Anda di halaman 1dari 31

Case Report Session

PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR


DI PUSKESMAS AMBACANG KURANJI PADANG

Oleh :

Wahyu Utami Harli

BP: 1110312138

Preseptor

dr.Yuniar Lestari, M.kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah Case Report Session yang berjudul Penanggulangan Penyakit
Menular di Puskesmas Ambacang Kuranji Padang dan tidak tidak lupa pula penulis
haturkan shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW.

Penyusunan makalah Case Report Session ini merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesahatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang. Terima kasih penulis ucapkan kepada dr.Yuniar
Lestari, M.Kes selaku preseptor dalam kepaniteraan klinik senior ini, serta semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu sangat
diperlukan saran-saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi semua pihak

Padang, Januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

ii

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1. Latar Belakang..............................................................................................

1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan...........................................................................................

1.4. Metode Penulisan..........................................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................

2.1. Penyakit Menular..........................................................................................

2.2. Definisi Penanggulangan Penyakit Menular.................................................

2.3. Dasar Pelaksanaan Penaggulangan Penyakit Menular..................................

2.4. Kelompok dan jenis penyakit menular..........................................................

2.5. Program kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular..................................

2.6. Pendanaan Penanggulangan Penyakit Menular.............................................

12

BAB III. Analisa Situasi.............................................................................................

13

3.1. Gambaran umum Puskesmas Ambacang Kuranji.........................................

13

3.2. Angka Kejadian Penyakit Menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.........

17

BAB IV. PEMBAHASAN.........................................................................................

25

4.1. Gambaran umum pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Menular.............

25

4.2 Kejadian Penyakit Menular di Puskesmas Ambacang Kuranji......................

25

BAB III. PENUTUP..................................................................................................

29

5.1. Kesimpulan...................................................................................................

29

5.2. Saran..............................................................................................................

29

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

30

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kematian, dan kecacatan yang tinggi di hampir semua

negara berkembang. Penyakit menular adalah penyakit yang dapat menular ke


manusia yang disebabkan oleh agen biologi, antara lain virus, bakteri, jamur, dan
parasit (Permenkes RI No. 82 tahun 2014). Penyakit menular umumnya bersifat
akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini
diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan
menimbulkan kerugian yang besar (Widoyono, 2013).
Penyakit menular langsung dapat berupa difteri, campak, tuberkulosis,
infeksi saluran cerna, infeksi menular seksual, infeksi saluran pernafasan dan
lainya. Penyakit tular vektor dapat berupa demam berdarah, chikungunya, malaria,
filariasis dan lainya. Penyakit tular binatang pembawa penyakit dapat berupa
rabies, antraks, pes, toxoplasma, leptospirosis, flu burung dan lainya (Permenkes
RI No. 82 tahun 2014).

Diperkirakan

sepertiga

populasi

dunia

terinfeksi

bakteri

penyebab TB paru. Dari populasi yang terinfeksi tersebut setiap


tahuNnya 8 juta orang menjadi sakit, serta 2 juta orang meninggal
dunia karena TB. Di Indonesia hampir 400 kematian terjadi akibat TB
setiap harinya atau sebesar 140.000 setiap tahunnya (Werdhani,
2008).
Indonesia menempati peringkat kedua negara endemis DBD di
asia tenggara. Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan Desember
tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 71.668
orang, dan 641 diantaranya meninggal dunia, Angka tersebut lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni 2013 dengan jumlah
penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal
sebanyak 871 penderita (Kemenkes RI, 2015).

Penanggulangan penyakit menular adalah upaya kesehatan yang


mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan

dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi


penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antardaerah maupun
antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/ wabah. Kejadian
luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau
kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun
waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus kepada terjadinya
wabah. Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulkan malapetaka (Permenkes RI No. 82 tahun 2014).
Penyelenggaraan penanggulangan penyakit menular

dilaksanakan

melalui upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dengan


lebih mengutamakan upaya kesehatan masyarakat.
Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
mengutamakan tindakan promotif dan preventif, serta menitikberatkan pada upaya
kesehatan masyarakat, memiliki peranan yang penting dalam penurunan angka
kejadian

penyakit

menular.

