Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit lupus adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan
kanker. Tidak sedikit pengindap penyakit ini tidak tertolong lagi, di dunia
terdeteksi penyandang penyakit lupus mencapai 5 juta orang, dan lebih dari
100 ribu kasus baru terjadi setiap tahunnya.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga
tetap sehat. Namun, apa jadinya jika kekebalan tubuh justru menyerang organ
tubuh yang sehat. Penyakit lupus diduga berkaitan dengan sistem imunologi
yang berlebih. Penyakit ini tergolong misterius. Dokter kadang bingung
mendiagnosis penyakit ini.
Jumlah penderita lupus ini tidak terlalu banyak. Menurut data pustaka,
di Amerika Serikat ditemukan 14,6 sampai 50,8 per 100.000. Di Indonesia
bisa

dijumpai

sekitar

50.000

penderitanya.

Sedangkan

di

RS

Ciptomangunkusumo Jakarta, dari 71 kasus yang ditangani sejak awal 1991


sampai akhir 1996 , 1 dari 23 penderitanya adalah laki-laki. Saat ini, ada
sekitar 5 juta pasien lupus di seluruh dunia dan setiap tahun ditemukan lebih
dari 100.000 pasien baru, baik usia anak, dewasa, laki-laki, dan perempuan.
Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat. Penyakit Lupus
biasanya menyerang wanita produktif. Meski kulit wajah penderita Lupus dan
sebagian tubuh lainnya muncul bercak-bercak merah, tetapi penyakit ini tidak
menular. Terkadang kita meremehkan rasa nyeri pada persendian, seluruh
organ tubuh terasa sakit atau terjadi kelainan pada kulit, atau tubuh merasa
kelelahan berkepanjangan serta sensitif terhadap sinar matahari. Semua itu
merupakan sebagian dari gejala penyakit Lupus.
Faktor yang diduga sangat berperan terserang penyakit lupus adalah
faktor lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres, beberapa jenis obat,
dan virus. Oleh karena itu, bagi para penderita lupus dianjurkan keluar rumah
sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00. Saat bepergian, penderita

memakai sun block atau sun screen (pelindung kulit dari sengatan sinar
matahari) pada bagian kulit yang akan terpapar.
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.

Mendeskripsikan pengertian penyakit lupus.


Mendiskripsikan gejala-gejala yang timbul akibat penyakit lupus.
Mendiskripsikan penyebab timbulnya penyakit lupus.
Mendiskripsikan cara pencegahan penyakit lupus.
Mendiskripsikan cara pengobatan penyakit lupus.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Lupus dalam bahasa Latin berarti "anjing hutan". Istilah ini mulai
dikenal sekitar satu abad lalu. Awalnya, penderita penyakit ini dikira
mempunyai kelainan kulit, berupa kemerahan di sekitar hidung dan pipi.
Bercak-bercak merah di bagian wajah dan lengan, panas dan rasa lelah
berkepanjangan , rambutnya rontok, persendian kerap bengkak dan timbul
sariawan. Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat
menyerang hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh. Dr. Rahmat
Gunadi dari Fak. Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus
adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap
benda asing. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ
tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem
kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem pencernaan,
mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah, (Anonim, 2009).
Buku kecil Care for Lupus (Syamsi Dhuha) menjelaskan, lupus adalah
sebutan

umum

dari

suatu

kelainan

yang

disebut

sebagai

Lupus

Erythematosus. Dalam istilah sederhana, seseorang dapat dikatakan menderita


penyakit Lupus Erythematosus saat tubuhnya menjadi alergi pada dirinya
sendiri. Lupus adalah istilah dari bahasa Latin yang berarti Serigala,
(Anonim, 2009).
Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai
oleh sistem imun, dimana seharusnya sistem ini melindungi tubuh dari
berbagai penyakit justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri. Penyakit
Lupus terjadi akibat produksi antibodi berlebihan. Antibodi tersebut
bukannya menyerang virus, kuman atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh,
justru menyerang sistem kekebalan sel dan jaringan tubuh sendiri. Untuk
mendiagnosis penyakit ini dengan pasti, diperlukan pemeriksaan darah atau
biopsi kulit. Keduanya untuk memeriksa antibodi-antibodi yang muncul
ketika lupus sedang aktif.
3

Ada tiga jenis lupus, yaitu :


