Anda di halaman 1dari 11

askep selulitis

BAB I
TINJAUAN TEORI
1.1 Definisi
1) Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi, yang
umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau Streptococcus
( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 )
2) Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan
( Mansjoer, 2000; 82 ).
3) Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan ( Brunner
dan Suddarth, 2000 : 496 ).
Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus
aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.
1.2 Klasifikasi
Selulitis dapat digolongkan menjadi:
1) Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang tidak
jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan
spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
2) Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya.Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh
bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh
dalam mengontrol infeksi.
3) Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
a) Ludwigs Angina
b) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c) Selulitis Senators Difus Peripharingeal
d) Selulitis Fasialis Difus
e) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
f) Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya
virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan
selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa
drainase.
g) Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwigs . Angina
Ludwigs merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental
dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal
Selulitis dimulai dari dasar mulut.Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu
sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

1.3 Etiologi
Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya negatif
anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium
odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri,
baik bakteri aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis.
Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis
dan perikoronitis yang dihubungkan dengan erupsi gigi molar tiga rahang bawah,
ekstraksi gigi yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan
menggunakan jarum yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur
compound maksila / mandibula, laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari
oral malignancy.
Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher adalah bakteri streptokokus grup A,
streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.
1.4 Tanda dan Gejala
Infeksi paling sering ditemukan:
1) Kerusakan kulit akibat cedera ringan
2) Luka terbuka di kulit
3) Infeksi jamur diantara jari-jari kaki
4) Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.
5) Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat.
Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.
6) Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.
1.5 Patofisiologi
Patofisiologi yaitu :
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit pada orang
gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang kencing manis
yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan
system vena dan limfatik pada kedua ektrimitas atas dan bawah.Pada pemeriksaan
ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
sterptokokus lain atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia, etiologi microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan.
Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan
oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks.Bau busuk dan
pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.Ulkus kulit yang tidak
nyeri sering terjadi.Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami super infeksi.
Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan peradangan benda
asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah

Pathway
Bakteri patogen

1.6 Manifestasi klinik


Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi.Kulit tampak

merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat.Ruam kulit muncul secara
tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas.Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.
Gejala lainnya adalah:
1) Demam peningkatan suhu tubuh yang menyolok
2) Nyeri kepala
3) Penurunan kesadaan
4) Mendadak shock
5) Hipertensi
6) Taki kardi
7) Peningkatan rangsang meningen
8) Kejang Kadang-kadang penderita koma
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis (yang
meliputi anamnesis,uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum
mengalami komplikasi yang mana criterianya seperti :
a) Daerah penyebaran belum luas
b) Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
c) Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi,
tachypnea, tachycardia,hypotensi.
d) Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah seperti :
Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan
diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan
pemeriksaan lab seperti :
a) Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b) BUN level
c) Creatinine level
d) Culture darah
e) Pembuangan luka
1) Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang dimana
dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur cellulites negative, tapi
teknik ini jarang digunakan.
2) Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites yang
parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi selulitis dengan
atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
1.8 Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya.Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).Biasanya sebelum diberikan
sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan antibiotik jika:
a. penderita berusia lanjut
b. selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya
c. demam tinggi.

Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.
Pencegahan :
Jika memiliki luka,
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b. Oleskan antibiotic
c. Tutupi luka dengan perban
d. Sering-sering mengganti perban tersebut
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal,
a. Lembabkan kulit secara teratur
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c. Lindungi tangan dan kaki
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial
1.9 Komplikasi
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Identitas
Nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat penyakit
3. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam, menggigil dan
malaise.
4. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya mengidap penyakit
seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat pemakaian obat.
5. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarn merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap.
6. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis atau penyekit
kulit lainnya.
7. Keadaan emosi psikologi
Pasien tampak tenang,dan emosional stabil.
8. Keadaan social ekonomi
Biasanya menyerang pada social ekonomi yang sederhana.
2.2 Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
TD : Menurun (< 120/80 mmHg). Nadi : Turun (< 90). Suhu : Meningkat (> 37,50).
RR : Normal.
2. Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.
3. Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+).

