Kali ini kita coba untuk membahas tentang cara membuat laporan keuangan sederhana. Atau bisa di
katakan laporan keuangan yang kita akan buat ini adalah sebuah Sistem Akuntansi untuk UKM yang
modalnya kecil-kecilan.
Sebagaimana yang saya sebutkan bahwa kita harus melihat terlebih dahulu tentang sifat dari bisnis yang
kita jalankan. Apakah usaha kita berbentuk Bidang Usaha Manufaktur (Produksi) atau bergerak di Bidang
Usaha Perdagangan atau bergerak di bidang jasa. Setelah mengetahui usaha kita bergerak di bidang mana
maka kita sudah bisa memulai melakukan pencatatan.
Mungkin untuk mudah memahami Cara Membuat Laporan Keuangan Sederhana kami akan menjelaskan
dengan menggunakan langkah-langkah, yang Insya Allah akan kami upayakan ada contoh yang bisa di
gunakan dalam mempelajari materi ini.
Ada pun susunan atau tahapan Cara Membuat Laporan Keuangan Sederhana dapat di lihat sebagai berikut
Langkah I : Melakukan Cek List
Langkah II : Pengumpulan Bukti Transaksi
Langkah III : Membentuk Perkiraan ( Akun)
Langkah IV : Membuat Jurnal (Jurnal Umum)
Langkah V : Input Data Buku Besar Dari Jurnal Umum
Langkah VI : Membuat Neraca Saldo
Langkah VII : Melakukan Penyesuaian (Jurnal Penyeuaian)
Langkah VIII : Input Data Buku Besar Dari Jurnal Penyesuaian (Dalam Pembuatan)
Langkah IX : Membuat Neraca Lajur (work Sheet) (Dalam Pembuatan)
I.
Mula-mula adakan cek list terhadap semua asset usaha anda, seperti menghitung jumlah barang persediaan
yang di jual, harga inventaris seperti kaca etalase, rak barang, kulkas minuman dan sebagainya dengan
memberi nilai nominal (rupiah). Kemudian lakukan penilaian atas bangunan anda diluar nilai tanah, dan
jika bangunan tersebut adalah sewa, hitung sisa sewa yang belum jatuh tempo. Lihat harta usaha anda yang
lain seperti jumlah kas (uang tunai) perlengkapan usaha dan lain sebagainya.
Selanjutnya adalah lihat apa anda punya utang atau tidak kemudian catat jika ada. Dan periksa apa anda
punya piutang (kredit orang terhadap anda) kemudian catat bila ada. Jika ada kendaraan apakah anda akan
memasukkan sebagai asset usaha atau asset pribadi. Jika asset usaha catat nilainya sekarang (bukan harga
waktu di beli) dan jika kendaraan kredit, hitung sisa berapa yang belum di bayar lalu catat.
Dari proses tersebut di atas lakukan pengelompokkan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Kelompok harta
Mulai dari uang tunai, piutang orang, perlengkapan usaha, persediaan barang, peralatan (kalau ada),
Inventaris, Kendaraan, Bangunan (jika Milik Sendiri) atau sewa di bayar di muka jika di kontrak,
kemudian tanah (jika bangunan dan tanah bukan kontrak).
2. Kelompok Kewajiban
Berapa Jumlah Utang Dagang anda (hutang karena beli barang) kemudian berapa hutang kredit Bank anda
(Utang Bank kalau ada) kemudian berapa Utang Kredit Kendaraan (Utang Kredit Kendaraan kalau) atau
utang pada pihak ketika (pinjam ke saudara, atau keluarga yang di jadikan tambahan modal usaha)
3. Kelompok Modal
Untuk mengetahui jumlah dari modal anda adalah sisa melakukan pengurangan antara Kelompok Harta di
kurangi Kelompok Kewajiban maka itulah nilai nominal modal anda.
Namun jika ada baru berniat membuka sebuah usaha baru dengan melakukan setoran tunai maka itu
mudah saja langusng saja di buat Kas Rp. Xxx dan Modal Rp. Xxx. Tapi perlu di ingat bawah penyerahan
uang tersebut dari anda sebagai pemilik modal kepada anda sendiri sebagai pengelola usaha harus ada
tanda bukti sekurang-kurangnya kwitansi tetapi yang lebih baik dengan berita acara !
Ada satu hal yang mungkin harus anda ketahui yaitu, mulailah untuk melakukan pemisahaan antara uang
pribadi anda dengan uang kas usaha anda. Jangan di satukan dan kalau perlu tetapkan gaji untuk diri anda
sendiri. Atau cara kedua adalah dengan memasukkan semua pengambilan anda sebagai prive (pengambilan
pribadi) tapi cara ini akan sulit anda pahami. Sebagian pengusaha lebih senang menggunakan cara yang
pertama.
Dari kegiatan ini anda akan menghasilkan satu Neraca yang di sebut Neraca Awal
II.
Pengumpulan Bukti Transaksi. Jika anda telah melakukan langkah I, kegiatan selanjutnya adalah
melakukan pengumpulan bukti transaksi. Bagi yang telah lama berusaha dan baru membuat pembukuan,
bukti transaksi yang di kumpulkan adalah Bukti transaksi setelah melakukan Cek list (Langkah I) dan bukti
sebelumnya tidak berlaku lagi.
Bagi yang baru ingin melakukan usaha silahkan mengumpulkan bukti transaksi sejak di buatkannya berita
acara / kwitansi penyerahan modal.
Untuk mengetahui definisi bukti transaksi baca artikel : Contoh Bukti Transaksi Keuangan.
Bukti transaksi ini di kumpulkan selama satu priode tertentu seperti masa satu bulan, 3 bulan, 6 bulan atau
satu tahun. Tetapi proses pencatatan sebaiknya di lakukan tiap bulan untuk mengetahui kondisi dan
perkembangan usaha tiap bulan.
Jadi proses akuntansi itu tidak di kerjakan tiap hari, tetapi hanya satu kali satu bulan tetapi mengumpulkan
bukti transaksi itulah yang di kerjakan tiap hari.
Hal selanjutnya adalah melengkapi bukti transaksi yang di kumpulkan. Contohnya saja anda melakukan
pembelian barang tetapi tidak ada nomor nota-nya, silahkan isi sendiri, tidak usah repot pergi ke toko
tempat membeli dan meminta di kasih nomor. Terus periksa tanggal, bulan dan tahunnya, lengkapi jika
kosong. Kemudian lengkapi Nama Toko atau pemilik toko dan alamat tokonya, karena jangan sampai di
kuatirkan pembelian anda adalah dengan cara kredit (Utang) sehingga data anda tidak lengkap. Begitu pun
dengan bukti yang lain seperti Nota Penjualan, pastikan anda punya copy nota-nya sebagai data untuk
anda.
Atau mungkin jika anda melakukan pembayaran gaji karyawan, upayakan anda punya bukti pembayaran
baik secara kolektif (sekaligus untuk semua karyawan) atau dengan slip gaji yang ada copy-nya untuk data
keuangan anda.
Saya kira sampai di sini kita sudah cukup paham bahwa data transaksi itu harus benar-benar jelas dan
mengandung informasi antara lain : Nomor, Tanggal, Nama, Alamat, Jenis pembayaran, jumlah nominal.
Karena yang di jadikan bukti transaksi keuangan itu adalah yang memiliki nilai nominal saja. Artinya
walau data dalam bukti tersebut lengkap tapi tidak punya nilai nominal maka tidak bisa dijadikan/sebut
bukti transaksi.
III.
Membentuk Perkiraan ( Akun). Proses selanjutnya adalah embentuk perkiraan atau yang biasa disebut
dengan AKUN. Caranya acukup mudah yaitu dengan melihat bukti transaksi dan apa yang ada pada
Langkah I diatas. Dari Langkah Pertama kita telah memiliki beberapa akun yaitu :
Kas, Piutang, Perlengkapan, Persediaan, Peralatan, Inventaris Toko, Kendaraan, Gedung (sewa Dibayar
Dimuka jika Kontrak), Tanah, Utang Usaha, Utang Kredit Bank, Utang Kredit Kendaraan, Utang Pihak
Ketiga, dan Modal.
Selanjutnya kita melihat bukti transaksi yang kita kumpulkan selama sebualan ternyata ada Pembelian
Barang (Pembelian) terus ada penjualan Barang (Penjualan), Bayar Ongkos Angkut (Beban Angkut
Pembelian), Bayar Lirtrik (Beban Listrik), Bayar Gaji Karyawan (Beban Gaji), Bayar Air (Beban Air) Ada
Bunga Bank (Beban Bunga Bank).
Jadi dengan melihat bukti transaksi maka menjadi dasar dari pembentukan perkiraan (Akun). Namun
bukan berarti pula bahwa tiap bukti transaksi itu harus di buatkan akun, misalnya saja, anda menemukan
nota pembelian dalam sebulan ada 4 kali pembelian, bukan berarti anda membuat 4 akun dengan memberi
nama Pembelian 1, pembelian 2 dst. Tetapi satu akun itulah yang akan di gunakan untuk mencatat semua
pembelian yang terjadi begitupun dengan bukti transaksi lainnya.
Selain itu hal lain yang mungkin prlu untuk di selesaikan dalam langkah ini adalah memberi nomor
perkiraan/akun. Karena pada kali ini kita membuat tentang usaha dagang maka kelompok akun (terdiri atas
beberapa akun) di bagi sebagai berikut :
Proses berikutnya adalah melakukan Pen-jurnal-an terhadap semua bukti transaksi pada akhir bulan / akhir
priode. Setelah melakukan langkah-langkah sebelumnya, pada akhir bulan kita akan memasuki sebuah
poses akuntansi yaitu penjurnalan.
Pen-jurnal-an biasanya di maksudkan untuk mencatat semua bukti transaksi tersebut dalam satu lembar
kerja yang di sebut dengan nama Jurnal Umum.
Untuk memahami tentang cara penjurnalan agar tidak bingung, silahkan Pahami terlebih dahulu
tentang :Memahami Debet dan Kredit
Jadi perhatikan ini baik-baik Pen-jurnal-an adalah melakukan pencatatan semua bukti transaksi yang di
kumpulkan dalam satu priode tertentu (misal 1 bulan) kedalam satu lembar kerja yang di sebut JURNAL
UMUM.
Inilah langkah awal pencatatan dari sebuah kegiatan akuntansi. Caranya cukup mudah untuk melakukan
penjurnalan dengan memahami logika sederhana dari pembuatan jurnal.
Kita ambil bukti transaksi paling awal (sesuai tanggal) misalnya bukti transaksi awal berupa pembelian
barang di Toko A. Kita sudah dapat informasi yang di butuhkan dalam nota tersebut yang berbunyi, pada
tanggal 1 anda melakukan PEMBELIAN barang dengan total Rp. 5.150.000 dan cap lunas.
Pembelian bertambah dan di lunasi dengan uang kas, maka jurnalnya adalah:
Pembelian
Rp. 5.150.000
Kas
Rp. 5.150.000
Begitupun dengan bukti transaksi selanjutnya, apa itu rekening listrik dan sebagainya. Tehnik menjurnal itu
sangat mudah sekali apalagi ketika melihat bukti transaksi. Tehniknya adalah dengan melakukan
pemeriksaan atas bukti transaksi apa ada kaitan dengan kas ?, karena jarang sekali ada sebuah bukti
transaksi yang tidak terkait dengan Kas (uang tunai). Makanya Kas menjadi tujuan kita yang pertama
dalam melakukan sebuah penjurnalan.
Selanjutnya memikirkan apakah transaksi tersebut mengurangi atau menambah Kas ?. Jika menambah
berarti jurnal kas adalah debet dan jika mengurangi maka di kredit.
V.
Melanjutkan dari proses sebelumnya tentang membuat jurnal. Kita melanjutkan ke proses Input data ke
dalam buku besar. Tujuan dari buku besar adalah membuat pengelompokan terhadap semua transaksi yang
terjadi dalam satu priode.
Adapun bentuk-bentuk buku besar dan cara penggunaannya dapat dilihat pada artikel : Buku Besar
Akuntansi.
Dari artikel tersebut akan anda peroleh beberapa bentuk buku besar yang dapat anda gunakan dan boleh
memilih satu yang menurut anda lebih mudah di pahami dan di gunakan.
Buku besar yang di butuhkan adalah sejumlah akun yang ada dalam jurnal Umum yang telah di buat. Cara
melakukan input pun cukup mudah misalnya jurnal umum menunjukkan ayat jurnal :
Kas
Rp. 1.500.000
Penjualan
Rp. 1.500.000
Sisa memasukkan keduanya pada buku besar masing-masing. Lengkapi semua informasi yang harus di
masukkan ke dalam buku besar seperti Tanggal transaksi, Keterangan, Referensi, dan posisi saldo.
Neraca saldo merupakan neraca yang terbentuk dari hasil melakukan input padabuku besar. Semua saldo
buku besar di buat dalam bentuk scontro (bersusun ke bawah) tidak seperti neraca pada awal (Langkah I)
yang biasa di sebut bentuk staffel. Dari neraca saldo ini akan memperlihatkan saldo semua akun dalam
buku besar. Dan neraca saldo ini harus dalam posisi seimbang (Balance) antara Debet dan Kredit.
Jika tidak seimbang, periksa kembali buku besar, apa saldo yang dimasukkan sudah benar, Jika semua
sudah benar maka periksa apakah tidak ada ayat jurnal umum yang di lewatkan. Makanya ketika
melakukan input buku besar, saya telah memperingatkan untuk mewaspadai 2 hal yaitu, mungkin salah
satu dari akun buku besar lupa posting dari jurnal atau ada jurnal yang terlewatkan.
Itulah mengapa sangat penting sekali melakukan input dengan system kehati-hatian, karena sekali saja ada
kesalahan, maka anda akan melakukan pemeriksaan dari awal. Namun untuk memeriksa hal tersebut
sebenarnya bisa di lihat pada neraca saldo yang tidak seimbang tersebut. Perhatikan apakah ada perkiraan /
akun yang nominal saldonya tidak wajar ?. Jika kamu menemukan sebuah saldo yang tidak wajar, maka
periksa buku besarnya dan jurnalnya, apa sudah benar atau ada kekeliruan.
Jika tidak menemukan masalah pada neraca saldo yang di buat (Dalam artian seimbang debet kredit-nya)
maka kita bisa melakukan langkah selanjutnya yaitu melakukan penyesuaian (Membuat Jurnal
Penyesuaian) terhadap beberapa akun. Yang paling penting untuk di ketahui bahwa penyesuaian biasanya
dilakukan untuk beberapa perkiraan seperti sisa persediaan, penyusutan (Amortisasi) terhadap aktiva tetap
(Inventaris, Kendaraan dan gedung) sendangkan tanah tidak di susutkan karena tanah tiap tahun semakin
naik harganya.
Tapi perlu untuk di ketahui bahwa neraca saldo ini belumlah bisa di sebut sebagai laporan keuangan meski
telah berbentuk neraca dan sudah bisa di hitung rugi labanya, karena ada sebagian orang menganggap
bahwa neraca saldo adalah Laporan akhir.
VII.
Memasuki proses berikutnya adalah melakukan penyesuai terhadap beberapa perkiraan atau akun.
Contohnya akun persediaan yang setiap kali terjadi penjualan, tidak pernah di kurangi padahal persediaan
berkurang. Disinilah pentingnya untuk membuat catatan stock barang. Dimana setiap kali terjadi
pembelian barang dan penjualan barang selalu di catat.
Dalam cacatan stock barang memuan informasi tentang jenis barang yang terjual dan yang di beli. Bedanya
ketika terjadi pembelian atau penjualan yang di catat bukan nilai nominalnya tetapi jenisnya saja. Karena
yang di jadikan sebagai nominal persediaan adalah :
Persediaan barang awal + Pembelian Penjualan
Yang di hitung adalah jenisnya, kemudian sisa barang tersebut di kalikan dengan harga perolehan
(pembelian) masing masing tiap item kemudian di jumlah total. Maka itulah nilai persediaan akhir. Saya
harap ini bisa di mengerti. Karena sering terjadi kasus Nominal Persediaan awal + nominal pembelian
Nominal penjualan. Kalau ini terjadi maka persediaan akhir anda pasti akan sangat kurang nominalnya.
Selanjutnya diLaporan Harga Pokok penjualan, keuntungan anda akan kecil.
Untuk memahami ini kita buat contoh
Persediaan awal :
10 dos Mie instan @ Rp. 1.750 = Rp. 17.500
Pembelian
20 dos mie instan @ Rp. 1.750 = Rp. 35.000
Penjualan :
15 dos mie instan @ Rp. 2.000 = Rp. 30.000
Jika anda menggunakan nilai nominalnya untuk mengetahui persediaan akhir maka akan di temukan hasil
17.500 + 35.000 30.000 = 22.500 ( Persediaan akhir = 22.500 )
Jika anda menggunakan rumus ini untuk mengukur persediaan maka anda Salah ! Yang benar adalah :
10 dos + 20 dos 15 dos = 15 dos ( Persediaan akhir = 15 dos x 1.750 = 26.500 )
Kemudian dalam pencatatan dalam jurnal penyesuaian ada 2 metode yang di gunakan untuk mencatat
jurnal yaitu :
1. Metode rugi laba (sistim perpetual) :
HPP
Persediaan barang
Rp. xxx
Rp. xxx
Rp. Xxx
Pembelian
Rp. Xxx
Rp. Xxx
Rp. Xxx
Persediaan Barang
Rp. Xxx
Yang membedakan dari metode ini adalah pebelian dan ongkos angkut pembelian di tutup saat
penyesuaian, sehingga saldo buku besar nantinya pada akun pembelian dan ongkos angkut, akan menjadi
Nol Rupiah dan persediaan bertambah.Dalam kesempatan mendatang kita akan melakukan praktek untuk
contoh kasus ini dan menjelaskan kedua metode di atas dengan terperinci.
Kami telah berupaya untuk anda dapat mengetahui sistem ini dan mudah-mudahan dapat di mengerti
secara mudah dan selanjutnya kita akan memasuki input buku besar setelah penyesuaian !
VIII.
Mungkin sobat sudah pada tau tentang Buku Besar Akuntansi ? yaitu tempat untuk mengelompokkan
transaksi keuangan sejenis yang terjadi dalam satu usaha, secara sederhana pengertiannya demikian. Yang
artinya bahwa Buku Besar adalah sebuah catatan tentang satu akun secara khusus yang memberikan
informasi tentang posisi dari saldo akun tersebut. Buku besar juga di kenal dengan istilah General Ledger
Pembuatan buku besar adalah proses berikutnya setelah kegiatan Pen-jurnal-an. Beberapa bentuk dari
Buku besar ada beberapa macam, misalnya :
Bentuk 1
Tgl No akun
Keterangan
Ref
Jumlah (Dr)
No akun
Keterangan
Ref
Jumlah (Cr)
Bentuk di atas adalah salah satu bentuk dasar kolom dari Bentuk Buku Besar. Bentuk ini adalah yang
biasanya di perkenalkan ketika awal mempelajari sebuah pendidikan Akuntansi Dasar. Pada kolom jumlah
saya sengaja tambahkan Dr dan Cr pada bagian belakang, format aslinya tidak ada. Hal itu hanya
penegasan posisi di mana Dr berarti Debet dan Cr Berarti Kredit.
Mari kita coba menggunakan Buku Besar Tersebut di atas:
Ibu Ani Menyetor uang tunai 10.000.000 sebagai modal mendirikan salon. Maka Jurnalnya adalah :
Kas
Rp. 10.000.000
Modal
10.000.000
Tgl No akun
Keterangan
Ref
Jumlah (Dr)
No akun
Keterangan
No akun
Keterangan
Ref
Jumlah (Cr)
10.000.000
Setoran Modal
Tgl No akun
Keterangan
Ref
Jumlah (Dr)
Ref
Jumlah (Cr)
10.000.000
Setoran Modal
Kemudian beberapa perusahaan atau lembaga akuntansi melakukan penyederhanaan seperti bentuk kolom
berikut berikut ini :
Bentuk 2
Saldo
Tgl
No akun
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Kredit
Kredit
Tabel di atas juga merupakan bentuk buku besar yang di sederhanakan kolomnya agar tidak terlalu panjang
dan tetap memilki fungsi yang sama dan memberikan informasi yang di butuhkan. Sesuai dengan transaksi
di atas mari kita coba masukkan dalam bentuk buku besar seperti di atas.
Buku Besar : KAS
Saldo
Tgl
No akun
Keterangan
Ref
Setoran Modal
Debet
Kredit
Kredit
10.000.000
Kredit
10.000.000
Saldo
Tgl
No akun
Keterangan
Ref
Debet
Kredit
Kredit
10.000.000
Kredit
10.000.000
Kemudian beberapa perusahaan kembali melakukan bentuk penyerderhanaan terhadap kolom buku besar
seperti ini :
Bentuk 3
Saldo
Tgl
No akun
Keterangan
Ref
Kredit
Tabel atau kolom buku besar di atas jega memiliki fungsi yang sama, bedanya informasi saldo ditulis pada
bagian akhir atau bawah kolom. Coba kita gunakan untuk membukukan jurnal Ibu Ani Di atas.
Kredit
Saldo
Tgl
No akun
Keterangan
Ref
Setoran Modal
Kredit
Kredit
10.000.000
Saldo
10.000.000
Saldo
Tgl
No akun
Keterangan
Setoran Modal
Saldo
Ref
Kredit
Kredit
10.000.000
10.000.000
Dalam beberapa kasus bahkan masih ada yang menyederhanakan bentuk buku besar tersebut. Jadi ketiga
bentuk buku besar di atas atau ada bentuk lainnya tidak usah untuk di perdebatkan yang mana yang benar,
yang jelasnya keputusan perusahaan dalam manajemen keuangan mereka utamanya tentang Buku Besar
adalah keputusan internal perusahaan yang tidak bisa di ganggu gugat. Yang jelasnya ketika anda di suguhi
sebuah buku besar dengan berbagai bentuk di atas, tidak usah kaget ketika menemui sebuah buku besar
yang tidak sesuai dengan yang ada pelajari. Dan informasi yang di butuhkan dalam buku besar dapat di
peroleh dan di pahami asal sumbernya.
Neraca Dan Unsur-nya. Kita sudah sangat akrab sekali dengan istilah yang satu ini, yaitu Neraca. Secara
arti kata Neraca biasa juga di sebut dengan Timbagan. Jika di ambil sebuah definisi berdasarkan makna
kata di atas maka Neraca merupakan sebuah laporan yang selalu dalam posisi seimbang. Dan itu mudah
bukan untuk di pahami ?
Sedangkan jika di tinjau dari Ilmu akuntansi maka Neraca adalah Daftar yang di susun secara sistematis
yang mengambarkan kondisi Harta, Utang dan modal sebuah perusahaan dalam posisi debet kredit yang
seimbang.
Saya yakin anda sudah mulai mengerti tentang pengertian Neraca secara umum dan di tinjau dari Ilmu
Akuntansi.
Berikutnya kita akan melihat, unsur apa saja yang ada dalam sebuah Neraca perusahaan menurut Ilmu
akuntansi !
Unsur yang pertama adalah harta yaitu segala kekayaan yang dimiliki perusahaan dan memiliki manfaat
di masa yang akan datang.
Harta terdiri atas :
Harta Lancar yaitu harta yang bisa untuk di cairkan berupa uang tunai atau manfaatnya adalah kurang dari
satu tahun contohnya Kas, Kas Bank, Piutang, Perlengkapan, Persediaan Barang.
Harta Tetap yaitu harta yang memiliki nilai manfaat lebih dari satu tahun contohnya, peralatan, gedung
kantor, kendaraan, tanah.
Harta Tidak Berwujud adalah harta yang tidak ada wujudnya contoh seperti goodwill, Hak Paten, Hak
Cipta, Merk Dagang.
Selanjutnya Unsur yang kedua adalah Kewajiban yaitu yang harus di bayarkan kepada pihak ketiga
Kewajiban Terdiri atas :
Utang lancar yaitu Utang yang sifatnya mendesak dengan jangka waktu kurang dari setahun. Contohnya
utang dangang, Utang ke supplier
Untang Jangka Panjang yaitu utang yang sifatnya tidak mendesak dan biasanya lebih dari setahun contoh
Kredit Koran, Obligasi, Investasi Pihak ketiga.
Dan Unsur yang terakhir adalah Unsur modal yaitu selisih antara Harta di kurangi Utang.
Jadi dengan informasi ini yang singkat ini, dengan mudah kita sudah bisa membedakan unsur yang mana
saja yang termasuk dalam bagian unsur Neraca pada Buku Besar untuk kita nantinya bentuk menjadi
laporan Neraca Awal. Untuk melihat bentuk neraca baca artikel Bentuk Neraca Staffel Dan Scontro