Untuk

itu,

tentunya

diperlukan

program

penangulangan penyakit menular yang baik agar tujuan akhir untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat juga dapat dicapai.
Puskesmas Ambacang Kuranji Padang merupakan salah satu puskesmas
yang berada di Kota Padang. Puskesmas ini seharusnya juga memiliki upaya
penanggulangan penyakit menular dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat penyakit menular. Mengingat pentingnya penanggulangan
penyakit menular ini, termasuk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
Padang, maka penulis merasa perlu untuk membahas tentang program
penanggulangan penyakit menular di Puskesmas Ambacang Padang.
5

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah pengelolaan penyakit menular di Puskesmas Ambacang Kuraji
Padang?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang pelaksanaan penanggulangan penyakit menular
di Puskesmas Ambacang Kuranji.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang program-program penanggulangan penyakit
menular di Puskesmas Ambacang Kuranji. Untuk mengetahui tentang
pelaksanaan

masing-masing

program

penanggulangan

penyakit

menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.


b. Untuk mengetahui pencapaian dari program-program penanggulangan
penyakit menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.
c. Untuk mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program-program
penanggulangan penyakit menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.
d. Untuk mengetahui perencanaan dalam mengatasi permasalahan dalam
pelaksanaan program-program penanggulangan penyakit menular di
Puskesmas Ambacang Kuranji.

1.4. Metode Penulisan


Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan kepustakaan yang
merujuk pada berbagai literatur, laporan tahunan Puskesmas Ambacang
Kuranji, serta diskusi dengan penanggung jawab program penanggulangan
penyakit menular di Puskesmas Ambacang Kuranji.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang juga dikenal sebagai penyakit infeksi dalam istilah
medis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi (seperti
virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti luka bakar dan
trauma benturan) atau kimia (seperti keracunan) yang mana bisa ditularkan atau
menular kepada orang lain melalui media tertentu seperti udara (TBC, Infulenza
dll), tempat makan dan minum yang kurang bersih pencuciannya (Hepatitis,
Typhoid dll), Jarum suntik dan transfusi darah (HIV Aids, Hepatitis dll)
2.2. Definisi Penanggulangan Penyakit Menular
Penanggulangan penyakit menular adalah upaya kesehatan yang
mengutamakan aspek promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan
dan menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi
penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antardaerah maupun antar

negara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/ wabah (Permenkes RI


No. 82 tahun 2014).
2.3.Dasar Pelaksanaan Penanggulangan Penyakit Menular
Pelaksanaan penanggulangan penyakit menular diatur dalam Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular. Hal tersebut berdasarkan atas pertimbangan
bahwa penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
menimbulkan kesakitan, kematian, kecacatan yang tinggi dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 157 (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2.4. Kelompok dan Jenis Penyakit Menular
Berdasarkan cara penularannya, Penyakit Menular dikelompokkan menjadi
penyakit menular langsung dan penyakit tular vektor dan binatang pembawa
penyakit (Permenkes RI No. 82 tahun 2014).
Penyakit menular langsung terdiri atas :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.

Difteri
Pertusis
Tetanus
Polio
Campak
Typhoid
Kolera
Rubella
Yellow Fever
Influensa
Tuberkulosis
Hepatitis
Penyakit akibat pneumokokus
Penyakit akibat rotavirus
Penyakit akibat HPV
Penyakit virus ebola
MERS-CoV
Infeksi saluran pencernaan
Infeksi menular seksual
Infeksi HIV
Infeksi saluran pernafasan
Kusta
8

w. Frambusia
Penyakit tular vektor dan binatang pembawa penyakit:
a. Malaria
b. Demam berdarah
c. Chikungunya
d. Filariasis dan kecacingan
e. Schistosomiasis
f. Japanese Enchepalitis
g. Rabies
h. Antraks
i. Pes
j. Toxoplasma
k. Leptospirosis
l. Flu burung
2.5. Program kegiatan penanggulangan penyakit menular
Program penanggulangan penyakit menular diselenggarakan melalui
upaya

kesehatan

dengan

mengutamakan

upaya

kesehatan

masyarakat.

Penanggulangan penyakit menular dilakukan melalui upaya pencegahan,


pengendalian, dan pemberantasan.
Upaya pencegahan dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan,
perlindungan spesifik, pengendalian faktor risiko, perbaikan gizi masyarakat dan
upaya lain sesuai dengan ancaman penyakit menular. Upaya pengendalian
dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor risiko penyakit dan/atau
gangguan kesehatan. Upaya pemberantasan dilakukan untuk meniadakan sumber
atau agen penularan, baik secara fisik, kimia dan biologi.
Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan

dalam

penanggulangan penyakit menular dilakukan melalui kegiatan :


a. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan dilakukan dengan metode komunikasi, informasi
dan edukasi secara sistematis dan terorganisasi. Promosi kesehatan
dilakukan untuk tercapainya perubahan perilaku pada masyarakat umum
yang dilakukan oleh masyarakat dibawah koordinasi pejabat kesehatan
masyarakat di wilayahnya. Promosi kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang pengendalian penyakit


menular seperti kader melalui pendekatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat dan/atau tokoh masyarakat melalui pendekatan kemitraan sesuai
dengan ketentuan. Promosi kesehatan dilakukan melalui:

Penyuluhan
Konsultasi, bimbingan dan konseling
Intervensi perubahan perilaku
Pemberdayaan
Pelatihan
Pemanfaatan media informasi

Promosi kesehatan diarahkan untuk peningkatan perilaku hidup


bersih dan sehat (PHBS) guna memelihara kesehatan dan pencegahan
penularan penyakit. PHBS dilakukan minimal dengan cuci tangan pakai
sabun, pemberantasan jentik nyamuk, menggunakan air bersih untuk
keperluan

rumah

tangga,

mengkonsumsi

makanan

gizi

seimbang,

melakukan aktivitas fisik setiap hari, menggunakan jamban sehat, menjaga


dan memperhatikan kesehatan reproduksi, dan mengupayakan kondisi
lingkungan yang sehat (Permenkes RI No. 82 tahun 2014).
b. Surveilans kesehatan
Dalam rangka

penyelenggaraan

upaya

pemberantasan

dan

penanggulangan penyakit menular diperlukan dukungan data-data dan


informasi melalui suatu sistem surveilans epidemiologi penyakit secara rutin
dan terpadu.
Surveilans atau surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis
secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat

10

melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui


proses

pengumpulan

data,

pengolahan

dan

penyebaran

informasi

epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.


Pada tahun1987 telah dikembangkan sistem surveilans terpadu
(SST) berbasis data, sistem pencatatan pelaporan terpadu puskesmas
(SP2TP). Disamping SST telah juga dikembangkan beberapa sistem
surveilans khusus penyakit tuberkulosa, penyakit malaria, penyakit demam
berdarah, penyakit kusta dan lain sebagainya. Prioritas surveilans penyakit
yang perlu dikembangkan adalah penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, penyakit yang potensial menimbulkan wabah atau kejadian luar
biasa, demam berdarah dan demam berdarah dengue, malaria, penyakitpenyakit zoonosis antara lain antraks, rabies, leptospirosis, filariasis serta
tuberkulosis, diare, tipus abdominalis, HIV, ISPA dan lainya (KMK R1 No.
1479 tahun 2003).
c. Pengendalian faktor risiko
Pengendalian faktor risiko ditujukan untuk memutus rantai
penularan dengan cara :
Perbaikan kualitas media lingkungan
Perbaikan kualitas media lingkungan yang bisa dilakukan
meliputi perbaikan kualitas air, udara, tanah, sarana dan
bangunan,

serta

pangan

agar

tidak

menjadi

berkembangnya agen penyakit.


Pengendalian vektor dan binatang pembawa penyakit
Rekayasa lingkungan
Rekayasa lingkungan dapat dilakukan dengan

tempat

kegiatan

rehabilitasi lingkungan secara fisik, biologi maupun kimiawi.


Peningkatan daya tahan tubuh
Peningkatan daya tahan tubuh berkaitan dengan perbaikan gizi

masyarakat.
d. Penemuan kasus
11

Penemuan kasus dapat dilakukan secara aktif dan pasif terhadap


penyakit termasuk agen penyebab penyakit. Penemuan kasus secara
aktif terhadap penyakit dilakukan dengan cara petugas kesehatan datang
langsung ke masyarakat dengan atau tanpa informasi dari masyarakat,
untuk mencari dan melakukan identifikasi kasus. Penemuan kasus secara
pasif dilakukan melalui pemeriksaan penderita penyakit menular yang
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Penemuan kasus harus
diperkuat dengan uji laboratorium.
Setiap orang yang mengetahui adanya penderita penyakit menular
berkewajiban melaporkan kepada tenaga kesehatan atau puskesmas, dan
tenaga kesehatan harus melaporkan ke puskesmas untuk dilakukan
verifikasi, pengobatan, dan upaya lain yang diperlukan agar tidak terjadi
penularan penyakit.
e. Penanganan kasus
Penanganan kasus ditujukan untuk memutus mata rantai penularan
dan/atau pengobatan penderita. Penanganan kasus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berwenang di fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam
rangka memutus mata rantai penularan, pejabat kesehatan masyarakat
berhak mengambil dan mengumpulkan data dan informasi kesehatan
dari kegiatan penanganan kasus. Tenaga kesehatan yang melakukan
penanganan kasus wajib memberikan data dan informasi kesehatan yang
diperlukan oleh pejabat kesehatan masyarakat.
f. Pemberian kekebalan (imunisasi)
Pemberian kekebalan dapat dilakukan dengan imunisasi rutin, imunisasi
tambahan, dan imunisasi khusus.
g. Pemberian obat pencegahan secara massal
Pemberian obat pencegahan secara massal hanya dapat dilakukan pada
penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit tropik yang terabaikan
12

(Neglected Tropical Diseases/ NTD) dengan memperhatikan tingkat


endemisitas wilayah masing-masing.
h. Kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh mentri
Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan terhadap kelompok
masyarakat yang terjangkit penyakit menular dilakukan kegiatan berupa:
a. Penemuan penderita
b. Penyelidikan epidemiologi
c. Pengobatan masal
d. Pemberian kekebalan masal
e. Intensifikasi pengendalian faktor risiko
2.6. Pendanaan penanggulangan penyakit menular
Pendanaan penanggulangan penyakit menular bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN), anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD).

BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1. Gambaran Umum Puskesmas Ambacang Kuranji


3.1.1. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Ambacang Kuranji didirikan pada tanggal 5 Juli 2006. Kepala
Puskesmas pertama adalah dr. Dewi Susanti Febri. Saat itu Puskesmas hanya
memiliki 15 orang staf. Dr. Dewi Susanti Febri menjabat sebagai kepala
Puskesmas sampai bulan Maret 2009, dilanjutkan oleh dr. Hj. May Happy sampai

13

tahun 2012, dan sejak saat itu sampai sekarang Puskesmas Ambacang Kuranji
dipimpin oleh Trice Erwiza, S.KM, M.Kes.
Pada awalnya, pelaksanaan program puskesmas masih bekerja sama dengan
Puskesmas Kuranji, karena empat kelurahan yang merupakan wilayah kerjanya
saat itu termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Akan tetapi, sejak
tahun 2006, program kerja Puskesmas Ambacang Kuranji telah dilaksanakan
secara mandiri dan berkesinambungan.
Puskesmas Ambacang Kuranji

berfungsi

dalam

menyelenggarakan

pembangunan berwawasan kesehatan.Visinya adalah menjadikan Kecamatan


Kuranji sehat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dilaksanakan dengan
beberapa misi, antara lain: menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan;
mendorong kemandirian untuk hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat;
memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan; dan memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga,
dan masyarakat serta lingkungannya.
3.1.2. Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji berbatasan
dengan kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab selain Puskesmas
Ambacang Kuranji, antara lain:
Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kuranji
Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pauh
Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Andalas
Barat : Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo
Puskesmas Ambacang Kuranji terletak pada 0 55' 25.15" Lintang Selatan
dan +100 23' 50.14" Lintang Utara. Luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kuranji adalah sekitar 12 km2 meliputi empat kelurahan, yaitu: Kelurahan Pasar

14

Ambacang, Kelurahan Anduring, Kelurahan Ampang, dan Kelurahan Lubuk


Lintah.

Gambar 3.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang


Sumber :Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang tahun 2014
3.1.3. Kondisi Demografis dan Sasaran Puskesmas
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
yang menjadi sasaran kegiatan Puskesmas selama tahun 2015 adalah
sebanyak 49.966 jiwa dengan luas wilayah kerja sekitar 12 km 2.
Distribusi kependudukan menurut kelurahan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja


Puskesmas Ambacang Tahun 2015
No
.

Jenis Kelamin
Kelurahan

Laki-laki

Perempu

Jumlah

an
1

Pasar

8.950

8.968

Ambacang

15

17.918

Anduring

7.137

7.151

14.288

Lubuk Lintah

5.181

5.191

10.327

Ampang

3.690

3.698

7.388

Puskesmas

24.958

25.008

49.966

Sumber :Data Sasaran Program Kesehatan Puskesmas Ambacang Tahun 2015


Berdasarkan data tersebut dapat kita lihat bahwa kepadatan
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji adalah sekitar
4.164 penduduk/km2.Berdasarkan UU No.56 tahun 1960, angka ini
menunjukkan bahwa wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji
termasuk kategori sangat padat.

3.1.4.Sarana dan Prasarana


Saat ini, Puskesmas Ambacang Kuranji telah memiliki sarana dan prasarana
yang mendukung pelaksanaan kegiatan di puskesmas.Puskesmas ini telah
memiliki gedung permanen dua lantai yang dapat dimanfaatkan dalam
melaksanakan

kegiatan

pelayanan

kesehatan

dan

kegiatan

administrasi

puskesmas.Selain itu juga terdapat kendaraan operasional puskesmas yang dapat


digunakan untuk menjangkau sarana kesehatan lain dan tempat-tempat
pelaksanaan program-program puskesmas, seperti posyandu, posbindu, poskeskel,
dan sebagainya.
Sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Ambacang Kuranji antara lain
sebagai berikut:
a. Puskesmas
: 1 buah
b. Puskesmas Pembantu
: 1 buah
c. Pusat Kesehatan Kelurahan : 1/kelurahan (total 4)
d. Bidan Praktik Mandiri
:9
e. Dokter Praktik Swasta
:4
Data UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) di Puskesmas
Ambacang:

16

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Posyandu Balita
: 29 Pos
Posyandu Lansia
: 9 Pos
Posbindu
: 8 Pos
Batra
: 72 Batra
Poskestren
: 1 Pos
Toga
: 697 KK
Usaha Kesehatan Kerja
: 95 UKK
Poskeskel
: 4 unit
Pembinaan RT berPHBS : 759 RT

3.2. Angka Kejadian Penyakit Menular di Puskesmas Ambacang Kuranji


3.2.1. Demam Berdarah
Grafik kasus DBD perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2014-2015

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan


oleh virus dengue. Virus dengue akan ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk
Aedes Aegypti dan juga yang potensial adalah Aedes Albopictus. Nyamuk Aedes
Aegypti merupakan nyamuk yang berkembang biak di air yang bersih, sehingga
sering ditemukan di bak mandi, dan didalam rumah yang terdapat genangan air
yang cukup lama. Nyamuk Aedes Albopictus berkembang biak disemak-semak,
sehingga rumah yang disekitarnya terdapat semak.

17

Penanggulangan kasus DBD yang dilakukan oleh Puskesmas Ambacang


Kuranji

adalah dengan tindakan promotif dan preventif. Promotif dilakukan

dengan bekerjasama dengan program promkes puskesmas andalas dalam


memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai DBD berupa 3M (menguras,
menutup dan mengubur), PHBS, dan menjaga kesehatan lingkunganya. Tindakan
preventif yang dilakukan berupa pembagian secara gratis bubuk abate
dipuskesmas, survei jentik-jentik nyamuk ke rumah, sekolah, fasilitas umum, dan
tempat-tempat yang berpotensi dalam perkembangbiakan nyamuk. Tim P2M juga
melakukan pelaporan ke kepala wilayah untuk bekerjasama lintas sektor untuk
menurunkan angka kejadian DBD.
3.2.2. Penumonia
Grafik kasus pneumonia perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 20142015

18

Permasalahan penyakit pneumonia sampai saat ini masih menempati


urutan tertinggi dalam 10 penyakit terbanyak.. Penanganan kasus Pnemonia di
Puskesmas juga sesuai dengan protap dan pengobatan yang rasional.

3.2.3. Diare
Grafik kasus diare perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 2014-2015

Memperhatikan grafik diatas dapat dilihat insiden diare berdasarkan


kelurahan, bahwa penyakit diare tetap muncul tiap bulannya dan tiap
kelurahan.kasus yang terbanyak terjadi pada kelurahan Pasar Ambacang yaitu

19

151 kasus dan yang kecil angka kejadiannya terdapat pada Kelurahan Ampang
yaitu 33 kasus.jadi total kasus pada tahun

2015 ini adalah sebanyak 422,

erjadinya penurunan kasus sebanyak 114 kasus.

3.2.4 Rabies
Grafik kasus rabies perkelurahan di Puskesmas Ambacang Kuranji tahun 20142015

20

Dari grafik diatas dapt kita lihat bahwa kasus Gigitan hewan Penular
rabies pada tahun 2015 ini sebanyak 35 kasus,terjadi peningkatan kasus dari tahun
sebelumnya 2014 sebnayak 29 kasus.
Dengan tingginya popolasi hewan penular rabies di kota padang seperti
Kucing,anjing,kera dan monyet.di kota Padang.maka kasus gigitan Hewan
Penular rabies (HPR) juga cukup tinggi.untuk mencegah terjadinya penyakit
rabies.disamping melakukan pemeliharaan hewan dengan baik,dengan pemberian
vaksinasi secara rutin dan tidak dibiarkan lepas,juga pada setiap kasus gigitan
ditangani secara baik dan benar.

3.2.5. Campak
Grafik kasus campak perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji

21

Dari grapik diatas dapat di lihat terjadinya peningkatan kasus tahun 2015 (9)
dan tahun 2014 (6) kasus.
Kegiatan penanggulangan kasus campak di Puskesmas Ambacang antara lain :

1.

Penemuan Penderita

2.

Survei dan Penyelidikan Epidemiologi

3.

Pengambilan Darah tepi penderita sebanyak 5 ml guna pemeriksaan lebih lanjut


Virus penyebab penyakit campak.

4.

Pada pasien campak diberikan Vit A dosis tinggi dengan aturan minum pada hari
pertama,ketiga dan keempat belas

5.

Menyarankan pada penderita agar tidak keluar rumaselama menderita campak


supaya tidak menyebarkan virus campak pada orang lain.

3.2.6. Malaria
Grafik kasus malaria perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji

22

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus malaria sama yaitu 1 kasus di tahun
2014 dan 1 kasus di tahun 2015. ada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang hal ini
menunjukkan bahwa upaya dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria sudah
baik dalam hal ini juga melaksanakan kerja sama lintas program di wilayah kerja
Puskesmas Ambacang.

23

3.2.7. Difteri
Grafik kasus difteri perkelurahan Pusekesmas Ambacang Kuranji

Berdasarkan grapik diatas dapat dilihat bahwa terjadi KLB.karena jika di


bandingkan dengan tahun 2014 tidak ada kasus dan pada tahun 2015 ini langsung saja
melonjak ada kasus 8 kasus .

3.2.8. Tuberculosis
Target suspek pencapaian TB Puskesmas Ambacang Kuranji
Target
Pencapaian

Suspek
2015

770

329

42,7

2014

770

226

29,3

Target pencapaian suspek TB perkelurahan Puskesmas Ambacang Kuranji

24

KELURAHAN

TARGET

PENCAPAIAN

Ps.Ambacang

294

154

52.3

Anduring

198

40

20.2

Lb.Lintah

154

51

33.1

Ampang

124

57

45.9

Jumlah

770

302

BAB IV
25

PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pelaksanaan P2M
Penanggulangan penyakit menular merupakan suatu program UKM
esensial yang masuk kedalam program P2P di Puskesmas Ambacang Kuranji.
Dalam pelaksanaanya tim P2M tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari
pihak lain, sehingga dalam pelaksanaanya tim P2M melakukan kerjasama lintas
program dan lintas sektor. Tim P2M disetiap awal tahun membuat perencanaan
program yang akan dilakukan setahun kedepan beserta target dan sasaranya.
Tim P2M melakukan pendataan ke DKK untuk melakukan pemetaan
kasus penyakit menular di wilayah kerja puskesmas Ambacang. Selain itu juga
untuk pendataan alamat supaya dapat survei ke lapangan, sehingga dapat
diidentifikasi permasalahan dan dapat dilakukan intervensi agar tidak terjadi
penularan yang lebih luas.
4.2. Kejadian Penyakit Menular di Puskesmas Ambacang Kuranji
Kasus DBD pada tahun 2014 dan 2015 masih cukup tinggi di wilayah
kerja puskesmas Ambacang Kuranji, dan mengalami peningkatanhampir dua kali
lipat pada tahun 2015 dibandingkan pada tahun 2014. Permasalahan yang
ditemukan oleh tim P2M adalah adanya tempat-tempat perkembangbiakan jentikjentik nyamuk, sehingga rantai penularan masih tetap berjalan. Walaupun bubuk
abate diberikan secara gratis, namun kesadaran dari masyarakat masih kurang
dalam upaya pemberantasan jentik-jentik nyamuk. Selain itu masih banyak
masyarakat yang belum paham mengenai bahaya jentik-jentik nyamuk dalam
penularan DBD sehingga sering terabaikan. Sehingga perlu kiranya diberikan
pemahaman kepada masyarakat dalam upaya pencegahan penularan DBD dalam

26

bentuk promosi kesehatan yang efektif, efisien dan cocok untuk masyarakat
tersebut.
Dalam survei jentik ke lapangan, diperlukan tim JUMANTIK (Juru
pemantau jentik) yang terdiri dari kader-kader terlatih. Namun sekarang masih
belum berjalan dengan baik, sehingga tim P2M harus turun dalam melakukan
survei tersebut.
Penyakit Pnemonia sampai saat ini masih menempati urutan tertinggi
dalam 10 penyakit terbanyak.penanganan kasus Pnemonia di Puskesmas juga
sesuai dengan protap dan pengobatan yang rasional.
Diare dapat disebabkan bakteri, virus, parasit, makanan. Salah satu
komplikasi dari diare berat adalah terjadinya dehidrasi. Dehidrasi dapat
menyebabkan kematian pada bayi, balita, dan anak-anak. Diare yang disebakan
oleh beberapa bakteri, virus dan parasit dapat dengan mudah ditularkan melalui
lingkungan. Air yang telah tercemar oleh bakteri, virus, atau parasit tersebut dapat
sebagai agen penularan ke masyarakat. Sehingga perlu dilakukan pemantauan
kesehatan lingkungan berupa sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan
sehat pada masyarakat.
Virus rabies merupakan virus yang sangat mematikan bagi manusia. Di
wilayah kerja puskesmas Ambacang Kuranji masih ada kejadian gigitanta hewan
penular rabies yang dapat menyebabkan kematian. Dengan adanya VAR dapat
mengurangi angka mortalitas akibat virus rabies.
Campak dibeberapa kelurahan masih terjadi, hal ini disebabkan karena
tidak semua bayi dan balita diimunisasi campak, sehingga kekebalan tubuh
terhadap campak masih kurang. Banyak stigma yang berkembang mengenai
27

imunisasi di masyarakat yang menyebabkan masyarakat tidak membawa anaknya


ke fasilitas kesehatan untuk di imunisasi. Imunisasi merupakan sebagai tindakan
preventif terhadap kejadian kasus penyakit menular.
Puskesmas Ambacang Kuranji di tahun 2015 ditemukan 8 kasus difteri.
Jika ditemukan kasus difteri, pihak puskesmas akan melakukan pelacakan dimana
tempat tinggal, dan tempat-tempat yang dikunjungi oleh penderita difteri misalnya
sekolah, tempat mengaji, tempat bermain dan lainya. Pelacakan dilakukan untuk
mencegah terjadinya penularan yang lebih luas, dan dapat melakukan
penatalaksanaan dengan segera pada orang yang telah tertular.
Berdasarkan data pencapaian indikator tuberkulosis pada puskesmas
andalas ditahun 2014 dan 2015, angka penjaringan suspek dan case detection rate
masih jauh dari batas target. Penjaringan suspek bertujuan untuk mendeteksi
secara dini kasus TB, sehingga dapat mengurangi penularan yang akan
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat tuberkulosis paru.
Pada tahun 2014 dan 2015 penjaringan suspek belum mencapai target
dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang belum tahu mengenai
tuberkulosis paru, sehingga orang yang sudah terinfeksi TB tidak berobat dan
terjadi penularan ke orang-orang yang sering berkontak dengan penderita. Selain
itu tenaga kesehatan puskesmas yang turun ke lapangan juga sedikit, sehingga
tidak dapat terjaring secara maksimal penderita TB di wilayah kerja puskesmas.
Stigma masyarakat mengenai penyakit TB paru yang dikatakan bahwa
penyakit yang memalukan juga dapat menurunkan penjaringan suspek dan CDR
karen penderita yang bersembunyi sehingga petugas kesehatan tidak dapat
mendata. Tindakan promotif sangat diperlukan dalam penjaringan suspek, karena

28

dengan tingkat pengetahuan yang cukup tinggi maka penderita dapat menyadari
mengenai pentingnya penanggulangan penyakit TB.

BAB V
29

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Program P2M dalam penanggulangan penyakit menular tidak bisa
berjalan sendiri, melainkan harus bekerjasama lintas program dan lintas
sektor.
2. Tingkat

pengetahuan

masyarakat

terhadap

penyakit

menular

mempengaruhi tingkat penularan.


3. Permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan penanggulangan
penyakit menular adalah berasal dari masyarakat yang tidak perduli
dengan kesehatan lingkunganya. Sehingga lingkungan sekitarnya dapat
sebagai agen penularan.
4. Pengetahuan masyarakat perlu lebih ditingkatkan agar masyarakat tidak
hanya tau, tetapi juga mau dan mampu dalam menjaga lingkungan tetap
sehat.
5.2. Saran
1. Sebaiknya dilakukan promotif kepada masyarakat agar mereka tau, mau
dan mampu ikut serta dalam penanggulangan penyakit menular.
2. Sebaiknya dilakukan survei jentik secara rutin ke lokasi-lokasi yang
potensial perkembangbiakan jentik nyamuk.
3. Sebaiknya puskesmas mengajukan penambahan SDM Puskesmas,
sehingga semua program dapat berjalan dengan optimal.
4. Tingkatkan pemberian penyuluhan kepada masyarakat

tentang

pentingnya deteksi dini dan pengendalian risiko penyakit menular.

30

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Rpublik Indonesia 2015-2019. Jakarta: Kemenkes RI; 2015.
KMK RI Nomor 1479. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Jakarta.
Kemenkes RI
Puskesmas Andalas Padang. 2015.

Laporan Tahunan 2014. Padang:

Puskesmas Andalas Padang.


Puskesmas Andalas Padang. 2014.

Laporan Tahunan 2013. Padang:

Puskesmas Andalas Padang.


Puskesmas Andalas Padang. 2015.

Laporan lokakarya mini 2015.

Padang: Puskesmas Andalas Padang.


Puskesmas Andalas Padang. 2015.

RUK 2015. Padang: Puskesmas

Andalas Padang.
Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82. 2014.
Penanggualangan Penyakit Menular. Jakarta. Kemenkes RI
Werdhani, RA. 2008. Patofisiologi, Diagnosis,

dan

Klasifikasi

Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan


Keluarga FKUI.

31

Anda mungkin juga menyukai