Anda di halaman 1dari 4

TUGAS GEOMOLOGY

GIOK ACEH DAN MEMAJUKAN BATUMULIA

OLEH :
ALVIAN KRISTIANTO SANTOSO
111.120.086
KELAS A

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2015

MINERALOGI GIOK ACEH


Oleh : Alvian K S
Warga Indonesia, terutama mereka yang tinggal di Aceh memulai tahun
2015 dengan heboh penemuan Giok Aceh secara besar-besaran. Giok Aceh ini
cukup dikenal karena merupakan batu mulia berkualitas tinggi dengan harga
setinggi kualitasnya. Namun, ternyata giok ini sendiri bukanlah istilah yang baku
di kalangan ahli gemstone / batumulia atau lebih dikenal dengan nama
gemologist.
Giok sendiri merupakan penamaan untuk batuan silikat dengan warna
kuning sampai kehijauan. Giok sendiri dalam istilah keilmuan dikenal dengan
nama Jade. Dalam keadaan kimia yang murni, Jade akan berwarna putih dan
memiliki kekerasan yang tinggi. Namun, mineral ini seringkali dilengkapi oleh
unsur pengotor yang memberi warna secara setempat atau bahkan di seluruh tubuh
batuan ini. Pengotor tersebut misalnya unsur Cu yang memberi warna hijau.
Jade sendiri sebenarnya dapat berasal dari mineral Jadeite dan Nephrite,
yang mungkin sudah cukup familiar di telinga pecinta batumulia. Jadeite sendiri
termasuk ke dalam kelompok mineral Pyroxene, sedangkan Nephrite dalam
kelompok mineral Amphibole. Keduanya dapat dibedakan dari berat jenis maupun
kekerasannya. Mineral Jadeite akan lebih keras dan berat dibanding Nephrite,
yang tentu juga membuatnya lebih mahal karena kualitasnya.

Mineral Idocrase

Seringkali, Giok Aceh ini disamakan dengan Idocrase atau sering disebut
Sungai Dareh. Walaupun memiliki variasi warna yang sama, harga dan kualitas
Idocrase akan lebih rendah. Perbedaan yang mencolok dari keduanya ialah
Idocrase akan lebih transparan dan juga memiliki berat jenis dan kekerasan lebih
rendah.

Mineral Nephrite Jade

Untuk giok Aceh sendiri, mineral Nephrite sedikit lebih dominan, namun
berat jenis dan kekerasannya cukup baik. Maka, Nephrite Jade Aceh memiliki
kualitas kelas 2 dengan kekerasan 7-8 Skala Mohs. Kualitas tersebut merupakan
kualitas Jade terbaik ke 2 di dunia setelah negara tentara Cina.

Dipublikasikan pada :
Majalah G! edisi 2015
HMTG Pangea UPN Veteran Yogyakarta

Komentar
Fenomena glamornya batumulia atau yang sering disebut batu akik,
sudah menjadi fenomena yang mulai terlupakan. Naiknya pamor batumulia di
Indonesia di tahun 2015 pada awalnya terjadi karena ditemukannya berbagai
batumulia dengan kualitas tinggi, salah satunya ialah batu giok Aceh yang dibahas
di artikel. Namun, publikasi dan semangat yang tidak berkelanjutan menurunkan
pamor dari batumulia.
Untuk menjaga nilai pamor dari batumulia, maka sebaiknya batumulia
dijadikan sebagai aksesoris yang memiliki nilai budaya. Tidak bisa dipungkiri,
banyak petinggi negara Indonesia dari zaman Soekarno - Hatta hingga Jokowi
Jusuf Kalla menggunakan batumulia sebagai bagian dari aksesoris yang
melengkapi tubuhnya. Apalagi penggunaan batumulia sebagai aksesoris yang
dilengkapi pakaian batik merupakan pasangan yang serasi. Dari sudut pandang
berikut, maka batumulia sebaiknya dijadikan sebagai bagian dari aksesoris dengan
nilai kebudayaan asi Indonesia.
Selain

dengan

menjadikan

batumulia

sebagai

aksesoris

bernilai

kebudayaan Indonesia, nilai pamor batumulia dapat dijadikan sebagai hal lain
yang kreatif selain yang ada sekarang. Hasil berupa cincin, gelang dan kalung dari
batumulia sudah sangat umum, maka perlu ada ide-ide baru yang berbahan dari
batumulia, misalnya guci, baju, sabuk, tas, kusen pintu atau hasil-hasil yang
kreatif lainnya.

Anda mungkin juga menyukai