KERJA PRAKTEK DI
PT RAYA SUGARINDO INTI
TASIKMALAYA-JAWA BARAT
Oleh :
Anggi Febrina (13010107)
Pembimbing :
Dr. I Gede Wenten
Iwan Hermawan
SEMESTER I 2013/2014
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KHUSUS
Catatan/komentar :
Pembimbing Lapangan
Dosen Pembimbing
Iwan Hermawan
Kepala Bagian QA & QC
Tanggal :
Tanggal :
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PT Raya Sugarindo Inti merupakan salah satu industri yang memproduksi gula yang
dihasilkan dengan hidrolisis pati, yaitu tepung tapioka. Industri ini terletak di Desa Cikadondong,
Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Dalam produksinya, dilakukan berbagai proses
yaitu pencampuran, hidrolisis, pemurnian, dan pemekatan. Gula yang dihasilkan oleh PT Raya
Sugarindo Inti memiliki spesifikasi brix yang berbeda-beda, tergantung dengan pemesanan. Untuk
mencapai brix yang diinginkan, perlu dilakukan tahap pemekatan dengan menggunakan evaporator
setelah melalui tahap pemurnian.
Evaporasi merupakan proses fisis perubahan cairan menjadi uap. Proses evaporasi bertujuan
untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang
mudah menguap. Air merupakan jenis pelarut yang kebanyakan ada pada proses evaporasi.
Evaporasi dilakukan dengan menguapkan sebagian dari pelarut sehingga dihasilkan larutan yang
pekat dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Proses evaporasi di pabrik gula ini bertujuan untuk
mengurangi kadar air sehingga diperoleh brix yang lebih tinggi. Melalui proses evaporasi ini
diharapkan akan diperoleh sirup glukosa dengan brix 75% , 80%, 82%, dan 85%.
Alat yang digunakan dalam proses evaporasi ini adalah evaporator. Proses ini merupakan
salah satu proses yang menggunakan energi dalam jumlah besar. Tingginya kebutuhan energi dapat
juga berarti pembengkakan biaya produksi. Penghematan energi pada proses evaporasi ini
merupakan peluang untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara signifikan. Analisa
performa pre-evaporator dilakukan dengan menghitung dan membandingkan efisiensi dari alat
tersebut pada periode bulan Juli 2013. Dari hasil analisa performa tersebut dapat dianalisa peluangpeluang modifikasi untuk meningkatkan kinerja alat tersebut.
1.2
Permasalahan
Tahap pemekatan di PT Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya terbagi menjadi dua tahap, yaitu
pemekatan awal dan pemekatan akhir. Pada pemekatan awal digunakan tiga jenis pre-evaporator,
yaitu single effect evaporator, double effect evaporator, dan triple effect evaporator. Selama ini PT
Raya Sugarindo Inti menggunakan pre-evaporator tanpa mengetahui manakah evaporator yang akan
memberikan performa dan efisiensi terbaik. Untuk itu dilakukan analisa performa pre-evaporator
untuk menentukan evaporator manakah yang memberikan efisiensi energi terbaik.
1.3
Tujuan
Tujuan dari penyelesaian tugas khusus analisa performa pre-evaporator dalam proses
evaporasi di PT Raya Sugarindo Inti adalah :
Menentukan kebutuhan steam untuk masing-masing pre-evaporator (single effect
evaporator, double effect evaporator, dan triple effect evaporator).
Membandingkan performa kerja pre-evaporator (single effect evaporator, double effect
evaporator, dan triple effect evaporator).
Menentukan heat loss dalam proses evaporasi.
Menentukan efisiensi energi pre-evaporator.
PT Raya Sugarindo Inti - Tasikmalaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Evaporasi
2.1.1 Pengertian Evaporasi
Secara umum, evaporasi dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu proses penguapan yang
terjadi secara alami, dan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas (steam) dalam
suatu peralatan. Evaporasi adalah metode yang umum digunakan untuk meningkatkan konsentrasi
dari suatu larutan dengan cara menguapkan air yang terkandung dalam larutan melalui pendidihan
larutan tersebut di dalam suatu wadah dan mengambil uapnya (Richardson, dkk., 2002). Evaporasi
atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair mendidih.
Evaporasi didasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu pemberian panas ke
dalam cairan, pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap, pemisahan uap dari cairan,
dan pengkondensasian uap. Panas yang diberikan harus cukup untuk memenuhi kalor penguapan
agar proses evaporasi dapat berjalan dengan baik. Umumnya, panas diberikan oleh steam dan
selanjutnya terjadi perpindahan panas dari steam ke larutan melalui rangkaian susunan logam yang
berfungsi sebagai penukar panas di dalam evaporator. Efisiensi dari proses evaporasi dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kalor yang tersimpan di dalam uap yang dihasilkan dari proses
evaporasi itu sendiri. Sistem vakum dapat pula digunakan pada proses ini agar proses evaporasi
berlangsung pada suhu rendah sehingga kerusakan produk dapat dihindari.
2.1.2 Manfaat Evaporasi di Industri
Proses evaporasi memiliki berbagai manfaat dalam dunia industri. Di dalam pengolahan
hasil pertanian, proses evaporasi bertujuan untuk :
Meningkatkan konsentrasi/viskositas larutan sebelum diproses lebih lanjut. Sebagai contoh pada
pengolahan gula diperlukan proses pengentalan nira tebu sebelum proses kristalisasi, spray
drying, drum drying, dan lainnya.
Pengurangan volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan
transportasi.
Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut sehingga bahan
menjadi awet, misalnya pada pembuatan susu kental manis.
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempercepat Proses Evaporasi
Setiap industri tentu menginginkan proses penguapan berlangsung dengan cepat. Beberapa
faktor yang dapat mempercepat proses evaporasi adalah :
Suhu
Walaupun cairan dapat terevaporasi di bawah titik didihnya, namun prosesnya akan cepat terjadi
ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari
sekelilingnya. Dengan demikian, semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor
yang terserap untuk mempercepat evaporasi.
Kelembapan udara
Jika kelembapan udara kurang, maka udara sekitar akan kering. Semakin kering udara (sedikit
kandungan uap air di dalam udara), maka semakin cepat proses evaporasi terjadi.
PT Raya Sugarindo Inti - Tasikmalaya
Tekanan
Semakin besar tekanan yang dialami maka semakin lambat evaporasi terjadi.
Sifat cairan
Cairan dengan titik didih yang lebih rendah akan terevaporasi lebih cepat daripada cairan yang
titik didihnya besar.
2.2
Evaporator
Evaporator merupakan alat yang digunakan untuk mengubah sebagian atau keseluruhan
pelarut dari sebuah larutan cair menjadi uap sehingga dihasilkan produk yang lebih pekat. Pada
dasarnya semua jenis evaporator memiliki prinsip kerja yang sama. Salah satunya yaitu pemekatan
larutan berdasarkan perbedaan titik didih yang besar antara masing-masing zat. Selain itu evaporator
dijalankan pada suhu yang lebih rendah daripada titik didih normal. Tekanan mempengaruhi tinggi
rendahnya titik didih cairan murni. Begitu pula pada titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan dan
kadar air pada zat yang tidak mudah menguap seperti gula. Pada efek awal diperlukan adanya
pemanasan suhu yang lebih tinggi. Dan kenaikan titik adalah perbedaan titik didih larutan dan titik
didih cairan murni. Kebanyakan orang mengenal evaporator sebagai salah satu alat yang digunakan
dalam industri gula pasir.
Dimana Q adalah kalor terpindah per satuan waktu, U merupakan koefisien perpindahan
kalor keseluruhan, A luas permukaan perpindahan kalor, dan DT beda suhu antara dua arus.
Tahanan terhadap perpindahan kalor meliputi :
(a) Koefisien perpindahan kalor lapis film kondensasi pada sisi steam dari penukar kalor.
(b) Koefisien lapis film cairan yang sedang mendidih pada sisi cairan dari penukar kalor.
(c) Faktor karat atau fouling factors pada kedua dinding dalam dan luar pembatas permukaan
perpindahan kalor.
(d) Tahanan panas bahan dinding.
2.2.1 Jenis-Jenis Evaporator
Hingga saat ini dikenal banyak jenis evaporator di dunia industri. Beberapa jenis evaporator
yang umum digunakan menurut Richardson , dkk., (2002) adalah :
melalui wadah evaporator itu sendiri. Evaporator ini umumnya memiliki bentuk wadah yang
sederhana, namun membutuhkan panas yang tinggi. Salah satu contoh industri yang
menggunakan evaporator dengan pemanasan langsung adalah industri garam dari air laut.
Thin-layer evaporator
Thin-layer evaporator adalah evaporator yang menggunakan energi mekanik untuk
membantu perpindahan panasnya. Biaya operasi per luas permukaan pemanas dari
evaporator ini sangat tinggi karena kapasitasnya yang kecil. Karena biayanya yang sangat
tinggi, evaporator ini umumnya hanya digunakan untuk bahan-bahan yang sangat kental
ataupun sangat sensitive terhadap panas sehingga membutuhkan waktu tinggal yang cepat.
Evaporator ini biasa dioperasikan pada perbedaan temperature yang tinggi sebagai single
effect evaporator.
PT Raya Sugarindo Inti - Tasikmalaya
Flash evaporator
Flash evaporator adalah evaporator dimana pendidihan akan ditahan hingga larutan
mencapai kondisi superheated untuk kemudian dimasukkan ke dalam separator bertekanan
rendah sehingga larutan terpisah dari uapnya. Metode ini tidak dapat memaksimalkan
transfer panas pada tube-tubenya tetapi akan sangat efektif jika dioperasikan secara multiple
effect.
effect diperkirakan 50% dibandingkan dengan unit single effect. Laju alir berbagai jenis bagi
multiple effect berkisar antara 3000 LPH sampai dengan 50.000 LPH.
Forward feeding
Forward feeding digunakan bila larutan pekat sangat peka terhadap panas. Forward feeding
merupakan sistem multiple effect evaporator dimana umpan masuk pada efek pertama dengan
temperature yang paling tinggi. Kemudian umpan akan terkonsentrasi dimana air akan menguap
dan konsentrat akan masuk ke efek kedua sebagai umpan dengan temperature yang sedikit lebih
rendah. Efek kedua menggunakan panas dari uap yang terbentuk dari efek pertama sebagai
sumber panas. Kombinasi dari temperature yang rendah dan viskositas yang tinggi mendukung
kondisi yang baik untuk pemanasan produk yang sensitive seperti enzim dan protein. Dalam
penggunaan sistem ini diperlukan peningkatan luas permukaan panas pada efek berikutnya.
Backward feeding
Backward feeding digunakan bila larutan pekat sangat viskos. Pada sistem ini, umpan masuk
pada efek terakhir dengan temperatur paling rendah dan berpindah dari efek ke efek dengan
temperature yang semakin meningkat. Konsentrat akhir terkumpul pada efek yang dengan
PT Raya Sugarindo Inti - Tasikmalaya
temperature paling tinggi sehingga memberikan manfaat yaitu produk sangat viskos pada efek
terakhir sehingga memberikan perpindahan panas lebih baik.
Parallel Feeding
Parallel feeding pada multiple effect evaporators melibatkan penambahan umpan segar dan
penarikan produk konsentrat dari setiap efek. Uap dari setiap efek masih digunakan untuk
memanaskan efek berikutnya. Model ini digunakan jika umpan sudah hampir jenuh dan produk
adalah Kristal padat seperti penguapan air laut menjadi garam.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2. 4 Jenis-Jenis Multiple Effect Feeding : (a) Forward Feeding, (b) Backward Feeding, (c)
Parallel Feeding
PT Raya Sugarindo Inti - Tasikmalaya
Tekanan operasi
Laju alir
Bahan konstruksi
Utilitas
Instrumen
: Pre evaporator
: Memekatkan sirup gula sampai 60 Brix
: Penguapan dengan bantuan udara vakum
: 1 set yang terdiri dari 3 buah tabung
: Kontinyu
: Silinder
: Tinggi 4 m ; diameter 0,5 m
: 1800 L/jam
: Tabung I 90 C
Tabung II 80 C
Tabung III 70 C
: Tabung I 90 cmHg
Tabung II 80 cmHg
Tabung III 70 cmHg
: 2m3/jam
: Stainless steel
: Steam, listrik
: Tangki penguapan 2 set, tangki pemanas 2 set, tangki
penangkap uap 1 set, tangki produk tengah 1 set, pompa
umpan 3 HP, pompa produk 3 HP, pompa vakum
10 HP, pompa air 20 HP, alat vakum 580-700 mmHg,
thermostat, pipa kondensat (32 buah, panjang 4 m, diameter
inch).
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
Kegiatan yang dilakukan dalam pengerjaan tugas khusus kerja praktek analisa performa
evaporator pada seksi pemekatan awal proses produksi PT Raya Sugarindo Inti-Tasikmalaya
meliputi teknik pengumpulan data dan langkah-langkah strategis dalam penyelesaian tugas khusus.
3.1
10
Algoritma perhitungan kebutuhan steam untuk multiple effect evaporator ditunjukkan oleh
diagram alir pada Gambar 3.1.
Mulai
Massa Feed
Massa Vapour
V1, V2, V3
Perhitungan L1,
L2, dan P
L1, L2, P
Perhitungan fraksi
massa x1, x2, dan x3
X1. X2, X3
Perhitungan kapasitas
panas Cp1, Cp2, Cp 3
Cp 1, Cp 2,
Cp 3
T1, T2,
T3
BPR1, BPR2,
BPR3
Entalpi uap
dan liquid
Perhitungan BPR
Perhitungan neraca
massa dan energi
V1, V2, V3
seperti hitungan
awal?
Tidak
Massa steam,
V1, V2, V3
Ya
Selesai
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Massa Feed
Massa Produk
Massa Vapour 1
Massa Vapour 2
Massa Vapour 3
Massa Steam
Steam Economy
Untuk menguapkan massa feed yang sama (12.973,125 kg) hingga menjadi produk dengan
massa dan konsentrasi yang sama pula (6.919 kg, 60%), ketiga evaporator ini membutuhkan jumlah
steam yang berbeda. Seperti terlihat pada Tabel 4.1, kebutuhan steam untuk single effect
evaporator jauh lebih tinggi dibandingkan double effect evaporator dan triple effect evaporator.
Single effect evaporator membutuhkan 7.146,529 kg steam, sementara double effect evaporator
hanya membutuhkan 3.868,923 kg steam. Triple effect evaporator membutuhkan jumlah steam
yang lebih sedikit lagi, yaitu 2.717,573 kg. Hasil perhitungan kebutuhan steam untuk setiap jenis
evaporator ini sudah sukup sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebutuhan steam dari
evaporator dengan n efek adalah 1/n dari kebutuhan steam single effect evaporator, kebutuhan
steam single effect evaporator hampir 2 kali kebutuhan steam double effect evaporator, dan hampir
3 kali kebutuhan steam triple effect evaporator. Performa dari evaporator juga dapat dilihat dari
steam economy-nya. Steam economy merupakan suatu nilai yang menyatakan kg air yang teruapkan
per satu kg steam yang disuplai. Single effect evaporator memiliki steam economy yang paling
kecil, yaitu 0,847. Ini berarti 0,847 kg air teruapkan per satu kg steam yang disuplai. Double effect
evaporator memiliki steam economy sebesar 1,564 dan triple effect evaporator memiliki steam
economy paling besar yaitu 2,227.
Dari kebutuhan steam dan steam economy masing-masing evaporator ini, terbukti bahwa
triple effect evaporator merupakan evaporator yang paling hemat energi. Hal ini dikarenakan uap
yang terbentuk dari proses evaporasi itu sendiri dapat digunakan sebagai media pemanas untuk efek
selanjutnya. Dengan demikian efisiensi energi akan meningkat, sebab tidak diperlukan steam yang
cukup banyak pada badan evaporator pertama. Pada single effect evaporator, evaporasi dilakukan
langsung dari konsentrasi 32% menjadi 60% sehingga diperlukan panas yang banyak. Selain itu,
PT Raya Sugarindo Inti - Tasikmalaya
12
single effect evaporator juga boros karena uap yang dihasilkan langsung dibuang, padahal uap
tersebut masih mengandung energi panas yang dapat dimanfaatkan.
Untuk menghemat penggunaan energi untuk dalam proses produksi, PT Raya Sugarindo Inti
sebaiknya menggunakan triple effect evaporator dalam proses pemekatan gula. Proses final
evaporasi yang selama ini dilakukan dengan single effect evaporator, dimana PT Raya Sugarindo
Inti memiliki 8 unit final evaporator, akan lebih hemat dan efisien jika dilakukan dalam triple effect
evaporator. Meskipun akan menambah biaya peralatan, namun penghematan energi akan lebih
besar. Penambahan jumlah efek dibatasi sampai tujuh efek saja, sebab evaporator dengan jumlah
efek yang lebih besar dari tujuh efek tidak lagi dikatakan efisien. Meskipun energinya sangat hemat
namun biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya peralatan dan perawatan jauh lebih besar.
4.2
13
Untuk mengetahui apakah proses yang berjalan dalam sebuah pabrik sudah baik atau belum,
dapat dilihat dari efisiensinya. Salah satunya adalah dengan membandingkan steam yang disuplai
untuk proses evaporasi, apakah sudah efisien jika dibandingkan dengan perhitungan rancangan atau
teoretisnya. Untuk menghitung efisiensi, diperlukan laju alir massa steam aktual yang digunakan
oleh pabrik untuk proses evaporasi. Sayangnya PT Raya Sugarindo Inti tidak memiliki orificemeter
atau venturimeter untuk mengetahui laju aktual penggunan steam. Padahal dengan mengetahui laju
steam yang digunakan, akan terlihat apakah penggunaan selama ini berlebihan atau tidak. Dan
dengan adanya alat ukur laju alir tersebut, maka kebutuhan steam yang dialirkan untuk proses
evaporasi dapat disesuaikan dengan hasil perhitungan.
Oleh karena itu, kebutuhan steam aktual untuk proses evaporasi di PT Raya Sugarindo Inti
dihitung secara manual dengan menggunakan tambahan asumsi. Asumsi yang digunakan adalah
kecepatan steam sesuai dengan kecepatan steam triple effect evaporator untuk rata-rata pabrik gula.
Dengan mengalikan kecepatan steam dengan densitas steam dan luas penampang pipa steam, maka
akan diperoleh kebutuhan aktual steam untuk proses evaporasi.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa effisiensi energi proses evaporasi ini adalah sebesar
64,38 %. Efisiensi ini dapat ditingkatkan dengan mengurangi steam yang dialirkan untuk proses
evaporasi. Tentunya hasil perhitungan teoretis dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan
jumlah steam yang harus dialirkan. Dengan meningkatnya efisiensi energi proses evaporasi, pabrik
juga dapat menghemat biaya. Sebab salah satu proses di pabrik gula yang paling banyak
menggunakan energi adalah pada evaporator.
Selain mengurangi steam yang dialirkan, efisiensi energi juga dipengaruhi oleh kebersihan
evaporator. Selama proses evaporasi, adanya padatan yang tersuspensi dalam cairan akan
menimbulkan kerak pada evaporator. Fouling yang terjadi pada penukar panas dapat mengurangi
laju perpindahan panas karena koefisien transfer panas mengalami penurunan. Hal ini akan
berdampak pada terhambatnya proses penguapan. Untuk itu pembersihan evaporator harus
dilakukan secara berkala agar tidak terdapat fouling.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penyelesaian tugas khusus evaluasi kinerja evaporator
adalah :
1. Kebutuhan steam single effect evaporator adalah sebesar 7.146,529 kg.
2. Kebutuhan steam double effect evaporator adalah sebesar 3.868,923 kg.
3. Kebutuhan steam triple effect evaporator adalah sebesar 2.717,573 kg
4. Triple effect evaporator memiliki performa kinerja evaporasi yang lebih baik dibandingkan
dengan double effect dan single effect evaporator. Hal ini dilihat dari steam economy triple
effect yang lebih besar dibanding double effect dan single effect, yaitu 2,227 kg air
teruapkan/kg steam, 1,564 kg air teruapkan/kg steam, dan 0,847 kg air teruapkan/kg steam
untuk triple effect evaporator, double effect evaporator, dan single effect evaporator.
5. Heat loss yang terjadi pada triple effect evaporator adalah 661,315 W.
6. Efisiensi energi dalam proses evaporasi PT Raya Sugarindo Inti adalah 64,38 %
4.2
Saran
Selama massa penyelesaian tugas khusus kerja praktek di PT Raya Sugarindo IntiTasikmalaya yang berkaitan dengan evaluasi kinerja evaporator, terdapat beberapa saran, yaitu :
1. Sebaiknya dipasang alat ukur laju alir massa untuk feed dan steam. Sebab laju alir massa
ini penting untuk mengehui efisiensi keberlangsungan proses. Dengan diketahuinya
berapa jumlah steam yang digunakan selama ini, dapat diketahui efisiensi prosesnya.
Bisa saja steam yang disuplai untuk proses terlalu berlebihan dan terbuang percuma.
Kemudian, efisiensi pun dapat ditingkatkan dengan menggunakan laju alir steam hasil
perhitungan.
2. Setelah mengetahui penghematan energi yang sangat besar dengan penggunaan triple
effect evaporator, makan sebaiknya proses evaporasi dilakukan menggunakan triple
effect evaporator. Begitu pula untuk final evaporator.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Geankoplis, C.J ., 1993. Transport Processes and Unit Operations 3rd Edition. USA : PrenticeHall International,Inc.
2. Hugot, E. 1986. Hand Book of Cane Sugar Engineering 3rd Edition. Amsterdam : The Elvesier
Science Publisher B. V.
3. Perry, Robert.2008.Perrys Chemical Engineers Handbook 8th Edition.New York: Mc Graw
Hill
4. Richardson, et. al. 2002. Couldson and Richardsons Chemical Engineering 5th Edition. Great
Britain : Butterworth Heinemann
5. Singh, R. Paul and Dennis R. Heldman. 2009. Introduction to Food Engineering 4th Edition.
Oxford : Elsevier inc
16
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
A.1
P (kg/cm2)
0.3463
0.3613
0.3769
0.3931
0.4098
0.6882
0.7149
0.7425
0.771
0.8942
0.9274
1.0707
1.1092
1.1489
1.1898
2
Hv (kkal/kg)
628.1
628.5
628.9
629.3
629.7
634.7
635.1
635.5
635.9
637.4
637.8
639.3
639.6
640
640.3
646
HL (kkal/kg)
71.9
72.9
73.9
74.9
75.9
89
90
91
92
96
97
101
102
103.1
104.1
120.3
(Sumber : Tabel 41.1.A Properties of Dry Saturated Steam ; Hugot 3rd, hlm 1034)
A.2
Quintuple
Exhaust steam to 1 effect
25-30 m/s
Vapour from 1st effect
30-35 m/s
nd
Vapour from 2 effect
30-35 m/s
Vapour from 3rd effect
35-40 m/s
Vapour from 4th effect
40-45 m/s
th
Vapour from 5 effect
50-60 m/s
(Sumber : Tabel 32.7 Vapour Velocities Recommended, Hugot, 3rd edition, hlm 514)
st
Triple
25-30 m/s
30-35 m/s
40-45 m/s
50-60 m/s
Quadruple
25-30 m/s
30-35 m/s
35-40 m/s
40-45 m/s
50-60 m/s
17
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
B.1
B.2
18
5. Perhitungan BPR :
BPR =
BPR efek 1 =
BPR efek 2 =
19
8. Dengan menggunakan V1 dan V2 yang baru diperoleh dilakukan iterasi perhitungan mulai
dari langkah 3
Perhitungan L1 dan L2
F= V1 + L1 12.973,125 kg/jam = 2.661,475 kg/jam + L1 L1 = 10.311,65 kg/jam
L1= V2 + L2 10.311,65 kg/jam = 3.392,65 kg/jam + L2 L2 = 6.919 kg/jam
Perhitungan fraksi massa setiap efek x1 dan x2
Perhitungan BPR :
BPR efek 1 =
BPR efek 2 =
20
V2 = 3.065,739 kg/jam
Steam economy :
B.3
= 112,764 cmHg.abs
Tekanan Evaporator 1 =
(
)
Dari Tabel 41.1 A Properties of Dry Saturated Steam ; Hugot hlm 1034 :
T1 = 101,735 C
Tekanan Evaporator 2 =
(
)
Dari Tabel 41.1 A Properties of Dry Saturated Steam ; Hugot hlm 1034 :
T2 = 89,704 C
Tekanan Evaporator 3 =
(
)
Dari Tabel 41.1 A Properties of Dry Saturated Steam ; Hugot hlm 1034 :
T3 = 73,446 C
00
PT Raya Sugarindo Inti - Tasikmalaya
21
5. Perhitungan BPR :
BPR efek 1 =
BPR efek 2 =
BPR efek 3 =
BPR
1,567
2,168
3,307
T saturated
101,735 C
89,704 C
72,446 C
6. Perhitungan kapasitas panas untuk larutan pada setiap efek Cpf, Cp1, Cp2, Cp3
22
00
Perhitungan BPR :
BPR efek 1 =
BPR efek 2 =
BPR efek 3 =
Perhitungan kapasitas panas untuk larutan pada setiap efek Cpf, Cp1, Cp2, Cp3
23
24
B.4
h = 0,3 x (Tout-Tling)0,25
Q = A x h x T
Maka, dengan perhitungan Microsoft Excel, diperoleh hasil sebagai berikut untuk triple
effect evaporator:
Tout (C)
35
30
B.5
h (btu/hr ft2F)
0,618
0,519
Delta Heat loss :
Q (W)
661,315
278,048
383,267
Dengan mengacu pada Tabel A.2 Kecepatan Uap yang Direkomendasikan, anggap kecepatan
steam yang masuk ke efek pertama adalah 30 m/s.
Diketahui : diameter luas penampang pipa steam = 21 cm
Massa jenis steam (T=120 C) = 1,129 kg/m3
Kebutuhan steam aktual = Kecepatan steam x massa jenis steam x luas penampang pipa steam
= 30 m/s x 1,129 kg/m3 x (3,14 x 0,1052) m2 = 1,1725 kg/s
= 4.221,103 kg/jam
Effisiensi energi =
25