OLEH :
SUHENDRIK ADI P.
NIM 2010 08 0023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karuniaNya penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.
Dan dengan mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada
penulis, terutama ilmu dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat
menyusun
dan
menyelesaikan
makalah
yang
berjudul
ASUHAN
2.
dengan
segala
kerendahan
hati
merasa
bahwa
dalam
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai
calon
penerus
bangsa,
aset
bangsa.
Tahap
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN
lain
Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.
Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis
standart perilaku
Metode disiplin
Hubungan dengan saudara kandung
Merasa jadi korban
Sikap yang sangat kritis
Besarnya kelurga
Perilaku yang kurang matang
Memberontak terhadap sanak keluarga
dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus
dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini
cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau
melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan
menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan
umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
4. Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk
keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun
dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku
penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada
umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anakanaknya.
Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang
tua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
1. Pola asuh Demokratis
Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan
adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam
aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang
tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.
2. Pola asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya
dengan mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96), pola asuh
otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua.
3. Pola asuh Permisif
Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas
kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak.
Moesono (1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaanpola asuh permisif atau
dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap
mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta
memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
5. Aktivitas gerak
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN REMAJA
3.1 Pengkajian
Identitas
Riwayat & tahap perkmbangan keluarga
Lingkungan
Struktur keluarga
Fungsi keluarga
Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
Status kesehatan sekarang dan masalalu
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pola aktivitas dan latihan
Pola nutrisi
Pola eliminasi
Pola istirahat
Pola kognitif persepsual
Pola toleransi stress/koping
Pola seksualitas dan reproduksi
Pola peran dan hubungan
Pola nilai dan kenyakinan
Penampilan umum
Perilaku selama wawancara
Pola komunikasi & Pola asuh orang tua
Kemampuan interaksi
Stresor jangka pendek & jangka panjang
DAFTAR PUSTAKA
http://ayam65.wordpress.com/2008/06/16/askep-remaja-2/
http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/05/askep-keluarga-dengan-remajaaskep.html
http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatankeluarga.html
http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-caramendidik-mengasuh-anak-yang-baik
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
2.
Mengetahui berbagai masalah seksual yang terjadi pada remaja sebagai anggota
keluarga dan peran keluarga.
3.
Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara pisik dan
psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa(Hurlock, 1973). Perubahan
psikologi meliputi intelektualnya, kehidupan emosinya, kehidupan sosialnya,
sedangkan fisiknya mencakup juga seksualnya dimana alat-alat reproduksi sudah
mencapai kematangan dan mulai berfungsi.
WHO menetapkan batas 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja. Dan membagi
kurun usia tersebut dalam dua kelompok usia yaitu usia remaja awal (10-14 tahun)
dan usia remaja akhir (15-20 tahun).
Terdapat ciri-ciri tertentu pada kedua kelompok usia remaja tersebut :
1.
a).
Keadaan perasaan dan emosinya tidak stabil. Remaja awal dilanda pergolakan
sehingga selalu mengalami perubahan dalam perbuatannya.
b).
Keadaan mental
Keadaan kemauan
Kemauan atau keinginan untuk mengetahui berbagai hal dengan jalan mencoba
segala hal yang dilakukan orang dewasa. Anak pria mencoba merokok, anak
wanita bersolek mereka ada yang mencoba melakukan hubungan seks.
d).
Keadaan moral
a).
Keadaan mental
Keadaan kemauan
Kemauannya telah terarah sesuai dengan cita-cita dan kemampuannya. Langkahlangkah makin terkendal sesuai dengan situasi dan kondisi. Remaja telah dapat
merencanakan langkah-langkah mana yang harus ditempuh.
d).
Keadaan moral
Moral sudah pada tingkat post konvensional atau penilaian moral yang prinsip.
Mereka telah melakukan tingkah laku moral yang bertanggung jawab. Remaja
akhir lebih realistis pada keadaan yang senyatanya baik mengenai dirinya, hal-hal
umum, keluarga maupun terhadap benda.
B.
Sexualitas dalam arti yang luas adalah semua aspek badaniah, psikologik dan
kebudayaan yagn berhubungan langsung dengan sex dan hubungan sex manusia.
(Maramis,1998).
Seksualitas, reaksi dan tingkah laku seksual didasari dan dikuasai oleh nilai-nilai
kehidupan manusia yang lebih tinggi. Jadi seksualitas dapat dipandang sebagai
pencetusan dari hubungan antar individu, dimana daya tarik rohaniah dan
Perkosaan
Perkosaan yang terjadi pada remaja akan menimbulkan banyak masalah terkait
dengan aspek fisik maupun psikologisnya. Trauma fisik tentunya akan
mempengaruhi kondisi kesehatannya, apalagi bila sampai terjadi kehamilan resiko
terjadi aborsi yang bisa membahayakan. Sedangkan trauma psikologis akan
mengancam timbulnya berbagai masalah kejiwaan.
2.
Masturbasi
Masturbasi ialah menimbulkan rangsangan dan kepuasan sexual pada diri sendiri.
(Maramis,1998). Pemuasan sendiri secara sexual tanpa koitus biasanya dengan
tangan atau benda lain sering dilakukan oleh anak dan muda-mudi dalam
perkembangan fisik dan psikoseksualnya.
Dalam pubertas waktu hormon sex dan ciri-ciri sex sekunder mulai berkembang,
maka rasa ingin tahu lebih besar dan masturbasi bertambah banyak. Masturbasi
Homoseks
Merupakan hubungan seksual antara dua orang pria. Dalam arti yang luas istilah
ini sebenarnya berlaku pula bagi pasangan wanita-wanita. Untuk ini lazim dipakai
istilah lesbianisme. Pencegahan dapat dilakukan dengan mengenal dan mengobati
anak-anak dengan tanda-tanda feminin sebelum terjadi aktivitas seksual. Untuk
mengenal ini perlu diberi penerangan kepada para orang tua, dokter, pendidik dan
kaum rohaniwan.
4.
Disfungsi seksual
Pada pria disfungsi sexual ini diantaranya impotensi dan ejakulasi dini.
Sedangkan pada wanita meliputi frigiditas, disparenia dan vaginismus.
5.
Eksploitasi seksual
C.
1.
2.
a).
Banyak sekali pasangan suami istri yang telah begitu terikat dengan
berbagai tanggungjawab sebagai orangtua sehingga perkawinan tidak lagi
memainkan suatu peran utama dalam kehidupan mereka. Akan tetapi di sisi lain
karena anak anak lebih bertanggungjawab, mereka dapat mulai membangun
fondasi untuk tahap siklus kehidupan keluarga berikutnya.
c).
3.
Masalah-masalah kesehatan
BAB III
STUDI KASUS
I. Kasus dengan masalah seks bebas pada remaja
Keluarga Tn. A hidup bersama istri dan seorang anaknya Y. pekerjaan Tn.
A adalah sopir taksi gelap yang beroperasi pada malam hari hingga pagi hari. Ny.
A bekerja sebagai karyawati pada sebuah perusahaan garmen dengan jam kerja
08.00 14.00, terkadang lembur hingga malam.
An. Y pelajar kelas 3 SMU sering bermain diluar rumah dengan teman lakilakinya pulang sampai larut malam. Pergaulan bebas dengan teman-temannya
akhirnya menjadi kebiasaan. Tn. A sudah menegur berulang kali tapi anak Y tetap
melakukannya. Suatu hari Tn. A memergoki anaknya bersama teman pria
wanitanya nonton VCD porno di rumah, langsung Tn. A memarahi anaknya dan
melarang pergaulan si anak. Sejak itu percekcokan sering terjadi antara Tn. A dan
An. Y diantara mereka tidak pernah ada komunikasi yang terbuka, sementara itu
Ny. A lebih banyak diam dan terkadang membela anaknya. Tn. A makin keras
melarang anaknya bergaul dengan teman-temannya ketika pada suatu malam
melihat anaknya berada di sebuah hotel bersama temannya yang berpasangpasangan.
Sementara itu An. Y mengatakan bahwa ia pernah mencoba melakukan hubungan
seks dengan pacarnya sebanyak 2 kali
II.
Pengkajian
a. Data Umum
1.Nama kepala keluarga: Tn. A
2.Pekerjaan
: Karyawan PT Haruka
3.Alamat
4.Komposisi keluarga :
No
Nama
Umur
Sex
Tgl lahir
Pendidikan
1.
Tn. A
40 th
4-8-1963
SMA
2.
Ibu N
37 th
5-7-1966
SMA
IRT
Istri
3.
An. Y
17 th
2-4-1986
Pelajar
Anak
Genogram :
Pekerjaan
Ket.
Suami
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal dalam satu rumah
5.
Tipe keluarga
Keluarga Bp. H merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan satu
orang anak.
6.
Suku bangsa
Tn. A dan Ny. R berasal dari suku yang sama yaitu suku jawa. Budaya keluarga
Tn. A mengikuti kebiasaan serta budaya suku jawa.
7.
Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah islam.
8.
9.Aktivitas rekreasi
Keluarga jarang melakukan rekreasi bersama. Karena selain ekonomi yang kurang
begitu baik juga masing-masing sibuk dengan urusannya masing-masing.
b.
Keluarga Tn. A tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 150 m 2 dan luas
bangunan 100 m2 terdiri dari 75 % berlantai plester dan semen 25 %( ruang dapur
dan kamar mandi). Ventilasi cukup baik cahaya matahari bisa masuk melalui
jendela maupun pintu. Penerangan dengan menggunakan listrik. Sedangkan air
bersih diperoleh dari PAM. Pengelolaan sampah dilakukan dengan penempatan di
tempat tertutup yang selanjutnya diambil oleh petugas sampah. Limbah keluarga
langsung terbuang melalui selokan di belakang rumah yang mengalir ke sungai.
WC terletak didalam kamar mandi dengan septik tank berada di luar rumah.
Denah rumah :
Keterangan :
a. Ruang tamu
b. Ruang tidur I
c. Ruang tidur II
d.Ruang santai keluarga
e. Ruang makan
f. Ruang dapur
g. Kamar mandi dan WC
15. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tetangga keluarga Tn. A pada umumnya bekerja sebagai karyawan swasta. Jarak
rumah mereka agak berdekatan. Ikatan antar keluarga baik, saling tolong
menolong masih menjadi kebiasaan di wilayah tersebut.
16. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. A merupakan salah satu keluarga yang bertempat tinggal menetap
jadi belum pernah pindah dari rumah yang sekarang.
17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga dapat saling bertemu pada sore hari setelah anak pulang dari sekolah
serta ibu pulang dari bekerja. Sedangkan malam harinya Tn. A bekerja sebagai
sopir taxi. Untuk mengikuti perkumpulan di limgkungan masyarakat Tn. A
menyempatkan diri sebelum dia bekerja
18. Sistem pendukung keluarga
Seluruh anggota keluarga sekarang ini dalam keadaan yang sehat, jika ada salah
satu dari anggota keluarga yagn sakit maka segera dibawa ke pelayana kesehatan.
d. Struktur keluarga
19. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. A saat ini mengalami gangguan, karena ada
masalah komunikasi antara Tn. A dan An. Y. Mereka sama-sama keras dalam
berkomunikasi. Masing-masing merasa benar dengan cara mereka.
Fungsi keluarga
23. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi dan memperhatikan. Tapi kadang karena
kesibukan masing-masing hal itu susah dilakukan. Persoalan dalam keluarga
jarang dibicarakan bersama sehingga memicu terjadinya masalah komunikasi.
24. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dilakukan denga mengikuti kegiatan di lingkungan seperti arisan,
kebersihan lingkungan. Sedangkan anaknya sulit untuk melakukan sosialisasi
dengan tetangga karena sering pergi dengan temannya hingga larut malam. An. Y
telah terlibat dalam pergaulan bebas dan keluarga tidak bisa menanamkan
nilai/norma kepada anaknya.
25. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga belum mengenal masalah komunikasi sehingga konflik selalu terjadi
pada keluarga. Keluarga belum mengenal bagaimana cara berkomunikasi yang
efektif sehingga apa yang dibicarakan dapat dipahami oleh keluarga. Selain itu
keluarga juga belum dapat mengambil tindakan yang seharusnya sehubungan
dengan perilaku anaknya. Keluarga merasakan bahwa anaknya keliru dalam
pergaulan dan keluarga takut anaknya nanti hamil karena pergaulan bebas yang
mengarah ke free seks. Keluarga tidak tahu apa yang seharusnya ia sampaikan
pada anak sehingga keluarga belum bisa mengambil keputusan untuk memberikan
bimbingan.
26. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. A baru memiliki seorang anak yang berumur 17 tahun. Rencana
untuk memiliki anak lagi sebenarnya ada tapi belum dikaruniai meskipun Ny. A
sudah tidak KB.
27. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. A secara ekonomi telah mampu memenuhi kebutuhan hidup
keluarga sehari-hari, juga telah memiliki tabungan meskipun jumlahnya tidak
seberapa.
f.
g.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Tn. A
Keadaan umum
Kesadaran
: komposmentis
: rambut: hitam, lurus, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik, kornea
jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan normal; hidung:
bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen, mampu
mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada
: bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada ronkhi,
denyut jantung normal.
Abdomen
: baik
Kesadaran
: komposmentis
: rambut: hitam, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik, kornea
jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan normal; hidung:
bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen, mampu
mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, tidak ada karies, lidah bersih.
Dada
: bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada ronkhi,
denyut jantung normal.
Abdomen
: baik
Kesadaran
: komposmentis
: rambut: merah, ikal, tidak muntah rontok; mata : sklera tidak ikterik, kornea
jernih, konjungtiva merah muda, pupil isokor, fungsi penglihatan normal; hidung:
bersih, septum simetris, tidak ada polip; telinga: tidak ada serumen, mampu
mendengar normal; mulut: bersih , tidak berbau, ada karies, lidah bersih.
Dada
: bentuk normal, suara nafas vesikuler, irama nafas teratur, tidak ada ronkhi,
denyut jantung normal.
Abdomen
h.
Harapan keluarga
Keluarga mengharapkan permasalahan dalam keluarganya segera teratasi dan
masing-masing dapat menata kembali hubungan dalam keluarga dengan baik.
B.
ANALISA DATA
No Data
1. Subyektif :
Masalah
Penyebab
Konflik pada Ketidakmampuan
keluarga mengenal
masalah
pergaulan
komunikasi
meyakinkan
dan
tidak
keluarga
dapat
bahwa
Keluarga
tidak
suka
dengan
mengambil
hal
tindakan
itu
adalah
wajar
dan
mengarahkan
pergaulan
larut malam.
sehat.
yang
menanggapi
masalah
anaknya.
Bobo
Perhitungan
Pembenaran
t
1
3/3 x 1 = 1
Masalah
Aktual (3)
ini
merupakan
2.Kemungkinan
masalah
dapat
1/2 x 2 = 1
di
antar
rubah :
2/3 x 1 = 2/3
untuk dicegah :
adanya
kerjasama
anggota
keluarga
sebagian (1)
3.Potensi
masalah 1
Cukup (2)
4.Menonjolnya masalah
Dengan
2/2 x 1 = 1
3 2/3
Bobo
Perhitunga
t
1
n
2/3 x 1 = Hal
Ancaman kesehatan
2.Kemungkinan
masalah
dapat
1/2 x 2 = 1
kesehatan
Masalah dapat
di
keluarga
bimbingan
menimbulkan
psikologis
mampu
pada
teratasi
dan
bila
melakukan
anak
agar
untuk dicegah :
Cukup
4.Menonjolnya
2/2 x 1 = 1
dapat dikendalikan
Keluarga merasa perlu merubah
masalah :
ditangani
Skor
bisa
masalah
Sebagian
Harus
ini
2/3
rubah :
3.Potensi
Pembenaran