Anda di halaman 1dari 11

Nama Arlyda Fajar

NIM 31116055
Kelas 4B/Farmasi

LATIHAN SOAL INTRAPULMONALIS

1. Coba jelaskan apa itu aerosol?


Jawaban:
Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam
wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam
dengan menggunakan propelan yang cukup. (FI III, 1979)
Dalam literatur lain, aerosol adalah suatu sistem koloid lipofob (hidrofil), dimana
fase eksternalnya berupa gas atau campuran gas dan fase internalnya berupa partikel zat
cair yang terbagi sangat halus atau partikel-partikelnya tidak padat, ukuran partikel
tersebut lebih kecil dari 50 mm. jika partikel internal terdiri dari partikel zat cair, system
koloid itu berupa awan atau embun. Jika partikel internal terdiri ndari partikel zat padat,
system koloid itu berupa asap atau debu.

2. Berikan penjelasan dari kelebihan dan kekurangan sediaan aerosol dibandingkan


dengan sediaan lainnya seperti oral?
Jawaban:
Kelebihan sediaan aerosol antara lain:
a) obat sensistif kelembaban dan oksigen terlindungi dan stabilitas dapat ditingkatkan
b) obat dapat diberikan langsung ke tempat yang akan diobati
c) proses pemberian obat cepat dan mudah
d) melindungi obat dari degradasi gastrointestinal
e) hepatic first pass metabolism dapat dihindari
f) digunakan untuk lokal dan sistemik
g) onset lebih cepat
h) dosis lebih kecil
i) efek samping lebih kecil
j) User-friendly, tidak sakit, non-invasive, tidak membutuhkan jarum
Kerugian sediaan aerosol:
a) Biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang sering timbul
berkaitan dengan stabilitas fisiknya
b) Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien menggunakan sediaan
dengan baik dan benar.
c) Sekali digunakan, penghilangan obat dari tempat absorpsi adalah sulit
3. Bagaimana anatomi fisiologi organ saluran yang berperan dalam penyerapan obat
secara aerosol?
Jawaban:
Saluran napas dapat dibagi dalam dua daerah yang berbeda yaitu daerah konduksi dan daerah
pertukaran:

Keterangan:
BT = bronchiolus terminalis
BR1, BR2, BR3 = bronchioles respiratorius tingkat 1,2, dan 3
CA = kanal alveoli ( ductuli alveolaris)
SA = saccus alveolaris
1) Bagian dari daerah konduksi, antara lain:
- Hidung
- Mulut
- Trakea
- Bronkus
- Silia
- Getah bronkus
2) Daerah pertukaran berhubungan dengan struktur acinus pulmonalis yang sebagian atau
seluruh strukturnya beraveoli. Daerah tersebut berupa kanal-kanal (bronchioles respiratorius
BBR1, BR2, BR#, dan kantong alveolar SA). Struktur tersebut bertugas melaksanakan
pertukaran udara antara alveolus dan pembuluh darah.
Bagain dari daerah pertukaran, antara lain:
- Bronchiolus terminalis
- Bronchialus respiratorius
- Ductuli alveolaris pediculi
- Saccus alveolaris (70-95 m2)
- Dinding alveoli
4. Bagaimana perjalanan aerosol dalam tubuh dan jelaskan sedetail mungkin faktor
yang mempengaruhinya dalam tiap tahap?
Jawaban:
Perjalanan aerosol dalam tubuh:

Perjalanan aerosol yang panjang tersebut dapat disingkat menjadi :


1. Transit atau penghirupan
2. Penangkapan atau depo
3. Penahanan atau pembersihan
4. Penyerapan
Faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan aerosol dalam setiap tahap:
a) Ukuran partikel

Gambar diatas menunjukan jalur penembusan partikel pada berbagai tahap yang
berbeda di percabangan saluran napas berdasarkan ukuran partikel. Partikel-partikel
yang ukurannyalebih kecil dari 1,2 m tidak mengalami hambatan di dalam saluran
bronkus, dan yang berdiameter kurang dari 0,2 m dapat mencapai daerah aveoli
Partikel-partikel yang memiliki koefisien di fusi rendah dan yang keterendapan
gravitasnnya rendah akan mengikuti perjalanan udara pensuspensinya. Partikel
semacam ini tergantung pada volume udara yang beredar tetapi tidak pada setiap
inspirasi dan udara residu di dalam paru. Partikel yang mempunyai koefisien difusi
rendah mampu menembus paru sampai daerah volume edar yang mengalir dan
volume kamulasi aliran udaranya sama.
Dalam satu inspirasi tunggal, aveoli yang terletak setelah daerah tersebut(dimana
volume udara yang mengalir dan volume kumulasi udaranya sama) tidak menerima
satu partikel pun, selain itu volume udara yang di hirup dan di hembuskan selama 1
daur penapasan tidaklah sama. Altshuler dkk membuktikan bahwa sekitar 25%
volume udara yang di hirup di pindahkan ke udara intrapulmoner dalam satu daur
pernapasan dan udara intrapulnomer dalam jumlah yang sama di pindahkan ke
volume edar. Untuk mencapai tempat tujuan. Pada akhir satu daur pernapasan
sederhana, udara intrapulnomoner akan terisi lagi oleh sejumlah partikel-partikel yang
susah masuk selama inspirasi sebelumnya. Pada inspirasi berikutnya, partikel
memasuki bagian paru yang lebih dalam dan selama respirasi stabil, partukel tersebut
akan menembus sampai aveoli yang paling jauh dan di timbun secara difusi. Di dalam
paru, partikel=partikel tersebut tidak sepenuhnya mengikuti aliran gas dan sejumlah
senyawa berkurang karena terjasinya penimbunan di permukaan paru dan jarang ada
konsentrasi yang sama di seriap permukaan unit paru terminal.
b) Cara pernapasan dan laju pengaliran udara
Pernapasan normal terjadi antara 12-15 daur per menit dan volume udara inspirasi dan
ekpirasi adalah sekitar 500 ml (22,33) dengan laju pengaliran 22-25 liter/ menit. Peningkatan
laju inspirasi dapat membawa serta partikel-partikel berukuran besar ke dalam aveoli
pulnomer yang secara normal telah di hentikan dalam saluran napas bagian atas dan hal itu
terjadi akibat perubahan tubulansi arus dan gerak partikel. Sebaliknya perlambatan ritme
napas akan memperbesar waktu tinggal partikel dan akibatnya terjadi peningkatan retensi
aerosol .
c) Aliran gas
Aliran gas yang melalui saluran pernapasan mungkin berbentuk laminar atau tubule. Aliran
laminar dari suatu cairan dalam tabung berdiameter kecil dapat di nyatakan dengan
persamaan hokum POISEUILLE yaitu :

Pada persamaan ini, t merupakan waktu (detik) yang di perlukan sejumlah volume V
(ml) dengan kekentalan cairan (Pada Po) untuk mengalir melalui tabung yang
panjangnnya 1(cm), jari-jari r(cm) dan dengan tekanan P (dyne cm-2).
Jika ukuran tabung di anggap tetap maka laju pengaliran cairan akan berbanding lurus
dengan kekentalan. Pada keadaan aliran laminar. Semua cairan bergerak seperti
gerakan piston dalam silinder. Dengan laju pengaliran yang sedang, partikel-partikel
aerosol dalam aliran laminar di kendalikan dengan mengatur laju pengaliran dan
mengrangi pengendapan partikel.
Jika cairan di beri gaya yang cukup ntuk melewati saluran yang penuh dengan
kelokan dan rintangan, makka aliran laminar akan berubah menjadi aliran tubulensi,
cairan akan berputar dan arah gerakan malekuler akan selalu berubah. Dalam silinder
terpisah, aliran cairan meruapakan fungsi dari bilangan Reynolds. Seperti pada
persamaan berikut ini :
d adalah diameter tabung (cm), v laju pengaliran (cm/detik)

bobot jenis (g/cm-3) dan kekentalan (cm2/ detik).

Jika harga bilangan reylond lebih dari 200, maka aliran bersifat turbulen. Mead
menyatakan bahwa bilangan reylond selama respirasi tenang (v=0,33 l/detik) ternyata
lebih rendh dari 2000 pada sebagian besar permukaan saluran. Selama pernapasan
sedang atau dengan kekuatan (v=3,3 l/detik), bilangan reylonds lebih dari 2000 dalam
lubang hidung, pharlynx, glottis, trakea dan sebagian besar bronkus, tapi tidak dalam
bronkiolus untuk melewati daerah ini, aliran udara harus bersifat turbulen dan pada
kondisi ini bobot jenis sediaan lebih berpengaruh di bandingkan kekentalannya. Suatu
turbulensi yang kuat akan memperlambat pengaliran gas baik dibagian dalam meupun
bagian luar paru, dengan demikian terjadi penimbunan partikel yang lebih dini di
dalam saluran pernapasa bagian atas. Tubulensi dalam saluran napas (dapat berisi
mucus, eksudat, tumor bahan asing), pada bagian penutup glottis dapat terjadi suatu
kombinasi aliran laminar dan turbulen. Sebaliknya di mungkinkan meningkatkan
penembusan aerosol untuk mengurangi keadaan turbulansi yaitu dengan melakukan
irama pernapasan yang perlahan.
d) Kelembaban (mempengaruhi aglomerasi)
Udara di bagian paru yang lebih dalam umumnya mengandung air sejumlah 44 g/m3 . Udara
atau aerosol dalam paru memiliki derajat kelembaban yang setara dengan kejenuhan pada
suhu tubuh. Udara ekspirasi normal pada suhu 32oC mempunyai kejenuhan air (34g/m3).
Aerosol mengandung kurNg dari 44 g/m3 air dan sejumlah unu akan bertambah saat
penghirupan dan akan menguap sesampainya di mukosa hingga tercapainnya keseimbangan.
Alat aerosol pada umumnnya, kecuali nebulizer ultrazon (31,32), akan membawa partikel-
partikel yang kadar airnya kurang dari 30 g/m3, Partikel selanjutnya akan menyerap air
dalam jumlah yang di pengaruhi oleh suhu, kelembaban relatif dan sifat senyawa. Sejumlah
persamaan di buat untuk menerangkan pertumbuhan partikel sebagai fungsi dari kelembaban
dan dari persamaan tersebut terlihat bahwa peningkatan partikel secara maksimal terjadi pada
senywa dengan bobot molekul dan bobot jenis yang kecil.
Partikel-partikel yang berdiameter lebih kecil dari 0,2μm dapat melintasi trakea lebih cepat
sebanding partikel-partikel berdiameter 0,5-0,8 μm. Prostendorfer mengamati pengaruh
perubahan ukuran partikel aerosol pada 10-22oC dan dengan suatu kelembaban relatif pada
suhu 40-100%. Hasil penelitian membuktikan bahwa aerosol dengan partikel yang tidak larut
(SiO2 misalnya) tidak di pengaruhi oleh kelembaban, sedangakan aerosol denga partikel yang
sedikit larut (latex atau asap rokok) diameternya dapat membesar menjadi 1,35-1,55 kali dan
aerosol yang larut (NaCl) diameternya membesar 3-7 kali.
e) Suhu (dari suhu rendah ke suhu tinggi)
Dalam suatu system yang dapat mengalami perubahan suhu, maka partikel akan
bergerak dari bagian yang lebih panas ke bagian yang dingin. Gerakan tersebut
berbanding lurus dengan perubahan suhu dan diameter partikel; bila system memiliki
amplitudo yang lemah, maka dalam waktu singkat partikel tidak dapat terhirup karena
suhu paru lebih panas dibandingkan suhu aerosol.
Penting karena aerosol yang dihirup pada suhu lebih rendah dibandingkan suhu tubuh
maka terlebih dahulu partikel harus dipanaskan dan dilembabkan oleh tubuh, dengan
akibat makin besarnya ukuran partikel. Sebaliknya, jika suhu aerosol dihirup pada
suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu tubuh, maka partikel akan didinginkan dulu
dan air yang terkandung akan terkondensasi pada permukaan epitel.
f) Tekanan (peningkatan tekanan dapat meningkatkan penembusan)
Aliran turbulen atau laminer dari suatu cairan yang melewati saluran nafas tergantung
pada tekanan pada setiap bagian saluran yang dilewati aerosol. Tekanan total pada
permukaan trakea sama dengan tekanan atmosfer. Selama inspirasi tekanan
pernapasan maksimal dalam paru turun menjadi 60-100mmHg dibawah tekanan
atmosfer hingga menyebabkan masuknya aliran udara atau aerosol atau aerosol.
Penggunaan tekanan buatan, baik positif maupun negatif dapat memperbesar
perbedaan tekanan tersebut yang berakibat pada aliran dan penembusan partikel
aerosol. Pemakaian tekanan positif pada bagian alat aerosol dapat memperbesar
perbedaan tekanan inspirasi hingga 4-22mmHg. Pada pengamatan yang lebih teliti
yaitu saat pernapasan yang dalam akan terlihat dilatasi bronkus dengan penembusan
udara atau aerosol ke tempat yang secara normal terhalang atau berkontraksi.
Dengan tujuan yang sama, dimungkinkan menghindari efek tekanan intrapulmoner
dengan memanfaatkan sifat vibrasi suara. Difusi gas atau partikel-partikel yang
sangat halus (lebih kecil dari 3µm) dipercepat oleh vibrasi ultrasonik yang menyusup
dalam lintasan, seperti yang ditempatkan pada alat aerosol tertentu (aerosol
ultrasonic).
5. Bagaimana pengujian bioavailabilitas sediaan aerosol dan jelaskan tahapan
pengujiannya
Jawaban:
Tergantung dari efek yang diinginkan
Untuk efek sistemik dapat diperkirakan
aktivitas farmakologi atau terapetik
Untuk efek lokal (tidak bisa, karena
sangat tergantung ukuran partikelnya)
Evaluasi yang dilakukan evaluasi
ketersediaan hayati relatif
Membandingkan berbagai formulasi
1. Pemilihan tempat aksi (efek yang diinginkan)
Aksi setempat/lokal atau Sistemik
Tergantung pada sifat zat aktif (stabilitas fisiko-kimia, laju penyerapan, metabolisme dll)
diameter ukuran partikel.
2. Pengujian Studi in vitro
• Jaringan organ terpisah: Sel paru terpisah, hancuran jaringan, cincin trakea, paru
terpisah, getah bronkus, surfaktan aveoler dll
• Model in vitro tiruan Saluran cerna dari bahan plastik, trakea dan bronkus tiruan,
labu berpalung
3. Pengujian in vivo
Dengan mengunakan hewan penelitian (anjing, kelinci)
Dipasangkan pipa khusus ke berbagai tempat saluran nafas untuk mengamati reaksi
yang terjadi
Dikonversikan ke dosis manusia (hati-hati)
4. Evaluasi pada subjek manusia
Keadaan pemberian dan penghirupan partikel harus tepat
Ritme pernafasan diatur
Kedua hal diatas berhubungan dengan jumlah aerosol yang dihirup dan jumlah zat
aktif yang diserap
Perkiraan jumlah aerosol yang dihirup
6. Berikan 10 contoh obat dan golongannya yang sudah dikembangkan dalam sediaan
aerosol.
Jawaban:
Albuterol : Proventil inhalation dan ventolin Inhalation
Beklometason dipropionat: Becloven inhalation aerosol, Vanceril inhaler, Benconase
nasal inhaler, dan Vancenase pockethaler nasal inhaler
Natrium kromolin : intal inhaler
Ipratropium bromide : Atrovent inhalation
Metapropenol sulfat : Alupent inhalation aerosol
Salmeterol xinafoate : Severent inhalation aerosol
Terbutaline sulfat : Brethine
Triamsinolon asetonida : Azmacort
Bricasma Inhaler 400 dose Metered Aerosol,
Bricasma Turbuhaler 200 dose serbuk inhaler,
Ventolin Rotahaler 200 mcg,
Ventolin Rotacaps,
Pulmocort Turbuhaler100 mcg/doses 200 dose Serbuk inhaler,
Beconase Nasal Spray200 Doses

7. Bagaimana cara penggunaan aerosol yang baik dan benar?


Jawaban:
1) Kocok inhaler dengan baik dan buka tutupnya.
2) Keluarkan nafas dengan lambat melalui bibir.
3) Jika menggunakan teknik “mulut tertutup”, pegang inhaler tegak lurus dan tempatkan
bagian mulut diantara kedua bibir. Hati-hati jangan menghambat bukaan dengan lidah
atau gigi.
4) Jika menggunakan teknik “mulut terbuka”, mulut dibuka lebar dan pegang inhaler
tagak lurus 1-2 inci dari mulut dan pastikan sampai.
5) Tekan inhaler perlahan sekali sambil mulai mengambil nafas secara lambat dan
dalam.
6) Lanjutkan mengambil nafas secara lambat dan dalam melalui mulut. Coba untuk
mengambil nafas sekurang-kurangnya selama 5 detik.
7) Tahan nafas selama 10 detik. Jika selama 10 detik membuat tidak enak, tahan
sekurang-kurangnya selama 4 detik.
8) Keluarkan nafas secara lambat.
9) Tunggu sekitar sekurangnya 30-60 detik sebelum menghirup MDI selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai