mutu atau nilai biologi tertinggi. Namun protein kacang-kacangan terbatas dalam asam
amino metionin (Surbakti, 2010).
Protein mempunyai beberapa fungsi, lima diantaranya ialah sebagai
biokatalisator (enzim), protein cadangan, biomol petranspor bahan, struktur dan
protektif. Tetapi pada umumnya protein dikenal sebagai bagian dari makanan yang
digunakan sebagai pengganti jaringan sel. Protein dapat diklasifikasikan atas dasar
beberapa kriteria misalnya: fungsinya, kelarutan, konformasi dan lain sebagainya. Atas
dasar fungsi protein dibagi menjadi golongan: enzim, protein cadangan, protein
transport, protein kontraktil, toxin, hormone dan structural. Atas dasar kelarutannya
dalam zat pelarut tertentu maka diprotein dibagi menjadi : 1) Albumin, 2) Globulin, 3)
Prolamin, 4) Glutelin (Martoharsono, 2012 :40).
Protein dapat dipilah berdasarkan jenis asam amino yang dikandungnya. Protein
essensial mengandung semua asam amino essensial dalam jumlah yang lengkap. Ada 8
jenis asam amino essensial yang harus ada dalam makanan kita untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan dan penggantian jaringan rusak diantaranya adalah, fenil
alanin, valin, triptofan,leusin dan lainnya. Ada 8 pula kategori fungsi protein yang terdiri
atas (1) membangun jaringan tubuh yang baru (2) memperbaiki jaringan tubuh (3)
menghasilkan senyawa essensial (4) menghasilkan energi dan masih banyak lainnya
(Hartono, 2006 : 33).
Protein merupakan salah satu kelompok makronutrien yang berperan penting
dalam pembentukan biomolekul sebagai sumber energi. Strukturnya yang mengandung
N, di samping C, H, O, S dan kadang kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks
dengan protein). Protein dalam bahan makanan sangat penting dalam proses kehidupan
organisme seperti hewan dan manusia. Pada organisme yang sedang tumbuh, protein
sangat penting dalam pembentukan sel-sel baru. Oleh sebab itu apabila organisme
kekurangan protein dalam bahan makanan maka organisme tersebut akan mengalami
hambatan pertumbuhan ataupun dalam proses biokimiawinya. Pentingnya protein dalam
jaringan hewan dapat ditunjukkan oleh kadarnya yang tinggi yaitu antara 80 90% dari
seluruh bahan organik yang ada dalam jaringan hewan (Maharani, 2010).
Sebuah protein adalah makromolekul polimer terbuat dari blok bangunan asam
amino diatur dalam rantai linear dan bergabung bersama oleh ikatan peptida. Struktur
primer biasanya diwakili oleh urutan huruf, lebih 20 huruf alfabet terkait dengan 20 asam
amino alami. Protein adalah blok bangunan utama dan molekul fungsional sel,
mengambil hampir 20% dari berat sel eukariotik ini, kontribusi terbesar setelah air (70%).
Prediksi struktur protein adalah salah satu masalah yang paling penting dalam biologi
komputasi modern. Oleh karena itu menjadi semakin penting untuk memprediksi struktur
protein dari urutan asam amino, dengan menggunakan wawasan yang diperoleh dari
struktur yang sudah dikenal. Struktur sekunder ditentukan oleh urutan pengelompokkan
masing-masing asam amino ke dalam elemen struktur sekunder yang sesuai (misalnya
alpha, beta, atau gamma) (Mandle,dkk, 2012).
Protein adalah zat mengandung nitrogen yang dibentuk oleh asam amino. Mereka
melayani sebagai komponen utama struktural dari otot dan jaringan lain di tubuh. Selain
itu, mereka digunakan untuk menghasilkan hormon, enzim dan hemoglobin. Protein bisa
juga dapat digunakan sebagai energy namun, mereka bukan pilihan utama sebagai
sumber energi. Bagi protein yang digunakan oleh tubuh mereka harus dimetabolisme
dalam bentuk yang paling sederhana, asam amino. Ada 20 asam amino telah
diidentifikasi yang diperlukan untuk pertumbuhan manusia dan metabolisme. Dua belas
asam amino ini (sebelas pada anak-anak) yang disebut yang non essential, yang berarti
bahwa mereka dapat disintesis oleh tubuh kita dan tidak perlu dikonsumsi dalam diet
(Hoffman, 2004).
Kuantisasi kandungan protein itu penting dan memiliki banyak aplikasi dalam
klinis praktek laboratorium dan penelitian khususnya di bidang biokimia. Akurat
kuantisasi kandungan protein merupakan langkah penting dalam analisis protein. Metode
spektroskopi adalah cara yang paling umum untuk menduga jumlah konsentrasi protein.
UV-Vis Spektroskopi pada umumnya digunakan untuk analisis kuantitatif dalam kimia
dan salah satu dari berbagai aplikasi dalam tes protein. Metode klasik seperti tes biuret,
tes Bradford, uji Spektrofotometri pada 280 nm, tes Smith, dan uji Lowry adalah
beberapa teknik yang paling umum digunakan dalam kuantisasi protein (Janairo,dkk,
2011).
d. Pipet tetes
e. Pipet volume 1 mL
f. Pipet volume 2 mL
g. Rak tabung reaksi
h. Rubber bulb
i. Spektrofotometer UV-Vis
j. Tabung falcon
k. Tabung reaksi
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O)(l)
b. Es batu(s)
c. Pereaksi biuret (CuSO4 : NaOH = 1:10)
d. Sampel protein
e. Standar protein
D. SKEMA KERJA
1. Preparasi Larutan Standar 0,0625; 0,125; 0,25; dan 0,5 mg/mL
5 mL larutan standar protein 0,5 mg/mL
Ditambah 1 mL CuSO4 1%
Ditambah 1 mL NaOH 10%
Ditambah 1 mL aquades
Hasil
Diambil 2 mL larutan campuran
Dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL
Diencerkan sampai tanda batas
Diulangi langkah di atas untuk larutan standar 1, 2, dan 4 mg/mL
Hasil
Ditambah 1 mL CuSO4 1%
Ditambah 1 mL NaOH 10%
Ditambah 1 mL aquades
Hasil
Hasil
Dimasukkan 1 mL CuSO4 1%
Ditambah 1 mL NaOH 10%
Ditambah 1 mL aquades
Hasil
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Menentukan Panjang Gelombang Maksimum
No
1
2
3
4
5
6
Absorbansi (A)
0,717
0,710
0,716
0,705
0,737
0,733
Konsentrasi Larutan
Panjang Gelombang
Absorbansi
Standar (mg/mL)
0,0625
0,125
0,25
0,5
(nm)
(A)
0,375
0,608
0,611
0,737
540
Sampel
A
Absorbansi (A)
0,531
F. ANALISIS DATA
1. Persamaan Reaksi
atau
Absorbansi (A)
0,717
0,710
0,716
0,705
0,737
0,733
0.74
0.73
0.72
Absorbansi (A)
0.71
0.7
0.69
0.68
515
520
525
530
535
540
545
550
3.
Kurva Standar
No
Absorbansi(A)
0,0625
0,375
0,125
0,608
0,25
0,611
0,5
0,737
0.8
f(x) = 1.87x
R = 0.81
0.7
0.6
0.5
Absorbansi (A)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
Konsentrasi (mg/mL)
4.
= 1,869x
y
1,869
0,531
1,869
= 0,2841 mg/mL
Jadi, konsentrasi sampel protein A setelah diencerkan adalah 0,2841 mg/mL.
G. PEMBAHASAN
Kata protein berasal dari kata protos atau proteos yang berarti pertama atau
utama. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang
terdapat pada makanan berfungsi untuk zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan
tubuh. Kita memperoleh protein dari makanan yang berasal dari hewan atau tumbuhan.
Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan protein yang berasal
dari tumbuhan disebut protein nabati. Beberapa makanan sumber protein ialah daging,
telur, susu, ikan, beras, kacang, kedelai, gandum, jagung, dan buah-buahan. Tumbuhan
membentuk protein dari CO2, H2O, dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan
tumbuhan mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Di samping digunakan
untuk pembentukan sel-sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber energi
apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Protein adalah suatu polipeptida
yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu
juta. Di samping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang
berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar
larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu protein yang tidak larut dalam air dan
tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang terdapat dalam bagian putih telur mudah
larut dalam air dan mudah bereaksi (Poedjiadi, 2012 : 81).
Praktikum uji kuantitatif protein ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi
protein dengan menggunakan metode biuret. Prinsip kerja penentuan kadar protein
dengan metode biuret adalah menganalisa adanya ikatan peptida dengan cara
menambahkan reagen biuret ke dalam sampel yang kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer. Reaksi biuret merupakan reaksi warna yang umum
untuk gugus peptide dan protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna
ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu 2+ dan N dari molekul ikatan
peptida. Uji biuret ini digunakan untuk menunjukan adanya senyawa protein. Langkah
pengujian yang dapat dilakukan adalah larutan sampel yang diduga mengandung protein
ditetesi dengan larutan NaOH kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer.
Apabila larutan berubah menjadi warna ungu maka larutan tersebut mengandung
protein. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung gugus
amida asam (-CONH2) yang berada bersama gugus amida asam yang lain atau gugus
yang lain seperti : -CSNH2, -C(NH)NH2, -CH2NH2, -CRHNH2, -CHOHCH2NH2,
-CHOHCH2NH2, -CHNH2CH2OH, -CHNH2CHOH. Dengan demikian uji Biuret tidak
hanya untuk protein tetapi zat lain seperti Biuret atau malonamida juga memberikan
reaksi positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah-violet atau biru-violet.
Pertama-tama dibuat larutan standar protein 0,0625 mg/mL, 0,125 mg/mL,
0,25 mg/mL, dan 0,5 mg/mL dengan menambahkan larutan induk protein 0,5 mg/mL, 1
mg/mL, 2 mg/mL, dan 4 mg/mL dengan 1 mL larutan CuSO4 1% ; 1 mL NaOH 10%
dan 1 mL aquades. Kemudian diambil 2 mL dan dieencerkan dalam labu takar 10 mL.
Proses pengenceran dilakukan untuk mengurangi konsentrasi larutan sehingga pada saat
pengukuran absorbansi didapatkan nilai yang tidak terlalu tinggi yang akan
mempengaruhi proses pembacaan absoebansi. Larutan standar adalah larutan yang
mendapat perlakuan sama dengan sampel dan mengandung komponen yang sama
dengan sampel yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan standar dibuat dengan
maksud untuk membuat kurva standar atau kurva kalibrasi sehingga nanti akan
diperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan standar tersebut. Larutan protein
yang telah dibuat memberikan warna biru muda. Semakin pekat warna menunjukkan
semakin banyak protein yang tekandung. Selanjutnya preparasi larutan sampel A.
Larutan sampel ditambahkan dengan CuSO4 1% dan NaOH 10% yang kemudian
dieencerkan dalam labu takar 10 mL. Preparasi larutan blangko dilakukan dengan
mencampurkan CuSO4 1%, NaOH 10% dan aquades. Larutan blangko ini dibuat dengan
tujuan untuk mengkalibrasi atau menstandarisasi spektrofotometer UV-Vis sehingga
didapatkan pengukuran yang akurat.
Kemudian praktikum dilanjutkan dengan mengukur panjang gelombang
maksimum dengan alat spektrofotometer UV-Vis. Prinsip kerja spektrofotometer uv-vis
mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui suatu
media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan
sebagian lagi akan dipancarkan. Sedangkan panjang gelombang maksimum adalah
panjang gelombang dimana suatu larutan zat uji memiliki serapan maksimum. Larutan
standar protein 0,5 mg/mL diukur absorbansinya pada panjang gelombang berbeda
(520-545 nm). Penggunaan larutan standar 0,5 mg/mL dikarenakan larutan tersebut
memiliki konsentrasi paling tinggi diantara larutan lainnya sehingga dapat memberikan
nilai absorbansi yang tinggi dan mendapatkan panjang gelombang maksimum.
Berdasarkan data yang didapat, absorbansi terbesar 0,737 terdapat pada panjang
gelombang 540 nm. Sehingga panjang gelombang maksimum yang digunakan sebesar
540 nm.
Selanjutnya dibuat kurva kalibrasi standar dengan cara mengukur larutan
standar 0,0625 mg/mL, 0,125 mg/mL, 0,25 mg/mL, dan 0,5 mg/mL dengan panjang
gelombang maksimum 540 nm. Pembuatan kurva kalibrasi ini berujuan untuk
mendapatkan kurva linear dan persamaan kurva linear tersebut dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi sampel dari protein. Pada pengukuran didapatkan data sebagai
berikut 0,375 ; 0,608 ; 0,611 dan 0,737. Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui
bahwa semakin tinggi konsentrasi semakin besar juga nilai absorban yang didapat. Hal
ini sesuai dengan hokum Lambert-Beer dimana konsentrasi berbanding lurus dengan
nilai absorbansi. Pada kurva kalibrasi didapatkan nilai y = 1,869x dengan R = -2,897.
Kemudian untuk menentukan konsentrasi protein dalam larutan sampel, larutan sampel
A diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 540 nm dan didapatkan nilai
absorbansi sebesar 0,531. Konsentrasi protein dapat ditentukan dengan persamaan y =
ax dimana x adalah konsentrasi protein yang dicari dan a merupakan nilai absorbansi
larutan sampel. Berdasarkan analisis data didapatkan konsentrasi protein dalam larutan
sampel sebesar 0,2841 mg/mL.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji
kuantitatif protein dapat menggunakan metode biuret. Dimana prinsip kerja dengan
metode biuret adalah menganalisa adanya ikatan peptida dengan cara menambahkan
reagen biuret ke dalam sampel yang kemudian diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer. Dalam menentukan konsentrasi protein dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan y = ax dimana nilai y didapat dari kurva kalibrasi, nilai a
merupakan nilai absorbansi larutan sampel dan nilai x merupakan konsentrasi yang
dicari. Berdasarkan analisis data, didapatkan konsentrasi protein dalam sampel sebesar
0,2841 mg/mL.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi, Diet dan Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hoffman, Jay R. dan Michael J. Falvo. 2004. Protein Which is Best?. USA : Journal of
Sports Science and Medicine.
Janairo, Gerardo, dkk. 2015. Determination of the Sensitivity Range of Biuret Test for
Undergraduate Biochemistry Experiments. Philippines: De La Salle University.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Maharani, Endang Triwahyuni dan Yusrin. 2010. Kadar protein Kista Artemia
Curah yang Dijual Petambak Kota Rembang dengan Variasi Suhu
Penyimpanan. Semarang : Prosiding Seminar Nasional UNIMUS.
Mandle, Anil Kumar, dkk. 2012. Protein Structure Prediction Using Support Vector
Machine. India : International Journal on Soft Computing.
Martoharsono, Soeharsono. 2012. Biokimia 1. Yogyakarta : UGM Press.
Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Surbakti, Sabar. 2010. Asupan Bahan Makanan dan Gizi Bagi Atlet Renang. Medan:
Universitas Negeri Medan.
Disusun Oleh
NAMA
NIM
UNIVERSITAS MATARAM
2016