Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bentonit
Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit dengan mineralmineral seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars, dan mineral lainnya. Montmorillonit
merupakan bagian dari kelompok smectit dengan komposisi kimia secara umum
(Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O. Nama monmorilonit itu sendiri berasal dari Perancis
pada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung yang terdapat di Monmorilon
Prancis yang dipublikasikan pada tahun 1853 1856 (www.dim.esdm.go.id).
Bentonit berbeda dari clay lainnya karena hampir seluruhnya (75%)
merupakan mineral monmorillonit. Mineral monmorillonit terdiri dari partikel yang
sangat kecil sehingga hanya dapat diketahui melalui studi mengunakan XRD (X-Ray
Difraction). Berdasarkan kandungan alumino silikat hidrat yang terdapat dalam
bentonit, maka bentonit tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan :
a. Activated clay, merupakan lempung yang mempunyai daya pemucatan yang
rendah.
b. Fullers earth, merupakan lempung yang secara alami mempunyai sifat daya
serap terhadap zat warna pada minyak, lemak, dan pelumas.
Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Na-bentonit
Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila
dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.
Dalam keadaan kering berwarna putih atau kream, pada keadaan basah dan

Universitas Sumatera Utara

terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Suspensi koloidal


mempunyai pH: 8,5-9,8.

2. Ca-bentonit
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, tetapi
secara alami setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik.
Suspensi koloidal mempunyai pH: 4-7. Dalam keadaan kering berwarna abuabu, biru, kuning, merah, coklat.
Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi, lampur bor,
sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi koloidal setelah bercampur
dengan air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap.
Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat
dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion,
sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan diharapkan menadi
peningkatan

sifat

reologi

dari

suspensi

mineral

tersebut

(http://www.tekmira.esdm.go.id/data/bentonit).

2.1.1 Proses Terjadinya Bentonit di Alam


Secara umum, asal mula terjadinya endapan bentonit ada 4, yaitu ;
1. Terjadi karena Proses Pelapukan Batuan
Faktor utama yang menyebabkan pelapukan batuan adalah komposisi kimiawi
mineral batuan induk, dan kelarutannya dalam air. Mineral-mineral utama
dalam pembentukan bentonit adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotit,
muskovit, serta sedikit kandungan senyawa alumina dan ferromagnesia. Secara
umum, faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan ini adalah iklim, jenis
batuan, relief, dan tumbuh-tumbuhan yang berada di atas bantuan tersebut.
Pembentukan bentonit sebagai hasil pelapukan batuan dapat juga
disebabkan oleh adanya reaksi antara ion-ion hidrogen yang terdapat di dalam

Universitas Sumatera Utara

air, dan di dalam tanah dengan persenyawaan silikat yang terdapat di dalam air
dan batuan.
2. Terjadi karena Proses Hidrotermal di Alam
Proses batuan mempengaruhi alternasi yang sangat lemah, sehingga mineralmineral yang kaya akan magnesium, seperti biotit cenderung membentuk
mineral klorit. Kehadiran unsur-unsur logam alkali dan alkali tanah (kecuali
kalium), mineral mika, ferromagnesia, feldspar, dan plagioklas pada umumnya
akan membentuk monmorilonit, terutama disebabkan karena adanya unsur
magnesium.
Larutan hidrotermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan
kandungan klorida, sulfur, karbon dioksida, dan silika. Larutan alkali ini
selanjutnya akan terbawa keluar dan bersifat basa, dan akan tetap bertahan
selama unsur alkali tanah tetap terbentuk sebagai akibat penguraian batuan asal
dan adanya unsur alakali tanah akan membentuk bentonit.
3. Terjadi karena Proses Transformasi
Proses transformasi (pengabuan) abu vulkanis yang mempunyai komposisi
gelas akan menjadi mineral lempung yang lebih sempurna, terutama pada
daerah danau, lautan, dan cekungan sedimentasi. Transformasi dari gunung
berapi yang sempurna akan terjadi apabila debu gunung berapi diendapkan
dalam cekungan seperti danau dan air. Bentonit yang terjadi akibat proses
transformasi pada umumnya bercampur dengan sedimen laut lainnya yang
berasal dari daratan, seperti batu pasir dan danau.
4. Terjadi karena Proses Pengendapan Batuan
Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan
sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen
yang bersifat basa, dimana unsur pembentuknya antara lain: kabonat, silika,
fosfat, dan unsur lainnya yang bersenyawa dengan unsur alumunium dan
magnesium (Supeno, M. 2009).

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Struktur Bentonit


Struktur monmorillonit memiliki konfigurasi 2:1 yang terdiri dari dua silikon oksida
tetrahedral dan satu alumunium oksida oktahedral. Pada tetrahedral, 4 atom oksigen
berikatan dengan atom silikon di ujung struktur. Empat ikatan silikon terkadang
disubtitusi oleh tiga ikatan alumunium. Pada oktahedral atom alumunium
berkoordinasi dengan enam atom oksigen atau gugus-gugus hidroksil yang berlokasi
pada ujung oktahedron. Al3+ dapat digantikan oleh Mg2+, Fe2+, Zn2+, Ni2+, Li+ dan
kation lainnya. Subtitusi isomorphous dari Al3+ untuk Si4+ pada tetrahedral dan Mg2+
atau Zn2+ untuk Al3+ pada oktahedral menghasilkan muatan negatif pada permukaan
clay, hal ini diimbangi dengan adsorpsi kation di lapisan interlayer.

Gambar 2.1 Struktur Bentonit (http//:www.tekmira.esdm.go.id/data/bentonit)


Adanya atom-atom yang terikat pada masing-masing lapisan struktur
montmorillonit memungkinkan air atau molekul lain masuk di antara unit lapisan.
Akibatnya kisi akan membesar pada arah vertikal. Selain itu karena adanya pergantian
atom Si oleh Al menyebabkan terjadinya penyebaran muatan negatif pada permukaan
bentonit. Bagian inilah yang disebut sisi aktif (active site) dari bentonit dimana bagian
ini dapat menyerap kation dari senyawa-senyawa organik atau dari ion-ion senyawa
logam.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Sifat Fisik dan Kimia Bentonit

Dalam keadaan kering bentonit mempunyai sifat fisik berupa partikel butiran yang
halus berbentuk rekahan-rekahan atau serpihan yang khas seperti tekstur pecah kaca
(concoidal fracture), kilap lilin, lunak, plastis, berwarna kuning muda hingga abu-abu,
bila lapuk berwarna coklat kekuningan, kuning merah atau coklat, bila diraba terasa
licin, dan bila dimasukan ke dalam air akan menghisap air. Bentuk fisik dari bentonit
diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Bentuk fisik bentonit


Sifat fisik lainnya berupa massa jenis 2,2-2,8 g/L; indeks bias 1,547-1,557; dan titik
lebur 1330-1430oC. Bentonit termasuk mineral yang memiliki gugus aluminosilikat.
2.1.4 Komposisi Bentonit
Unsur-unsur kimia yang terkandung dalam bentonit diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Komposisi Bentonit
Komposisi kimia
SiO2
Al2O3
Fe2O3
CaO
MgO
Na2O
K2O
H2O

Na-Bentonit (%) Ca-Bentonit (%)


61,3-61,4
62,12
19,8
17,33
3,9
5,30
0,6
3,68
1,3
3,30
2,2
0,50
0,4
0,55
7,2
7,22
(http//:www.tekmira.esdm.go.id/data/bentonit)

Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Aktivasi Bentonit


Sebelum digunakan dalam berbagai aplikasi, bentonit harus diaktifkan dan diolah
terlebih dahulu. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk aktivasi bentonit, yaitu :
1. Secara Pemanasan
Pada proses ini, bentonit dipanaskan pada temperatur 300-350oC untuk
memperluas permukaan butiran bentonit.
2. Secara Kontak Asam
Tujuan dari aktivasi kontak asam adalah untuk menukar kation Ca+ yang ada
dalam Ca-bentonit menjadi ion H+ dan melepaskan ion Al, Fe, dan Mg dan
pengotor-pengotor lainnya pada kisi-kisi struktur, sehingga secara

fisik

bentonit tersebut menjadi aktif. Untuk keperluan tersebut asam sulfat dan asam
klorida adalah zat kimia yang umum digunakan. Selama proses bleaching
tersebut, Al, Fe, dan Mg larut dalam larutan, kemudian terjadi penyerapan
asam ke dalam struktur bentonit, sehingga rangkaian struktur mempunyai area
yang lebih luas.
Menurut Thomas, Hickey, dan Stecker, atom-atom al yang tersisa
masih terkoordinasi dalam rangkaian tetrahedral dengan empatt atom oksigen
tersisa. Perubahan dari gugus oktahedral menjadi tetrahedralmembuat kisi
kristal bermuatan negatif pada permukaan kristal, sehingga dapat dinetralisir
oleh ion hidrogen (Supeno, M dan Sembiring, S. B. 2007).

2.1.6 Aplikasi Bentonit


1. Bentonit sebagai Bahan penyerap (adsorben) atau Bahan Pemucat pada
Industri Minyak Kelapa sawit

Universitas Sumatera Utara

Proses penyerapan zat warna (pigmen) merupakan proses yang sering


digunakan, seperti penyerapan zat warna pada minyak hewani, minyak nabati,
minyak bumi, dan lain-lain.
2. Bentonit sebagai Katalis
Penggunaan lempung sebagai katalis telah lama diperkenalkan, yaitu pada
proses

perengkahan

minyak

bumi

dengan

menggunakan

mineral

monmorillonit yang telah diasamkan. Namun, penggunaan lempung sebagai


katalis memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan terhadap suhu tinggi.
3. Bentonit sebagai Bahan Penukar Ion
Pemanfaatan bentonit sebagai penukar ion didasarkan pada sifat permukaan
bentonit yang bermuatan negatif, sehingga ion-ion dapat terikat secara
elektrostatik pada permukaan bentonit.
4. Bentonit sebagai lumpur Bor
Penggunaan uatama bentonit adalah pada industri lumpur bor, yaitu sebagai
lumpur terpilar dalam pengeboran minyak bumi, gas bumi serta panas bumi.
Aktivasi bentonit untuk lumpur bor adalah merupakan suatu perlakuan
untuk mengubah Ca-bentonit menjadi Na-bentonit dengan penambahan bahan
alkali. Bahan alkali yang umum digunakan adalah Natrium karbonat dan
natrium hidroksida.
5. Bentonit untuk pembuatan Tambahan Makanan Ternak
Untuk dapat digunakan dalam pembuatan tambahan makanan ternak, bentonit
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Kandungan bentonit < 30 %

Ukuran butiran bentonit adalah 200 mesh

Memiliki daya serap > 60 %

Memiliki kandungan mineral monmorilonit sebesar 70 %

Universitas Sumatera Utara

6. Bentonit untuk Industri kosmetik


Untuk dapat digunakan dalam industri kosmetik, bentonit harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :

Mengandung mineral magnesium silikat (Ca-bentonit)

Mempunyai pH netral

Kandungan air dalam bentonit adalah < 5 %

Ukuran buturin adalah 325 mesh


(Supeno, M dan Sembiring, S. B. 2007)

2.2. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses pemisahan bahan dari campuran gas atau cair, bahan
yang harus dipisahkan ditarik oleh permukaan sorben padat dan diikat oleh gaya-gaya
yang bekerja pada permukaan tersebut.
Berkat selektivitasnya yang tinggi, proses adsorpsi sangat sesuai untuk
memisahkan bahan dengan konsentrasi yang kecil dari campuran yang mengandung
bahan lain yang berkonsentrasi tinggi. Bahan yang akan dipisahkan tentu saja harus
dapat diadsorpsi. Sebaliknya, untuk memisahkan bahan dengan konsentrasi yang lebih
besar lebih disukai proses pemisahan yang lain, karena mahalnya regenerasi adsorben.

2.2.1 Jenis Adsorpsi


Jenis Adsorpsi ada dua macam :
1. Adsorpsi fisik
-

Panas adsorpsi kurang dari 40 KJ/mol

Adsorpsi berlangsung pada suhu rendah

Kesetimbangan adsorsi reversible dan cepat

Tidak ada energi aktivasi yang terlibat dalam proses ini

Terjadi lapisan/adsorpsi multi lapis

Universitas Sumatera Utara

2. Adsorpsi kimia
-

Panas adsorpsi lebih besar dari 80 KJ/mol

Adsorpsi berlangsung pada temperatur tinggi

Kesetimbangan adsorpsi irreversible

Energi aktivasi mungkin terlibat di dalam proses ini

Terjadi adsorpsi monolapisan


(Gordon, M. Barrow, 1979)

2.2.2 Adsorben
Adsorben adalah bahan padat dengan luas permukaan dalam yang sangat besar.
Permukaan yang sangat luas ini terbenuk karena banyaknya pori yang halus pada
padatan tersebut. Biasanya luasnya berada dalam orde 200 1000 m2/g adsorben.
Diameter pori sebesar 0,0003 0,02 m.
Di samping luas spesifik dan diameter pori, kerapatan, distribusi ukuran
partikel maupun kekerasannya merupakan data karakteristik yang penting dari suatu
adsorben. Tergantung pada tujuan penggunaannya, adsorben dapat berupa granulat
(dengan ukuran butir sebesar beberapa mm) atau serbuk (khusus untuk adsorpsi
campuran cair) (G. Bernasconi, 1995).

2.3 Logam
Logam menurut pengertian awam adalah barang yang padat dan berat yang biasanya
selalu digunakan oleh orang untuk alat-alat dapur atau untuk perhiasan, yaitu besi,
baja, emas, dan perak. Padahal masih banyak logam lain yang penting dan sangat kecil
serta berperan dalam proses biologis makhluk hidup misalnya selenium, kobalt,
mangan dan lain-lainya.
Logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup.
Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-logam tertentu
sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena

Universitas Sumatera Utara

logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh makhluk hidup. Di samping hal
tersebut, beberapa logam sangat diperlukan dalam proses kehidupan makhluk hidup.
Dalam hal ini logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan
nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu di dalam proses
fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan
organ dari makhluk yang bersangkutan. Sedangakan logam non esensial adalah logam
yang perananya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam
jaringan hewan sangat kecil dan apabila kandungannya tinggi akan merusak organorgan tubuh makhluk yang bersangkutan (Vogel, A.I, 1994).
Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara
alamiah, yaitu kurang dari 1 g/L. Bila terjadi erosi alamiah, konsentrasi logam
tersebut dapat meningkat. Dalam mempelajari konsentrasi dalam lingkungan perairan,
terlebih dahulu perlu diketahui tujuan dan pengetahuan mengenai spesiasi logam.
Idealnya penelitian tersebut harus terlebih dahulu mengetahui alur pergerakan logam
yang diteliti, hubungan interaksi masing-masing logam terhadap logam lain, model
distribusi logam dalam jaringan biota air, dan akumulasinya dalam setiap jaringan
(Darmono, 2001).

2.4 Kadmium (Cd)


Kadmium adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Kadium terutama terdapat
dalam kerak bumi bersama dengan seng. Kadmium yang terdapat di dalam lingkungan
pada kadar yang rendah berasal dari kegiatan penambangan seng, timah, dan kobalt
serta kuprum. Sementara dalam kadar tinggi, kadmium berasal dari emisi industri,
antara lain dari hasil sampingan penambangan, peleburan seng dan timbal
(Widowati,W.2008).

2.4.1 Efek Toksik Kadmium


Kadmium belum diketahui fungsinya secara biologis. Bagi manusia kadmium
sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama sekali tidak membutuhkannya dalam
proses metabolisme. Oleh karenanya kadmium dapat diabsorbsi tubuh dalam jumlah

Universitas Sumatera Utara

yang tidak terbatas, karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat membatasinya.
Apabila kadmium masuk kedalam tubuh, maka sebagian besar akan terkumpul
didalam ginjal, hati dan ada sebagian yang keluar lewat saluran pencernaan.
Keracunan akut akan menyebabkan penyakit ginjal, penderita mengalami
pelunakan seluruh kerangka, dan kematian biasanya disebabkan gagal ginjal. Selain
itu didapat, bahwa masyarakat yang kekurangan gizi lebih peka terhadap Cd daripada
yang normal (Slamet, 1994).

2.5 Tembaga (Cu)

Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur
pada suhu 1038oC. Karena potensial elektroda standarnya positif, (+0,34 V untuk
pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun
dengan adanya oksigen ia dapat larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M)
dengan mudah melarutkan tembaga.

