8/9 - 21 SC Gagal induksi* - 3100 8/9 - 22 SC Gagal induksi* - 700 2/6 - 23 SC Gagal induksi* - 2400 7/8 - 24 SC Gagal induksi* - 3800 8/9 - 25 PSP - 8 jam 2900 0 - 26 SC Gagal induksi* - 2500 6/9 - 27 PSP - 7 jam 650 0 - 28 SC Gagal induksi* - 3800 8/9 - 29 SC Gagal induksi* - 3800 8/9 - 30 PSP - 8 jam 3000 0 - * : Induksi persalinan dikatakan gagal karena setelah pemberian oksitosin 10
IU per drips
sebanyak 2 fls belum terjadi persalinan sehingga waktu dimulainya induksi
persalinan tidak
dimasukkan ke dalam tabel.

Eka Purnama Dewi R : Perbandingan Efektivitas Antara Misoprostol Dengan


Kateter Foley Untuk Pematangan Serviks...,
2008
USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai