Anda di halaman 1dari 3

STUDI KASUS PROYEK BOEING

PROFIL PERUSAHAAN
Boeing Company adalah sebuah perusahaan pembuat pesawat dan aeroangkasa yang
bermarkas di Chicago, Illionis, dengan dasilitas produski terbesarnya di Everett,
Washington yang juga merupakan kontraktor pertahanan dan sebuah komponen dari Dow
Jones Industrial Average. Boeing didirikan oleh William Edward Boeing, seorang yang
awalnya adalah pebisnis dan penebang kayu yang sukses. Kemudian bersama rekannya
George Conrad Westervelt pada tahun 1916, dia mendirikan perusahaan pabrik pesawat
terbang yang saat itu bernama Pacific Aero Product. Dua divisi utama dari Boeing adalah
Boeing Integrated Defense Systems (IDS), bertanggung jawab untuk produk militer dan
angkasa, dan Boeing Commercial Airplanes (BCA), bertanggung jawab untuk pesawat
sipil.
KEADAAN DAN PERAN PERUSAHAAN DI EKONOMI GLOBAL
Boeing telah menjadi produsen utama dari jetliners komersial lebih dari 40 tahun.
Dengan merger antara Boeing dan McDonnell Douglas pada tahun 1997, Kepemimpinan
Boeing di jet komersial, bergabung dengan silsilah pesawat Douglas, memberikan
warisan 70 tahun kepemimpinan dalam penerbangan komersial. Saat ini, produk
komersial utama adalah keluarga 737, 747, 767 dan 777 dari pesawat dan Boeing
Business Jet. Upaya pengembangan produk baru difokuskan pada Boeing 787
Dreamliner, dan 747-8. Perusahaan ini memiliki hampir 12.000 jetliners komersial dalam
pelayanan di seluruh dunia, yang kira-kira 75% dari armada dunia. Peran besar boeing
dalam pengembangan industri persawat komersial di dunia dapat dilihat dengan
diciptakannya produk yang bersifat global dan digunakan hampir di seluruh dunia. Pada
saat pembuatan 777, boeing mengontrak dua belas perusahaan-perusahaan internasional
yang berlokasi di sepuluh negara, dan delapan belas lebih perusahaan AS yang berlokasi
di dua belas negara bagian. Diantara perusahaan pemasok asing ada yang berada di
Jepang, Britania, Australia, Italia, Korea, Brazil, Singapura, dan Irlandia. Sedangkan

subkontraktor utama dari AS yaitu perusahaan Grumman Rockwell, Honeywell, United


Technologies, Bendix dan Korporasi Sunstrand (Dewi,2010).
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN PADA PROYEK BOEING 787 DREAMLINER
Untuk mengurangi waktu pengembangan 787 Dreamliner dari 6 ke 4 tahun dan
pengembangan dari $10 sampai $6 miliar, Boeing memutuskan untuk mengembangkan
dan memproduksi Dreamliner dengan menggunakan rantai pasokan baru untuk pesawat
industri manufaktur. Proyek 787 dengan rantai suplai baru bertujuan untuk menjaga
opersional manufaktur dan perakitan biaya rendah, samnil membagi risiko keuangan
pengembangan kepada pemasok Boeing. Berbeda dengan proyek-proyek sebelumnya,
yang mengharuskan Boeing untuk memainkan peran tradisional dari produsen kunci yang
merakit bagian yang berbeda dan subsistem diproduksi oleh ribuan pemasok. Rantai
pasokan 787 ini didasarkan pada struktur berjenjang yang akan memungkinkan Boeing
untuk mendorong kemitraan dengan hanya sekitar 50 tier-1 strategis mitra. Mitra strategis
ini berfungsi sebagai integrator yang merakit bagian yang berbeda dan subsitem
diproduksi oleh tier-2 pemasok. Rantai pasokan yang digunakan oleh Boeing 787
menyerupai rantai pasokan Toyota, yang telah memungkinkan Toyota untuk
mengembangkan mobil baru dengan waktu pengembangan lebih pendek. Tabel berikut
menyoroti perbedaan utama strategi antara supply chain 787 dengan model sebelumnya.
Strategi
Penyediaan
Hubungan Supplier

As-is
35-50% Outsourcing
Hubungan supplier sesuai

To-Be
70% Outsourcing
Hubungan strategis dengan

Tanggung jawab

kontrak
Mengembangkan dan

supplier Tier-1
Mengembangkan dan

supplier

memproduksi komponen untuk

memproduksi bagian untuk

Jumlah Supplier
Jenis Kontrak

Boeing
Ribuan
Kontrak harga tetap dengan

Boeing
Sekitar 50 Mitra strategis Tier-1
Kontrak dengan pembagian

Perakitan

pinalti atas keterlambatan


30 hari di Boeing untuk Final

resiko
3 hari untuk final Assy di

Assy/ perakitan keseluruhan

Boeing

Project Boeing 787 Dreamliner menunjukkan filosofi supply chain baru dan pendekatan
dengan mitra struktur dan sistem di seluruh dunia. Tantangan terbesar adalah untuk
memastikan semua mitra memiliki akses dan visibilitas ke permintaan informasi terbaru
dari Boeing dan Boeing mampu memantau kemampuan pemasok untuk memenuhi
jadwal pengiriman.

Anda mungkin juga menyukai