2.5.1 Efek Toksik Tembaga


Unsur Cu bisa ditemukan pada berbagai jenis makanan, air dan udara sehingga
manusia bisa terpapar Cu melalui jalur makanan, minuman, dan saat bernafas. Cu
merupakan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah kecil. Apabila jumlah Cu telah
melampaui batas aman, akan muncul toksisitas. Manusia biasanya terpapar Cu dari
tanah, debu, makanan, serta minuman yang tercemar Cu yang berasal dari pipa bocor
pada penambangan Cu atau industri yang menghasikan limbah Cu. Kira-kira 75-99%
total in take Cu berasal dari makanan dan minuman. Setiap hari, manusia bisa terpapar
Cu yang antara lain berasal dari peralatan dapur ataupun koin.
Keracunan logam berat bersifat kronis dan dampaknya baru terlihat setalah
beberapa tahun. Logam berat bersifat akumulatif di dalam tubuh organisme dan
konsentrasi mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dalam rantai makanan.
Biomagnifikasi berhubungan langsung dengan manusia yang menempati posisi top
level dalam rantai makanan karena konsentrasi logam berat yang dikandung dalam

Universitas Sumatera Utara

makanan manusia telah mengalami peningkatan mulai dari komponen tingkat dasar
(produsen). Keracunan kronis Cu dapat mengurangi umur, menimbulkan berbagai
masalah reproduksi dan menurunkan fertilitas (Widowati, 2008).

2.6 Toksisitas Logam Berat


Toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negatif, tetapi yang
terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan
ekskresi (hati dan ginjal). Beberapa logam memiliki sifat karsinogenik (pembentuk
kanker), ataupun teratogenik (salah bentuk organ). Daya toksisitas ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu kadar logam yang termakan, lamanya mengkonsumsi,
umur, spesies, jenis kelamin, kebiasaan makan makanan tertentu, kondisi fisik, dan
kemampuan jaringan tubuh untuk mengakumulasi logam. Beberapa logam toksik
dapat menyerang saraf sehingga dapat menyebabkan kelainan tingkah laku.
Toksisitas logam pada manusia kebanyakan terjadi karena logam berat
nonesensial saja, walaupun tidak menutup kemungkinan adanya keracunan logam
esensial yang melebihi dosis. Toksisitas logam esensial kadang-kadang dijumpai pada
orang, tetapi hanya terbatas pada logam tertentu saja, misalnya, Cu, Zn, dan Se
(Darmono, 1994)

2.7 Spektrofotometri Serapan Atom


Spektrofotometer serapan atom adalah suatu metode pengukuran kuantitatif suatu
unsur yang terdapat dalam suatu cuplikan berdasarkan penerapan cahaya pada panjang
gelombang tertentu oleh atom atom bentuk gas dalam keadaan dasar. perpanjangan
SSA ke unsur lain semula merupakan akibat perkembangan spektroskopi pancaran
cahaya. Telah lama ahli kimia mengunakan pancaran radiasi oleh atom yang
dieksitasikan dalam suatu nyala sebagai alat analisis. Suatu nyala yang lain,
kebanyakan atom berada dalam keadaan tereksitasi. Fraksi atom atom yang
tereksitasi berubah secara eksponensial dengan temperatur. Teknik ini digunakan
untuk penetapan sejumlah unsur, kebanyakan logam, dan sampel yang sangat
beraneka ragam ( Walsh, 1955).

Universitas Sumatera Utara

2.7.1 Prinsip Dan Dasar Teori


Spektrofotometri serapan atom didasarkan pada bahwa atom-atom pada suatu unsur
dapat mengabsorpsi energi sinar pada panjang gelombang tertentu. Banyak energi
sinar yang diabsorpsi berbanding lurus dengan jumlah atom-atom unsur yang
mengabsorpsi. Atom terdiri atas inti atom yang mengandung proton bermuatan positif
dan neutron berupa partikel netral, di mana inti atom dikelilingi oleh elektron-elektron
bermuatan negatif pada tingkat energi yang berbeda-beda. Jika energi diabsorpsi oleh
atom, maka elektron yang berada di kulit terluar (elektron valensi) akan tereksitasi dan
bergerak dari keadaan dasar atau tingkat energi yang terendah (ground state) ke
keadaan tereksitasi dengan tingkat energi yang lebih tinggi (excited state). Jumlah
energi yang

dibutuhkan untuk memindahkan elektron ke tingkat energi tertentu

dikenal sebagai potensial eksitasi untuk tingkat energi tersebut. Pada waktu kembali
ke keadaan dasar, elektron melepaskan energi sebagai energi panas ataupun energi
sinar (Clark, D.V, 1979).

