Anda di halaman 1dari 8

GROUP CASE DISCUSSION 1: THE BOEING COMPANY

(PERSAINGAN SENGIT BOEING MELAWAN AIRBUS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu : Dr. Setianingtyas. H, MM., Ak

Disusun Oleh: KELOMPOK 5

Lies Indit Faidah (S431908011)

Luluk Ayuning Tyas (S431908012)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2019

This study source was downloaded by 100000842982234 from CourseHero.com on 03-05-2022 09:02:16 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/50087480/Case-Discuss-Kelompok-5docx/
PERSAINGAN SENGIT BOEING MELAWAN AIRBUS

tirto.id - Pagi hari, 27 April 2005. Lebih dari 30.000 pasang mata tertuju ke sebuah pesawat
berkelir biru dengan warna dasar putih di Bandara Toulouse Blagnac, Perancis. Tepat pukul
10.29 waktu setempat, pesawat yang kini dijuluki super jumbo itu untuk kali pertama
mengangkasa. Itulah akhir penantian pegawai Airbus selama 15 tahun.

Dengan terbangnya Airbus A380 , rekor Boeing 747-sebagai pesawat jumbo akhirnya
terpatahkan. Produsen pesawat dari Amerika itu telah memegang rekor tersebut sejak 1970.

Tak butuh waktu lama bagi Airbus mengirimkan pesawat jumbonya ke pembeli perdana.
Pada 25 Oktober 2007, Airbus A380 untuk kali pertamanya beroperasi dengan bendera
Singapore Airlines. Dengan rute Singapura ke Sydney, Airbus A380 milik Singapore Airlines
mampu mengangkut ratusan penumpang.

Rival utama Airbus, Boeing tidak tinggal diam. Boeing akhirnya merilis pesawat Boeing 747-
8 pada Februari 2011, sebagai generasi terbaru pesawat jumbo dari produsen pesawat yang
lahir sejak 1916 ini.

Tidak hanya dalam hal membuat super jumbo, Boeing dan Airbus selalu bersaing dalam
semua jenis pesawat. Keduanya sudah saling menjadi musuh abadi. Kabar terbaru dari
perseteruan itu, Boeing melakukan efisiensi besar-besaran, termasuk dengan melakukan PHK
hingga ribuan orang. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk mengalahkan Airbus.

Pertarungan Duo Jumbo

Bagi produsen, mampu menjual pesawat jumbo adalah sebuah gengsi. Unit yang dijual
memang relatif lebih sedikit, tetapi nilai gengsinya lebih tinggi. Itulah mengapa Boeing dan
Airbus selalu bersaing ketat dalam hal membuat pesawat jumbo.

Perlombaan membuat pesawat komersial raksasa sudah digagas sejak awal 1990-an. Boeing
sempat menyiapkan proyek pesawat jumbo Boeing 747 Double Decker, tapi dibatalkan pada
1993. Airbus akhirnya melenggang sendiri mengembangkan super jumbo tanpa pesaing.

This study source was downloaded by 100000842982234 from CourseHero.com on 03-05-2022 09:02:16 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/50087480/Case-Discuss-Kelompok-5docx/
Keputusan Boeing membatalkan proyek ambisius 23 tahun lalu cukup logis. Ketika itu,
membangun pesawat jumbo baru penuh dengan risiko investasi yang tinggi. Namun, ketika
Airbus A380 resmi beroperasi dengan bendera Singapore Airlines pada 2007, keraguan itu
berhasil ditepis.

Boeing sempat yakin masa depan industri pesawat akan lebih banyak pada rute-rute pendek
dan menengah yang cukup dilayani dengan pesawat kecil dan medium. Boeing lebih memilih
mengembangkan pesawat jumbo Boeing 747-8, dengan kapasitasnya lebih kecil dari Airbus
A380, agar tak kalah telak dengan Airbus. Kapasitas maksimal Airbus A380 bila seluruh
kursi dibuat untuk kelas ekonomi bisa menampung 800 orang, sedangkan Boeing 747-8
hanya sekitar 600 orang.

Boeing ternyata keteteran menghadapi persaingan di segmen pesawat jumbo. Pada awal
2016, Boeing mengumumkan memangkas setengah produksi pesawat jumbo 747-8. Program
pemangkasan produksi pesawat jumbo Boeing akan berlangsung mulai September dari
rencana 12 unit jadi hanya 6 pesawat. Pesawat jumbo dengan empat mesin dianggap kalah
populer dibandingkan dengan pesawat hanya bermesin ganda karena lebih efisien.
Belakangan ini, Boeing 747 lebih populer dikenal sebagai pesawat kargo daripada pesawat
penumpang.

"Sebenarnya, Boeing 747 sedang mati pelan-pelan," kata Analis Dirgantara dari The Teal
Group Richard Aboulafia dikutip dari BBC.

Saling Menyalip

Boeing memang sedang berusaha keras memenangkan persaingan dengan Airbus. Efisiensi
adalah jalan keluar terbaik. Ini dikarenakan Boeing sedang menghadapi perang harga dengan
Airbus.

"Senjata terbesar yang mereka gunakan sekarang adalah harga. Mereka menyerang kita
dengan harga di setiap kampanye tunggal (untuk pemesanan). Dan hasilnya adalah, Anda
tahu, kita menghadapi kesulitan," kata Roy Conner, kepala bisnis pesawat Boeing, seperti

This study source was downloaded by 100000842982234 from CourseHero.com on 03-05-2022 09:02:16 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/50087480/Case-Discuss-Kelompok-5docx/
dilansir The Guardian.

Untuk menghasilkan efisiensi sehingga memenangkan perang harga, Boeing akan melakukan
pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 4.550 karyawan. Bagian yang banyak terkena
PHK yaitu divisi pesawat komersial sebanyak 4.000 orang, sisanya bagian laboratorium
pengetesan pesawat. Angka PHK ini akan bertambah menjadi 8.000 karyawan hingga akhir
2016 atau setara 10 persen jumlah total tenaga kerja mereka.

Secara kinerja, Boeing sebenarnya tidak jelek-jelek amat. Dalam lima tahun terakhir, ada
pertumbuhan pendapatan. Berdasarkan data laporan keuangan 2011, Boeing meraup
pendapatan 68,7 miliar dolar. Empat tahun kemudian, pendapatan Boeing meningkat pesat
menjadi 96,1 miliar dolar, naik dari posisi 2014 yang hanya 90,8 miliar dolar.

Sementara itu, pesaingnya juga mencatatkan kinerja yang tak kalah baik. Pada 2013,
pendapatan Airbus tercatat 57,7 miliar euro dan meningkat menjadi 60,7 miliar euro setahun
kemudian. Aerotime.aero melaporkan kinerja pundi-pundi laba Airbus yang cukup positif.
Pada tahun lalu Airbus membukukan laba 2,7 miliar euro atau naik dari tahun sebelumnya
yang hanya 2,3 miliar euro.

Dari sisi kinerja pemesanan pesawat, The Telegraph menulis, Airbus lebih unggul dengan
meraih 1.036 pesanan pesawat sepanjang 2015. Total daftar tunggu pemasanan pesawat
mencapai 6.787 unit pesawat yang nilainya 996 miliar dolar hingga akhir tahun lalu.
Pesaingnya, Boeing justru hanya mendapat 768 pesanan pesawat, dengan total daftar tunggu
mencapai 5.795 unit pesawat, setara 850 miliar dolar.

Airbus lagi-lagi mengungguli Boeing, kali dalam hal pesanan pesawat super jumbo. Hingga
akhir 2015, total daftar tunggu A380 mencapai 140 unit. Boeing harus puas dengan hanya 20
unit daftar tunggu Boeing 747-8. Namun, untuk urusan pengiriman, Boeing jadi juaranya.
Tahun lalu, Boeing berhasil mengirim 762 pesawat kepada pemesan. Sedangkan Airbus
hanya mampu mengirim 635 pesawat.

Airbus bisa jadi lebih unggul pada saat ini. Namun, bisa jadi kondisi berbalik di masa depan.
Yang pasti, keduanya tak boleh lengah dengan hanya melihat pesaing besarnya saja. Airbus
dan Boeing harus mewaspadai hadirnya produsen-produsen baru seperti dari Cina dan Rusia.

This study source was downloaded by 100000842982234 from CourseHero.com on 03-05-2022 09:02:16 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/50087480/Case-Discuss-Kelompok-5docx/
Cina dan Rusia sedang mengembangkan pesawat berbadan lebar (widebody) berkapasitas
hingga 350 penumpang. Pesawat yang diberi nama C929 dikembangkan bersama United
Aircraft Corp dan Commercial Aircraft Corporation of China Ltd (COMAC). Tujuan kerja
sama ini untuk menantang dominasi Boeing dan Airbus di segmen pesawat berbadan lebar
seperti Boeing 777. Pada awal November tahun lalu, COMAC meluncurkan pesawat dengan
ukuran lebih sempit berkapasitas 158-174 kursi yang diberi nama C919 sebagai pesaing
Boeing 737 dan Airbus A320.

Cina dan Rusia sudah pasti tidak akan berhenti di sana. Dua negara berkembang yang
memiliki dana berlimpah ini pasti akan berusaha keras untuk memajukan industrinya.
Munculnya pesaing baru ini bisa membuat peta industri penerbangan menjadi berbeda di
masa depan. Boeing dan Airbus tak boleh menutup mata untuk ini.

Sumber: https://tirto.id/persaingan-sengit-boeing-melawan-airbus-EX9

This study source was downloaded by 100000842982234 from CourseHero.com on 03-05-2022 09:02:16 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/50087480/Case-Discuss-Kelompok-5docx/
ANALISIS KASUS
Airbus dan Boeing merupakan dua raksasa industri pesawat terbang di dunia pada
saat ini. Persaingan antara kedua perusahaan tersebut telah ditandai sebagai duopoli,
khususnya di pasar pesawat jet sejak tahun 1990. Pasar pesawat terbang biasanya dibagi
menjadi dua kategori produk, yaitu pesawat berbadan sempit dan pesawat berbadan
lebar. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi pasar yang potensial
bagi Airbus dan Boeing untuk memasarkan pesawat-pesawat produksinya.
A. Persaingan Boeing dengan Airbus
1. Persaingan Produk
Meski kedua pabrikan mempunyai rentang produk yang besar dari pesawat
berlorong tunggal hingga berbadan lebar, mereka tak sering berlomba secara terus.
Sebagaimana daftar dibawah menggambarkan perbandingan model tandingan selang
keduanya.
a. Airbus A380, sebagai contoh, berukuran lebih besar daripada Boeing 747.
b. Airbus A350 berlomba dengan Boeing 787 Dreamliner yang mutakhir dan Boeing
777.
c. Keluarga Airbus A320 lebih besar daripada Boeing 737-700 namun lebih kecil
daripada 737-800.
d. Airbus A321 lebih besar daripada Boeing 737-900 namun lebih kecil daripada
Boeing 757-200 yang lebih dahulu keluar.
e. Airbus A330 berlomba dengan Boeing 767 dan Boeing 777-200ER yang
berukuran kurang lebih sama.
2. Persaingan melewati penggunaan teknologi
Airbus mencoba bagi menyaingi Boeing yang sudah di kedudukan kokoh pada
dekade 1970an melewati pengenalan teknologi yang lebih maju. Sebagai
contoh, A300 menggunakan materiil komposit secara luas di pesawat pada era
tersebut, dan otomatisasi fungsi dari mesin pesawat, menjadikannya pesawat jet
komersil besar hanya dengan 2 kru. Pada dekade 1980an Airbus dijadikan perintis
dalam pengenalan kendali ‘’Fly-by-wire’’ digital dalam keluarga Airbus A320.
Sejak itu Airbus sudah membangun diri sebagai kompetitor yang
diperhitungkan Boeing, kedua perusahaan lalu menggunakan teknologi terbaru demi
keuntungan performa dalam produk mereka. Sebagai contoh, Boeing 787 Dreamliner
adalah pesawat penumpang besar pertama yang menggunakan materiil komposit
dalam banyakan pembuatannya.

This study source was downloaded by 100000842982234 from CourseHero.com on 03-05-2022 09:02:16 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/50087480/Case-Discuss-Kelompok-5docx/
3. Persaingan Kinerja
Secara kinerja, Boeing sebenarnya tidak jelek-jelek amat. Dalam lima tahun
terakhir, ada pertumbuhan pendapatan. Berdasarkan data laporan keuangan 2011,
Boeing meraup pendapatan 68,7 miliar dolar. Empat tahun kemudian, pendapatan
Boeing meningkat pesat menjadi 96,1 miliar dolar, naik dari posisi 2014 yang hanya
90,8 miliar dolar.
Sementara itu, pesaingnya juga mencatatkan kinerja yang tak kalah baik. Pada
2013, pendapatan Airbus tercatat 57,7 miliar euro dan meningkat menjadi 60,7 miliar
euro setahun kemudian. Aerotime.aero melaporkan kinerja pundi-pundi laba Airbus
yang cukup positif. Pada tahun lalu Airbus membukukan laba 2,7 miliar euro atau
naik dari tahun sebelumnya yang hanya 2,3 miliar euro.
4. Persaingan Keamanan
Kedua pabrikan pesawat mempunyai catatan keamanan yang patut pada
pesawat yang baru diciptakan. Meneladani ketentuan, kedua perusahaan cenderung
bagi meninggalkan perbandingan keamanan ketika menjual pesawat mereka pada para
Maskapai. Banyakan pesawat yang mendominasi penjualan pesawat kedua
perusahaan waktu ini, Boeing 737 Next Generation dan Airbus A320 yang adalah
penawaran Pesawat berbadan lebar kedua perusahaan, mempunyai catatan keamanan
yang patut. Pesawat model lama seperti Boeing 727, model permulaan Boeing
737 dan 747, Airbus A300 juga Airbus A310, yang secara berurutan pertama terbang
pada dekade 1960an, 1970an, dan 1980an, mengalami catatan kecelakaan fatal yang
lebih tinggi. Meneladani CCO Airbus John Leahy, masalah baterai Boeing 787
Dreamliner tak akan menyebabkan pelanggan bagi berubah pabrikan pesawat
5. Persaingan Pesanan
Dari sisi kinerja pemesanan pesawat, The Telegraph menulis, Airbus lebih
unggul dengan meraih 1.036 pesanan pesawat sepanjang 2015. Total daftar tunggu
pemasanan pesawat mencapai 6.787 unit pesawat yang nilainya 996 miliar dolar
hingga akhir tahun lalu. Pesaingnya, Boeing justru hanya mendapat 768 pesanan
pesawat, dengan total daftar tunggu mencapai 5.795 unit pesawat, setara 850 miliar
dolar.
Airbus lagi-lagi mengungguli Boeing, kali dalam hal pesanan pesawat super
jumbo. Hingga akhir 2015, total daftar tunggu A380 mencapai 140 unit. Boeing harus
puas dengan hanya 20 unit daftar tunggu Boeing 747-8. Namun, untuk urusan

This study source was downloaded by 100000842982234 from CourseHero.com on 03-05-2022 09:02:16 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/50087480/Case-Discuss-Kelompok-5docx/
pengiriman, Boeing jadi juaranya. Tahun lalu, Boeing berhasil mengirim 762 pesawat
kepada pemesan. Sedangkan Airbus hanya mampu mengirim 635 pesawat.
B. Hal yang dilakukan Boeing mengatasi persaingan
Untuk mengatasi persaingan Boeing melakukan efisiensi perusahaan sehingga dapat
memenangkan harga. Efisiensi perusahaan yang dilakukan oleh Boeing adalah dengan
melakukan PHK terhadap 4.550 karyawannya.

This study source was downloaded by 100000842982234 from CourseHero.com on 03-05-2022 09:02:16 GMT -06:00

https://www.coursehero.com/file/50087480/Case-Discuss-Kelompok-5docx/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai