Anda di halaman 1dari 4

Petunjuk Teknis Kalibrasi Jangka Sorong

A. Praba Drijarkara
ver. 0.1 14/06/2013

Pendahuluan

1.1

Tujuan dibuatnya Petunjuk Teknis Kalibrasi ini adalah untuk mengharmo niskan
pelaksanaan kalibrasi alat ukur jenis jangka sorong atau kaliper yang dilakukan oleh
laboratorium yang menerapkan sistem manajemen mutu laboratorium kalibrasi.
Metode kalibrasi yang diuraikan dalam Petunjuk ini didasarkan pada standar JIS B 7507.
Evaluasi ketidakpastian pengukuran mengacu kepada Metode ISO GUM yang diuraikan
dalam dokumen EA-4/02.

1.2

Lingkup

2.1
2.1.1
2.1.2
2.2

Petunjuk ini menguraikan prosedur kalibrasi jangka sorong, meliputi:


pengecekan kesejajaran rahang,
pemeriksaan kesalahan penunjukan jangka sorong.
Petunjuk ini juga menguraikan prosedur evaluasi ketidakpastian pengukuran yang terkait
dengan kalibrasi jangka sorong.

Definisi

3.1

Jangka sorong atau kaliper adalah alat ukur yang dapat mengukur jarak di antara kedua
muka ukurnya berdasarkan skala mistar dan skala bantu (vernier atau dial), dengan
menggeser eretan yang menyatu dengan rahang pengukur.

Komponen

4.1

Nama bagian-bagian utama jangka sorong diterangkan dalam Gambar 1.


Rahang untuk
pengukuran luar
Muka ukur untuk
pengukuran dalam

Mistar

Skala vernier
Eretan

Skala mistar

Bilah pengukur
kedalaman

Permukaan acuan

Rahang untuk
pengukuran luar
Muka ukur untuk
pengukuran luar

Gambar 1. Bagian-bagian utama jangka sorong jenis vernier

Prinsip Kalibrasi

5.1

Pengukuran kerataan dan kesejajaran muka ukur dilakukan secara visual sederhana.

Halaman 1 dari 4

Petunjuk Teknis Kalibrasi Kaliper v0.1

14-06-2013

5.2

Pengukuran kesalahan penunjukan jangka sorong dilakukan dengan perbandingan terhadap


seperangkat balok ukur (gauge block).

Persyaratan Kalibrasi

6.1

Kalibrasi dilakukan dalam suhu 20 C 1 C dan kelembaban relatif 55 % 10 %. Jika


suhu ruang pengukuran di luar rentang tersebut, kalibrasi dapat dilakukan asalkan pengaruh
suhu terhadap ketidakpastian pengukuran diperhitungkan dan dipastikan masih di bawah
batas toleransi.
Untuk pengukuran kesalahan penunjukan digunakan balok ukur Kelas 2 (ISO 3650) atau
yang setara, misalnya step gauge atau caliper checker.

6.2

Prosedur Kalibrasi

7.1

Pengukuran kerataan dan kesejajaran muka ukur pengukuran luar

7.1.1

Rapatkan kedua rahang pengukuran luar. Terawang celah di antara kedua rahang tersebut
dengan latar belakang lampu atau objek yang cukup terang. Jika tidak ada berkas cahaya
yang tampak di antara celah tersebut, kondisi rahang dan muka ukur dapat dianggap cukup
baik.

7.2

Pengukuran kesalahan penunjukan jangka sorong (pengukuran luar)

7.2.1

Letakkan balok ukur atau gabungan balok ukur di antara kedua muka ukur, lalu geser
rahang hingga muka ukur berhimpit dengan balok ukur. Nilai kesalahan penunjukan jangka
sorong adalah nilai penunjukan dikurangi panjang balok ukur.
Lakukan pengukuran pada Klausul 7.2.1 dengan beberapa ukuran balok ukur atau
gabungan balok ukur. Ukuran balok ukur atau gabungan balok ukur yang digunakan tidak
ditetapkan secara khusus dalam standar, sehingga dapat dipilih beberapa nilai di sepanjang
rentang ukur jangka sorong. Jika menggunakan caliper checker, umumnya ukuran yang
dipakai adalah 20 mm, 50 mm, kemudian setiap kelipatan 50 mm.
Pada setiap ukuran, lakukan pengukuran balok ukur sebanyak minimum tiga kali, dengan
posisi balok ukur (relatif terhadap rahang jangka sorong) bervariasi: di pangkal muka ukur,
pertengahan muka ukur, dan ujung muka ukur.
Untuk menentukan keberulangan (repeatability), lakukan pengukuran sebanyak sepuluh
kali pada salah satu titik ukur.

7.2.2

7.2.3

7.2.4

7.3

Pengukuran kesalahan penunjukan jangka sorong (pengukuran dalam)

7.3.1

Susun balok ukur atau gabungan balok ukur di antara dua jaw tipe rata menggunakan
penjepit balok ukur. Jika menggunakan caliper checker, gunakan fungsi pengukuran dalam.
Lihat Klausul 7.2.2 untuk menentukan panjang balok ukur yang digunakan.

Evaluasi Ketidakpastian Pengukuran

8.1

Model Matematis

8.1.1

Kesalahan penunjukan jangka sorong dihitung dengan model seperti pada Persamaan 1.

E= LL S L S SS L DL W LG L F

[1]

E : Kesalahan Penunjukan jangka sorong


L : Penunjukan jangka sorong
L S : Panjang nominal balok ukur ditambah nilai koreksi balok ukur
S

: Suhu rata-rata antar balok ukur dan jangka sorong

: Selisih koefisien muai antara jangka sorong dan balok ukur


Halaman 2 dari 4

Petunjuk Teknis Kalibrasi Kaliper v0.1

14-06-2013

: Koefisien muai thermal rata-rata antara balok ukur dan jangka sorong

: Selisih suhu antara jangka sorong dan balok ukur


L D : Drift nilai koreksi balok ukur
LW : Koreksi akibat wringing balok ukur
LG

: Koreksi akibat ketidaksempurnaan geometrik muka ukur jangka sorong

L F : Koreksi akibat variasi gaya yang diberikan oleh operator


8.1.2

Berdasarkan model matematis pada Persamaan 1, ketidakpastian baku gabungan dalam


nilai kesalahan penunjukan dapat dihitung dengan Persamaan 2.

u 2c E =u 2 Lu 2 L S L 2S2Su 2 L2S2Su2 u2 L D u 2 LW u2 LG u 2 L F
[2]

8.2

Evaluasi sumber-sumber ketidakpastian

8.2.1

Sumber-sumber ketidakpastian dalam Persamaan 2 dapat dievaluasi menurut panduan


dalam Tabel 1.
Tabel 1. Evaluasi Sumber-sumber ketidakpastian

Variabel

Estimasi nilai

L= L

Estimasi ketidakpastian
2

u L=u L repu2 L rnd


L : Rata-rata penunjukan jangka
s
u L rep = n
sorong dari pengukuran

berulang
uL rep : ketidakpastian dari sebaran nilai

pengukuran berulang
s : simpangan baku
n : banyaknya pengukuran pada titik ukur
yang dievaluasi
Pengukuran berulang untuk mengevaluasi sebaran nilai
dapat dilakukan pada salah satu titik ukur dan
sebaiknya dilakukan 10 kali pada titik tersebut.

u L rnd = a3

uL rnd : ketidakpastian akibat pembulatan pada

penunjukan jangka sorong


a : setengah dari nilai terkecil yang dapat
dibaca dari skala penunjukan jangka
sorong.
Pada jangka sorong dengan skala analog tanpa nonius,
nilai a bisa saja lebih kecil dari divisi skala terkecil
jangka sorong.

LS

L S=L SN L S
L SN : Nilai nominal balok ukur
L S : Nilai koreksi balok ukur

u2 L S x = u2 L Si
i

L S x : panjang balok ukur untuk mengukur

kesalahan penunjukan jangka sorong pada


titik ukur ke-x
i : banyaknya balok ukur yang digabungkan
untuk mendapatkan nilai nominal L S x

uL Si : ketidakpastian baku nilai koreksi tiap-tiap


balok ukur yang digunakan

uL S diestimasi dari nilai terbesar di antara nilainilai uL S x .

Halaman 3 dari 4

Petunjuk Teknis Kalibrasi Kaliper v0.1

14-06-2013

Variabel

Estimasi nilai

Estimasi ketidakpastian

S=T mikrometer T balok ukur /2


u S tidak perlu diestimasi karena koefisien
Nilai S dapat diestimasi dari rata-rata sensitivitasnya nol.
suhu ruang di titik pengukuran pada saat
pengukuran

=0 (diasumsikan bahwa jangka Dapat diestimasi dari


sorong dan balok ukur terbuat dari bahan u = 210 /C .
3

perkiraan,

misalnya

yang sama)

Nilai rata-rata koefisien muai bahan uS tidak perlu diestimasi karena koefisien
pembuat jangka sorong dan balok ukur.
sensitivitasnya nol.
Misalnya jika jangka sorong dan balok
ukur terbuat dari baja, S =11,5 x 10-6/
C

=0 (diasumsikan bahwa jangka Dapat diestimasi


sorong dan balok ukur telah dikondisikan u = 0,2 C
3
Jika ada riwayat kalibrasi,
dihitung dari regresi.
Jika tidak ada
riwayat
diasumsikan L D=0 .

perkiraan,

misalnya

cukup lama sehingga mempunyai suhu


yang sama)

LD

dari

L D dapat Jika L D dihitung dari riwayat kalibrasi, uL D

dapat dihitung dari ketidakpastian regresi pada grafik


kalibrasi, riwayat kalibrasi.
Jika tidak ada riwayat kalibrasi:
5LsY
u L D = 0,050,000
m m untuk balok ukur
3

Kelas 1, atau

25Ls Y
u L D = 0,020,000
m untuk
3

balok ukur Kelas 0.


LS : panjang nominal balok ukur dalam mm
Y : jangka waktu sejak kalibrasi balok ukur
terakhir dalam tahun

LW

LW =0

Dapat

diestimasi

2
u L W = k0,05
m
3

dari

perkiraan,

misalnya

k : banyaknya wringing atau sambungan


balok ukur

LG

LG =0

Dapat

LF

L F =0

Dapat

diestimasi

dari

perkiraan,

misalnya

dari

perkiraan,

misalnya

10

u LG = 3 m .
diestimasi
10

u L F = 3 m

Laporan Kalibrasi

9.1

Hasil pengukuran kesalahan penunjukan dapat ditampilkan sebagai nilai kesalahan


pengukuran, atau sebagai nilai koreksi penunjukan dengan tanda (+/-) yang berlawanan
dengan nilai kesalahan penunjukan.

10

Referensi

10.1
10.2
10.3

Japanese Standards Association, JIS B 7507 Vernier, dial and digital callipers, 1993
ISO, Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement, 1995
European Co-operation for Accreditation, EA-4/02 Expression of the Uncertainty of
Measurement in Calibration, 1999

[APD] [Petunjuk Teknis Kalibrasi Kaliper v0.1.odt] [16-01-2013 14:07]

Halaman 4 dari 4

Petunjuk Teknis Kalibrasi Kaliper v0.1

14-06-2013

Anda mungkin juga menyukai