Anda di halaman 1dari 33

de

LARING
Emil Anwar

ANATOMI LARING

Laring merupakan bagian terbawah saluran napas atas, berbentuk limas segitiga yang
terpancung. Batas atas berupa Aditus Laring sedang batas bawahnya tepi bawah Kartilago Krikoid. Dalam rongga laring
terdapat suatu alat vital yang berfungsi terutama pada fonasi dan respirasi dikenal sebagai Pita Suara [vocal cord] kanan dan
kiri, sedang ruang diantaranya disebut Rima Glotis yang merupakan satu2nya jalan udara pernapasan ke Paru2.

Laring terletak setinggi V.C 3-6 pada pria sedang pada wanita dan anak sedikit lebih tinggi.

Ukuran pita suara waktu lahir sekitar 0,7 cm, pada wanita 1,6 2 cm dan pada pria 2 2,4 cm.

Ukuran rima glotis maksimal [pada abduksi pita suara maksimal] sekitar 2 cm.

Untuk kepentingan pembedahan, rongga laring dibagi 3 bagian:


1.
Vestibulum laring atau supra glotik - dari puncak epiglotis sampai permukaan superior pita suara.
2.
Glotik - dari pita suara sampai garis khayal sekitar 3 mm dibawah pita suara.
3.
Subglotik - dari glotik sampai tepi bawah kartilago krikoid.

Lig
am
en
Tir
ohi
oid

de

Laring dibentuk oleh satu buah tulang dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan dan diikat satu sama lain oleh otot2
dan ligamentum.
Tulang dan tulang rawan laring :
1.
Tulang Hioid : terletak paling atas, berbentuk huruf Uyang mudah diraba pada leher bagian depan atas.
2.
Tulang rawan Tiroid : Tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari 2 bh lamina yang bersatu didepan dan
mengembang kebelakang.
3.
Tulang rawan Krikoid : Terletak dibawah tulang rawan tiroid dan merupakan tulang rawab terbawah dari laring.
4.
Tulang rawan Epiglotis : Berbentuk pipih seperti daun, terdiri dari jaringan fibroelastik.
5.
Tulang rawan Aritenoid : Berbentuk piramid bersisi tiga tidak teratur, yang bagian dasarnya membentuk
persendian dengan bagian atas belakang krikoid.
6.
Tulang rawan Kornikulata dan Kuneiformis : Terdiri dari komponen elastik. Kornikulata bersendi dengan apeks
aritenoid, sedang kuneiformis bersendi dgn kornikulata. Keduanya membentuk tonjolan pada sisi posterior rima glotis.
PEMERIKSAAN LARING
I. Laringoskopi tidak langsung (indirect laryngoscopy)
Pada pertengahan abad 19 ditemukan I kali cara melihat laring
dengan menggunakan kaca laring.

de
II. Laringoskopi langsung (direct laryngoscopy)
Pada awal abad 20, Jackson menemukan Laringoskop, alat yang
dapat digunakan melihat laring secara langsung.
III. Mikrolaringoskopi
Beberapa waktu kemudian, Kleinsasser menggabungkan penggunaan laringoskop dengan mikroskop yang dikenal dengan
pemeriksaan Mikrolaringoskopi yang sekarang sering digunakan untuk bedah mikro dan bedah laser.
IV. Radiologi
Berbagai cara pemeriksaan radiologi mulai dari foto soft tissue
leher sampai CT scan laring sangat membantu dalam diagnosis &
terapi kelainan laring.
V. Stroboskopi dan kinematografi.
Kedua pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi fungsi laring
dengan mengamati getaran pita suara menggunakan kilatan
cahaya dan kamera kecepatan tinggi.
KELAINAN LARING
Pada umumnya adanya kelainan pada laring biasanya ditandai dengan gej klinik brupa Suara serak (disfonia) & sumbatan
(obstruksi) laring.
Suara serak biasanya ditandai sebagai :
- suara yang kasar
- suara yang susah keluar
- suara dengan nada yang lebih rendah dari normal.
Suara serak biasanya terjadi akibat gangguan :
- getaran/fibrasi pita suara

de
- ketegangan pita suara
- pendekatan/aduksi pita suara
Penyebab suara parau dapat berupa:
- kelainan kongenital
- radang akut/kronis
- kelumpuhan otot2 laring/pita suara
- tumor jinak/ganas
- nodul pita suara dan keratosis laring
I. Kelainan kongenital
Laringomalasia paling sering ditemukan, merupakan lemahnya rangka laring menyebabkan epiglotis tertarik kebawah
menutupi rima glotis pada waktu inspirasi.
Hal ini menyebabkan napas berbunyi(stridor inspirasi) sampai sumbatan laring.
Paralisis pita suara kongenital kelainan kedua tersering setelah laringomalasi.
Bisa unilateral atau bilateral, yang terakhir biasanya berhubungan dengan kelainan neurologik dan jantung. Pada yang
unilateral biasanya sembuh spontan setelah usia 6 bulan.
Stenosis subglotik kongenital kelainan ketiga tersering. Terdapat penyempitan sub glotik 2-3 cm dibawah pita suara.
Merupakan sebab tersering untuk tindakan trakeostomi pada anak dibawah umur 1 tahun. Beberapa kelainan dapat
menyebabkan stenosis ini.
Laryngeal web terdapat selaput transparan yang dapat tumbuh didaerah supraglotik, glotis atau subglotik, terbanyak di
glotis (75%), namun yang paling berat sehingga memerlukan tindakan trakeostomi bila tumbuh di subglotik.
Beberapa kelainan kongenital laring lainnya seperti kista laring, hemangioma, laringokel, Epiglotis bifida lebih jarang
ditemukan.
II. Peradangan laring
Laringitis akut non spesifik dan spesifik.
kronis non spesifik dan spesifik.
Laringitis akut non spesifik pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (common cold).
Etiologi umumnya Virus, invasi bakteri biasanya sekunder.

de
Gejala biasanya seperti common cold disertai dengan suara serak, kecuali pada anak sering disertai sumbatan jalan
nafas, namun umumnya dapat diatasi dengan terapi konservatif saja.
Istirahat bicara/suara selama beberapa hari, disamping menghindari iritasi tenggorok sangat penting dalam terapi.
Laringitis akut spesifik Difteri dan Herpes laring.
Difteri infeksi akut yang disebabkan bakteri gram(+) corynebacterium diphtheriae, dapat mengenai sebagian atau
seluruh saluran napas atas. Lebih sering timbul pada anak dan biasanya menyebabkan sumbatan jalan nafasyang
memerlukan tindakan trakeostomi darurat/segera.
Herpes infeksi akut yang disebabkan virus. Paling sering ditemukan pada balita 6 bulan sampai 3 tahun. Biasanya
sembuh sendiri dalam 1 3 minggu, dan jarang menyebabkan sumbatan laring.
Laringitis kronis non spesifik biasanya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis kronis atau bronkitis kronis.
Penyebab lainnya iritasi kronis pada laring seperti penggunaan suara berlebihan (vocal abuse), asap rokok/asap industri
dan alkohol.
Keluhan yang menonjol suara serak yang menetap dan rasa tersangkut ditenggorok.
Terapi yang terpenting, istirahat suara (vocal rest) dan mengobati faktor penyebab.
Nodul pita suara merupakan laringitis kronis yang terlokalisasi. Lesi khas berupa massa kecil jaringan inflamasi dibagian
tengah pita suara.
Penyebabnya penggunaan suara berlebihan dan terus menerus atau fonasi hiperkinetik, karena itu paling sering terjadi
pada pengguna suara profesional.
Kelainan awal ditandai dengan suara pecah pada nada tinggi dan gagal dalam mempertahankan nada.
o Polip pita suara massa polipoid ditengah pita suara merupakan lesi jinak laring yang sering ditemukan. Penyebabnya
penggunaan suara berlebihan tapi tanpa memerlukan waktu lama atau infeksi saluran nafas atas. Suara serak merupakan
keluhan utama.
Laringitis kronis spesifik ada 2 penyakit disini yaitu laringitis tuberkulosi dan laringitis luetika. Keduanya biasanya
m.erupakan kelanjutan dari penyakit primernya. Tuberkulosis umumnya lebih sering ditemukan. Pengobatannya sesuai
dengan penyakit primernya.
III. Tumor laring
Papiloma laring merupakan tumor jinak laring yang paling sering ditemukan.
Ada 2 jenis:
Tipe juvenil (anak) biasanya multipel dan mengalami regresi waktu dewasa
Tipe dewasa biasanya tunggal, tidak mengalami regresi dan merupakan prekanker.
Sifat yang menonjol dari tumor ini, sering tumbuh kembali stlh diangkat sehingga operasi harus dilakukan berulang kali.

de
Karsinoma laring karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas laring yang tersering.
Tumor dapat ditemukan disupraglotik, glotik dan subglotik.
Etiologi tidak diketahui, walaupun insidens tertinggi ditemukan pada perokok dan peminum.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomik dari bahan biopsi laring.
Untuk menggambarkan secara tepat lokasi, luas tumor dan metastasis tumor dibuat stadium menurut klasifikasi TNM (AJCC
dan UICC 1988)
T = tumor ( Tis, T1-4)
N = penjalaran kekelenjar limfa ( Nx, No-3)
M = metastasis jauh ( Mx, Mo-1)
Penentuan stadium setelah diagnosis ditegakkan sangat
menentukan tindakan yang akan dilakukan.
Cara penanggulangan yang lazim dilakukan yaitu pembedahan,
radioterapi dan Sitostatika atau kombinasi tergantung stadium
penyakit dan keadaan umum pasien.
Trauma laring
Penyebab trauma laring yang tersering adalah trauma tumpul akibat benturan leher pada kecelakaan mobil/motor, olahraga
bela diri, terkena tangkai pompa air dan gantung diri.
Ballenger membagi penyebab trauma laring atas :
I.Trauma mekanik.
1. Eksterna: trauma tumpul/tajam, komplikasi trakeostomi atau
krikotirotomi.
2. Interna : tindakan endoskopi, intubasi endotrakea atau

de
pemasangan NGT.
II. Luka bakar laring.
1. Luka bakar termal : tertelan makanan/minuman panas,
terhirup udara/gas panas.
2. Luka bakar kimia : basa kuat (NaOH, KOH), amonia, Natrium
hipoklorit (clorox), Orthophenylphenol
(Lysol).
III. Trauma radiasi : biasanya pada radioterapi tumor ganas leher.
IV. Trauma autogen : penggunaan suara yang berlebihan.
Patofisiologi trauma laring
Edem atau hematoma laring yang khas mengenai plika ariepiglotika dan pita suara palsu, karena pengumpulan
cairan/darah dengan cepat yang dimungkinkan oleh kemampuan jaringan submukosa laring untuk meregang terutama di
supraglotik.
Robekan mukosa laring-faring dapat menyebabkan emfisema subkutis segera dan terjadinya kontaminasi leher dalam
yang selanjutnya terjadi selulitis, abses atau fistel.
Berdasarkan beratnya kerusakan yang timbul, Boyes (1968) membagi trauma laring dalam 3 golongan yang erat
hubungannya dengan fungsi utama laring sebagai saluran nafas yang adekuat :
1. Trauma dgn kelainan mukosa saja tanpa kelainan tulang rawan.
2. Trauma dengan kerusakan tulang rawan (crushing injuries).
3. Trauma yang mengakibatkan sebagian jaringan hilang.
Gejala dan tanda klinis.
Gejala klinis :
1. Stridor inspirasi dsertai meningkatnya obst. saluran nafas atas.
2. Disfonia atau afonia.
3. Batuk disertai hemoptisis dan hematemesis.
4. Nyeri pada leher.
5. Disfagia dan odinofagia.
Tanda klinis:
1. Deformitas leher termasuk perubahan bentuk dan pembengkakan.
2. Emfisema subkutis.
3. Nyeri tekan laring.
4. Krepitasi tulang.
Adanya obstruksi jalan nafas dan emfisema subkutis menunjukkan kerusakan laring berat.
Diagnosis:
Terdapatnya salah satu manifestasi klinik diatas merupakan dasar perkiraan adanya trauma yang berat dan merupakan indikasi
untuk melakukan pemeriksaan :
- Laringoskopi langsung/tak langsung melihat edem, hematoma, mukosa dan tulang rawan yang bergeser serta paralisis pita
suara.
- Rontgen foto leher dan dada mendeteksi adanya fraktur laring-trakea dan Pneumotoraks.
- CT Scan laring menggambarkan panjang stenosis laring-trakea, derajat trauma jaringan lunak atau fibrosis (trauma mukosa,
jaringan lunak dan tulang rawan) dan mengukur daerah paling sempit dari segmen yang obstruksi.
Terapi:
Terapi awal pada trauma laring adalah :
1. Mempertahankan aliran udara adekuat, mungkin diperlukan tindakan trakeostomi.
2. Penilaian terhadap trauma dan menentukan terapi defenitif harus segera dilakukan atau ditunda, tergantung pada keadaan
klinisnya.
Indikasi eksplorasi laring adalah :
1. Sumbatan jalan nafas yang memerlukan trakeostomi.
2. Emfisema subkutis yang progresif.
3. Laserasi mukosa yang luas.
4. Tulang rawan krikoid yang terbuka.
5. Paralisis pita suara bilateral.

LARYNGOLOGY
Anatomi larynk

Larynk merupakan bagian terbawah dari saluran pernapasan bagian atas yang berhubungan langsung dengan trachea,
kemudian fungsinya berkembang sebagai alat fonasi.

Larynk dibangun oleh beberapa kerangka tulang rawan yang dihubungkan oleh ligamentum dan digerakkan oleh otot-otot.

Bagian dalam larynk dilapisi mukosa yang berhubungan ke atas dengan mukosa pharynk dan ke bawah dengan mukosa
trachea.
7

de

Larynk dapat dilihat dari luar serta dapat diraba pada bagian depan leher dimana cartilago thyroid membentuk tonjolan, yang
disebut adams apple.

Larynk berbentuk limas segitiga terpancung yang terbalik . Bagian atas lebih besar daripada bagian bawah dimana :

Bagian atas : aditus laryngis

Bagian bawah : batas caudal cartilago cricoid

Yang perlu diperhatikan


- Tulang rawan
- Mukosa
- Persarafan
-

pada larynk adalah :


Cavum laryngis
Otot
Sistem limfatik

Tulang rawan
Mayor cartilago
1. Cartilago thyroid
2. Cartilago cricoid
3. Cartilago aritenoid
Minor cartilago
1. Epiglottis
2. Cartilago corniculata dari santorini
3. Cartilago cuneiformis dari wrisberg
4. Cartilago tritisea
Cartilago cricoidea mudah teraba di bawah kulit, melekat pada cartilago thyroidea melalui ligamentum cricothyroid.
Cartilago cricoidea berbentuk lingkaran penuh, dan tidak mampu mengembang.
Mulai usia 30 terjadi proses penulangan pada cartilago thyroid, cricoid dan seterusnya.
Ligamentum-ligamentum yg menghubungkan cartilago trsbt adlah:
1. Ligamentum thyroepiglotik
2. Ligamentum cricoid
3. Ligamentum cricoarithenoid
Kavum laringis
Plica vokalis & plica vntrikularis mmbagi rongga larynk mjd 3 bgn, yi:
1. Supraglotik = vestibulum larynk
Berhubungan ke atas dengan rongga pharynk melalui aditus laryngis. Mulai dr bagian atas larynk smpai perm. pita suara palsu.
2. Glotik
Daerah antara pita suara palsu dengan pita suara sejati. Terdapat rongga menekuk ke dalam disebut ventrikel larynk dari
morgagni.
3. Infraglotik
Mulai dari pita suara sejati sampai tepi bawah cartilago cricoid.

Rima glottidis : celah diantara pita suara sejati

Rima vestibuli : celah antara kedua plica ventrikularis


Mukosa
Mukosa larynk terdiri dari epitel columner pseudostratified dengan cilia, kecuali bagian depan epiglottis dan daerah vocal cord
yang terdiri dari epitel squamous berlapis.
Ini penting pada proses peradangan dimana epitel columer/silinder mudah terkena infeksi.
Otot-otot
Dapat dibagi dalam 2 kelompok :
A. Otot ekstrinsik
Bekerja pada larynk secara keseluruhan
Meluas dari os hyoid ke mandibula, lidah dan processus styloideus pada kranium
Dapat digolongkan menjadi:
1. Suprahyoid, Disebut juga sebagai otot elevator
a. M. Digastricus
b. M. Geniohyoid
c. M. Milohyoid
Fungsi : mengangkat larynk ke atas
2. Infrahyoid
Disebut juga sebagai otot depresor atau otot-otot leher berasal dari bagian inferior
a. M. Sternohyoid
b. M. Omohyoid
c. M. Tirohyoid
Fungsi : menarik larynk ke bawah
B.

Otot intrinsik
Otot-otot ini menyebabkan gerakan antara berbagai struktur-struktur larynk sendiri
Otot-otot ini plg penting fungsinya utk prgerakan pita suara
1. Otot adductor:
- M. Cricoaritenoid
- M. Interaritenoid
- M. Thyroaritenoid
Fungsi : merapatkan pita suara pada fonasi
Otot abduktor
M. Cricoaritenoid posterior menyebabkan rotasi aritenoid ke arah luar dan mengabduksi chorda vocalis
Fungsi : untuk menjauhkan pita suara
Otot tensor
8

de
M. Tensor externus
M. Thyroaritenooid
M. Vocalis
M. Cricothyroid kontraksi otot ini menarik cartilago thyroidea ke depan, meregang & menegangkan chorda vocalis
Fungsi : untuk menegangkan pita suara
Persarafan
Dua pasang saraf mengurus larynk dengan persarafan sensorik dan motorik.
Di persarafi oleh cabang n. Vagus, yaitu :
1. N. Laryngeus superior
Meninggalkan truncus vagalis tepat di bawah gangllion nodosum, melengkung ke anterior dan medial di bawah a. Carotis
eksterna dan interna, dan bercabang menjadi suatu cabang sensorik interna dan cabang motorik eksterna.
a. Eksternus
Bersifat motorik
Mempersarafi M. Cricothyroid
b. Internus
Bersifat sensorik
Menembus membrana thyroidea untuk mengurus persarafan sensorik dari mucosa larynk dan epiglottis
2. N. Laryngeus inferior (N. Laryngeus recurrens)
Berjalan naik di dalam alur diantara trachea dan oesophagus , masuk ke dalam larynk tepat di belakang articulatio
cricothyroideus dan mengurus persarafan motorik semua otot intrinsik larynk, kecuali M. Cricothyroideus.
Terbagi atas bagian kanan dan kiri :
a. Kiri
- Cabangnya dikeluarkan setinggi aorta, mengitari aorta sebagai n. Recurrens.
- Mudah mengalami kelumpuhan, karena perjalanan n. Laryngeus inferior sinistra ini lebih panjang serta hubunganya
dengan aorta.
b. Kanan
- Dkluarkn stinggi a. Subclavia, bercabang ke daerah larynk.
- Cabang anterior mempersarafi m. Adduktor.
- Cabang posterior mempersarafi m. Abduktor.
Pembuluh darah
Suplai arteri dan drainage venous dari larynk paralel dengan suplai persarafannya.
Arteri dan vena laryngea superior merupakan cabang-cabang arteri dan vena thyroidea superior, dan keduanya bergabung
dengan cabang interna n. Laryngeus superior untuk membentuk pedunculus neurovascular superior.
Arteri dan vena laryngea inferior berasal dari arteri dan vena thyroidea inferior dan masuk ke larynk bersama n. Laryngeus
recurrens.
Bagian dalam
a. A. Carotis externa
memberi cabang a. Thyroidea superior yang kemudian bercabang menjadi a. Laryngeus superior
b. A. Laryngeus inferior
cabang a. Thyroidea inferior yang berasal dari a. Subclavia
Bagian luar
a. Dari cbg infrathyroid & cricothyroid dari a. Thyroidea superior.
b. V. Laryngeus superior et inferior letaknya sejajar dengan a. Laryngis inferior dan superior, kemudian akan bergabung dengan
v. Thyroidea superior et inferior.
Sistem limfatik
Arti klinis: Utk mngtahui metastase carcinoma larynk ke daerah leher
Terdapat tiga sistem limfe :
1. Bagian atas pita suara
Cepat terjadi metastase
Berkumpul membentuk saluran limfe yang menembus memb. thyoid ke kelenjar limfe sacralis profunda superior
2. Bagian bawah pita suara
Bergabung dengan sistem limfe trachea
3. Bagian posterior larynk
Lambat terjadi metastase
Berhubungan dengan kedua sistem limfatik di atas dan berhubungan dengan sistem limfatik oesophagus
Fisiologi larynk
Menurut presmann dan keleman (1925) fungsi larynk dibagi atas beberapa macam, antara lain :
Fungsi respirasi
Dengan adanya kontraksi m cricoaritenoid posterior, maka processus vocalis cartilago aritenoid bergerak ke arah lateral yang
menyebabkan terjadinya pembukaan rima glotis sehingga kita bisa bernafas.
Dengan mengatur besar kecilnya rima Glotis, laring dapat mengatur keluar masuknya aliran udara pernapasan.
Disebut juga sebagai fungsi abduksi.
Fungsi sirkulasi
Karena larynk bisa membuka dan menutup, maka tekanan intrathoracal bisa meningkat atau menurun.
Hal ini berhubungan dengan venous return.
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara didalam traktus trakeobronkial akan mempengaruhi sirkulasi darah alveolus.
Fungsi sphincter
Sangat berhubungan dalam
Fungsi proteksi saluran pernafasan terhadap masuknya benda asing pada waktu menelan/muntah.
9

de
Fungsi akspektorasi batuk.
Fungsi fixasi thorax dalam menjaga tekanan intratorakal tetap tinggi, antara lain [ada waktu batuk dan bersin tekanan
intratorkal ditinggikan, sedangkan pada waktu kita mengangkat beban berat. Bab/bak tekanan intraabdomen yang
meningkat.
Beberapa sphincter yang penting :
Ariepiglottic inlet sphincter
False vocal cord sphincter (palsu)
True vocal cord sphincter (sejati)
-

Fungsi menelan
Terjadi 3 proses, yaitu :
1. Penarikan larynk ke atas
2. Aditus laryngeus tertutup
3. Makanan didorong ke hypopharynk
Fungsi fonasi
Produksi suara yang didengar adalah akibat gerakan pita suara.
Adanya aliran udara ekspirasi yang sifatnya tetap dan adanya interaksi udara dengan pita suara akan menimbulkan getaran
suara.
Pada waktu proses fonasi berlangsung, kedua pita suara berdekatan, sedangkan pada ekspirasi kedua pita suara berjauhan.
Laring dengan pita suaranya merupakan generator suara atau sumber bunyi karena adanya :

Pendekatan (adduksi) pita suara kanan dan kiri yang baik.

Peregangan pita suara menentukan tinggi rendahnya nada.

Fibrasi pita suara yang sempurna dengan adanya perbedaan tekanan udara diatas dan dibawah glotis.

Fungsi emosi
Kta dapat mengekspresikan fungsi larynk seperti pada waktu menangis, berteriak, dsb.
Fungsi proteksi
Untuk mencegah makanan dan benda Asing masuk ketrakea dengan cara menutup aditus laring dan rima glotis secara
bersamaan.
Cara pemeriksaan larynk
Pemeriksaan larynk:
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
3. Pemeriksaan tambahan
Anamnesa
Berisi keluhan utama dan keluhan tambahan, yang menerangkan mengapa penderita datang ke dokter.
Biasanya penderita datang dengan tanda yang khas, seperti : gangguan pernafasan, adanya stridor & atau batuk-batuk lama.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Inspeksi luar :
Lihat:
Perubahan warna kulit
Adams apple
Pergerakan larynk
Inspeksi dalam
Larynkoskopi tidak langsung
Larynkoskopi langsung
b. Palpasi
Diraba apkh ada bengkak, nyeri, kelainan gerak, panas dll
Pada daerah leher
c. Perkusi
Diketuk pelan-pelan utk melihat adakah fraktur, trauma dll
Pada daerah leher, terutama untuk kasus trauma
d. Auskultasi
Didengarkan bising nafas
Utk larynk, biasanya dlakukn pemeriksaan bila ada indikasi
Untuk menentukan penyakit-penyakit larynk, dilakukan pemeriksaan laryngoscopy
Pemeriksaan laryngoskopi tidak langsung
Alat yang diperlukan
1. Lampu kepala
Ada dua macam, yaitu :
10

de
a.

2.
3.
4.
5.

6.

Lampu biasa
Langsung melihat ke organ yang ingin diperiksa.
b. Lampu halogen (tidak berbayang)
Tidak langsung, melalui kaca/cermin, sehingga diperoleh
pantulan bayangan dari organ yang akan diperiksa.
Kaca larynk
Kain kasa
Lampu spiritus, lampu bensen
Untuk menghilangkan pengembunan pada cermin/kaca yang digunakan.
Anestesi lokal
Terutama pada pasien yang mudah terangsang
Biasanya dipakai pentocain 0,5% atau xylocain dalam bentuk spray
Untuk menghindari terjadinya reflex vagal
Larungoskop
Ada 2 macam blade/spattel, yaitu:
a. Blade lurus
Biasa dpakai dgn anstesimngangkt pil pocket (vallecula)
b. Bkade melengkung
Untuk mengangkat epiglotis

Cara pemeriksaan
a. Pasien disuruh duduk tegak/lurus tanpa bersandar di muka pemeriksa.
b. Sinar lampu kepala diarahkan ke dinding belakang pharynk.
c. Pasien disuruh menjulurkan lidah sepanjang mungkin (dijulurkan secara maksimal), dan pemeriksa dengan memakai kasa
menekan lidah pasien selembut mungkin dengan tangan kiri, yaitu dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari sementara
jari tengah dipakai untuk menahan gigi.
d. Kemudian kaca larynk dipanaskan di atas lampu spiritus seupaya tidak mengembun oleh udara pernafasan pasien.
e. Lalu masukkan kaca ke dalam larynk sampai ke oropharynk.
f.
Kaca larynk diletakkan di dekat uvula dengan mengarah ke hypopharynk, sehingga pantulan gambar larynk akan terlihat di
kaca larynk berupa gambaran yang terbalik.
g. Setelah kaca larynk masuk, supaya pemeriksaan lebih jelas, pasien disuruh menyebut huruf iiiiiii ! fonasi.
h. Kaca larynk yg dipakai adalah nomor 8 sampai dgn nomor 10.
Note :

Gambaran laryngoskopi tidak langsung lebih baik daripada yang langsung, tetapi pada laryngoskopi tidak langsung semua organ dapat
dilihat.
Dari pemeriksaan laryngoskopi tidak langsung ini dapat dilihat :
a. Paralise pita suara
b. Corpus alineum
c. Tumor

Syarat pemeriksaan laryngoskopi :


1. Tidak ada sumbatan hidung
2. Tidak ada penyakit di choana dan nasopharynk
3. Tidak ada tumor
Pemeriksaan laryngoskopi langsung
Alat yang diperlukan adalah laryngoscope
Macam :
1. Spatel (bladenya) lurus untuk tht
2. Spatelnya melengkung/bengkok untuk anastesi
3. Ada lagi yang memakai alat penopang (suspensi)
4. Dan yang berupa fiber optik
Merupakan suatu alat yang menyerupai selang (spt ular) dengan cermin di ujung selang tersebut.
Pada selang tersebut terdapat serat-serat optik.
Demasukkan melalui hidung.
Alat ini memberikan gambaran yang lebih baik.
Fiber optik ini biassa digunakan untuk tindakan yang cepat.
Pada pemeriksa yang kurang ahli bisa menimbulkan penyakit pada penderita konka hidung robek.
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah dengan menggunakan suspensi laryngoskopi.
Biasanya dilakukan dengan tangan, sehingga sulit utk dilakukan.
Keuntungan :
Lebih mudah, enak, ringan.
Pemakiannya mudah, yaitu dengan hanya memasukkan selang melalui hidung, cavum nasi, coana, nasopharynk,
oropharynk, hypopharynk baru kemudian sampai ke larynk.
Kerugian :
Pada pemeriksa yg kurang ahli dapat terjadi iatrogenik infection.
Biasanya hanya diindikasikan jika pemeriksaan lewat mulut tidak bisa dilakukan (trismus).
Pemeriksaan harus cepat (ada batasan waktu).
Syarat laryngoscopy langsung:
Tidak ada penyempitan coana
Tidak ada tumor di nasopharynk
Tidak ada sumbatan
Laryngoskop yang bisa dipakai untuk pemeriksaan larynk ialah spatelnya lurus.
11

de
Cara pemeriksaan :
Memerlukan anastesi umum, anastesi umum ini perlu dilakukan karena ditakutkan timbulnya vagal refleks (sulit diatasi).
Pada bayi hanya boleh dilakukan anastesi local.
Karena tujuan pemeriksaan ini adalah juga untuk melihat pergerakan pita suara, maka sebaiknya dilakukan anastesi lokal
(neurolepanalgesia).
Pasien ditidurkan terlentang dengan kepala ekstensi.
Masukkan laryngoskop menelusuri lidah sampai epiglotis diangkat tahan (agar tangan pemeriksa tidak capek
manahan, sebaiknya digunakan suspensi laryngoscope).
Gambaran yang terlihat pada pemeriksaan laryngoscope langsung ini adalah gambaran yang sebenarnya dari organ
yang diperiksa.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan (lebih canggih dari kedua
pemeriksaan di atas) :
a. Close circuit tv
b. Potret larynk
c. Fiber optic (bisa sampai aditus diaphragma)
d. Bedah larynk mikroskopik
e.
laser (pada terapi papilloma + leukoplakia)
Pemeriksaan tambahan/radiologi
Terutama dilakukan pada :
Kelainan corpus alineum di larynk
Tumor larynk
Pemeriksaan yang banyak dipakai adalah :
1. Lateral soft tissue
Sama dengan pengambilan gambra rontgen biasa, tetapi sinarnya tidak terlalu keras .
2. Laryngogram (dengan zat kontras)
Pemriksaan ini lebih baik daripada pemeriksaan lateral soft tissue.
3. Tomogram
Pemeriksaan lebih rinci, dapat dilihat lapis demi lapis.
Dapat dipergunakan untuk menentukan lokasi pasti corpus alineum.
Kelainan kongenital larynk
1. Stridor congenital/laryngomalasia
2. Congenital laryngeal web
3. Stenosis subglotik
4. Kista congenital larynk/laringeal cyst
5. Hemangioma
6. Fistel laryngo-tracheo- oesophagus
Stridor
-

congenital ~ laryngomalasia ~ exaggerated infantile of laryngeal infect


Kelainan ini paling sering ditemukan pada bayi baru lahir.
Merupakan stridor inspiratoar pada bayi.
Kelainan ini terjadi karena gangguan pembentukan larynk/malformasi.
Tidak ditemukan gangguan patologi dasar ataupun gangguan yang bersifat progresif.
Kondisi ini lebih merupakan keadaan larynk neonatus yang terlalu lunak dan kendur dibandingkan nomalnya.
Proses menelan tidak terganggu.

Pada stadium awal ditemukan:


Epiglotis lemah (larynk lembek), sehingga saat inspirasi epiglotis tertarik ke bawah, manumpuk dan menutupi rima
glottis, sehingga pada pasien saat bernafas, nafasnya berbunyi stridor.
Stridor ini merupakan gejala awal, dapat menetap dan mungkin pula hilang & timbul yg dsbabkan oleh lemahnya rangka
larynk.
Jalan rima glottis menjadi sempit karena epiglotis menutupi aditus laryngis.
Sumbatn jalan nafas dpt terlihat dgn adanya cekungn (retraksi) di daerah suprasternal, epigastrium, intrcostal &
supraclavicular.
Gejala klinik:
1. Bayi gelisah, sesak setelah lahir atau beberpa hari kemudian, hilang bila tidur, anak lemah, gizi kurang, pucat , berkeringat,
tachycardi
2. Stridor inspiratoar
3. Cyanosis jarang
4. Suara tangisan normal
Kemudian ini akan menghilang pada umur 2-3 tahun, karena struktur larynk sudah kuat.
Pemeriksaan :
Laryngoskopi langsung/ direct laryngoskopy
terlihat larynkk yang saling menempel pada saat menarik nafas
Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Diagnosis banding :
1. Laryngeal web congenital
2. Tumor jina larynk/papilloma
3. Laryngismus stridulus
Timbul keluhan stridor
12

de

4.
5.

Timbul setelah umur lebih dari empat tahun


Terjadi pada bayi dengan gizi jelek, lingkungan kotor
Dapat disertai defisiensi ca, vitamin d dan kelainan parathyroid insufisiensi
Laryngitis stridulosa (laryngitis simple acute)
Diphteria larynk

Terapi :
Untuk stridor congenital tidak ada terapi khusus oleh karena dapat hilang sendiri setelah usia 2-3 tahun, yang penting
cegah jangan sampai ada komplkasi paru, misal neumonia.
Tracheostomi (jarang), kecuali kronis berat, intubasi.
Bila sumbatan larynk semakin hebat, sebaiknya lakukan intubasi endotrachea. Jangan dilakukan tracheostomi, sebab
sering kali laryngomalasia diserat dengan tracheomalasia.
Prognosa :
Cukup baik karena cartilago akan menjadi kaku.
Larynk kuat bayi normal lagi.
Tergantung berat ringan , kalau terlalu lembek, setelah berrnafas 5 menit akan mati.
Sebagian besar pada bayi stridor mnghilang menjelang bulan ke dua belas hingga ke lima belas.
Congenital laryngeal web
Web terdiri dari jaringan ikat dilapisi epitel pada bagian aditus laryngis bagian anterior.
Dapat terjadi di daerah ruma glotis.
Web dapat terjadi anterior (sering), anterior dari larynk atau dapat juga total menutupi seluruh larynk dan ini dapat
menyebabkan kamatian.
Normal pada usia 7-10 minggu setelah lahir selaput hilang, tapi pada web selaput tertinggal, tidak hilang, selaput ini
teridir dari jaringan ikat dilapisi oleh epitel tebal/ tipis jika tertutup seluruhnya akan menyebabkan respiratory distress.
Merupakan suatu selaput yang transparan (web), dapat tumbuh di daerah glotikl, supraglotik atau subglotik.
Selaput ini terbanyak tumbuh di daerah :
Glotik 75%
Subglotik 13%
Supraglotik 12 %
Gejala klinik:
Tanda-tanda jackson :
Stridor inspiratoar
Cekungan di suprasternal, intercostal, supraclavicula, epigastrium
Cyanosis
Suara tangian melemah (khas)
Diagnosis:
Anamnesa
Pemeriksaan laryngoskopi langsung
Putih/merah muda
Dilapisi epitel tipis.tebal
Pinggir web tajam dan melengkung
Diagnosis banding:
1. Web karena trauma
Kecelakaan
Operasi
2. Infeksi akut spesifik
Difteri
Thypoid
3. Infeksi kronik spesifik
Tbc
Sifilis
Terapi :
1. Operasi
jika bayi belum kuat tunggu sampai besar baru dilakukan operasi setah dibersihkan pasang triangular tube.
2. Dilatasi
kerugiannya harus diulangi beberapa kali.
3. Bedah laser
Note :
Terapi laryngeal web adalah melakukan bedah mikro untuk membuang selaput ini dengan memakai laryngoskopi suspensi.

Prognosis:
Prognosis jangka panjang untuk congenital laryngeal web adalah baik.

Vascular ring
Merupakan anomali perkembangan aorta di sekitar daerah oesophagus dan trachea sehingga menyebabkan penyempitan larynk.
Diagnosis:
Foto kontras
Angiografi
13

de
Tindakan:
Operasi secepat mungkin kelainan vascular ring
Stenosis subglotik
Kelainan ini terjadi akibat tindakan bedah endotracheal yang kasar sehingga terjadi perlukaan dan menimbulkan
stenosis.
Terjadi pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara.
Didefinisikan sbagai suatu diameter subglotis yg kurang dr 4 mm.
Kelainan ini dapat menyebabkan klainan stenosis subglotik yaitu :
1. Penebalan jaringan submukosa, hiperplasi kelenjar mucous dan fibrosis.
2. Kelainan bentuk tulang rawan cricoid lumennya kecil.
3. Bentuk tulang rawan krikoid normal tetapi ukurannya kecil.
4. Pergeseran cincin trachea pertama ke arah atas belakang ke dalam lumen cricoid.
Gejala klinik :
1. Stridor
2. Dispneu
3. Retraksi suprasternal, epigastrium, intercostal dan subclavicular
4. Pada stadium yang lebih berat ditemukan cyanosis dan dispneu/apneu
5. Dapat juga terjadi respiratoar distress (gagal pernafasan) akibat sumbatan jalan nafas
Terapi:
-

Operasi end to end


Tergantung pada kelainan yang menyebabkannya:
Stenosis subglotik yang disebabkan kelainan submucosa terapinya adalah dilatasi atau dengan laser co 2.
Stenosis subglotik yang disebabkan oleh kelainan bentuk tulang rawan cricoid terapinya adalah pembedahan dengan
melakukan rekonstruksi.
Laryngeal cyst~ kista kongenital larynk
Yaitu suatu kantong yang beisi cairan pada epiglotik sehingga timbul kista congenital pada bagian epiglotik.
Kista sering muncul di pankgkal lidah atau plica ventrikulraris.
Penanggulangannya mengangkat kista dengan bedah mikrolarynk.
Neonatus dengan laryngeal cyst biasanya mengalami obstruksi jalan nafas atau gangguan pertumbuhan.
Suara da proses menelan niasanya normal.
Hemangioma
Sering timbul di daerah subglotik, dapat juga disertai hemangioma di tempat lain seperti di leher.
Bukanlah neoplasma sejati merupakan kelainan vascular, biasanya tumor akan cnderung bragregasi mnjelang usia 12
bln.
Suara dan proses menelan biasanya normal.
Gejala klinik:
Hemoptisis.
Jika tumor besar, maka akan disertai gejala sumbatan larynk.
Adanya stridor plus hemangioma yang nyata sangat kuat menyokong diagnosis.
Terapi :
Laser karbondioksida
Kortikosteroid atau dengan obat-obatan scleroting
Fistel laryngo trakea esophageal
Kelainan ini terjadi karena kegagalan penutupan dinding posterior kartilago cricoid, atau penutupan tidak sempurna dari
dinding esophagus sehingga ada lubang antaratrachea esophagus.
Terdapat gejala pneumonia oleh karena aspirasi cairan dari esophagus dan kadang-kadang terdapat gejala sumbatan
larynk.
Komplikasinya dapat menyebabkan kematian.
Bayi dapat mengalami cyanosis, respiratori distress, dan episode pneuonia berulang.
Trdpt perubahan yg dikaitkan suara tangisan & stridor inspirasi.
Radang pada larynk
I. Radang akut
a. Laryungitis acute (simplek)
b. Laryngitis diphterika
c. Miller asma. S. Laryngitis stridulosa (pseudo croup)
d. Laryngitis membranosa non diphterika
e. Edema larynk
Ii. Radang kronis
a. Laryngitis kronik hiperplastik
b. Laryngitis kronik atropik
c. Vokal node
d. Laryngitis spesifik: Tbc, Lues
e. Keratosis/leukoplakia
Laryngitis acute (simplek)
Mengenai membran mukosa.
Pd orang barat laryngitis akut trutama trjdi pd musim dingin.
Umumnya merupakan kelanjutan dari rhinopharyngitis (common cold).
Pda anak laryngitis acute ini dapat menimbulkan sumbatan sumbatan jalan nafas, sedangkan pada orang dewasa tidak
secepat pada anak.
14

de
Penyebab yang terbanyak adalah :
a. Common cold (rhinitis akut)
b. Influenza

Faktor predisposisi:
Pemakaian suara yang berlebihan
Ex : pada penyanyi, penddeta, guru, kyai, dosen.
Perokok
Peminum alkohol
Gejala :
Terdapat gejala umum seperti demam, malaise.
Disertai oleh gejala lokal seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afonia), nyeri ketika menelan atau
berbicara, serta gejala sumbatan larynk.
Afonia/disfonia dengan batuk yang spesifik/khas dengan perasaan sakit di daerah larynk.
Pada pemeriksaan indirect laryngoscopy, didapat larynk dalam keadaan:
Mucosa edema, terutama di atas dan bawah pita suara.
Hiperemis.
Sekret lebih kental dan lengket pda pita suara.
Pada anak kecil menjadi problem tetapi pada orang dewasa tidak menjadi problem karena lumen lebih besar.
Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung atau sinus paranasal atau paru.
Etiologi :
1. Infeksi
Didahului infeksi traktus respiratorius atas (uri)
Ex: pada common cold terjadi radang di bagian atas pita suara, pita suara dan bagian bawah pita suara. Pada anak kecil
karena jar. longgar, dgn sedikit infeksi mengakibatkan pembengkakan, hiperemis, lalu terjadi sumbatan.
2. Trauma
Penggunaan pita suara berlebihan
Ex: penceramah, guru, pendeta, penyanyi sopran
Faktor teknik endoskopi secara kasar
Gejala klinik: Parau, Batuk, Sesak nafas
3. Iritasi
terjadi setelah penguapan uap panas/gas termasuk rokok
Patogenesis:
Mula-mula terjadi infeksi mukosa (ringan sampai hebat). kemudian terjadi hiperemis (sebagian atau seluruh) sehingga
terjadi edema (sebagian atau seluruh).
Pembentukan eksudat/sekret yang kental dan lengket.
Kadang-kadang terjadi pembentukan membrane.
Bila proses lanjut & penanganan tidak baik dpt terbentuk pus.
Gejala klinik:
Suara berubah khas:
Parau, Kasar, Jarang suara lemah.
Pada anak kecil: Suara parau, Kasar, Keras bila kelelahan suara akan menjadi lemah.
Keadaan umum : rasa tidak enak pada larynk yang sakit.
Kadang-kadang terasa sakit (tergantung berat ringannya penyakit).
Dapat disertai disfagia karena terkena epiglotikdan aritenoid.
Sesak nafas pada dewasa jarang terjadi, walaupun berat.
Khas pada dewasa adanya batuk kering, gatal, iritasi.
Gejala umum lain:
penderita merasa panas dan lemah. Hal ini dapat mendahului gejala di atas.
Prognosa:
Pada orang dewasa dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari, kadang-kadang bertambah berat & atonia (biasanya pd
wanita).
Pada kasus berat dapat menjalar pada trachea dan bronchus.
Terapi :
a. Lokal
Jangan banyak bicara, vocal rest 3-4 hari.
Berbicara boleh dengan brbisik atau pelan-pelan saja .
Pada kelainan spesifik, vocal rest sebaiknya tidak dilakukan terlalu lama, sebab dapat menyebabkan paralise.
Menghisap uap panas/hangat,steam inhalasi yang berguna untuk mencairkan lendir, ex: dengan penghisapan uap
kampaer/spiritus.
Spray atau tablet hisapyang berguna untuk membantu ekspektorasi.
Menghidari iritasi pada larynk dan pharynk, seperti merokok, makanan pedas atau minum es.
Kompres hangat di daerah larynk.
b. Umum
Penderita istirahat di ruang bersih dan segar.
Beri sistemik disinfeksi (antibiotik dosis tinggi) terutama untuk anak-anak.
Pemberian antibiotik dosis tinggi ini tergantung keperluan atau kondisi, karena pada umumnya peradangan pada larynk
disebabkan oleh virus.
Note:

Perhatikan pada bayi dan dewasa dapat terjadi subglotic edema.


Pada bayi diketahui bahwa trachea masih kecil, sedangkan pada orang dewasa sudah lebar. Bila terjadi edema pada bayi, hati-hati
harus diambil tindakan secepatnya rawat di rs dan observasi.

15

de
Kadang-kadang laryngitis acute pada bayi di dd dengan diphteri
Perbedaannya adalah :
pada diphteri terdapat tanda-tanda khas yaitu adanya membran pada tonsil
Bila ditakutkan adanya diphteri, beri kortikosteroid bila stridor brkuran berarti bukan diphteri.

Laryngitis akut pada anak dan bayi


Laryngitis akut pada anak dan bayi menjadi lebih berat dan serius karena:
Sistem limfatiknya banyak
Mukosa dan submukosa sudah terinfeksi
Belum ada reflek batuk untuk mengeluarkan lendir menyebabkan mudah sesak nafas.
Sistem neurovascular belum berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan spasme.
Disebabkan faktor infeksi dan trauma (jarang iritasi).
Perjalanan penyakit khas:
Mula pilek beberapa hari kemudian timbul batuk khas dan sesak nafas san dapat menyebabkan cyanosis.
Gejala klinik yang harus diperhatikan:
Panas
Batuk ringan
Sakit tenggorokan sedikit yang diikuti spasme cough yang tiba-tiba dan sesak nafas yg hebat karena edema daerah
subglotik.
Laryngitis stridulosa
Terjadi pada anak-anak dengan gejala:
Stridor inspiratoar
Cekungan di supraclavicula oleh karena penarikan otot bantu pernafasan yang diikuti oleh suara desak, sesak nafas,
yang dapat menyebabkan kematian karena asfixia.
Diagnosa banding
1. Laryngitis diphterika
Anak kelihatan lebih sakit tetapi tidak panas
Ada membran
Pemeriksaan kultur mikroorganisme ditumbuhi coccus
2. Corpus alineum di daerah larynk
3. Corpus alineum di daerah bronchus
4. Congenital laryngeal stridulus
5. Laryngismus stridulus
6. Edema larynk
7. Laryngitis oleh karena faktor alergi (quincke)
Ex: alergi karena obat tetapi. Dan bila terlambat ditolong mengakibatkan kematian
8. Papilloma
Terapi :
Pada anak kecil : bed rest setengah duduk
Sistemik desinfeksi (penisilin)
Ditempatkan di ruang sehat dan bersih
Selalu disiapkan tabung oksigen
Tracheostomi
Pemberian antiedema
Kortikosteroid
Bila terjadi dehidrasi beri infus cairan
Laryngo-trache-bronchitis-acute
Umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak yang didahului dengan suatu ispa.
Etiologi:
Streptococcus beta hemoliticus
Kadang-kadang virus
Note : pada penyakit ini terjadi pembentukan sekret yang lengket dapat menyumbat trachea

Gejala klinis:
Betuk yang khas seperti laryngitis.
Panas tinggi (lebih dari 38o) .
Dispneu & cyanosis hebat krn menyerang trachea dan bronchus.
Sekret kental dan lengket sehingga sukar dikeluarkan.
Pada laryngoskopi langsung terjadi edema hebat dan atelektasis sehingga menyebabkan paru-paru kolaps.
Diagnosis banding :
1. Laryngitis akut (tetapi tidak lebih berat)
Panas tinggi
Sesak hebat
2. Laryngitis diphterika
bedanya tidak ada membran (bila ada tidak khas)
3. Bronchopneumonia
4. Corpus alineum tumbuh-tumbuhan (lbh berat drpd bentuk logam)
Terapi :
16

de
-

Istirahat total.
Perlu pengobatan dengan home modification udara di dalam ruangan harus selalu basah.
Sistemik disinfeksi (antibiotik dosis tinggi bl penyebab diketahui).
Oksigen selalu diberikan.
Cairan selalu diberikan.
Sesering mungkin melakukan penghisapan lendir kental dan lengket dengan cara bronkoskopi dan tracheostomi agar
sekret yang lengket tersebut hilang tidak terjadi penyakit.

Laryngitis diphterika
Biasanya kelanjutan dari diphteri fausial, kesulitan untuk mendiagnosa jika primernya di larynk
Tergantung dari musim
Etiologi :
Kleb. Loeffler basilus = coryne bacterium difteri
Gejala klinis:
Biasanya tiba-tiba ada batuk khas.
Stridor inspiratoar dengan cyanosis dan cekungan di dada. Membran kadang-kadang penuh pada rima glotis/rima
vestibula.
Panas tidak begitu tinggi dan nadi lemah dan cepat.
Note : bila membran terlalu banyak pemberian ventilasi oksigen yang cukup untuk mengatur keseimbangan oksigen dan karbondioksida.

Diagnosa:
Kuman pnybb yg diambil dr mmbran yg brwarna abu-abu keputihan.
Diagnosa banding :
1. Acute laryngo-tracheo-bronchitis
2. Corpus alineum (tumbuh-tumbuhan)
3. Laryngitis akut simplek
4. Laryngismus stridulus
Pengobatan :
1. Antitoxin secepatnya setelah kecurigaan infeksi diphteri, kuman ditemukan
2. Sistemik desinfeksi (penisilin dosis tinggi)
3. Oksigen selalu tersedia
4. Tindakan tracheostomi harus segera dilakukan
Oedema larynk
Terjadinya edema pada mukosa larynk, pada anak biasanya terjadi pada daerah subglotik.
Etioliogi :
1. Infeksi laryngitis oleh streptococcus atau diphterika penyebaran infeksi dari oropharynk atau laryngopharynk.
2. Trauma luka, corpus alineum, tindakan intubasi dan terhisap zat-zat korosif.
3. Alergi terhadap makanan atau obat-obatan :
angioneuritik oedem = quinckes edema misal pada yodium atau aspirin.
terjadi oedem di aritenoid, plica epiglotik, pita suara palsu dan valekula.
Gejala klinis :
1. Sesak nafas
2. Stridor
3. Suara parau
Pengobatan :
Istirahat dalam posisi duduk
Diberi semprotan adrenalin
Oksigen selalu tersedia
Injeksi adrenalin :
1/1000 0,5 cc dewasa
0,1 cc anak, sub cutan. Boleh diulang tergantung keadaan
Intra vena drip 1/100000, 30 tetes per menit
Suntikan kalsium glukonas 10% 10 cc intra vena
Pada keadaan berat lakukan tracheostomi
Laryngitis kronik simplek
Mirip dengan laryngitis akut
Etiologi :
1. Pengobatan yang tidka adekuat
2. Daya tahan tubuh menurun
3. Resistensi kuman meningkat
4. Keadaan umum jelek
Menyusul suatu serangan akut
Gejala klinis :
Suara parau
Batuk khas, kering dan iritasi
Sakit tenggorokan
Ada tiga tipe :
17

de
a.
b.
c.

Hiperemik Pita suara asli sedikit kemerahan atau ada infeksi.


Hipertrophy Hipertrophy di daerah pia suara asli, pita suara palsu, aritenoid dan interaritenoid.
Oedematous Pita suara oedema pucat.

Laryngitis sicca = atrof


Terjadi atrofi mukosa, biasanya disertai rhinitis atrofikan
Etiologi :
Faktor lingkungan yang jelek, polusi asap pabrik
Kronik infeksi sinus paranasalis
Lebih sering terjadi pada wanita
Gejala klinis :
Suara parau dengan rasa tidak enak di tenggorokan
Sesak oleh karena krusta di larynk
Mukosa tampak kering dan atrofi
Pengobatan :
1. Obati penyakit2 lain : rhinitis atrofican & pharingitis atrofican
2. Memperbaiki udara lingkungan
3. Pengangkatan krusta larynk
ekspektoran
diambil langsung
Larynitis noduler = singer node = vokal node
Lokalisasi khas pada pita suara.
Suatu bentuk larynitis yang terlokalisir pada orang-orang yang banyak menggunakan pita suara.
Merupakan suatu nodul yang kecil pada pinggir bekas pita suara; terdiri dari suatu jaringan ikat yang dilapisi oleh epitel.
Umumnya terjadi pada 2/3 posterior atau 1/3 anterior dr larynk.
Dapat bilateral atau unilateral.
Gambaran patologiknya adalah epitel gepeng berlapis yang mengalami proliferasi dan si sekitarnya terdapat jaringan
yang mengalami kongesti.
Ertiologi :
Dimulai dengan hematoma lalu organisasi.
Biasanya ditemukan pada penyanyi sopran, guru, pendeta, atau pada petugas yang mengajari orang tuli bisu bicara.
Biasanya unilateral atau simetris, ukuran bermacam-macam dari sebesar jarum pentul sampai lebih. Susah didiagnosa
jika ditutupi oleh lendir yang kental.
Kelihatan berwarna putih dan halus.
Gejala klinis :
Terdapat suara parau, kadang-kadang disertai batuk.
Pada pemeriksaan terdapat nmodul kecil, berwarna keputihan.
Nodul sering terletak pada 1/3 anterior atau ditengah pita suara, unilateral atau bialteral.
Bila nodul bilateral, maka letaknya berhadapan (simetris).
Diagnosis :
Ditegakkan dengan pemeriksaan laryngoscopy direct/indirect.
Pengobatan :
1. Istirahat suara (vocal rest) sangat penting, biasanya pda node yang kecil dapat hilang dengan spontan.
2. Tindakan mengangkat node micro laryngeal surgery
Kerugian : bila ceroboh akan mengakibatkan suarau lebih parau.
3. Speech therapy.
Laryngitis tuberculosa
Pasien datang dengan suara parau suspect : merupakan suatu proses spesifik dari larynk
Biasanya disertai dengan disphagia
Penyakit ini hampir selalu sebagai akibat tbc paru
Terbagi 2 :
1. Akut milier tuberculosis dari larynk
- Kelainan yang jarang ditemukan dari larynk.
- Biasanya disetai kelainan pharynk.
- Tuberkel-tuberkel akan tampak dengan mukosa yang edema pada epiglotik dan aritenoid.
- Kemudian tuberkel-tuberkel akan pecah membentuk ulkus-ulkus yang kecil berwarna abu-abu disertai dengan rasa
sakit yang hebat.
2. Kronik tuberkulosis dari larynk (laryngeal phtisis)
- Biasanya mrpkn infeksi skunder yg berasal dr paru-paru.
- Terjadinya tbc laryng pada penderita tbc paru lebih kurang 20%.
- Kebanyakan infeksi terjadi melalui sputum (sputogenik), beberapa scr hematogen & sebagian kecil scr limfogen.
Insiden :
Menurun pada 20 tahun terakhir dari 25% menjadi 2,5%.
Pria lebih banyak terkena daripada wanita, terutama umur 20 tahun dampai 40 tahun.
Bisa pada anak kecil.
Patogenesis :
Sputum yang mengandung tuberkel basil mengenai mukosa larynk di daerah interaritenoid yang menimbulkan edema
pada submukosa dan terjadi pembentukan infiltrasi sel-sel radang.
Biasanya disertai mitosis otot-otot larynk.
18

de
Pembentukan nodul-nodul perkijuan kemudian pecah dan membentuk ulkus.
Proses selanjutnya terjadi pembentukan jaringan granulasi disertai edema seluler (pseudo oedema).

Lesi:
-

Biasanya asimetrik
Pada daerah
Epiglotik
Plika ariepiglotik
Aritenoid
Ventricular band
Kebanyakan yang dikenai 1/3 bagian belakang larynk
Bisa meluas sampai mengenai epiglotik dan ventrikel larynk
Proses lanjut : perikondritis disertai nekrosis

Gejala klinis :
Suara makin melemah
Gejala utama : batuk
Rasa sakit bila menelan
Otalgia
Proses lanjut menyebabkan sesak nafas
Nyeri lokal, kadang-kadang cold abses
Gambaran pada pemeriksaan larynk :
Gambaran kerusakan pada pita suara yg disebut mouse nibbled.
Terjdinya gangguan fungsi pita suara.
Injeksi pada pita suara, disertai pembentukan jaringan granulasi di intersritenoid datau processus vocalis kartilago
aritenoid disertai ulkus dangkal.
Edema dapat terjadi di mukosa ventrikel larynk atau suatu pseudomembran dari epiglotik/aritenoid yang memberikan
gambaran larynk seperti sosis yang pucat disertai ulcerasi halus tipis yang berwarna kebiruan.
Terjadi subglotik infiltrasi disertai ulcerasi dan granulasi.
Merupakan tumor abu-abu disertai ulcerasi.
Biasanya pada epiglotik.
Proses perikondritis dan nekrosis tulang rawan menimbulkan erosi epiglotik, fiksasi pita suara akibat terjadinya ancylosis
pada sendi cricoaritenoid.
Bisa terjadi paralise pita suara, biasanya karena proses apical dari paru-paru sehingga terjadi penebalan pleura.
Bagian kanan lebih banyak terkena dari bagian kiri.
Diagnosa banding :
1. Laryngitis kronik simplek
2. Lupus eritematous
3. Keganasan larynk
4. Actynomycosis
Pada gangguan larynk yang lama, perlu dilakukan foto paru-paru, dan jika perlu dilakukan biopsy.
Prognosis :
Baik, jarang terjadi kematian pada penderita tbc larynk
Terapi :
a. Sistemik disinfeksi dengan obat streptomisin
b. Vocal rest
c. Injeksi alkohol (menghilangkan rasa nyeri larynk)
d. Tracheostomy (jarang dilakukan)
Laryngitis leutika
Jarang terjadi.
Bentuk gumma hingga menimbulkansuara parau.
Di dd dengan suatu malignancy.
Setiap kasus suara parau di usia > 40 tahun, yang berlangsung > 2 minggu di diagnosis sebagai suatu keganasan
sampai dibuktikan bukan suatu keganasan.
Dibagi 2 :
Congenital sifilis
Penyakit ini jarang terjadi.
Biasanya terjadi pada bayi baru lahir dengan lesi perikondritis yang menyebabkna obstruksi larynk karena terjadi edema
yang hebat.
Biasanya disertai tanda-tanda lues yang lain.
Stadium lanjut pada umur 2 10 tahun.
Lesi berupa mukosa hiperplasi dengan pembentukan jaringan granulasi, ulcerasi dan nekrosis.
Daerah yang terkena adalah epiglotik (tersering) dan pita suara.
Bisa mengakibatkan stenosis stridor, suara parau, disertai tanda-tanda lues yang lain.
Pd beberapa penderita, wr mungkin negatif / positif lemah.
Acquired sifilis
Bentuk yang tersering adalah bentuk tersier, sedangkan bentuk primer danskunder jarang ditemukan.
Adanya gumma yang terlihat di epiglotik, ventricular band.
Terlihat gambaran pembengkakan berwarna merah gelap difuse menyerupai laryngitis kronik simplek.
Ulcerasi yang terjadi ada 2 macam :
1. Tipe superficial di daerah epiglotik dan aritenoid
2. Tipe dalam di daerah epiglotik
Ciri khas ulcerasi, tidak ada rasa nyeri (beda dengan laryngitis tuberculosis).
19

de
Bisa terjadi perikondritis dan pembentukan jaringan ikat.

Gejala klinik :
Suara parau menetap dan timbul batuk yang kronis
Dispneu
Stridor
Disfagia
Diagnosis :
Ditegakkan selain dari pemeriksaan laryngoskopi juga dengan pemeriksaan serologic.
Komplikasi :
Bila terjadi penyembuhan spontan dapat terjadi stenosis larunk , karena terbentuk jaringan parut.
Diagnosis banding :
Lupus eritematous
Keganasan
Actynomycosis
Laryngitis kronik simplek
Terapi :
Antibiotik sistemik dengan penisilin
Tracheostomy jika perlu
Pengangkatan squester
Epiglotitis akut
Etiologi
-

:
Haemophillus influenza
Virus ini dapat menyebabkan
Edema pada epiglotis
Hiperemis
Bila berlangsung dengan cepat dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas
Pada bayi & anak-anak dpt dgn cepat mnimbulkn kematian

Gejala :
Stridor berat
Sakit menelan
Batuk yang khas
Note :
Stridor yang hebat pada anak-anak lebih sering bila duduk dengan pandangan ke depan supaya airway nya menjadi lebih lancar

Terapi :
Pada anak-anak lakukan tracheostomy.
Dipasang tube/intubasi dan diberikan terapi chloramphenicol; sebab haemophillus influenza sensitive terhadap
chloramphenicol.
Hyperkeratosis larynk
Pada pita suara ditemukan suatu pertandukan dari epitel, sehingga tampak daerah yang keputihan yang disebut
leukoplakia.
Temapt yang sering mengalami pertandukan ialah pada pita suara dan fossa interaritenoid.
Dalam hal ini, terjadi suatu displasia yang dapat berubah , menjadi suatu malignancy (15%) pre cancer, karenanya
pasien harus diobservasi dan ditindaklanjuti sebaik-baiknya.
Etiologi :
Tidak diketahui dengan jelas
Gejala :
Suara parau yang persisten
Tidak ditemukan stridor atau sesak nafas
Ada rasa mengganjal di tenggorokan
Terapi :
Pengangkatan daerah keratosis itu dengan beddah mikro larynk.

Tumor larynk
Tumor yang fatal dapa bagian tht adalah tumor nasopharynk yg banyak mengenai suku-suku tertentu, jg pd perokok
berat.
Tumor larynk dapat dibagi 2, yaitu :
1. Tumor jinak
Tumor jinak larynk tidak banyak ditemukan, hanya + 5% dari semua jenis tumor.
Papilloma larynk
Bisa bertangkai bisa tdk, keputihan, bening (mirip polip hidung).
Dapat tumbuh di pita suara bagian anterior atau daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plica ventrikularis / aritenoid.
Bisa soliter (sendiri) dan multiple (banyak).
20

de
Dewasa : bentuk single/soliter
Anak-anak : bentuk multiple, sering residif
Bisa timbul suara parau dan sesak nafas.
Jaringan tumor ini sanga trapuh tetapi apabila dipotong tidak menyebabkan perdarahan.
Sifat yg menonjol dari tumor ini adlh sering tumbuh lagi setelah diangkat sehingga operasi pengangkatan harus
berulang-ulang.
-

Papilloma larynk juvenille


Pada anak
Bisa bentuk multiple
Mengalami regresi waktu dewasa
Gejala
-

Gejala utama adalah suara parau


Kadang-kadang terjadi batuk
Bila telah menutupi rima glotis, timbul sesak nafas dgn stridor

Etiologi :
Belum diketahui dengan pasti, kemungkinan oleh virus.
Virus paling banyak pada anak-anak.
Dikatakan akan mengalami regresi spontan setelah usia pubertas, tetapi pada kenyataannya semua kasus demikian,
malahan pada usia 4-5 tahun operasi papilloma setelah diangkat + 1 minggu kambuh lagi bersifat residif.
Jadi pasang kanul tracheostomy dari besi tanpa gangguan.
Diagnosis :
Berdasarkan :
Anamnesis
Gejala klinik
Pemeriksaan laryngoscope direct
Biopsi
Pemeriksaan patologi-anatomik
Terapi:
-

Dengan mengangkat (ekstirpasi) secara bedah mikroskopik, akan tetapi masih sering residif (setelah + 1 minggu).
Terapi terhadap penyebab belum memuaskan, karena sampai sekarang etiologinya belum diketahui dengan pasti.

Fibroma (tumor jaringan ikat)


Hemangioma
kebanyakan pada infant (congenital)
Tumor ganas
Keganasan di larynk sering ditemukan dan masih merupakan masalah, karena penanggulangannya mencakup berbagai
segi.
Terbanyak didapati dengan bentuk squamous cell carcinoma tipe pertandukan atau anaplastik.
Kadang-kadang ditemukan dalam bentuk adenoid kistik ca ataupun sarcoma.
Etiologi
-

:
Belum diketahui dengan pasti
Orang-orang dengan resiko tinggi trhdp carcinoma larynk yi :
Perokok, Peminum alkohol
Orang yang terpapar oleh sinar radioaktif
Orang yang banyak memakai pita suara secara berlebihan (vocal abuse)

Lokasi :
a. Supraglotik
b. Glotik
c. Subglotik
d. Marginal
Dengan pemeriksaan tidak langsung akan tampak hanya supraglotik dan glotik saja
Subglotik baru tampak pada saat penderita ekspirasi
Cara metastase:
a. Langsung (direct metastase)
b. Kelenjar limfe:
- Supraglotik 60%
- Subglotik 5%
- Glotik 4%
c. Darah (hematogen)
Prognosis
Tumor pada glotik prognosis, karena didaerah glotik hanya memiliki sedikit saluran limfe.
Laki : perm = 10 : 1, karena pada laki-laki adanya kebiasan merokok, kontak dengan zat korosif.
Sering pada usia muda.
Penanggulangan :
Diagnosis dini dan pengobatan atau tindakan yang tepat dan kuratif, karena tumornya masih terisolasi, dan dapat
diangkat secara radikal.
Tujuan utama adalah mengeluarkan bagian larynk yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi
serta fungsi sphincter larynk.
21

de
Lokasi tumor larynk
a. Supraglotik 30-40% di pita suara palsu, laryngeal ventrikel, aritenoid, permukaan larynk-epiglotis.
b. Glotik 4% didaerah vocal cord, commissura anterior.
c. Subglotik 15%, berada di bawah vocal cord.
d. Tipe marginal Berlokalisasi di ligamentum ariepiglotik/puncak epiglotik.
Gejala-gejala :
Tergantung dari lokasi tumor
Afonia
Disfagia
Batuk kronis
Dispneu sangat menyolok
Penderita 40 tahun dengan suara parau 2 minggu hati-hati keganasan lakukan pemeriksaan tidak langsung
Opthlagia
Klasifikasi berdasarkan lokalisasi:
a. Supraglotik ca
Menimbulkan perubahan suara dan gangguan pernafasan
Metatase ke kelanjar limfe supraglotik
b. Glotik
Keluhan sesak nafas
c. Subglotik ca
Paru <
Lebih mudah menyebabkan sumbatan jalan nafas (dd dengan asama/kronik bronchitis)
Cara penyebaran tumor larynk
Langsung :
a. Mengenai seluruh pita suara, comissura anterior, menyeberang ke lokasi sebelahnya (pita suara disebelahnya)
b. Penyebaran ke atas, ke pita suara palsu atau epiglotik
c. Penyebaran ke bawah, yaitu ke subglotik
d. Paling berbahaya : menyebar ke otot-otot larynk (ke dalam) menyebabkan fiksasi pita suara type infiltratif
Penyebaran melalui limfe :
a. Dari glotik lambat
b. Biasanya dari supra/subglotik ke kelenjar limfe cervical dalam
c. Metastasis yangs ering kedalam paru-paru
Diagnosis :

Gejala/anamnesa
Batuk lama.
Suara parau yang diderita cukup lama, tidak bersifat hilang timbul meskipun sudah diobati bertendensi untuk makin lama
makin berat yang disebabkan oleh lesi yang mengenai daerah pita suara.
Hemoptisis.
Sesak nafas karena tertutupnya jalan nafas oleh tumor.
Penurunan berat badan sebagai gejala umum.
Terkadang ada darah.

Pemeriksaan fisik larynk


Pemeriksaan indirect, untuk melihat lokasi dan penyebaran tumor.
Tidak ada tanda yg khas dari luar, terutama pd stad. dini.
Bila sudah menjalar ke kelenjar limfe leher, terlihat:
Perubahan kontur leher.
Hilangnya krepitasi tulang rawan larynk .

Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan leher soft tissue leher. Dapat menilai besarnya dan letak tumor bila tumor sudah cukup besar.
Roentgen.
Sitologi dari hapusan.
Biopsi/ pengambilan spesimen tumor pemeriksaan pa.

Note: diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan pa dari bahan biopsi larynk dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar leher

Diagnosis banding:
a. Laryngitis tbc
Spesifik proses
Banyak pada negara berkembang
Biasanya berjalan bersama keganasan larynk
Gejala : ulcerasi, infiltrat, nyeri
b. Syphylis pada penderita dengan penyakit seks
c. Tumor jinak lain
Gejala : parau, sesak nafas, hemoptisis (kurang)
Bila progresif sprti papilloma dpt menimbulkan kesulitan
Pengobatan:
a. Radioterapi bila operasi tidak memungkinkan
b. Operatif bila masih memungkinkan
c. Chemoterapi masih tergolonng mahal
Cyclophospamide
22

de
d.

Matothrexate, 5-fluorouracil
Terapi kombinasi
setelah operasi, pada stadium dini dengan 5 ysr baik

Note : kadang berikan secara terapi gabungan, operasi tanpa bedah mikroskopik membuat suara tambah parau

Prognosis
Ca glotik baik
Ca supra/sub glotik jelek
Stagging
S1 = t1 n0 m0
S1 = t2 n0 m0/t3 n0 m0
S3 = t1 n1 m0/ t2 n1 m0/t3 n1 m0
S4 = t4 n1 m0/ t 1 n2 m0 / t1 n2 m0
t3 n2 m0 / t4 n2 m0 / t1 m1
t2 m1 / t3 m1/ t4 m1
ex : s1 = t1 n0 m0 tumor berlokasi pada 1 lokasi dari larynk, belum ada pembesaran kelenjar limfe regional, belum ada
metastase
T = tumor
N = nodus
M= metastase
Note : walaupun tidak ada nodus, tetapi apabila sudah ada metastasis, dikatakan s4

Klasifikasi tnm
T1 = pada satu lokasi anatomi laryunk
T2 = pada satu bagian anatomi laryunk
T3 = keluar dari satu bagain anatomi laryunk ex : masuk subglotik
T4 = keluar dari larynk , ex : sudah mengenai trachea
N0 = tidak ada pembesaran kelenjar limfe
N1 = teraba homolateral dan bisa digoyangkan (mobile)
N2 = teraba bilateral/kontralateral dan bisa digerakkan (mobile)
N3 = teraba bilateral/kontralateral dan tidak bisa digerakkan (fixed) fixsasi dengan jaringan sekitarnya
M0 = tidak metastase
M1 = ada metastase

Trauma
-

larynk
Jaranga terjadi
Banyak terjadi pada daerah yang sulit air, karena pada pemakaian pompa air tangan
Biasanya disebut trauma larynk + trakea
Berdasarkan penyebabnya dapat dibagi 5 yaitu :

1. Trauma langsung
Trauma langsung dapat disebabkan oleh kompresi/penekanan, misalnya pukulan, cekikan.
Bisa berbentuk luka tembus/penetrasi, misalnya pada situasi perang (peluru/bayonet).
Bisa bersifat terbuka/tertutup.
a. Terbuka karena benda tajam
b. Tertutup
pasien hanya mengeluh berdarah sedikit, suara dan nafas belum terganggu, bila dibiarkan dapat menjadi sesak nafas
hebat kematian.
2. Luka bakar
Disebabkan oleh api, menghisap zat/gas iritan, menelan zat korosif.
3. Post radioterapi
Disebabkan oleh penyinaran atau pengobatan keganasan (sitostatika), bukan oleh iatrogenic.
4. Corpus alineum
Biasanya menyumbat larynk dan menyebabkan sesak nafas, harus segera diatasi dapat menimbulkan kematian.
Apabila corpus alineum tersebut bergerak dpt merusak larynk.
5. Kesalahan anastesi
Disebabkan pemasangan tube yang besar atau terlalu lama, atau tindalan ahli anastesi yang ceroboh.
Berhasil memakai selang intubasi dengan balon, tetapi terkadang perawat lupa mengempiskan balon bila pasien
pulang, timbul keluhan komplikasi stenosis larynk (iatrogenic).
Gejala klinik :
Tergantung jenis trauma, antara lain :
Sesak nafas
Suar parau
Perasaan sakit di leher
Hemoptisis
Krepitasi
23

de
-

Tidak langsung
accident(kecelakaan lalu lintas)
Pada pemeriksaan tidak apa-apa di daerah larynk, hanya ada rasa sakit harus diobservasi. Jika malam hari keluar darah
kemungkinan ada oedem larynk bisa mnyebbkan kematian.

Terapi :
Tergantung jenis trauma, antara lain :
a. Tracheostomy harus cepat dilakukan
b. Antibiotik sistemik
c. Intubasi untuk mencegah terjadinya asfiksia
d. Laryngofissure
e. Sedatif
f.
Pasien dirawat dalam ruangan tenang
Manajemen yang utama adalah :
1. Melindungi jalan nafas lakukan intubasi / tracheostomy
2. Kembalikan fungsi larynk
Note :

Kesalahan intubasi banyak ditemukan pada pasien yang dirawat di iccu perlu penyembuhan lebih lama.
Pada kelainan displasi paru, misalnya respiratory distress syndrome sering terjadi laryngeal stenosis pada infant/bayi karena memakia
alat bantu pernafasan yang terlalu lama, tetapi perawatan kurang diperhatikan banyak menimbulkan kematian pada bayi.

Tindakan
Lindungi jalan pernafasan tracheostomy
Intubasi untuk mencegah jangan terjadi asfiksia
Memperbaiki fungsi larynk stenosis larynk diperbaiki dan memakan waktu lama, pasien memakai kanul tracheostomy
jangka panjang
Operasi membuang jaringan ikat melebarkan larynk
Graft dari tulang rawan/ hyoid
Kesalahan/ gangguan intubasi icu/iccu, perlu perawatan jangka panjang.
Paralise larynk
Mrupakn klainan otot intrinsik larynk yg sering ditemukan dalam klinik.
Macam :
1. Paralise motorik
Lesi ssp
- Supranuklear
Nuklear
- Lesi perifer
Leher
- Dada
2. Paralise miopatik
Gangguan dari otot-otot.
3. Paralise fungsional (histerika afonia)
Bila diperiksa tidak ada paralise, tetapi suaranya tidak keluar.
4. Paralise idiopatik
Diperkirakan karena virus.
Gejala klinik :
Pengaruh terhadap suara dan pernafasan
Posisi pita suara
Perubahan-perubahan lain pada larynk
Insiden
-

:
Usia : > 40 tahun
Sex : lk: pr = 2 : 1
Jenis paralise : unilateral kiri > unilateral kanan

Diagnosa :
Laryngokopi langsung/tidak langsung
Pengobatan :
Tracheostomy
Ariteniodektomi luar dan kardopeksi
Aritenoidektomi dalam, Lain-lain

Stridor
-

pada bayi dan anak


Berbahaya
Harus cepat di diagnosa dan diambil tindakan
Keterlambatan dalam mengambil tindakan kematian

Tanda-tanda obstruksi jalan nafas :


Adanya strodor, bisanya stridor inspiratoar (pada larynk) dan pada trachea berupa stridor inspiratoar dan ekspiratoar.
Pucat, berkeringat dan gelisah.
Pada pemeriksaan nadi : tachycardi dan cyanosis.
24

de
-

Adanya retraksi pd intercostal , pada supraclavicular, epigastrik.


Anak tampak semakin lemah, pergerakan otot-otot kelihatan baik, anak kelihatan tenang, tapi ini berbahaya karena
terjadi hipoxia berat bradikardi menyebabkan kematian.

Tindakan kita tergantung :


Besar/kecil obstruksi
Luas/sempit obstruksi
Jika memungkinkan bisa dibuat foto. Foto kontras dilakukan jika terjadi tracheoesofageal fistula
Paralise motorik
Etiologi :
1. Kerusakan sistem saraf pusat
Nuclear
Supranuclear
2. Kerusakan sistem saraf perifer
Leher
Dada
-

Kerusakan dapat terjadi di intra cranial datau pada tempat keluarnya nervus tersebut pada dasar tengkorak, leher atau
thorax sebelah kiri.
Seperempat dari kasus paralise motorik ini bersifat idiopatik.
Kerusakan-kerusakan paralise yang terjadi disebabkan karena :
a. Penekanan atau peregangan yg disebabkan penyakit infeksi.
b. Truma, biasanya trauma operasi.
c. Neuritis perifer, bisa disebabkan oleh beberapa faktor;
Toksin kimia, Ex : timah hitam (pb)
Toksin material infeksi, Ex: diphteri, tifoid, tonsilitis (streptococcus), virus herpes atau influenza
Avitaminosis

Dalam menilai tingkat pembukaan rima glotis dibedakan dalam 5 posisi pita suara, yaitu :
Median
Terletak di tengah lokasi pita suara
Pada saat fonasi pita suara terletak di mid line
Pembukaan suara berkisar 19 mm
Paramedian
Terletak di sebelah mid line
Biasanya terjadi pada pernafasan yang sesak
Pembukaan pita suara berkisar 3-5 mm
Moderate atau slight abduction (abduksi ringan)
Pusat pita suara bila bernafas biasa
Pembukaan pita suara berkisar 14 mm
Intermediate (cadaveric position)
Pembukaan pita suara berkisar 7 mm
Posisi terletak diantara a dan c
Pada posisi ini otot-otot tidak berfonasi sama sekali seperti mayat
Full abduction (abduksi penuh)
Adalah posisi pita suara bila kita bernafas maksimal
Pembukaan pita suara berkisar 18-19 mm
Note :
Semons law
Jika terjadi kelumpuhan serabut yang menggerakkan otot-otot abduktor akan disusul kerusakan serabut yang menggerakkan otot-otot abduktor

Pengaruh paralise terhadap suara dan pernafasan


1. Paralise n. Recurrent yang unilateral
Respirasi tidak terpengaruh.
Suara tetap normal.
Jika posisi pita suara terletak pada paramedian, suara akan parau, pernafasan sesak jika bekerja berat.
2. Paralise n. Recurrent yang bilateral
Parah, Jika posisi pita suara pada garis median akan terjadi sesak nafas yang berat.
Terjadi bisa perlahan-lahan, bisa juga tiba-tiba dan parah
Suara tidak berubah.
Jika posisi paramedian, akan terjadi suara parau, sesak bila bekerja berat.
3. Paralise n. Laryngeus superior
Jarang trjd sndiri, biasanya brgbng dgn paralise recurrent.
Unilateral atau bilateral.
Posisi pita suara berada pada posisi cadaver.
Suara akan parau.
Sesak nafas jika bekerja berat.
Terapi ;
Kadang-kadang memerlukan tindakan tracheostoky bila sesaknya hebat, misalnya pada paralise recurrent bilateral.
Tindakan lain aritenoidektomi ekstra larynk atau dilakukan cordopectie aritenoidektomi secara endoskopi.
Bila terjadi kelumpuhan pita suara yang idiopatik, biasanya akan sembuh setelah 2 tahun.
Paralise myophatik
25

de
Terjadi krn adanya strain dan peradangan, ex;pada tbc larynk (paling sering). jarang pada myasthenia gravis dan miotoni
artropican.
Tipe-tipe:
1. Parlise otot-otot tnesor internus
Paling sering
Pita suara dapat bertemu pada garis median tapi tidak membentuk garis melainkan membentuk elips
Suara terganggu
Sesak nafas juka bekerja berat
2. Paralise otot-otot interaritenoid
Jarang terjadi
Pita suara dapat bertemu pada garis median tetapi pada comissura poterior akan berbentukl triangular
Suara sedikit terganggu tapi tidak parah
Pernafasan tidak mengalami gangguan
3. Paralise gabungan interaritenoid dan tensor internus
Membentuk gambaran lubang kunci (key hole)
4.

Paralise otot adduktor


Pita suara tidak bisa adduksi
Suara jadi parau
Bila letaknya di paramedian akan terjadi sesak jika bekerja berat.
Terapi :
Istirahat suara (vocal rest)
Paralise fungsional
Paralise fungsional adduktor pada saat fonasi.
Kedua pita suara tidak bisa bertemu pada garis median.
Biasanya terjadi pd individu yang emosinya tidak stabil terutama wanita muda dgn keadaan kesehatan yg kurang baik.
Gejala klinik :
Terdapat afoni, kadang-kadang pita suara bertemu pada garis median tetapi tidak ada suara yang dikeluarkan.
Bisa datang secara tiba-tiba dan hilang mendadak.
Laryngeal parestesi sehingga terjadi aspirasi.
Pd pmrksaan laryngoskopi indirect pita suara tdk bisa mrapat & walaupun merapat tdk keluar. Anehnya batuk masih bisa
terjadi.
Terapi:
-

Psikiater
Persuasi (cari causa)
Bisa sembuh sebentar, kadang-kadang kambuh lagi

Paralise idiopatik
Penyebab tidak diketahui, tetapi diduga karena virus.
Gejala klinik :
Pengaruh terhadap pita suara dan pernafasan
Posisi pita suara
Perubahan-perubahan pada larynk
Kelainan larynk yang lain
Hiperkeratosis larynk
Disebut juga leukoplakia yaitu suatu bentuk hiperplasi epitel lokal yang ditandai bercak putih pada pita suara asli.
Jarang terjadi.
>> pada laki-laki.
Tidak diketahui penyebabnya, yang pasti dikatakan bisa karena suatu peradangan kronis.
Bentuk hiperplasia kadang disertai pertandukan.
Gejala klinik :
Suara parau.
Tamapk bercak putih satu atau kedua pita suara asli berlokasi di sepertiga depan atau tengah.
Gerakan pita suara tidak terganggu.
Leukoplakia ini merupakan suatu prekanker dan sering terdapat pada suatub carcinoma insitu.
Pengobatan :
Tidak ada yang dapat menyembuhkan dan selalu berrulang, mis : diberi vitamin a, menghilangkan fokal infeksi THT.
Sering dilakukan pemotongan pitas suara yang terkena secara bedah larynk mikroskopik.

Laryngismus stradulus
Suatu bentuk stridor pada anak yang tidak disertai panas
Kebanyakan pada anak laki-laki
Usia 4 tahun ke atas
Kebanyakan terjadi pada mereka yang tinggal di daerah miskin
Penyebab :
Higiene gigi yang jelek
Anak yang sering sakit
Kebersihan lingkungan yang jelek
26

de
Gejala klinik :
Adanya stridor yg terjadi pada malam hairi disertai sesak nafas.
Terjadi stridor karena spsme akibat tetai krn kekurangan Ca akibat berkurangnya vitamin d / fungsi oaratiroid yg jelek.
Spasme disusul terjadinya obstruksi akibat larynk yang lembek yang tertarik kedalam selama inspirasi.
Kemudian terjadi dilatasi/abduksi setelah kadar co2 darah meningkat lagi.
Terapi :
Memperbaiki keadaan gizi
Mengobati penyakit pada anak
pembrian vitamin tetap dianjurkan
Tracheostomy
Merupakan suatu keadaan membuat jalan nafas baru dengan membuat lubang pada trachea cincin kedua dan ketiga
Membuat lubang dengan memotong ring trachea ke-2 dan ke-3
Note: tracheostomy tracheotomy

Sejarah ;
Abad 1 sm tracheostomy teah dilakukan di roma.
Gallaend menyempurnakan cara-cara tracheostomy.
Publisius + tahun 1600 :
Memberikan tulisan yang lengakp tentang tata cara tindakan tracheostomi .
Memberikan cara-cara incisi yang transversal pada kadaan yg tidak begitu gawat karena memperhatikan faktor kosmetik.
Incisi tegak kurus (transversal): cepat dilakukan tapi menimbulkan kerugian .
Incisi horizontal: hanya dilakukan pada kulit luar.
Sejarah intubasi
Akhir abad 19 & awal abad 20 dknl cara intubasi yg dperkenalkn oleh odwyer menggunakan tube karet yang dikaitkan
dengan tali kemudian dimasukkan dalam larynk, tali difixasi di pipi.
Sinclair thompson dn negus memberi penemuan-penemuan baru tentang intubasi/ tracheostomi. Setelah negus,
berkembang metode intubasi baik orotracheal/nasotracheal.
Indikasi tracheostomi:
I.
Obstruksi jalan nafas
A. Intrinsik
1. Kongenital selaput larynk, stenosis
2. Trauma larynk
3. Peradangan
4. Tumor biasanya tumor ganas dari lidah, larynk, pharynk atau trachea bagian atas
5. Paralise bilateral incomplete (abduktor)
6. Corpus allineum
B. Ekstrinsik
1. Trauma
2. Peradangan: ludwigs angina
3. Tukor : carcinoma thyroid
Pembagian lain :
1. Kongenital
- Subglotik (stenosis atau trachea)
- Web larynk
- Kiste larynk
- Kel tracheo esofageal anomali
- Hemangioma
2. Trauma
- Pemakaian intubasi endotracheal
- Luka karena peluru/terpotong benda tajam
- Terhisap uap panas
- Menelan benda/zat korosif
- Radiotherapy
3. Peradangan
- Acute epigloti (mnmblkn kematian pd anak kecil & bayi)
- Leryngotracheobronchitis
- Diphteri larynk
- Ludwigs angina
4. Tumor ganas
- Tumor ganas lidah, larynk, pharynk, trachea bagian atas, ca thyroid
5. Paralise laryngeal pharyngitis
- Kegagalan operasi thyroid
- Komplikasi operasi esophagus/jantung
6. Corpus alineum
II.

Pencegahan terhadap asfiksia


1. Pengangkatan papiloma larynk
2. Laryngopur
3. Diseksi kelenjar leher

III. Depresi pusat pernafasan


27

de
1. Trauma kepala
2. Keadaan koma
3. Keracunan bikarbonat
IV. Gangguan sistem saraf
1. Poliomyelitis
2. Polineuritis
3. Kerusakan medula spinalis
V. Gangguan saraf otak
1. Myasthenia gravis
2. Obat-obat pelemas otot
3. Tetanus
Pada corpus alineum
Bisa dilakukan dengan tindakan sederhana.
Yaitu berupa heimlich manuver yaitu : pasien berdiri tegak, kemudian dari belakang pasien dengan tangan dirapatkan di
daerah epigastrium dan kemudian dikejutkan sehingga corpus alineum terlempar.
Laryngosfur
Suatu tindakan dimana kita memotong sebagian larynk.
Pada operasi tumor ganas larynk eadical neck disectio membuang kelenjar limfe leher yang sudah terkena
metastase.
Jackson sign
Yitu tanda-tanda obstruksi larynk yg mana kita harus hati-hati.
Stridor (+).
Cekungan daerah suprasternal.
Stadium :
I.
Cekungan daerah suprasternal, anak masih gelisah, stridor ringan dans esak nafas.
II. Cekungan daerah suprasternal, supraclavicular, anak lebih gelisah, stridor lebih keras, terlihat sesak >.
III. Cekungan daerah suprasternal, supraclavicular dan intercostal, gelisah >>, stridor jels sekali, sesak >>.
IV. Cekungan daerah suprasternal, supraclavicular, intercostal, epigastrium, anak mulai tidur-tiduran, gelisah <, stridor hebat
sekali disertai cyanosis (tidak perlu dilakukan tracheostomi).
Alat-alat tracheostomy:
1. Semprit (spuit)
2. Pisau (skalpel)
3. Gunting panjang yang tumpul
4. Sepasang haak tumpul
pengait utk melebarkan otot-otot shngga trachea dpt terlihat
5. Beberapa klem arteri bila terjadi perdarahan
6. Gunting kecil yang tajam untuk memotong trachea
7. Kanul trachea yang cocok untuk penderita, tdd:
Rigid (logam)
memiliki kanul dalam yg mudah dbuka bila ada sumbatan.
Silicon/plastik
tdk ada kanul luar dan dalam sehingga tidak bisa dicabut.
Cricothyrotomy:
Membuat lubang antara cartilago cricoid dan cartilago thyroid membran dijebol bernafas kembali
Cara tracheostomy:
Penderita ditidurkan terlentang dengan bantal yang diletakkan di scapula sehingga kepala penderita dalam keadaan
ekstensi pada persendian atlanto oksipital.
Tindakan dilakukan dengan anastesi lokal, terkadang intubasi dengan anastesi umum :
1. Incisi (kulit luar sampai jaringan subcutan), bisa secara vertikal pada keadaan emergency dengan incisi mulai dari sedikit
di bawah thyroid sampai di atas manubrium sterni.
2. Pemisahan otot-otot leher bagian depan, misalnya : m. Sternohyoi, m. Sternothyroid akan ditemui kel thyroid.
3. Pemisahan dari isthmus thyroid (karena bisa merupakan penyebab perdarahan).
4. Menemukan & membagi trachea, biasanya dicari cincin trachea.
5. Melakukan jahitan situasi, ini untuk mencegah agar tidak terjadi emfisema.
Perawatan post tracheotomi :
1. Melakukan suction lendir sesering mungkin, kanul dalam dibersihkan mnimal 2 kali sehari
2. Kanul luar (waktu lama) dibersihkan 2 minggu sekali
3. Perawatan dari tube
4. Kasa di bawah kanul luar diganti setiap basah
5. Melakukan penajhitan luka (namun sekarang luka biasanya tidak dijahit)
6. Perhatikan pinggir luka supaya tidak erjadi emphysema
Note :
Pada saat melakukan tracheostomy serimg kurang memperhatikan oksigenasi: pada saat membuat lubang kadang-kadang o 2 masuk terlalu cepat
co2 darah turun cepat, biasa pada anak-anak dengan obstruksi lama kelumpuuan otot-otot pernafasan begitu menarik nafas meninggal.

Komplikasi :
a. Perdarahan bila mengenai a. Thyroidea inferior
b. Infeksi atau luka prichondritis tulang rawan thyroid
c. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah bronchopneumonia
28

de
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Terbentuk jaringan granulasi pada luka


Tracheo-esophageal fistel
Emphysema cutis dan mediastinum
Pneumothorax fatal
Kanul tersumbat
Kesukaran dekanulasi biasanya keterlambatan dekanulasi pd waktu keadaan pasien sdh memabik kanul sukar dilepas
Nekrosis trachea anterior terjadi nekrosis

OBSTRUKSI LARING
Emil Anwar

Obstruksi laring merupakan salah satu kasus gawat darurat di bidang THT yang memerlukan penanganan yang cepat dan
tepat agar terhindar dari akibat yang fatal.
Obstruksi mekanik dari saluran nafas dapat terjadi pada berbagai tempat, tetapi yang paling sering dan serius adalah pada
laring karena sering terjadi secara mendadak, dapat menyebabkan hilangnya fungsi ventilasi secara total dan memerlukan
penanganan yang segera.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus laring.
Penanganannya bisa secara konservatif dan atau dengan tindakan tergantung dari faktor penyebab dan derajat obstruksi
laring
Anatomi
LARING merupakan suatu kerangka tulang rawan yang disatukan oleh ligamentum & dilapisi oleh otot & selaput lendir.
Tulang rawan laring : Epiglottis, Aritenoid, Tiroid, Cricoid
Otot-otot laring :
Instrinsik fonasi
Ekstrinsik gerakan & fiksasi
Fungsi :
Pernafasan
Fonasi
Fiksasi dada (pada kerja otot berat)
PATOFISIOLOGI

29

de
ETIOLOGI
1. Kelainan Kongenital :
Laringomalasia
Laringeal web
2. Kelainan didapat :

Peradangan :
o Laringitis akut / Epiglothitis akut
o Laringitis difterika
o Oedem laring

Trauma :
o Tumpul leher
o Trauma intubasi
o Inhalasi benda asing/zat kimia
o Trauma radiasi
3. Tumor

Jinak Papilloma.

Ganas Squamous cell Ca


4. Kelainan Neurologik :

Parese/paralise abduktor pita suara bilateral / unilateral

Spasme Laring
5. Benda asing
GEJALA & TANDA KLINIS
Secara umum gejala & tanda klinis obstruksi laring :

Disfonia sampai afonia

Sesak nafas dari ringan sampai berat

Stridor inspirasi

Retraksi supra sternal, supra klavekuler, intrakostal & epigastrium

Lain lain :
Pucat - sianosis
Sakit kepala
Disorientasi
Nonkooperatif
DERAJAT OBSTRUKSI
Derajat obstruksi laring menurut Jackson
Std I - Stridor inspirasi
- Retraksi supra sternal
Std II - Std I+ retraksi supra clavicula
Std III - Std I + retraksi epigastrium
Std IV - Std I + retraksi intercostal
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus laring.
Pemeriksaan laring:
Pemeriksaan Luar : Inspeksi, Palpasi
Laringoskopi :
Laringoskopi tidak langsung : dg kaca laring.
Laringoskopi langsung :
o
Konvensional
o
Suspension
o
Mikrolaringoskopi
Radiologi
Stroboskopi
LARINGOSKOPI TIDAK LANGSUNG

30

de
PENATALAKSANAAN
Penanganan yang cepat dan tepat tergantung pada penyebab dan derajat obstruksi laring.
Secara konservatif :
Oksigenisasi adekuat
Obat-obatan :

Anti inflamasi / Steroid


Bronkodilator

Mukolitik
Antibiotika
Tindakan :
Intubasi endotrakeal.
Krikotirotomi.
Trakeostomi.
Perasat Heimlich.
TEHNIK HEIMLICH

KRIKOTIROTOMI
Tindakan insisi atau pungsi pd membran krikotiroid.
Keuntungan :
Membran krikotiroid terletak langsung di bawah kulit & jaringan sub kutan.
Dengan peralatan sederhana dapat dengan cepat mengamankan jalan napas.
Kerugian :

Sulit memasukkan pipa dengan ukuran adekuat tanpa merusak kartilago krikoid.

Trauma kartilago krikoid perikondritis stenosislaring.

Insisi conus elastikus perubahan suara yang permanen.

Letak arteri krikotiroid dekat garis tengah perdarahan.


Indikasi :

Tidak tersedianya peralatan untuk melakukan intubasi atau trakeostomi.

Tidak tersedianya tenaga ahli, sedangkan diperlukan pengamanan jalan napas segera.
Tehnik :

Insisi horisontal pada ruang krikotiroid

Pungsi dengan jarum suntik no.15


Dalam 24 28 jam
trakeostomi.

INTUBASI
Tindakan memasukkan pipa endotrakeal ukuran kecil atau bronkoskop kaku ke laring dengan laringoskop.
Transoral atau transnasal.
Premed. SA + anestesi lokal.
Indikasi :
31

de

Tindakan pendahuluan sebelum trakeostomi terutama pada anak.


Tindakan mengamankan jalan napas pada kasus dengan problem pernapasan yang diduga sementara / berlangsung
singkat.
Kontra indikasi :

Tumor yang menutup glothis.

Paresis abduktor pita suara bilateral

Oedem laring.

Trauma laring berat.


Komplikasi :
Ulserasi mukosa.
Pembentukan jar. granulasi Stenosis laring.
Subglotik oedem, terutama pada pasien sadar atau hiperaktif
( 48 72 jam trakeostomi )
Keuntungan :
Mengatasi sumbatan jalan napas lebih mudah dan cepat.
Tindakan trakeostomi yang tergesa-gesa dan traumatik dapat dihindari.
Memungkinkan anestesi umum pada trakeostomi.
Menghindari terjadinya pneumotoraks pada tindakan trakeostomi terhadap pasien dengan derajat obstruksi std III.
Kerugian :

Trauma laring sikatriks kesulitan ekstubasi.

Tidak boleh lebih dari 2 minggu.

Pipa endotrakeal dapat terlepas.

Intake peroral sulit.

TRAKEOSTOMI
Tindakan membuat lubang pada dinding depan trakea dengan tujuan utama untuk pernapasan.
Fungsi :
1. Mengatasi obstruksi laring.
2. Mengurangi ruang rugi di saluran napas atas.
3. Memudahkan pengisapan sekret
4. Memudahkan pemasangan respirator
5. Untuk mengambil benda asing.
Anestesi umum atau local + premed SA
TEKNIK TRAKHEOSTOMI
1. Cara pembedahan pada anak :
Cincin ke-3 dan ke-4 diiris berbentuk celah pada garis tengah, tak ada tulang rawan yang dibuang.

2. Cara pembedahan pada orang dewasa :


Seksi anterior pd cincin trakheal ke-3 diangkat/ dibuang
3. Pemasukan tabung / pipa trakheostomi

32

de
4. Pada sudut- sudut luka dilakukan jahitan kecil
5. Tabung diikatkan di tempatnya.

CATATAN : Intubasi endotrakheal atau krikotirotomi dibuat pada keadaan darurat.


Tipe trakeostomi :
1. Trakeostomi Temporer :

Trakeostomi emergensi.

Trakeostomi elektif.
2. Trakeostomi permanen.
Tipe berdasarkan lokalisasi :
1. Trakeostomi tinggi emergensi.

Insisi vertikal

Cincin trakea 2 3.
Keuntungan :

Kulit di daerah tersebut tipis.

Trakea mudah dicari.


Kerugian : Banyak komplikasi.
2. Trakeostomi rendah elektif/permanen

Insisi horizontal.

Cincin trakea 5 6.
Keuntungan: Komplikasi lebih sedikit & jarang terjadi
Kerugian : Kulit di daerah tsb lebih tebal & trakea lebih sulit dicari (waktu lebih lama)
Dekanulasi :
Prinsip dilakukan secepatnya.
Dilakukan secara bertahap.
Komplikasi pasca tindakan:
Bronkopneumonia.
Emfisema subkutis/mediastinum
Pneumotoraks.
Mediastinitis.
Nekrosis dinding depan trakea
Fistula trakeo-esofagus.
Kesulitan dekanulasi.
RINGKASAN
Obstruksi laring merupakan sumbatan jalan napas yang paling serius karena sering terjadi mendadak, dapat menyebabkan
hilangnya fungsi ventilasi secara total dan memerlukan tindakan emergensi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus laring.
Penatalaksanaan bisa secara konservatif dan atau tindakan operatif, tergantung faktor penyebab dan derajat obstruksi.
Tindakan krikotirotomi & perasat Heinlich merupakan tindakan life saving yang dapat dilakukan di lapangan (luar rumah sakit)
dan oleh tenaga non ahli.

33

Anda mungkin juga menyukai