2.7.2 Instrumentasi
Komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.
Tabung
katoda
cekung

Sum ber
tenaga

Pemotong
berputar

M otor

Bahan
bakar

M onokrom ator

D etektor

Penguat arus
searah

Pencatat

Nyala

Contoh

O ksigen

Gambar 2.3 Instrumentasi SSA


(Day, R. A. Jr. dan Underwood A.L. 1988)

Universitas Sumatera Utara

1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini
terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda.
Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau
dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon
atau argon) dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disukai karena
memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah.
2. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam
keadaan asas. Ada berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk
mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu dengan nyala dan tanpa
nyala.
a. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.
b. Tanpa nyala (flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal
mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk kedalam nyala terlalu besar,
dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu muncullah suatu
teknik atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat
dilakukan dalam tungku dari grafit. Sampel diletakkan dalam tabung grafit,
kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara
melewatkan arus listrik grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan
dianalisis berubah menjadi atom-atom netral (Rohman, A. 2007).
3. Monokromator

Universitas Sumatera Utara

Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari


radiasi energi yang mencapai detektor. Pada hakekatnya mungkin saja dapat
dianggap sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan suatu daerah
yang spesifik, yang mana spectrum transmisi yang tidak sesuai akan ditolak.
Idealnya monokromator harus mampu memisahkan garis resonansi. Karena
ada beberapa unsur yang mudah dan ada beberapa unsur yang sulit
(Haswell,S.J. 1991).
4. Detektor
Detektor dapat diatur sedemikian rupa pada nilai frekuensi tertentu, sehingga
tidak memberikan respon terhadap nilai emisi yang berasal dari eksitasi termal
(Khopkar,S.M. 2003).
5. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
sistem pencatat hasil.
2.7.3 Nyala Pembakar
Untuk spektroskopi nyala suatu persyaratan penting adalah bahwa nyalayang dipakai
hendaknya menghasilkan temperatur lebih dari 2000 K.
Tabel 2.2 Temperatur nyala dengan berbagai bahan bakar

Gas pembakar

Temperatur (T/K)
Udara

Dinitrogen oksida

Asetilena

2400

3200

Hidrogen

2300

2900

Propana

2200

3000

Gas kota

2100

Sejauh susunan nyala itu dipentingkan, dapatlah dicatat bahwa suatu campuran
asetilena-udara sesuai untuk penetapan sekitar tiga puluh logam, tetapi suatu nyala
propilena-udara haruslah dipilih untuk logam yang mudah diubah menjadi keadaan

Universitas Sumatera Utara

uap atom. Untuk logam seperti alumunium dan titanium yang membentuk oksida
tahan api, temperatur nyala asetilena-nitrogen oksida yang lebih tinggi itu mutlak
perlu dan nyata kepekaan bertambah bila nyala kaya akan asetilena (Vogel, A.I,
1994).

2.7.4 Gangguan pada SSA dan Cara Mengatasinya


Gangguan nyata pada SSA adalah seringkali didapatkan suatu harga yang tidak sesuai
dengan konsentrasi sampel yang ditentukan. Penyebab dari gangguan ini adalah faktor
matriks sampel, faktor kimia adanya gangguan molekuler yang bersifat radiasi.
Sampel dalam bentuk molekul karena disosiasi yang tidak sempurna akan
cenderung mengabsorpsi radiasi dari sumber radiasi. Demikian juga terjadinya
ionisasi atom akan menjadi sumber kesalahan pada SSA oleh karena spektrum radiasi
oleh ion jauh berbeda dengan spektrum absorpsi atom netral yang memang akan
ditentukan. Ada beberapa usaha untuk mengurangi gangguan kimia pada SSA yaitu
dengan jalan:
1. Menaikkan temperatur nyala agar mempermudah penguraian untuk itu dipakai
gas pembakar campuran C2H2 + N2O yang memberikan nyala dengan
temperatur yang tinggi.
2. Menambahkan elemen pengikat gugus atom penyangga, sehingga terikat kuat
akan tetapi atom yang ditentukan bebas sebagai atom netral. Misalnya,
penentuan logam yang terikat sebagai garam, dengan penambahan logam,
yang lainnya akan terjadi ikatan lebih kuat dengan anion pengganggu.
3. Pengeluaran unsur pengganggu dari matriks sampel dengan cara eksitasi.
(Mulja, M. 1995)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai