LP Cva
LP Cva
LP Cva
Manifestasi Klinis
karotid
Cerebral
tengah
vertebrobasilar
ataksia
Keterangan:
Hemiparesis : paralisis/kelumpuhan otot pada salah satu sisi tubuh
D. Patofisiologi
E.
Pemeriksaan Penunjang
Berikut adalah beberapa pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk
menentukan status stroke (CVA) (Smeltzer and Barre, 2010; Williams and Hopkins,
2003):
1. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara apesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur.
Arteriogram
2. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya jaringan otak
yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti. CT scan merupakan pemeriksaan
paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama setelah perdarahan. CT-scan
dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai stabilitas.
- CT-scan
: dapat mengetahui ukuran dan lokasi arteri yang mengalami
hemoragik.
3. Pungsi lumbal
Tekanan yang meningkat dan di sertai dengan bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya haemoragia pada sub arachnoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta
besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
5. USG Dopler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
6. EEG(elektro enchepalografi)
Melihat masalah yang timbul dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya
impuls listrik dalam jaringan otak.
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2.Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3.Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien
harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
Penatalaksanaan Medis
Terapi farmakologis
a)
Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan
klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif,
tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.
(Marilynn E. Doenges et al, 1998)
(a)
Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
(b)
Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi.
(c)
Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000) Sedangkan stroke
infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat atau bangun pagi, kadang nyeri
copula, tidak kejang dan tidak muntah, kesadaran masih baik.
(d)
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D.
Ignativicius, 1995)
(e)
Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus. (Hendro Susilo, 2000)
(f)
Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor
biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
(Harsono, 1996)
(g)
Pola-pola fungsi kesehatan
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut,
kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia
ditandai dengan kesulitan menelan, obesitas (Doengoes, 2000: 291)
Pola eliminasi
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti
inkontinensia urine, anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder
(h)
berlebih), bising usus negatif (ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi
konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.(Doengoes, 1998 dan Doengoes,
2000: 290)
Pola aktivitas dan latihan
Gejala menunjukkan danya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot (flaksid, spastis),
paralitik (hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan,
gangguan tingkat kesadaran (Doengoes, 1998, 2000: 290)
Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang
sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses
berpikir.
Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan tanda
emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira, kesulian
mengekspresikan diri (Doengoes, 2000: 290)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E.
Doenges, 2000)
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang
tidak bisa bicara
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek GM, Butcher HW, Dochterman JM. 2008. Nursing Intervention Classification
(NIC) ed5. St Louis: Mosby Elsevier.
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi ed 3. Jakarta: EGC.
Davey, P. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Herdman H. 2012. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and
Classifications 2012-2014. Oxford: Wiley Blacwell.
Mitchell, et al. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit ed.7. Jakarta: EGC.
Morrhead S, Johnson M, Maas ML, Swanson E. 2008. Nursing Outcomes Classification
(NOC) ed4. St Louis: Mosby Elsevier.
Smeltzer, S., and Barre, B. 2010. Medical Surgical Nursing. Philadelphia : Davis Comp.
Williams, SH., Hopper. 2003. Understanding Medical Surgical Nursing. Philadelphia:
Davis Comp.
Saraf-saraf Kranial
Mengkaji Refleks
1. Reflex bisep
Reflex bisep ditimbulkan melalui memberikan pukulan refleks pada siku yang
difleksikan seperti pada gambar. Pemeriksa memegangsiku bagian bawah dengan satu
tangan, kemudian menaruh ibu jari melawan tendon klien dan memukulkan refleks
hammer pada area bisep. Respon normal adalah klien akan memfleksikan sikunya dan
bisep berkontraksi.
2. Reflex trisep
Refleks dilakukan dengan cara memfleksikan lengan klien pada siku dan diposisikan
di depan dada. Pemeriksa memegang lengan pasien dan mengidentifikasi tendon
trisep dengan mempalpasi 2,5-5 cm di atas siku. Pukulan langsung pada siku secara
normal dapat menghasilkan kontraksi otot trisep dan ekstensi siku.
3. Reflex brakioradialis
Lengan atas klien diletakkan pada pangkuan abdomen, dan dilakukan pukulan lembut
menggunakan refleks hammer 2.5-5 cm di atas pergelangan tangan. Respon normal
akan menghasilkan fleksi pada pergelangan tangan dan supinasi lengan atas.
4. Reflex patella
Reflex patella dikaji dengan memukulkan tendon patellar di bawah patella. Klien bisa
duduk atau berbaring. Jika klien berbaring, pemeriksa memegang kaki agar kaki klien
relaksasi. Kontraksi otot kuadriseps dan ekstensi tungkai adalah normal respon yang
dihasilkan.
5. Reflex ankle
To elicit an ankle (Achilles) reflex, the foot is dorsiflexed at theankle and the hammer
strikes the stretched Achilles tendon (seeFig. 60-15D). This reflex normally produces
plantar flexion. Ifthe examiner cannot elicit the ankle reflex and suspects that
thepatient cannot relax, the patient is instructed to kneel on a chairor similar elevated,
flat surface. This position places the anklesin dorsiflexion and reduces any muscle
tension in the gastrocnemius.The Achilles tendons are struck in turn, and plantar
flexion
is usually demonstrated.
6. Klonus
When reflexes are very hyperactive, a phenomenon called clonusmay be elicited. If the foot
is abruptly dorsiflexed, it may continueto beat two or three times before it settles into a
position of rest.Occasionally with central nervous system disease this activity persistsand the
foot does not come to rest while the tendon is beingstretched but persists in repetitive activity.
The unsustained clonusassociated with normal but hyperactive reflexes is not
consideredpathologic. Sustained clonus always indicates the presence of centralnervous
system disease and requires further evaluation.
7. Reflex Babinski
A well-known reflex indicative of central nervous system diseaseaffecting the corticospinal
tract is the Babinski reflex. In someonewith an intact central nervous system, if the lateral
aspect ofthe sole of the foot is stroked, the toes contract and are drawn together(see Fig. 6015E ). In patients who have central nervoussystem disease of the motor system, however, the
toes fan out andare drawn back. This is normal in newborns but represents a
seriousabnormality in adults. Several other reflexes convey similarinformation. Many of them
are interesting but not particularlyinformative.