Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan

Persalinan Kala III


Disusun Oleh Kelompok 6 :
Pila Putri Diva (18112196)
Ranika Putri (18112198)
Refni Yossi (18112199)
Pengertian Persalinan Kala III

 Persalinankala tiga adalah setelah lahirnya bayi dan berakhir


dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
 Persalinan kala III tersebut juga disebut sebagai kala uri atau
kala pengeluaran plasenta dan juga merupakan kelanjutan
dari persalinan kala satu (kala pembukaan) dan persalinan
kala dua (kala pengeluaran). Dengan demikian, berbagai
aspek akan dihadapi pada kala tiga, sangat berkaitan pada
tahap-tahap sebelumnya.
Etiologi Persalinan Kala III

Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah


kontraksi uterus (spontan atau dengan stimulus) setelah kala II
selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput
ketuban, yang terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan
plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan metode
ekspulsi plasenta.
Dalam persalinan kala III normal di bagi 4 fase yaitu :
1. Fase laten
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat plasenta, namun
dinding tempat plasenta melekat masih tipis.
2. Fase kontraksi
Ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat melekat plasenta (dari 1cm
menjadi > 2cm).
3. Fase pelepasan plasenta
Fase plasenta menyempurnakan pemisahan dari dinding uterus dan lepas.
Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif
dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta.
4. Fase pengeluaran
Dimana plasenta banyak meluncur. Saat plasenta bergerak turun, daerah
pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah darah kecil berkumpul didalam
rongga rahim. Menunjukkan pelepasan plasenta merupakan akibat bukan sebab.
Manifestasi Klinis

Tanda-tanda klinis dari plasenta yaitu :


1. Semburan darah
2. Pemanjangan tali pusat
3. Perubahan bentuk uterus, dari diksoid menjadi bentuk
bundar (globular)
4. Perubahan dalam posisi uterus, uterus naik di dalam
abdomen
Gejala klinis umum yang terjadi ialah
kehilangan darah dalam jumlah banyak 500
cc, nadi lemah, pucat, haus, pusing, gelisah,
letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.
Fisiologi Persalinan Kala III
Pada kala III, otot uterus (myometrium) berkontraksi mengikuti
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran perlekatan tempat
plasenta.
Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta terlipat, menebal dan
kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau
kedalam vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi
yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri, tempat
implantasi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat
implantasinya.
Cara-cara pelepasan plasenta :
1. Metode Ekspulsi Schultze
Pelepasan ini dapat dimulai dari tengah (sentral) atau dari pinggir
plasenta. Ditandai oleh makin panjang keluarnya tali pusat dari vagina
(tanda ini dikemukaka oleh Ahfled) tanpa adanya perdarahan pada vagina.
Lebih besar kemungkinannya terjadi pada plasenta yang melekat di
fundus.
2. Metode Ekspulsi Matthew-Duncan
Ditandai oleh adanya perdarahan dari vagina apabila plasenta mulai
terlepas. Umumnya perdarahan tidak melebihi 400ml. Bila lebih, hal ini
disebut patologik. Lebih besar kemungkinan pada implantasi lateral.
Apabila plasenta lahir, umumnya otot-otot uterus segera berkontraksi,
pembuluh-pembuluh darah akan terjepit, dan perdarahan segera berhenti.
Pada keadaan normal akan lahir spontan dalam waktu lebih kurang 6
menit setelah anak lahir lengkap.
Beberapa prasat untuk mengetahui apakah plasenta lepas dari tempat
implantasinya :
1. Prasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan
daerah diatas simfisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau tidak masuk kembali dalam
vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan
secara hati-hati. Apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan
dapat terjadi.
2. Prasat Strassmann
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-
ngetok fundus uteri. Bila getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.
3. Prasat Klein
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun kebawah. Bila
pengedanannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali kedalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus.
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Penatalaksanaan Persalinan Kala III

Atonia uteri terjadi di uterus tidak berkontraksi atau


tidak berkontraksi secara terkoordinasi di ujung
pembuluh darah di tempat implantasi plasenta tidak
dapat dihentikan sehingga perdarahan menjadi tidak
terkendali.
Beberapa faktor menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan :
1. Jumlah air ketuban yang berlebihan (pohidramnion).
2. Kehamilan GEMELLI / kembar.
3. Janin besar (makrosomia).
4. Kala satu dan dua persalinan yang memanjang.
5. Persalinan cepat.
6. Persalinan yang diinduksi / dipercepat dengan oksitosi (augmentasi).
7. Infeksi intrapartum.
8. Multiparitas tinggi / grande multipara.
9. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
PE / E.
Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat
mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi
kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan
kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca
persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri
dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan
melakukan manajemen aktif kala tiga.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III :
1. Kala III persalinan yang lebih singkat.
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah.
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta.
Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama :
1. Pemberian suntikan oksitoksin
2. Penegangan tali pusat terkendali
3. Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri
Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif
persalinan.
Tujuan utama penggunanan partograf:
1. Mencatat hasil observasi dan menilai kemajuan persalinan
2. Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal atau terdapat
penyimpangan, dengan demikian dapat melakukan deteksi
dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
Parograf harus digunakan:
1. Untuk semua ibu dalam kala I fase aktif (fase laten tidak dicatat di partograf tetapi di
tempat terpisah seperti di KMS ibu hamil atau rekam medik)
2. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (spesialis obgyn, bidan, dokter umum,
residen swasta, rumah sakit, dll)
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran.
Kondisi ibu dan bayi yang dicatat dalam partograf:
4. DJJ tiap 30 menit
5. Frekuensi dan durasi kontraksi tiap 30 menit
6. Nadi tiap 30 menit
7. Pembukaan serviks tiap 4 jam
8. Penurunan bagian terbawah janin tiap 4 jam
9. Tekanan darah dan temperatur tubuh tiap 4 jam
10. Urin, aseton dan protein tiap 2-4 jam.
Partograf tidak boleh dipergunakan pada kasus:
1. Wanita pendek, tinggi kurang dari 145 cm
2. Perdarahan antepartum
3. Preeklamsi – eklamsi
4. Persalinan premature
5. Bekas sectio sesarea
6. Kehamilan ganda
7. Kelainan letak janin
8. Fetal distress
9. Dugaan distosia karena panggul sempit
10. Kehamilan dengan hidramnion
11. Ketuban pecah dini
12. Persalinan dengan induksi
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Dasar :
 Aktivitas / istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
 Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali ketingkat normal dengan cepat. Hipotensi dapat
terjadi sebagai respon terhadap analgesic dan anastesi. Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah
jantung.
 Makanan / cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml.
 Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki atau menggigil.
 Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan atau laserasi. Perluasan episiotomy atau laserasi
jalan lahir mungkin ada.
 Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari endometrium, biasanya dalam 1 sampai lima menit
setelah melahirkan bayi. Tali pusat memenjang pada muara vagina. Uterus berubah dari diskoit menjadi globulat dan
meninggikan abdomen.
2. Prioritas Keperawatan
 Meningkatkan kontraktilitas
 Mempertahankan volume cairan sirkulasi
 Meningkatkan keamanan maternal dari bayi baru lahir
 Mendukung interaksi orangtua dan bayi.
3. Diagnosa Keperawatan
 Risiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kurangnya intake, muntah,
dan diaphoresis.
 Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan,
respon fisiologis melahirkan.
 Risiko tinggi terhadap cedera maternal
berhubungan dengan posisi selama melahirkan,
kesulitan pelepasan plasenta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai