Anda di halaman 1dari 8

Istilah instrumentasi merupakan istilah yang jarang diketahui oleh khalayak, tidak seperti halnya

dengan istilah tekhik lainnya seperti listrik, elektronika, teknik pendingin, informatika dan lain-lain.
Padahal, dunia instrumentasi, disadari atau tidak, sudah kita gunakan dalam kehidupan seharihari.
Contoh sederhana dari penerapan instrumentasi ini antara lain pada setrika listrik. Di dalam
setrika tersebut terdapat sebuah elemen pemanas listrik sebagai sumber panas. Panas yang
dihasilkan oleh setrika listrik tersebut haruslah sesuai dengan keinginan pemakai, karena setiap
jenis kain yang disetrika memerlukan panas yang berlainan. Untuk memenuhi hasrat pemakai
tersebut, maka di dalam setrika listrik tersebut dipasangi alat yang akan memutuskan aliran arus
listrik ke elemen pemanas tadi. Secara umum alat tersebut dikenal sebagai termostat yang
menggunakan bimetal. Apabila panas pada setrika tersebut telah mencapai setelan yang
diinginkan, maka aliran listrik akan diputuskan, dan panas yang dihasilkan oleh setrika listrik
tersebut akan berangsur turun, setelah melewati setelan bimetal, maka aliran listrikpun akan
diberikan kembali kepada elemen pemasan tadi. Demikian seterusnya.
Contoh aplikasi lain dari sistem instrumentasi di dalam kehidupan sehari-hari adalah pemasangan
saklar pelampung pada tangki air. Di dalam tangki penampungan dipasang saklar yang
berpelampung, apabila air penuh sesuai dengan ketinggian yang diinginkan, maka pelampung
tersebut akan mengubah kondisi saklar, dan saklar akan memutuskan aliran listrik ke pompa air.
Apabila ketinggian air di dalam tangki turun sampai ketinggina yang telah ditentukan, maka
pelampung akan mengubah kondisi saklar lagi, dan pompa airpun kembali mendapat pasokan
listrik dan airpun akan bertambah kembali. Demikian seterusnya. Ada artikel dari seorang teman
yang sering membuat tulisan di milis, namanya Kang Ruhe (Kang Ruhe, punten tulisannya dicomot
ku abdi, neda widina).
Inilah cuplikan sederetan kata yang membentuk kalimat, sehingga kalimat tersebut membentuk
paragraf. Dan setiap paragraf yang disusun oleh Kang Ruhe tersebut memberikan gambaran
makna dari apa itu instrumentasi. Inilah tulisan Kang Ruheterasebut:

APLIKASI PERPINDAHAN KALOR PADA SETRIKA LISTRIK


PENDAHULUAN
Perpindahan kalor sangat banyak penerapannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Mulai dari yang paling sederhana seperti penggunaan setrika, pemanas air, rice cooker dan
kulkas dalam rumah tangga, sampai kepada hal-hal yang lebih kompleks seperti perancangan
ketel uap (boiler) di pabrik-pabrik. Bahkan, salah satu penyebab kehidupan di bumi ini masih
ada karena adanya perpindahan kalor dari matahari ke bumi. Tanpa adanya perpindahan kalor
dari matahari, maka mustahil ada kehidupan di bumi ini.
Secara umum, pengertian kalor adalah sejumlah energi yang berpindah dari suatu
sistem ke lingkungan atau sebaliknya, yang dipengaruhi oleh perbedaan suhu. Kata kalor
berasal dari kata Caloric yang pertama kali diperkenalkan oleh A.L. Lavoisier, seorang ahli
kimia dari Perancis. Kalor merupakan salah satu bentuk energi, maka memiliki satuan yaitu
Joule (N.m) atau kalori (disingkat kal) dan beberapa dimensi lain sebagai satuan dari energi.
Sedangkan perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari laju
perpindahan kalor di antara material atau benda karena adanya perbedaan suhu. Setiap kali
terdapat perbedaan suhu dalam material atau di antara material maka perpindahan kalor akan
terjadi. Kalor akan mengalir dari tempat yang bersuhu tinggi ke tempat yang bersuhu rendah.
Mekanisme perpindahan kalor ada tiga macam yaitu perpindahan kalor secara konduksi,
perpindahan kalor secara konveksi, dan perpindahan kalor secara radiasi.
Pada pembahasan bentuk aplikasi perpindahan kalor ini, alat yang digunakan sebagai
objek kajian adalah setrika listrik, suatu alat yang biasa kita jumpai sehari-hari. Dari prinsip
kerja setrika listrik ini akan diulas lebih lanjut ilmu penerapan transfer kalor pada alat
sehingga dapat kita ketahui secara mendalam. Setelah memahami aplikasi perpindahan kalor
pada alat, kita akan lebih tertarik untuk mempelajari ilmu perpindahan kalor secara
keseluruhan, tidak hanya terbatas pada alat yang menjadi contoh kajian tulisan ini. Melalui
sebuah contoh kajian yang sederhana, kita akan lebih mudah menganalisa dan memahami
setiap mekanisme yang ada.

DESKRIPSI ALAT SETRIKA


Setrika listrik adalah alat yang digunakan untuk melicinkan atau menghaluskan pakaian
agar terlihat lebih rapi setelah dicuci dan dikeringkan. Terkadang lipatan-lipatan pakaian
cukup sulit dihilangkan akibat dari proses pencucian maupun ketika pakaian diperas,
sehingga pakaian yang sudah dikeringkan akan kusut. Dengan menggunakan setrika, maka
lipatan pada pakaian tersebut dapat dihaluskan secara mudah dan praktis.
Setrika listrik pada dasarnya memanfaatkan perubahan energi dari listrik menjadi
panas. Energi panas itulah yang kemudian kita manfaatkan untuk menghaluskan permukaan
pakaian yang kusut. Akan tetapi, tentunya perubahan energi listrik dalam setrika tidak terjadi
begitu saja. Ada beberapa komponen yang mendukung cara kerja setrika listrik sehingga
dapat menghasilkan panas. Komponen utama pada setrika listik antara lain :
1. Elemen pemanas

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Elemen pemanas adalah suatu elemen yang akan menimbulkan panas bila dialiri arus
listrik. Sebenarnya, elemen pemanas listrik hanyalah sebuah resistor listrik yang bekerja
pada prinsip pemanasan Joule, yaitu arus listrik mengalir melalui resistor dan mengubah
energi listrik menjadi panas. Elemen pemanas ini biasanya terdiri dari kawat (wire) yang
terbuat dari nichrome (80% nikel dan 20% krom). Nichrome merupakan bahan yang
ideal, karena memiliki resistansi yang relatif tinggi. Dari keseluruhan lilitan pada elemen
pemanas tersebut, kemudian ditutup dengan isolator untuk mencegah induksi listrik dari
elemen menuju alas setrika.
Plat dasar (alas/sole plate)
Alas setrika adalah bagian setrika yang akan bersentuhan langsung dengan kain yang
dihaluskan. Alas setrika dibuat dari bahan konduktor antikarat seperti
alumunium, stainless steel atau teflon, agar tidak mudah kotor, lengket dan tidak
mengotori kain yang disetrika.
Besi pemberat
Pemberat biasanya terbuat dari besi. Sesuai dengan namanya, komponen ini berfungsi
sebagai pemberat pada setrika agar lebih mudah dalam pemakaiannya.
Tutup
Penutup atau selungkup setrika dibuat dari bahan isolator untuk mencegah bahaya
sengatan listrik. Disamping itu, penutup juga memiliki sifat antipanas guna mencegah
bahaya sentuhan ke bagian tubuh manusia.
Pemegang
Tangkai pemegang setrika terbuat dari bahan isolasi (kayu atau plastik). Ini dimaksudkan
apabila ada kebocoran arus listrik tidak akan membahayakan pemakainya.
Kabel penghubung
Kabel daya ini terbuat dari kabel fleksibel dengan inti serabut yang dibungkus dengan
bahan isolasi, menjadikannya tetap lentur sehingga tidak mudah putus dan aman dari
bahaya sengatan listrik.
Pengatur On-Off dan panas
Hampir semua setrika listrik dilengkapi dengan pengatur suhu, sehingga tinggi
rendahnya suhu dapat disesuaikan dengan jenis tekstil/kain yang akan disetrika. Pengatur
suhu ini biasanya menggunakan prinsip bimetal.

PRINSIP KERJA DAN PENERAPAN PERPINDAHAN KALOR


Sistim kerja setrika listrik adalah dengan mengubah energi listrik menjadi energi panas.
Perubahan bentuk energi tersebut dihasilkan oleh rangkaian listrik yang memiliki hambatan
cukup besar. Hambatan inilah yang menyebabkan timbulnya panas pada bagian setrika yang
disebut elemen pemanas. Elemen pemanas membangkitkan panas secara bertahap dan setrika
listrik modern sudah dilengkapi dengan komponen yang disebut termostat. Dengan adanya
komponen ini dalam rangkaian setrika listrik, maka panas yang dikehendaki oleh pengguna
dapat diatur dan stabil sehingga tidak menyebabkan timbulnya panas berlebih yang dapat
memicu kebakaran pada elemen.
Arus listrik mengalir dari sumber tegangan menuju lampu, kemudian langsung ke
saklar bimetal. Pada sistim saklar ini, ketika kedua logam tersebut kontak, maka arus akan
terus mengalir menuju elemen pemanas yang terdiri dari lilitan kawat sebagai bentuk resistor.

Saklar yang kontak tersebut menyebabkan rangkaian tertutup dan setrika akan mengalami
pemanasan pada tingkatan tertentu. Ketika panas yang ditentukan telah mengalami keadaan
maksimal, maka secara otomatis termostat pada rangkaian saklar akan bekerja. Rangkaian
akan terputus karena prinsip bimetal tadi menyebabkan salah satu logam mengalami
pemuaian dan menyebabkan saklar terbuka. Akibatnya tidak ada arus yang mengalir serta
lampu indikator akan mati. Jadi, prinsip kerja rangkaian setrika listrik sebenarnya sederhana.
Setelah sejumlah energi panas dibangkitkan oleh elemen pemanas, maka selanjutnya
panas tersebut dialirkan menuju alas setrika. Mekanisme perpindahan kalor tersebut
berlangsung secara konduksi. Konduksi merupakan proses transfer kalor di dalam zat
perantara dimana energi panas berpindah dari molekul satu ke molekul lain hanya dengan
jalan getaran termal berkala, tanpa ada pemindahan massa zat perantara sama sekali (Abdul
Jamal dan Tamrin, 1995).
Aliran perpindahan panas yang terjadi pada elemen pemanas kemudian dihubungkan
(kontak) secara langsung dengan alas setrika, sehingga panas merambat pada alas akibat
konduksi. Tidak ada transfer massa pada peristiwa tersebut, hanya saja perpindahan kalor
dibantu dengan pergerakan-pergerakan elektron yang terdapat pada kedua bahan logam
tersebut, yaitu pada elemen maupun alas.

KESIMPULAN
Setrika memerlukan adanya panas untuk memudahkan dalam menghaluskan
permukaan pakaian. Energi panas diperoleh dari konversi energi listrik. Prinsip kerja alat
tersebut bermula dari penutupan saklar bimetal pada rangkaian, sehingga arus mengalir dari
sumber tegangan menuju lampu, kemudian melalui saklar, dan melalui hambatan lilitan
kawat nichrome pada elemen pemanas. Akibat besarnya nilai resistansi pada hambatan
tersebut, maka akan menimbulkan panas yang besar. Panas tersebut akan ditransfer secara
konduksi dari elemen pemanas menuju alas setrika, sehingga alas setrika mulai memanas dan
siap digunakan. Ketika panas pada pengatur suhu tingkatan tertentu telah mencapai
puncaknya, maka arus akan otomatis terputus akibat prinsip pemuaian bimetal yang
mengakibatkan
saklar
terbuka.
Hal
tersebut
digunakan
agar
tidak
menimbulkan overheat (panas berlebih) pada elemen pemanas, sehingga tidak mengalami
kerusakan maupun terbakar.
Mekanisme perpindahan kalor yang terjadi pada alat setrika listrik ini terdapat pada
kontak langsung antara elemen pemanas dengan alas setrika. Panas akan merambat dari
elemen pemanas secara konduksi menuju ke alas setrika karena panas ditransfer tanpa adanya
perpindahan massa di antara kedua logam tersebut.

Pengertian Seterika Listrik


18.41 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan No comments

Seterika listrik adalah alat yang dipanaskan digunakan untuk melicinkan / menghaluskan pakaian agar dapat
lebih rapi dipakai, umumnya setelah dicuci dan dikeringkan. Terkadang lipatan-lipatan pakaian cukup sulit untuk
dihilangkan sehingga memerlukan sedikit air untuk membasahi bagian yang terlipat, terlebih untuk bahan-bahan
dari wol. Pada saat ini ada banyak jenis seterika, dari yang untuk keperluan rumah tangga sampai industri seperti
hotel, rumah sakit, dan lain-lain.
Bagian panas dari seterika pada awalnya dibuat dari besi sehingga ada masalah dengan kebersihannya akibat
karat pada besi. Hasil perbaikannya, pada saat ini, bagian pemanasnya dibuat dari alumunium atau stainless
steel. Panas dari seterika modern dikendalikan dengan termostat yang fungsinya untuk mengendalikan suhu
relatif konstan sesuai dengan kebutuhan, jenis kain dan tingkat kehalusan hasil setrikaan.
Bagian utama seterika listrik meliputi:
1. Elemen pemanas
Elemen pemanas adalah suatu elemen yang akan membangkitkan panas bila dialiri arus
listrik. Dari elemen pemanas inilah sumber energi panas dibangkitkan.
2. Plat dasar / alas (sole plate),
Alas seterika adalah bagian seterika yang akan bersentuhan langsung dengan kain yang
disetrika. Alas seterika dibuat dari bahan anti karat seperti alumunium, stainless steel atau
minimal dengan lapisan bahan anti karat dan anti lengket (Teflon) agar tidak mudah kotor dan
mengotori kain yang disetrika.
3. Besi pemberat,
Pemberat biasanya terbuat dari besi dan sesuai dengan namanya, fungsinya sebagai pemberat
seterika agar memudahkan dalam pemakaiannya.
4. Tutup,

Penutup atau selungkup seterika dibuat dari bahan isolasi untuk mencegah bahaya sengatan
listrik. Di samping itu, penutup juga yang anti panas guna mencegah bahaya sentuhan ke bagian
tubuh manusia.
5. Pemegang,
Tangkai pemegang seterika terbuat dari bahan isolasi (kayu atau plastik). Ini dimaksudkan
apabila ada kebocoran arus listrik tidak membahayakan pemakainya
6. Kabel penghubung.
Kabel daya ini terbuat dari kabel fleksibel (dengan inti serabut) yang dibungkus dengan bahan
isolasi kain menjadikannya tetap lentur sehingga tidak mudah putus dan aman dari bahaya
sengatan listrik.
Kesimpulan yang diperoleh; Seterika memerlukan adanya panas untuk memudahkan dalam melicinkan pakaian
tersebut. Tenaga panas ini diperoleh dari tenaga listrik. Tegasnya, tenaga listrik diubah menjadi tenaga panas.
Tinggi panas yang diproduksi tergantung dari besar daya yang dipakai. Semakin besar daya listrik yang dipakai,
semakin tinggi panas yang diperoleh.

Instrumentation is the use of measuring instruments to monitor and control a process. It is the
art and science of measurement and control of process variables within a production, laboratory,
or manufacturing area.
An instrument is a device that measures a physical quantity such as flow, temperature, level,
distance, angle, or pressure. Instruments may be as simple as direct reading thermometers or
may be complex multi-variable process analyzers. Instruments are often part of a control system
in refineries, factories, and vehicles. The control of processes is one of the main branches of
applied instrumentation. Instrumentation can also refer to handheld devices that measure some
desired variable. Diverse handheld instrumentation is common in laboratories, but can be found
in the household as well. For example, a smoke detector is a common instrument found in most
western homes.
Instruments attached to a control system may provide signals used to
operate solenoids, valves, regulators, circuit breakers, or relays. These devices control a desired
output variable, and provide either remote or automated control capabilities. These are often
referred to as final control elements when controlled remotely or by a control system.
A transmitter is a device that produces an output signal, often in the form of a 4
20 mA electrical current signal, although many other options using voltage, frequency, pressure,
or ethernet are possible. This signal can be used for informational purposes, or it can be sent to
a PLC, DCS, SCADA system, LabVIEW or other type of computerized controller, where it can be
interpreted into readable values and used to control other devices and processes in the system.
Control instrumentation plays a significant role in both gathering information from the field and
changing the field parameters, and as such are a key part of control loops.

Instrumentation engineering[edit]
Instrumentation engineering is the engineering specialization focused on the principle and
operation of measuring instruments that are used in design and configuration of automated
systems in electrical, pneumatic domains etc. They typically work for industries
with automated processes, such as chemical or manufacturing plants, with the goal of improving
system productivity, reliability, safety, optimization, and stability. To control the parameters in a
process or in a particular system, devices such as microprocessors, microcontrollers or PLCs are
used, but their ultimate aim is to control the parameters of a system.
Instrumentation engineering is loosely defined because the required tasks are very domain
dependent. An expert in the biomedical instrumentation of laboratory rats has very different

concerns than the expert in rocket instrumentation. Common concerns of both are the selection
of appropriate sensors based on size, weight, cost, reliability, accuracy, longevity, environmental
robustness and frequency response. Some sensors are literally fired in artillery shells. Others
sense thermonuclear explosions until destroyed. Invariably sensor data must be recorded,
transmitted or displayed. Recording rates and capacities vary enormously. Transmission can be
trivial or can be clandestine, encrypted and low-power in the presence of jamming. Displays can
be trivially simple or can require consultation with human factors experts. Control system design
varies from trivial to a separate specialty.
Instrumentation engineers are commonly responsible for integrating the sensors with the
recorders, transmitters, displays or control systems. They may design or specify installation,
wiring and signal conditioning. They may be responsible for calibration, testing and maintenance
of the system.
In a research environment it is common for subject matter experts to have substantial
instrumentation system expertise. An astronomer knows the structure of the universe and a great
deal about telescopes - optics, pointing and cameras (or other sensing elements). That often
includes the hard-won knowledge of the operational procedures that provide the best results. For
example, an astronomer is often knowledgeable of techniques to minimize temperature gradients
that cause air turbulence within the telescope.

Anda mungkin juga menyukai