1. Lupus Eritematosus Sistemik (LES), dapat menimbulkan komplikasi
seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh darah jari-jari
tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus jantung, lupus darah,
lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain-lain.
2. Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis kelainan
kulit. Termasuk paling banyak menyerang.
3. Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan sembuh
sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya berkaitan
dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan procainamide
(untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur), (Aulawi, 2008).
B. Gejala-Gejala
Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit
autoimun, artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah,
merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah,
leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan
bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh. Karena organ tubuh yang
diserang bisa berbeda antara pasien yang satu dan yang lain, maka gejalanya
juga sering kali berbeda, misalnya pasien yang satu dengan kaki dan perut
bengkak akibat kerusakan di ginjal, pasien yang lain bisa dengan anemia
berat atau jumlah trombosit yang amat rendah
Umumnya penderita lupus mengalami gejala seperti. kulit yang
mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan pencernaan,
penderita sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, demam dan pegalpegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif, sedangkan pada masa
remisi (nonaktif) menghilang. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang
membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash).
Namun ruam merah menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh,
menonjol dan kadang-kadang bersisik.

Gejala-gejala penyakit lupus dikenal sebagai Lupus Eritomatosus


Sistemik (LES). Eritomatosus artinya kemerahan, sedangkan sistemik
bermakna menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau
Lupus.
Gejala-gejala yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan
pencernaan.
2. Gejala umumnya penderita sering merasa lemah, kelelahan yang
berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada
masa aktif, sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi,
mirip kupu-kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah
menyerupai cakram bisa muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan
kadang-kadang bersisik. Melihat banyaknya gejala penyakit ini, maka
wanita yang sudah terserang dua atau lebih gejala saja, harus dicurigai
mengidap Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh
penyakit lupus ini.
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan, (Dahlan Iskan,
2007).
Menurut American College Of Rheumatology 1997, diagnosis SLE
harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan. Adapun penjelasan
singkat dari 11 gejala tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada
bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.
2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya
jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.
3. Fotosensitif, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar
matahari
4. Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).
5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala
ini dijumpai pada 90 % odapus.
6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi
cairan.
7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.
5

8. Gangguan pada otak atau sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke,
dan lain-lain.
9. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit
berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia.
10. Tes ANA (Antinuclear Antibody) positif.
11. Gangguan sistem kekebalan tubuh, (Kusnandari, 2008).
C. Penyebab
Faktor yang diduga sangat berperan untuk seseorang terserang
penyakit lupus adalah faktor lingkungan, seperti paparan sinar matahari, stres,
beberapa jenis obat, dan virus. Faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi
faktor kepekaan dan faktor pencetus yaitu adanya infeksi, pemakaian obatobatan, terkena paparan sinar matahari, pemakaian pil KB, dan stres. Penyakit
ini kebanyakaan diderita wanita usia produktif sampai usia 50 tahun namun
ada juga pria yang mengalaminya. Oleh karena itu diduga penyakit ini
berhubungan dengan hormon estrogen.
Pada kehamilan dari perempuan yang menderita lupus, sering diduga
berkaitan dengan kehamilan yang menyebabkan abortus, gangguan
perkembangan janin atau pun bayi meninggal saat lahir. Tetapi hal yang
berkebalikan juga mungkin atau bahkan memperburuk gejala lupus. Sering
dijumpai gejala Lupus muncul sewaktu hamil atau setelah melahirkan.
Tubuh memiliki kekebalan untuk menyerang penyakit dan menjaga
tetap sehat. Namun, dalam penyakit ini kekebalan tubuh justru menyerang
organ tubuh yang sehat. Penyakit Lupus diduga berkaitan dengan sistem
imunologi yang berlebih. Dalam tubuh seseorang terdapat antibodi yang
berfungsi menyerang sumber penyakit yang akan masuk dalam tubuh.
Uniknya, penyakit Lupus ini antibodi yang terbentuk dalam tubuh muncul
berlebihan. Hasilnya, antibodi justru menyerang sel-sel jaringan organ tubuh
yang sehat. Kelainan ini disebut autoimunitas . Antibodi yang berlebihan ini,
bisa masuk ke seluruh jaringan dengan dua cara yaitu :
Pertama, antibodi aneh ini bisa langsung menyerang jaringan sel
tubuh, seperti pada sel-sel darah merah yang menyebabkan selnya akan
hancur. Inilah yang mengakibatkan penderitanya kekurangan sel darah merah
atau anemia.
6

Kedua, antibodi bisa bergabung dengan antigen (zat perangsang


pembentukan antibodi), membentuk ikatan yang disebut kompleks imun.
Gabungan antibodi dan antigen mengalir bersama darah, sampai tersangkut di
pembuluh darah kapiler akan menimbulkan peradangan. Dalam keadaan
normal, kompleks ini akan dibatasi oleh sel-sel radang (fagosit) Tetapi, dalam
keadaan abnormal, kompleks ini tidak dapat dibatasi dengan baik. Sel-sel
radang tersebet bertambah banyak sambil mengeluarkan enzim, yang
menimbulkan peradangan di sekitar kompleks. Hasilnya, proses peradangan
akan berkepanjangan dan akan merusak organ tubuh dan mengganggu
fungsinya. Selanjutnya, hal ini akan terlihat sebagai gejala penyakit. Kalau
hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang fungsi organ tubuh akan
terganggu, (Anonim, 2009).
D. Pencegahan
Dalam melakukan pencegahan ada berbagai masalah yang dihadapi
pengidap lupus. Masalah pertama adalah seringnya penyakit pasien terlambat
diketahui dan diobati dengan benar karena cukup banyak dokter yang tidak
mengetahui atau kurang waspada tentang gejala penyakit lupus dan dampak
lupus terhadap kesehatan. Di Indonesia, rendahnya kompetensi dokter untuk
mendiagnosis penyakit secara dini dan mengobati penyakit lupus dengan
tepat tercermin dari pendeknya survival 10 tahun yang masih sekitar 50
persen, dibandingkan dengan negara maju, yang 80 persen.
Biasanya paramedis akan melakukan pemeriksaan ANA (Anti Nuclear
Antibodi) bisa positif, di laboratorium dan patologi. Bila sudah diketahui
diagnosanya lupus, maka pihak medis akan memberikan pengobatan berupa
terapi, theraphy sintomatik (penghilangan gejala), kortikortiroid (antipenurun
kekebalan tubuh), serta menekan daya tahan tubuh berlebihan, dengan
pemberian obat demam dan penghilang rasa sakit. Hanya saja, untuk terapi
yang dilakukan berbeda-beda dengan setiap penderita. Penyembuhannya pun
bisa memakan waktu berbulan-bulan, itupun dengan catatan penderita rajin
memeriksakan diri. Bahkan tak jarang, terkadang diagnosa baru didapat justru
setelah penderita meninggal. Atau penyakit lupusnya tiba-tiba sembuh
sendiri. Karena itulah, fokus pengobatan dokter adalah dengan melakukan
7

pencegahan dengan meminimalisir meluasnya penyakit sehingga tidak


menyerang organ vital tubuh lainnya. Oleh karena itu, untuk melakukan
upaya preventif terhadap penyakit lupus perlu ditingkatkan pelayanan
kesehatan di Indonesia, baik oleh pemerintah maupun semua pihak yang
terkait dengan pelayanan kesehatan. Selain itu, peningkatan kompetensi
petugas-petugas pelayan kesehatan juga harus di tingkatkan agar tidak terjadi
kesalahan-kesalahan yang akan membahayakan jiwa pasien. Pengembangan
metode pengobatan yang lebih baik dan efisien juga perlu dilakukan. Pasien
juga harus diberi penyuluhan tentang apa itu lupus, apa bahayanya dan
bagaimana gejalanya agar pasien bisa turut berperan aktif dalam upaya
pencegahan penyakit lupus.
Masalah berikutnya adalah belum terpenuhinya kebutuhan pasien
lupus dan keluarganya tentang informasi, pendidikan, dan dukungan yang
terkait dengan lupus. Dirasakan penting sekali meningkatkan kewaspadaan
masyarakat tentang dampak buruk penyakit lupus terhadap kesehatan.
Masalah lupus tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan pasien, namun
juga mempunyai dampak psikologi dan sosial yang cukup berat untuk pasien
maupun keluarganya. Dalam hal ini peran sarjana kesehatan masyarakat
selaku tenaga kesehatan yang berorientasi pada upaya preventif dan promotif
sangat diperlukan. Masyarakat harus secara intensif diberi penyuluhan
tentang

apa

itu

lupus,

gejala

yang

ditimbulkan,

dampak

yang

ditimbulkan,serta bagaimana cara pencegahannya. Kebersiahan dan kesehatan


lingkungan juga harus diperhatikan karena, seperti yang telah dijelaskan
dalam subbab penyebab bahwa faktor yang diduga menyebabkan lupus ada
berberapa macam diantaranya faktor lingkungan.
Masalah lain adalah kurangnya prioritas di bidang penelitian medik
untuk menemukan obat-obat penyakit lupus yang baru, yang aman dan
efektif, dibandingkan dengan penelitian penyakit-penyakit lain, yang
sebanding besaran masalahnya. Upaya preventif yang harus dilakukan adalah
berusaha mengembangkan penelitian-penelitian mengenai penyakit lupus
mengingat bahaya dan dampak negatif yang bisa ditimbulkan oleh penyakit
ini.

Hal yang harus dilakukan penderita lupus (odipus) agar penyakit


lupusnya tidak kambuh adalah :
1.
2.
3.
4.

Menghindari stress
Menjaga agar tidak langsung terkena sinar matahari
mengurangi beban kerja yang berlebihan
menghindari pemakaian obat tertentu.
Odipus dapat memeriksakaan diri pada dokter-dokter pemerhati

penyakit ini, dokter spesialis penyakit dalam konsultasi hematologi,


rheumatology, ginjal, hipertensi, alergi imunologi, jika lupus dapat
tertanggulangi, berobat dengan teratur, minum obat teratur yang di berikan
oleh dokter (yang biasanya diminum seumur hidup), odipus akan dapat hidup
layaknya orang normal, (Anonim, 2009). Dukungan keluarga juga sangat
dibutuhkan, mengingat keluarga adalah orang yang paling dekat dan yang
selalu berinteraksi dengan odipus. Dukungan (social support) dalam teori
ilmu psikologi merupakan salah satu media bertahan dari stress (coping
stress) yang mampu memberi pengaruh besar.
E. Pengobatan
Pengobatan Lupus tergantung dari :
1.
2.
3.
4.

Tipe Lupus.
Berat ringannya Lupus.
Organ tubuh yang terkena.
Komplikasi yang ada.

Tujuan pengobatan Lupus adalah :


1. Mengurangi peradangan pada jaringan tubuh yang terkena.
2. Menekan ketidaknormalan sistem kekebalan tubuh.

Pada pengobatan Lupus digunakan dua kategori obat :


1. Kortikosteroid. Golongan ini berfungsi untuk mencegah peradangan dan
merupakan pengatur kekebalan tubuh. Bentuknya bisa salep, krem, pil
atau cairan. Untuk Lupus ringan, digunakan dalam bentuk tablet dosis
rendah. Jika kondisi sudah berat, digunakan kortikosteroid bentuk tablet

atau suntikan dosis tinggi. Bila kondisi teratasi maka penggunaan dosis
diturunkan hingga dosis terendah untuk mencegah kambuhnya penyakit.
2. Nonkortikosteroid. Kegunaan obat ini adalah untuk mengatasi keluhan
nyeri dan bengkak pada sendi dan otot, (Stephanie, 2007).
Kongres Internasional Lupus di New York melaporkan beberapa obat
baru untuk lupus. Salah satu obat baru adalah LymphoStat-B, bekerja
menghambat protein yang menstimulasi limfosit B (BLyS= B lymphocyte
stimulator). Limfosit B adalah sel yang berkembang menjadi sel plasma yang
memproduksi

antibodi,

antibodi

yang

salah

arah

pada

pasien

lupus.LymphoStat-B termasuk obat golongan antibodi monoklonal, yang


mengenal secara khusus aktivitas biologis protein BLyS yang menstimulasi
limfosit B , kemudian menghambat aktivitas protein tersebut sehingga
limfosit B tidak bisa berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi
antibodi. Berkurangnya produksi antibodi menyebabkan aktivitas penyakit
lupus mudah dikontrol.
Obat baru ini telah mendapat persetujuan FDA, melalui jalur cepat,
karena dianggap amat potensial sebagai obat penyakit SLE. Uji klinik telah
membuktikan manfaat dan keamanan obat ini untuk mengobati penyakit
lupus. Aktivitas penyakit lupus menurun. Obat tersebut juga memulihkan
aktivitas auto imun kembali ke normal. Pada uji klinik tersebut juga dijumpai
pengurangan jumlah limfosit B sebesar 12 persen-40 persen serta
pengurangan kadar anti-dsDNA (double-stranded DNA); anti-dsDNA adalah
salah satu kriteria penting untuk penyakit lupus. Obat lain yang serupa
LymphoStat B yang dilaporkan hasil uji kliniknya adalah rituximab
(antilimfosit B) dan infliximab, yang mempunyai aktivitas anti-TNF (Tumor
Necrosing Factor).
Peneliti lain melaporkan dehydroepiandrosterone (DHEA) dapat
mengurangi keperluan dosis prednisone untuk pasien lupus. Khusus untuk
pasien lupus dengan gangguan di ginjal (lupus nefritis), setelah mendapat
obat siklofosfamid, sekarang ada 2 pilihan untuk obat pemeliharaan
(maintenance), yaitu azatioprin atau mycophenolate mofetil yang ternyata
hasilnya lebih baik dibandingkan dengan siklofosfamid. Masih dalam
10

penelitian awal adalah pengobatan lupus dengan cangkok sumsum tulang,


yang hasilnya cukup memberi harapan, (Djoerban, 2002).
F. Etika Keperawatan
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik
mengacu pada metode penyelidikan yang membantu orang memahami
moralitas perilaku manuia; yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika
digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu aktifitas; etik adalah cara
memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku manusia. Kedua,
etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku kelompok
tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).
Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber
dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan
kepercayaan dari profesi.
Moral, istilah ini berasal dari bahasa latin yang berarti adat dan
kebiasaan. Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh
masyarakat yang merupakan standar perilaku dan nilai-nilai yang harus
diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat di mana ia tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang,
serta menjadi suatu kebiasaan didalam masyarakat, baik berupa kata-kata atau
suatu bentuk perbuatan yang nyata.

BAB III
PENUTUP

11

A. Kesimpulan
1. Penyakit lupus adalah penyakit inflamasi kronik yang diperantarai oleh
sistem imun, dimana seharusnya sistem ini melindungi tubuh dari berbagai
penyakit justru sebaliknya menyerang tubuh itu sendiri atau, penyakit
lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh
dianggap benda asing (terjadi autoinfeksi). Penyakit Lupus terjadi akibat
produksi antibodi berlebihan. Reaksi sistem imunitas bisa mengenai
berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal,
sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru,
hati, sistem pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel
darah. tiga jenis lupus, yaitu :
Lupus Eritematosus

Sistemik

(LES),

dapat

menimbulkan

komplikasi seperti lupus otak, lupus paru-paru, lupus pembuluh


darah jari-jari tangan atau kaki, lupus kulit, lupus ginjal, lupus
jantung, lupus darah, lupus otot, lupus retina, lupus sendi, dan lain

lain.
Lupus Diskoid, lupus kulit dengan manifestasi beberapa jenis

kelainan kulit. Termasuk paling banyak menyerang.


Lupus Obat, yang timbul akibat efek samping obat dan akan
sembuh sendiri dengan memberhentikan obat terkait. Umumnya
berkaitan dengan pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan
procainamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur),
(Aulawi, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Apa Itu Lupus?? http://DokterSehat.com. Diakses tanggal 30 Mei
2009

12

Anonim. 2009. Lupus. http://nusaindah.tripoid.com. Diakses tanggal 30 Mei


2009Djoerban, Zubairi. 2002. Kemajuan Pengobatan Penyakit Lupus.
http://www.kompas.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009
Anonim.

2009.

Lupus

Eritematosus

Sistemik.

http://www.

WikipediaIndonesia.co.id. Diakses tanggal 30 Mei 2009


Aulawi,

Dede

Farhan.

2008.

Mengeal

Penyakit

Lupus.

http://www.panduankesehatan.com. . Diakses tanggal 30 Mei 2009


Kusnandari,

Mifa

Putri.

2008.

Gejala

Penyakit

Lupus.

http://

Melilea021.blogspot.com. Diakses tanggal 30 Mei 2009


Stephanie. 2007. Kemana Harus Berobat dan Bagaimana Pengobatan Lupus?
http://stelicia.blogspot.co.id. Diakses tanggal 30 Mei 2009

DAFTAR ISI

13

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian......................................................................................................3
B. Gejala-Gejala................................................................................................4
C. Penyebab.......................................................................................................6
D. Pencegahan....................................................................................................7
E. Pengobatan....................................................................................................9
F.

Etika Keperawatan......................................................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai