Gambaran keseluruhan
Seni
Islam
bukanlah seni yang
berfokus
pada agama saja
tetapi
juga
merangkumi kebudayaan Islam yang kaya dan berbagai macam. Ia seringnya menggunakan
unsur sekularserta juga unsur yang tidak disukai oleh ahli teologi Islam, walau jika tidak
diharamkan.[1]Seni Islam berkembang daripada banyak sumber, dengan gaya-gaya seni
Roma, seni Kristen awal, dan seni Romawi Timur diserap ke dalam seni dan seni bina Islam
yang awal, khususnya seni Sassanid Persia pra-Islam. Gaya Asia Tengah juga diserap menerusi
serangan mendadak oleh berbagai pengembara. Seni Cina juga merupakan salah satu
pengaruh yang penting dalam lukisan, tembikar, dan tekstil Islam.
Lukisan Islam mengandungi unsur-unsur berulang, misalnya penggunaan reka
bentuk geometri berbunga-bunga atau bersayur-sayuran dalam gaya ulangan yang dikenali
sebagai arabes. Arabes dalam lukisan Islam sering dipergunakan untuk melambangkan
sifat Allah yang unggul, tidak terbahagi, dan tidak terbatas. Kesilapan pengulangan dalam
lukisan Islam mungkin disengajakan sebagai penampilan rendah hati oleh pelukisnya yang
mempercayai bahawa hanya Allah dapat menghasilkan kesempurnaan. Walau bagaimanapun,
teori ini telah dipertikaikan.
Kebanyakan penganut Islam Sunni dan penganut Islam Syiah mempercayai bahawa
penggambaran makhluk umumya
adalah haram.
Bagaimanapun,
lukisan
yang
berkenaanmanusia boleh didapati pada seluruh zaman seni Islam. Perlambangan manusia bagi
tujuan penyembahan berhala diharamkan oleh hukum Islam yang dikenali sebagai Syariat.
Meskipun begitu, terdapat banyak penggambaran Muhammad, Nabi utama Islam, dalam seni
Islam sejarah.
Seni rupa pada zaman Umayyah banyak dipengaruhi oleh kesenian Bizantium, sebagai
akibat dipindahkannya pusat pemerintahan Islam dari Makkah ke Syria. Seni rupa ini banyak
memperlihatkan ciri seni rupa kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti bisa
dilihat di Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus. Interior masjid
ini digarap seniman-seniman Yunani dari Konstantinopel.
Pada masa ini ragam hias mosaik dan stucco yang dipengaruhi oleh pengulangan
geometris sebagai tanda berkembang pesatnya ilmu pengetahuan. Selain itu ciri khas lapangan
di tengah masjid mulai diganti oleh ruangan besar yang ditutup kubah.
Pada masa ini pula dikenal kalifah yang sangat memperhatikan kelestarian masjidmasjid, yaitu Kalifah Abdul Malik dan Kalifah Al-walid. Kalifah Abdul Malik membangun Kubah
Batu Karang (dikenal pula dengan nama Masjid Quber esh Sakhra dan Masjid Umar) sebagai
pengingat tempat dinaikkannya Nabi Muhammad ke langit pada peristiwa Isra-Miraj. Selain itu
dibangun pula Masjid Al Aqsa. Dinasti Umayyah juga meninggalkan banyak istana yang memiliki
ciri tersendiri, yaitu bangunan di tengah-tengah gurun pasir yang terasing, walaupun kini banyak
yang telah rusak. Contohnya adalah Istana Kusair Amra.
Ada banyak sekali pendapat mengenai seni rupa di dalam Islam. Pandangan kaum
konservatif yang populer pada awal kemunculan Islam beranggapan bahwa segala bentuk
peniruan adalah usaha menyaingi kesempurnaan Tuhan dan wujud keinginan
menciptakan Tuhanbaru. Tetapi banyak pula yang menyatakan bahwa bagaimanapun hasil
penciptaan manusia tetap tidak akan bisa menyamai apa yang telah diciptakan Tuhan ataupun
Tuhan itu sendiri, sehingga seni rupa tidak bisa dianggap penjiplakan saja, tetapi diiringi pula
denganstilasi yang memperlihatkan keagungan Pencipta. Sementara pendapat lain terbentuk
atas pengaruh kebudayaan Eropa, yang menganggap proses seni rupa adalah hal normal, ia
sama sekali tidak bisa dianggap sebagai usaha menciptakan makhluk baru ataupun Tuhan baru,
sehingga sama sekali tidak perlu dilarang.
Bagaimanapun sangat sulit menemukan peninggalan seni patung dari seni rupa Islam,
karena sejarahnya yang berhubungan langsung dengan tindakan berhala. Tetapi tidak sulit
menemukan bentuk-bentuk makhluk hidup dalam bentuk perabotan. Juga dengan mudah bisa
ditemukan lukisan-lukisan di dinding istana dan gambar ilustrasi untuk buku-buku terjemahan
ilmu pengetahuan walaupun hanya sebagai tiruan dari ilustrasi buku aslinya.
Pengertian Seni
Berikut pengertian seni menurut pendapat para ahli:
Aristoteles
Seni adalah peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal.
Ki Hajar Dewantara
Seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaan dan sifat indah,
sehingga menggerakan jiwa perasaan manusia
Seni adalah kegiatan rohani yang mereflesikan realitas dalam suatu karya yang
bentuk dan isinya mempunya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam rohaninya
penerimanya.
Drs. Sudarmaji
Seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan
media bidang,garis,warna,tekstur,volume dan gelap terang.
Seni adalah hasil ungkapan emosi yang ingin di sampaikan kepada orang lain dalam
kesadaran hidup bermasyarakat/berkelompok.
Seni adalah aktivitas batin dengan pengalaman estetika yang menyatakan dalam
bentuk agung yang mempunyai daya membangkitkan rasa takjub dan haru.
Enslikopedia Indonesia
Seni adalah penciptaan segala hal atau benda yang karena keindahannya orang
senang melihatnya atau mendengarnya.
Schopenhauer
Eric Ariyanto
Seni adalah kegiatan rohani atau aktivitas batin yang di refleksikan dalam bentuk
karya yang dapat membangkitkan perasaan orang lain yang melihat atau
mendengarkannya.
Bentuk Seni
Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi
lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan
dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman
mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah
muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung
yang bermakna kematian dan mawar merah yang berarti cinta). Seni menurut media yang
digunakan terbagi 3 yaitu :
1. Seni yang dapat dinikmati melalui media pendengaran atau (audio art), misalnya seni
musik,seni suara, dan seni sastra seperti puisi dan pantun
2. Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual art)) misalnya lukisan, poster,seni
bangunan, seni gerak beladiri dan sebagainya.
3. Seni yang dinikmati melalui media penglihatan dan pendengaran (audio visual art) misalnya
pertunjukan musik, pagelaran wayang,film.
1. .Para ulam berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan alat musik. Menurut mazhab
Jumhur adalah harm, sedangkan mazhab Ahl-ul-Madnah, Azh-Zhhiriyah dan jamah
Sfiyah memperbolehkannya.
2. Ab Mansyr Al-Baghdd (dari mazhab Asy-Syfi) menyatakan: "ABDULLH BIN JAFAR
berpendapat bahwa menyanyi dan musik itu tidak menjadi masalah. Dia sendiri pernah
menciptakan sebuah lagu untuk dinyanyikan para pelayan (budak) wanita (jawr) dengan
alat musik seperti rebab. Ini terjadi pada masa Amr-ul-Muminn Al bin Ab Thlib r.a.
3. Imm Al-Haramain di dalam kitbnya AN-NIHYAH menukil dari para ahli sejarah bahwa
Abdullh bin Az-Zubair memiliki beberapa jriyah (wanita budak) yang biasa memainkan
alat gambus. Pada suatu hari Ibnu Umar datang kepadanya dan melihat gambus tersebut
berada di sampingnya. Lalu Ibnu Umar bertanya: "Apa ini wahai shahbat Raslullh? "
Setelah diamati sejenak, lalu ia berkata: "Oh ini barangkali timbangan buatan negeri Sym,"
ejeknya. Mendengar itu Ibnu Zubair berkata: "Digunakan untuk menimbang akal manusia."
4. Ar-Ruyn meriwayatkan dari Al-Qaffl bahwa mazhab Maliki membolehkan menyanyi
dengan mazif (alat-alat musik yang berdawai).
5. Ab Al-Fadl bin Thhir mengatakan: "Tidak ada perselisihan pendapat antara ahli Madnah
tentang, menggunakan alat gambus. Mereka berpendapat boleh saja."
6. Ibnu An Nawawi di dalam kitabnya AL-UMDAH mengatakan bahwa para shahbat
Raslullh yang membolehkan menyanyi dan mendengarkannya antara lain Umar bin
Khattb, Utsmn bin Affn, Abd-ur-Rahmn bin Auf, Saad bin Ab Waqqs dan lain-lain.
Sedangkan dari tbin antara lain Sad bin Musayyab, Salm bin Umar, Ibnu Hibbn,
Khrijah bin Zaid, dan lain-lain.
Ab Ishk Asy-Syirz dalam kitbnya AL-MUHAZZAB (Lihat Ab Ishk Asy-Syirz, ALMUHAZZAB, Jilid II, hlm. 237) berpendapat:
Al-Als dalam tafsrnya RH-UL-MAN (Lihat Al-Als dalam tafsrnya RH-ULMAN, Jilid XXI, hlm. 67-74)
1. Al-Muhsibi di dalam kitbnya AR-RISLAH berpendapat bahwa menyanyi itu harm seperti
harmnya bangkai,
2. Ath-Thursusi menukil dari kitb ADAB-UL-QADHA bahwa Imm Syf berpendapat
menyannyi itu adalah permainan makrh yang menyerupai pekerjaan bthil (yang tidak
benar). Orang yang banyak mengerjakannya adalah orang yang tidak beres pikirannya dan
ia tidak boleh menjadi saksi.
3. Al-Manawi mengatakan dalam kitbnya: ASY-SYARH-UL-KABR bahwa menurut mazhab
Syfi menyanyi adalah makrh tanzh yakni lebih baik ditinggalkan daripada dikerjakan
agar dirinya lebih terpelihara dan suci. Tetapi perbuatan itu boleh dikerjakan dengan syarat
ia tidak khawatir akan terlibat dalam fitnah.
4. Dari murd-murd Al-Baghw ada yang berpendapat bahwa menyanyi itu harm dikerjakan
dan didengar.
5. Ibnu Hajar menukil pendapat Imm Nawaw dan Imm Syfi yang mengatakan bahwa
harmnya (menyanyi dan main musik) hendaklah dapat dimengerti karena hl demikian
biasanya disertai dengan minum arak, bergaul dengan wanita, dan semua perkara lain yang
membawa kepada maksiat. Adapun nyanyian pada saat bekerja, seperti mengangkut suatu
yang berat, nyanyian orang Arab untuk memberikan semangat berjalan unta mereka,
nyanyian ibu untuk mendiamkan bayinya, dan nyanyian perang, maka menurut Imm Awz
adalah sunat.
6. Jamah Sfiah berpendapat boleh menyanyi dengan atau tanpa iringan alat-alat musik.
7. Sebagian ulam berpendapat boleh menyanyi dan main alat musik tetapi hanya pada
perayaan-perayaan yang memang dibolehkan Islam, seperti pada pesta pernikahan,
khitanan, hari raya dan hari-hari lainnya.
8. Al-Izzu bin Abd-us-Salm berpendapat, tarian-tarian itu bidah. Tidak ada laki-laki yang
mengerjakannya selain orang yang kurang waras dan tidak pantas, kecuali bagi wanita.
Adapun nyanyian yang baik dan dapat mengingatkan orang kepada khirat tidak mengapa
bahkan sunat dinyanyikan.
9. Imm Balqin berpendapat tari-tarian yang dilakukan di hadapan orang banyak tidak harm
dan tidak pula makrh karena tarian itu hanya merupakan gerakan-gerakan dan belitan
serta geliat anggota badan. Ini telah dibolehkan Nabi s.a.w. kepada orang-orang Habsyah di
dalam masjid pada hari raya.
10. Imm Al-Maward berkata: "Kalau kami mengharamkan nyanyian dan bunyi-bunyian alatalat permainan itu maka maksud kami adalah dosa kecil bukan dosa besar."
1. Ulam-ulam Syfiiyah seperti yang diterangkan oleh Al-Ghazali di dalam kitab IHYA
ULUMIDDIN. Beliau berkata: "Nash nash syara' telah menunjukkan bahwa menyanyi,
menari, memukul rebana sambil bermain dengan perisai dan senjata-senjata perang pada
hari raya adalah mubah (boleh) sebab hari seperti itu adalah hari untuk bergembira. Oleh
karena itu hari bergembira dikiaskan untuk hari-hari lain, seperti khitanan dan semua hari
kegembiraan yang memang dibolehkan syara'.
2. Al-Ghazali mengutip perkataan Imam Syafi'i yang mengatakan bahwa sepanjang
pengetahuannya tidak ada seorangpun dari para ulama Hijaz yang benci mendengarkan
nyanyian, suara alat-alat musik, kecuali bila di dalamnya mengandung hal-hal yang tidak
baik. Maksud ucapan tersebut adalah bahwa macam-macam nyanyian tersebut tidak lain
nyanyian yang bercampur dengan hal-hal yang telah dilarang oleh syara'.
3. Para ulama Hanfiyah mengatakan bahwa nyanyian yang diharamkan itu adalah nyanyian
yang mengandung kata-kata yang tidak baik (tidak sopan), seperti menyebutkan sifat-sifat
jejaka (lelaki bujang dan perempuan dara), atau sifat-sifat wanita yang masih hidup
("menjurus" point, lead in certain direction, etc.). Adapun nyanyian yang memuji keindahan
bunga, air terjun, gunung, dan pemandangan alam lainya maka tidak ada larangan sama
sekali. Memang ada orang orang yang menukilkan pendapat dari Imam Abu Hanifah yang
mengatakan bahwa ia benci terhadap nyanyian dan tidak suka mendengarkannya. Baginya
orang-orang yang mendengarkan nyanyian dianggapnya telah melakukan perbuatan dosa.
Di sini harus dipahami bahwa nyanyian yang dimaksud Imam Hanafi adalah nyanyian yang
bercampur dengan hal-hal yang dilarang syara'.
4. Para ulama Malikiyah mengatakan bahwa alat-alat permainan yang digunakan untuk
memeriahkan pesta pernikahan hukumnya boleh. Alat musik khusus untuk momen seperti
itu misalnya gendang, rebana yang tidak memakai genta, seruling dan terompet.
5. Para ulama Hanbaliyah mengatakan bahwa tidak boleh menggunakan alat-alat musik,
seperti gambus, seruling, gendang, rebana, dan yang serupa dengannya. Adapun tentang
nyanyian atau lagu, maka hukumnya boleh. Bahkan sunat melagukannya ketika
membacakan ayat-ayat Al-Quran asal tidak sampai mengubah aturan-aturan bacaannya.1.
Imm Asy-Syaukn, dalam kitabnya NAIL-UL-AUTHR menyatakan sebagai berikut (Lihat
Imm Asy-Syaukn, NAIL-UL-AUTHR, Jilid VIII, hlm. 100-103):
Pertemuan Islam dan Kesenian
Islam dan kesenian seringkali digambarkan sebagai dunia yang berbeda, sulit
dipertemukan. Agama berisi aturan dan norma moral, sementara kesenian mengeksplorasi
kreatifitas dan kebebasan. Di banyak tempat ketegangan antar dua kelompok ini kadang tak
terelakkan. Tapi dalam kenyataannya, apa yang pernah dicapai Islam dalam mewujudkan
peradaban dunia, kaum seniman dan ulama bisa berdialog dan bersandingan. Misalnya
yang terjadi pada pembangunan Masjid Nabawi (Masjid Nabi) di Madinah, Masjid Jami AlUmawi (Masjid Umayyah) di Damaskus, dan Qubbat as-Sakhra (Kubah Batu) di Yerusalem
merupakan sebagian contoh di Arab.
Peradaban Islam itu mencapai puncaknya (golden age) pada masa Dinasti Umayyah di
Damaskus (Siria) dan Dinasti Abbasiah di Baghdad (Irak). Islam tidak sekedar
bersinggungan dengan seni rupa, sastra, teater, musik, dan arsitektur yang luar biasa
indahnya, tapi juga turut mewarnai nafasnya. Sementara pengaruh islam pada
kekesenianan kita, itu misalnya bisa kita temukan pada arsitektur Menara Kudus, Jawa
Tengah, yang merupakan percampuran simbol Islam dan Hindu. Pada bangunan
peninggalan Sunan Kudus itu terdapat pula tempat bersuci berupa arca berkepala sapi
(hewan keramat umat Hindu). Menaranya pun mirip candi, penanda adanya dialog-estetis
seni religius. Masih banyak contoh lain yang serupa dalam sepanjang zaman di berbagai
negara.
Dari sederat sejarah itu bukankah sudah cukup sebagai saksi, bahwa hubungan antara
islam dan kekesenianan tak bisa dipisahkan, sebab keduanya saling membutuhkan. Karena
terbukti, hadirnya agama bisa mewarnai nafas kekesenianan, dan hadirnya kekesenianan
bisa memperkaya seperangkat hukum dan seluk beluk agama. Kalau begitu bukankah
sudah seharusnya keduanya terus bisa diupayakan berdialog dan bersandingan. Kerena
sejatinya seni itu punya kehendak untuk memperjuangkan martabat kemanusiaan. Dan itu
sama halnya dengan agama, ia berangkat dari pemaknaan bahwa sesungguhnya ajaran
(agama) juga bertujuan memuliakan manusia.
Reflections, dalam Sojourn, Volume 2, No. 1 Tahun 1987)Dan sampai sekarang pesantren
masih mempertahankan watak aslinya; yaitu ia memiliki tradisi unik dan unggul yang tidak
ditemukan di negara lain. Salah satu keunikan tersebut adalah tradisinya dalam
mengembangkan warisan keilmuan ulama salaf (salafus shalih). Misalnya dengan pola
pengajaran sorogan, blandongan dan hafalan nadzaman berupa puisi liris arab. Selain itu
yang menjadi ciri khasnya adalah seperangkat busananya, seperti memakai sarung, peci,
baju koko dan lain sebagainya, yang semua itu asli dari warisan pribumi (bukan Arab). Tak
heran jika Abdurrahman Wahid berani mengambil kesimpulan bahwa pesantren adalah
sebuah subkultur.
Hasil dari persinggungan itu, tak mengherankan jika para santri"banyak menghasilkan
karya-karya berkelas dunia dengan nilai seni yang luar biasa indahnya, seperti beberapa
nama yang dapat disebut di antaranya adalah KH Mashum Ali dengan al-Amtsilatut
Tashrifiyah, KH Hasyim Asyari dengan Syair-Syair Ahlul Bait, KH Bisri Mustofa dengan AlIbriz, KH Abdul Hamid dengan Nadzam Sulam Taufiq dan lain sebagainya. Karya tersebut
menjadi referensi penting dalam setiap kajian maupun pengajian dilingkungan
pesantren.Karena itu, tak syak, Islam sebagai agama dan pesantren sebagai alat
dakwahnya terbukti mampu tampil secara kreatif berdialog dengan masyarakat setempat
(lokal), berada dalam posisi yang menerima kekesenianan lokal, sekaligus memodifikasinya
menjadi kesenian baru yang dapat diterima oleh masyarakat setempat dan masih berada di
dalam jalur Islam.
bahwa seniman yang tak beriman memiliki Roh Kudus, tetapi bahwa semua kemampuan
dalam diri manusia adalah akibat pekerjaan Roh Kudus dalam anugerah umum.
Lebih jauh, Keluaran 31 mengembalikan seluruh detil kemampuan seni yang
dibutuhkan untuk merancang interior maupun eksterior Kemang Sembahyang itu sebagai
karunia Roh Kudus. (Perhatikan kata-kata "Kutunjuk", "Kupenuhi", "Kuperintahkan" 3 I :2-6).
Seni selain merupakan karunia, juga merupakan panggilan hidup Bari Allah. Banyak
kaum injili masa kini mengkategorikan hanya pelayanan gerejawi sebagai panggilan hidup
Bari Tuhan. Tetapi melalui gerakan Reformasi kita disadarkan bahwa seluruh kehidupan kita
adalah pelayanan dan ibadah untuk Tuhan, dan karena itu, adalah panggilan Tuhan untuk
kita. Bezaleel menerima panggilan itu. Panggilan di bidang seni, seperti halnya panggilan di
bidang pelayanan Firman, atau di bidang ilmu, tidak berlaku umum tetapi berlaku khusus.
Tuhan memanggil secara pribadi. Seseorang bisa dipanggil Tuhan menjadi pendeta atau
missionaris atau guru atau ilmuwan, bisa pula dipanggilNya menjadi seniman!
Walaupun terhadap senimanseniman bukan Kristen tidak dapat kita katakan bahwa
"ilham" yang mereka terima adalah bukti mereka dipimpin oleh Roh Kudus, namun dalam
kasus seniman Kristen (seperti halnya Bezaleel dalam Kel. 35:30) dapat disimpulkan adanya
hubungan erat antara mutu kerohanian dengan mutu seninya. Urutannya
jelas:"memenuhinya dengan Roh Allah, dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan
dalam segala macam pekerjaan..." (Kel. 35:31). Juga kepandaian untuk mengajar (ayat 34).
Melalui kisah Bezaleel ini kita menarik pelajaran indah bahwa seni adalah karunia yang
Tuhan berikan kepada manusia dan merupakan panggilan khusus untuk orang tertentu yang
dipanggilNya menjadi seniman. Pelayanan dalam bidang seni ini meliputi prinsip pimpinan
Roh, pemberian kemampuan, penggunaan akal dan pengetahuan serta pengembangannya
melalui jalur ajar-mengajar.
Peran Kristen terhadap kesenian
Terhadap kesenian, orang Kristen dan gereja wajib menjalankan perannya sebagai
imam, nabi dan raja. Sebagai imam, kita dipanggil untuk "menyelamatkan" kesenian dalam
arti menyaksikan prinsipprinsip Kristen ke dalam pergumulan dan pengungkapan seni dunia
di sekitar kita. Sebagai nabi kita dipanggil untuk menyuarakan kebenaran dan menilai
kesenian dalam terang kebenaran Firman Tuhan. Sebagai raja kita dipanggil untuk
memerintah, menguasai, mempengaruhi kesenian, terutama dengan jalan menciptakan
ungkapan-ungkapan kesenian yang dinafasi oleh kekristenan dalam keterlibatan penuh kita
di dalam kesenian.
Bila semua peran itu kits jalankan, maka timbullah beberapa konsekuensi praktis
dalam sikap kita terhadap kesenian. Ada kemungkinan kita harus membuangnya, sebab
karya seni bersangkutan sudah sedemikian dirusak oleh ketidakbenaran dan kejahatan
(misalnya berhala-berhala, kitab primbon, film porno, dsb). Ada pula saat ketika kita boleh
menerima karya seni bersangkutan karena prinsip isi dan bentuknya tidak menyimpang dari
kekristenan. Lebih dari itu, orang Kristen terpanggil untuk mengembangkan daya seninya
sedemikian rupa sampai mampu mencetuskan karya-karya seni yang berprinsip Kristen dan
mempengaruhi dunia.
Kesenian gerejawi
Dalam sejarah terbukti bahwa kesenian yang dikembangkan dalam konteks gereja
sempat menjadi ratu yang berpengaruh dan ditiru kesenian dunia ini. Arsitektur gereja dan
musik gereja adalah dua contoh paling jelas tentang hal ini. Tetapi apa yang dulu merupakan
kebanggaan gereja rupanya kini sudah berbalik. Dalam banyak hal, gereja paling
ketinggalan dalam kesenian di zaman ini. Kenyataan ini merupakan cambuk yang melecut
kita untuk mawas diri dan bangun dari ketiduran kita dalam bidang seni gerejawi. Di
manakah dramawan, musikus, pelukis, arsitek, pernahat, novelis Kristen abad ini yang mau
menggeluti ulang panggilan Tuhan untuk bidang seni dan menghasilkan karya-karya
berkaliber?
Seni Kristen/gerejawi bukan saja yang semata merupakan ungkapan kisah-kisah
Alkitab. Karya-karya Dostoevsky (The Brother's Karamazov) yang sarat dengan masalah
filsafat, religius, dan sosiologis juga dapat dipakai Tuhan untuk mentobatkan orang. Karya
Tolkien mungkin lebih mampu berkomunikasi dengan banyak orang tentang kebenaran
Kristen. Karena itu kits perlu lebih banyakseniman Kristen yang menempatkan ulang
Kekristenan di panggung pergelaran seni dunia.
Pandangan Agama Hindu tentang Seni
Disadari atau tidak di dalam kehidupan sehari-hari semua umat manusia yang
masihterikat dengan keduniawian membutuhkan keindahan. Ketika manusia tampil
danmengekspresikan diri di depan sesamanya ia akan melakukan dan mewujudkannya ke
dalambentuk-bentuk yang mempunyai nilai estetis. Kebutuhan manusia akan rasa
kenikmatan estetistelah mendorong mereka untuk terus menciptakan objek-objek bernilai
estetis. Estetika yangbertumpu kepada masalah rasa akan selalu mengacu kepada dua sisi
yang terkait yakni objektivitas dan subyektivitas. Sisi yang pertama menyangkut realita atau
kenyataan dari suatu benda atau objek estetis, sedangkan sisi yang ke dua menyangkut
kesan atau rasa (lango) yang ditimbulkan oleh objek tersebut. Oleh sebab itu hasil penilaian
estetis yang optimal dapat dicapai dengan memadukan kedua sisi objektif dan subjektif ini.
Penilaian terhadap kualitas estetis juga sering kali ditentukan oleh etika (norma baikburuk)
yang berlaku di lingkungan budaya tempat asal seseorang. Kualitas keindahan suatu objek
sering kali akan kehilangan makna jika ternyata di dalamnya terdapat unsur-unsur yang
bertentangan dengan etika yang ada. Oleh sebab itu, di lingkungan budaya tertentu
kenikmatan keindahan juga memberikan kesenangan sesuai dengan norma-norma baikburuk yang berlaku.Estetika Hindu pada intinya merupakan cara pandang mengenai rasa
keindahan (lango) yang diikat oleh nilai-nilai agama Hindu yang didasarkan atas ajaranajaran kitab suci weda. Ada beberapa konsep yang menjadi landasan pokok dan dianggap
penting dalam estetika Hindu seperti; konsep kesucian, konsep kebenaran, dan konsep
keseimbangan.Konsep Kesucian (Shiwan) pada intinya menyangkut nilai-nilai ketuhanan
yang juga mencakup yadnya dan taksu. Umat Hindu, seperti yang terlihat di Bali, memiliki
pandangan estetik yang diikat oleh nilai-nilai spiritual ketuhanan sesuai dengan ajaran
agama Hindu. Para pemuka agama Hindu menyatakan bahwa Tuhan itu adalah yang Maha
Indah dan sumber dari segala keindahan. Di India, Tuhan dalam wujudnya sebagai Siwa
Nataraja dengan tari kosmisnya dikatakan sebagai pencipta musik dan tari sekaligus
pencipta seni yang Maha Agung. Atas kepercayaan ini umat Hindu percaya bahwa segala
sesuatu yang bernilai artistik adalah ciptaan Tuhan.
Simbol Agama
Star and Crescent
Melihat sebuah mesjid, akan menemukan simbol ini pada ujung kubahnya.
Karena simbol ini merupakan simbol dari Islam. Agama Islam merupakan
negara yang meyakini bahwa tuhan itu Maha Esa dan tidak mampu
melihatnya hingga nanti di surga.
Simbol ini di Indonesia sering digunakan sebagai simbol partai yang
berbasis Islami. Para teroris yang mengaku Islam juga menggunakan
lambang ini, untuk mengadu domba pemeluk beragama Islam dengan pemeluk Agama
lainnya. Membuktikan kepada kita, simbol tidak dapat digunakan sembarangan.
Cross
Merupakan simbol yang digunakan oleh pemeluk agama kristen. Dalam
bahasa Indonesia, cross berarti salib. Salib melambangkan Yesus yang
merupakan Tuhan bagi umat Kristen. Simbol ini terlihat pada hampir
semua gereja di dunia, dan juga pada rumah-rumah pemeluk agamanya.
Jika
Anda pemeluk agama kristen, pasti simbol ini akan Anda gunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk melengkapi hidup dan gaya Anda.
Star of David
Yahudi telah bermakna dalam simbol ini. Yahudi merupakan sebuah agama
dan/atau sebuah kebudayaan.Orang yang berbudaya Yahudi belum
tentu beragama Yahudi. Dalam agama Yahudi mereka meyakini bahwa
mereka adalah yang terpilih oleh Tuhan.
Lambang ini penulis lihat pada kebanyakan kalung. Dan kalung ini
sering
Aumkar
M,
simbol ini sering saya lihat pada film-film yang ditelurkan dari Bollywood.
Memang adanya! India merupakan negara yang memiliki mayoritas
pemeluk agama Hindu. Agama ini adalah agama ke-tiga terbesar
setelah Islam dan Kristen.
Simbol ini jarang terlihat di Indonesia. Simbol ini bagi pemeluk
agama Hindu berarti tertentu, yang juga tidak dapat digunakan untuk
sembarangan.
Wheel of Dharma
Wheel of Dharma berarti Buddha dan berarti Siddarta Gauthama nama
pendiri dan penemu agama Buddha. Buddha meyakini kemampuan
terdalam pada pencerahan. Di Indonesia, Buddha merupakan
agama resmi yang telah ada jauh sebelum agama lain. Ingat
pelajaran IPS kita di SD!
Agama Buddha sangat erat dengan patung yang besar dan kuil atau
candi.
Agama Buddha meletakkan simbol ini pada bendera yang mereka bawa pada
Torii
Shinto ( ) merupakan agama di Jepang yang menggunakan
simbol ini. Torii erat dengan tempat-tempat suci. Shinto merupakan
agama yang dianut masyarakat Jepang sebagai kepercayaan yang
memuja leluhur. Shinto juga ada sejarahnya, konon Torii itu merupakan
pintu
Khanda
Khanda digunakan dalam garis Sikhisme. Agama yang mengakui
tuhannya satu dan berpegang pada pilosopi. Sikh memahami iman dan
keadilan sebagai yang utama.
Jainisme
Sembilan simbol ini erat kaitannya dengan sebuah iman dan kepercayaan.
Jika anda selama ini menggunakan simbol-simbol di atas, maka anda
secara tidak langsung telah menyalurkan dan menyampaikan pesanpesan tersembunyi di dalamnya.