4. Hidung : Tidak ada pernafasan cuping.


5. Mulut : Kebersihan, tidak pucat.
6. Telinga : Tidak ada serumen.
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar.
8. Jantung : Denyut jantung meningkat.
9. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas.
10. Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan tampak
seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau dorange).Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar berisi cairan (bula),
yang bisa pecah.
2.2 Rencana Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan respon inflamasi lokal jaringan subkutan
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi/inflamasi sistemik
3) Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka pada kulit.
4) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya lesi kemerahan
5) Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/ tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan
6) Pk Sepsis
2. Perencanaan keperawatan
1) Dx. Nyeri Berhubungan dengan respon inflamasi lokal jaringan subkutan
Tujuan : Klien menyatakan nyeri berkurang setelah dilakukan asuhan keperawatan
Kriteria Hasil :
a) Skala nyeri stabil (0-3)
b) Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
c) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpatisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan
d) Mengikuti program farmakologis yang dianjurkan.
Intervensi :
1) Observasi skala nyeri (0-10), karakteristik nyeri, dan lokasi nyeri.
Rasional :membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan kefektifan
program
2) Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman dan tingkatkan istirahat di tempat
tidur sesuai indikasi.
Rasional :untuk membatasi nyeri.
3) Berikan masase yang lembut.
Rasional :meningkatkan relaksasi/mengurangi ketegangan otot.
4) Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif, sentuhan
terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman imajinasi, hipnotis diri, dan pengendalian
napas.
Rasional :meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol, dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.
Kolaborasi

5) Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.


Rasional :meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot/spasme, memudahkan
untuk ikut serta dalam terapi.
6) Berikan es atau kompres dingin jika diperlukan
Rasional :rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut.
7) Berikan asetilsalisilat (aspirin)
Rasional :ASA bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
2) Dx. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi/inflamasi sistemik
Tujuan : klien menunujukkan penurunan suhu tubuh setelah dilakukan asuhan
keperawatan
Kriteria Hasil :
TTV dalam batas normal
a) TD : 120/80 mmHg
b) N : 87 x/menit
c) S : 37c
d) RR : 12 20 x/menit
e) Tidak terjadi demam
f) Intakeoutput seimbang
Intervensi :
1) Observasi suhu tubuh tekanan darah, frekuensi permapasan dan denyut nadi.
Rasional :menunjukkan status sirkulasi tubuh
2) Monitor intake dan output setiap 8 jam.
Rasional :menunjukkan status hidrasi
3) Anjurkan banyak minum bila tidak ada kontraindikasi.
Rasional :mengganti cairan tubuh yang hilang akibat dari peningkatan laju metabolisme
tubuh
4) Pertahankan ventilasi udara yang cukup di ruangan
5) Berikan kompres hangat
Rasional :membantu menurunkan suhu tubuh
6) Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
Rasional :memberikan rasa nyaman dan mempercepat proses penurunan suhu tubuh
7) Anjurkan klien untuk bedrest total
Rasional :aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga
suhu semakin meningkat.
Kolaborasi
8) Pertahankan cairan IV sesuai program
Rasional :mendukung dan memperbesar volume sirkulasi, terutama jika masukan oral
tidak adekuat
9) Berikan terapi antipiretik sesuai anjuran dokter
Rasional :membantu mengurangi demam dan respon hipermetabolisme, menurunkan
kehilangan cairan takkasat mata
3) Dx. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka pada kulit
Tujuan : klien menunjukkan tidak terjadi infeksi setelah dilakukan asuhan keperawatan.

Kriteria hasil :
a) Tidak terdapat tanda tanda infeksi (kalor, rubor, tumor, dolor)
b) TTV dalam batas normal
c) TD : 120/80 mmHg
d) N : 87 x/menit
e) S : 36-375C
f) RR : 18-20 x/menit
g) Leukosit dalam batas normal
Intervensi
1) Observasi adanya tanda tanda infeksi.
Rasional :melihat perkembangan dari terapi yang telah diberikan.
2) Observasi tanda tanda vital.
Rasional :menunjukkan sirkulasi tubuh.
3) Rawat luka klien dengan prinsif aseptik.
Rasional :mengurangi resiko kontaminasi silang.
4) Anjurkan klien untuk selalu menjaga kebersihan diri.
Rasional :menurunkan resiko infeksi.
5) Anjurkan klien untuk tidak menekan daerah luka.
Rasional :luka yang tertekan akan menyebabkan aliran darah ke luka berkurang
sehingga luka akan semakin parah.
6) Ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala infeksi
Rasional :untuk mencegah hal hal yang dapat mengancam infeksi.
Kolaborasi
7) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat betadine.
Rasional :antimikrobial spektrum luas tetapi nyeri pada pemakaiaannya,dapat
menyebabkan asidosis metabolik/ peningkatan absorpsi iodin, dan merusak jaringan
rapuh.
8) Berikan Silver nitrat sesuai anjuran dokter.
Rasional :efektif untuk melawan staphylococcus aureus, Escheria coli, dan
Pseudomonas aeroginosa, tetapi mempunyai penetrasi jaringan buruk, nyeri, dan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
4) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya lesi kemerahan
Tujuan : klien menunjukkan perbaikan integritas kulit setelah dilakukan asuhan
keperawatan
Kriteria Hasil :
a) Menunjukkan regenerasi jaringan
b) Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya
Intervensi :
1) Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
sekitar luka
Rasional :memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman kulit dan
kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area luka infeksi.
2) Tinggikan area infeksi bila mungkin/tepat.
Rasional :menurunkan pembengkakan.
3) Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila diindikasikan

Rasional :gerakan jaringan area infeksi dapat mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
4) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional :membantu proses penyembuhan

5) Mobilitas fisik, kerusakan berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/ tak


nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan
Tujuan : Klien mampu bergerak sesuai tujuan rentang gerak bebas, peningkatan control
dan/atau massa otat
Kriteria Hasil :
a) Klien menyatakan dan menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam aktifitas
b) Klien dapat mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak adanya kontraktur
c) Klien dapat mempertahankan atau meningkatkan kekuatan fungsi yang sakit
dan/atau kompensasi bagian tubuh
d) Klien menunjukkan teknik/perilaku yang memampukan melakukan aktifitas
Intervensi :
1) Mempertahankan posisi tubuh tepat
Rasional : meningkatkan posisi fungsional pada ekstermitas dan mencegah kontraktur
2) Perhatikan sirkulasi, gerakan, dan sensasi jari secara sering
Rasional : edema dapat mempengaruhi sirkulasi pada ekstermitas mempotensikan
nekrosis jaringan.
3) Lakukan rehabilitasi pada penerimaan
Rasional : akan lebih mudah untuk membuat partisipasi bila pasien menyadari
kemungkinan adanya penyembuhan
4) Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali dengan pasif kemudian aktif
Rasional : mencegah secara progresif mengencangkan jaringan perut dan kontraksi,
meningkatkan pemeliharaan fungsi otot/sendi dan menurunkan kehilangan kalsium dari
tulang
5) Beri obat sebelum aktifitas/latihan
Rasional : menurunkan kekakuan otot/jaringan dan tegangan memampukan pasien
untuk lebih aktif dan membantu partisipasi
6) Jadwalkan pengobatan dan aktifitas perawatan untuk memberikan periode istirahat
tak terganggu
Rasional : meningkatkan kekuatan dan toleransi pasien terhadap aktifitas
7) Instruksikan dan bantu dalam mobilitas, contoh tongkat, walker, secara tepat
Rasional : meningkatkan keamanan ambulasi
8) Dorong partisipasi pasien dalam semua aktifitas sesuai kemampuan individual
Rasional : memampukan keluarga/orang terdekat untuk aktif dalam perawatan pasien
dan memberikan terapi lebih konstan/konsisten
9) Bersihkan dan tutup luka dengan cepat
Rasional : eksisi dini diketahui untuk menurunkan jaringan parut serta risiko infeksi,
sehingga membantu penyembuhan.
6) PK Sepsis

Tujuan : tidak terjadi persebaran infeksi (sepsis)


Kriteria Hasil :
a) Tanda-tanda infeksi tidak ada
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal ( suhu 36-37C)
c) Keadaan luka baik
Intervensi :
1) Observasi adanya tanda-tanda persebaran infeksi pada luka
Rasional : pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda persebaran infeksi dapat
membantu menentukan tindakan selanjutnya
2) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama
perawatan
Rasional : kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi
kuman
3) Lakukan perawatan luka secara aseptic
Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antiinfeksi
Rasional : pemberian antiinfeksi dapat membunuh kuman yang menyebabkan infeksi.
3. Evaluasi
1) Nyeri dapat diturunkan sampai skala yang dapat ditoleren pasien antara skala nyeri
1-3.
2) Suhu tubuh dalam keadaan normal 36-37C
3) Tidak terjadi infeksi pada luka
4) Tidak terjadi kerusakan integritas jaringan

Daftar Pustaka
Brunner dan Suddarth. (2000). Kapita selekta kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;Jakarta
Burns Tony.(2005).Dermatologi.Jakarta :erlangga
Doenges, M.E.et all. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai