Anda di halaman 1dari 53

Sasaran Pembangunan Nasional dan Proyeksi

Prevalensi Gizi Kurang pada Balita


sampai dengan tahun 2025
Arum Atmawkarta
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas

Pertemuan Pembahasan Dampak Pembangunan Kesehatan sampai dengan 2025


Jakarta, 8 Mei 2007
1

OUTLINE
A. Permasalahan Gizi: Trend dan Proyeksi
B. Tinjauan terhadap Program Gizi
C. Prakondisi Yang Diperlukan

A. Permasalahan Gizi:
1. KONDISI SEBELUMNYA dan SAAT INI
2. PROYEKSI
3. GIZI LEBIH

A.1. Kondisi Sebelumnya dan Saat Ini


4

Trend Kekurangan Gizi


1989-2001: Status gizi membaik
2001-2005: Stagnan
40.0

37.5
31.2

Persen

30.0

35.6
31.6
28.3

26.4
20.0

20.0

11.6

10.0

29.5

6.3

19.0
10.5

7.2

24.7

18.3

8.1

26.1
19.8

17.1

7.5

6.3

27.3

27.5

19.3

8.0

19.2

8.3

28.0

19.2

8.8

0.0

1989 1992 1995 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2005
Gizi Buruk
Sumber: Susenas

Gizi Kurang

Kurang Gizi
5

Posisi SAAT INI


Kategori A
(Kurus/Pendek)

MALAYSIA
TIMOR

Kategori B
Kurang Vit A & Zat Besi

LOAS

KAMBOJA
FILIPINA
MYANMAR

THAILAND

INDONESIA
CINA

INDONESIA:
Kurang Energi
Protein (Kurus dan
Pendek)
Kurang Vitamin A
Anemia Gizi Besi
Gizi Lebih
(Overweight)
Kurang Yodium

Kategori C
Overweight 3%
6
Sumber: World Bank 2006: Reposition Nutrition as Central to Development

Perbandingan di ASEAN
(periode 1996-2005)

Kekurangan Gizi
Balita (%)

BBLR
(%)

Malaysia

11

Thailand

18

Filipina

20

28

Srilanka

22

29

Vietnam

27

Indonesia

28

Myanmar

32

15

Kamboja

45

11

Timor Leste

46

12

Asia Timur dan Pasifik

15

Asia Selatan

45

29

Negara Berkembang

27

16

Negara

Sumber: The State od The Worlds Children 2007

Kekurangan gizi: terjadi di seluruh wilayah

<10%
10-19.9%
20-29.9%
30-39.9%
>=40%

Catatan: Susenas 2005, Untuk Prov. NAD, informasi berasal dari Lap. Survei Depkes-UNICEF, 2005

Dan lebih banyak terjadi di


Indonesia Bagian Timur
50

Go ro ntalo

NTT

40
Kekurangan Gizi (%)

Kalsel
NTB
Sumbar

30

Sumut

Sulteng

Kepulauan Riau
B engkulu
Sumsel

Riau
Jambi

20

Kalbar

B abel
Lampung

DKI Jakarta

B anten

Jawa Tengah
Jawa Timur
Jawa B arat

Kalteng
Kaltim

Sulsel
Sultra

M aluku
P apua
Indo nesia
M aluku Utara

Sulut

B ali

DI Yo gyakarta

10

Data Kekurangan Gizi 2005 (Susenas)


0

A.2. Proyeksi
10

Proyeksi
37.5

40

35.5

35

31.6

29.5

Persen

30

27.3

26

26.4

25

24.6

20

27.5 28

Target MDG: 19
22.5

26.1

19
13.5

15

Sasaran RPJM: 20

9.5

10
5

Sasaran RPJP: 9.5

Krisis

0
1985

1990

1995

Repelita/Propenas

2000

2005

RPJM

Sentralistik
Gizi Membaik

2010

2015

2020

2025

RPJP
Desentralistik

Stagnan

?????
11

Skenario Proyeksi
Skenario Pesimistik (Status Quo):
Menggunakan trend 1989-1998 sebagai dasar
penurunan 0,88% pertahun,
pada tahun 2025 menjadi 22,64%
Skenario Optimis (Status Quo):
Menggunakan tren 1998-2003
penurunan 0,4% per tahun,
pada tahun 2025 menjadi 25,18%
Skenario Spektakuler (Ideal):
Menggunakan trend untuk mencapai MDG (19% pada tahun
2015)
penurunan 4,5% per tahun,
pada tahun 2025 menjadi 9,9%
Skenario Realistik: ???

12

Penggunaan Model
Model dapat digunakan untuk memilih skenario, mis:
Economic valuation:
Cost-Benefit Ratio: menilai apakah suatu program layak secara
ekonomi
Cost-Utility Analysis: memilih program yang memberi impact
maksimum
Cost-Effectiveness: memilih program yang efektif dan murah

Mathematical Programming:
Untuk melihat hubungan (sebab-akibat) dan mencari alternatif
untuk maximisasi benefit atau minimisasi biaya

Indonesia: Economic valuation pernah dibuat walaupun


terfragmentasi (mis untuk kelayakan project loan baru)
Indonesia: Mathematical programming ??
13

A.3. GIZI LEBIH


Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular seperti
kardiovaskular, hipertensi, kanker menunjukkan perubahan
pola hidup, terutama kebiasaan makan yang tidak sehat
dan aktifitas fisik yang kurang.

14

Pola Makan rendah buah & sayur


Konsumsi buah dan sayur menurun:
Th 1999: 309 g/kapita/hari
Th 2004: 221 g/kapita/hari
Ket: Rekomendasi WHO: 400 g/kapita/hari

Pengeluaran RT untuk buah & sayur juga menurun:

Th 2002: sayur 2,84%; buah 4,73%,


Th 2004: sayur 2,61% ; buah 4,33%.

Diolah dari Susenas

15

Sementara konsumsi garam, gula,


dan lemak meningkat:
Konsumsi garam (ket: garam dapur) naik:
Th 1999: 5,6 g/kapita/hari
Th 2004: 6,3 g/kapita/hari
Konsumsi gula pasir naik:
Th 1999: 22,6 g/kapita/hari
Th 2004: 24,4 g/kapita/hari

Sumber: Susenas

16

Sebagian besar penduduk kurang aktif secara fisik


Tingkat aktifitas penduduk usia > 15 tahun (2004)

Aktif
6.0%

Tidak Aktif
9.1%

Kurang Aktif
84.9%

Aktif: latihan (exercise)


setiap hari selama 10 menit,
total kumulatif 150
menit/mingggu
Kurang Aktif: latihan
(exercise) setiap hari selama
10 menit, total kumulatif
<150 menit/mingggu
17

Pola Hidup: Penduduk yang merokok


Persentase penduduk >10
tahun (2004 dan 2005: >15
tahun) yang merokok
dalam satu bulan terakhir
40

34.44

35
30

26.23

27.7

P e rs e n

25
20
15
10

Pengeluaran untuk rokok (%


dari pendapatan):
kel miskin: 9,1%
Kel kaya: 7,5%

Bandingkan
Pengeluaran untuk kesehatan
dan pendidikan
2,5% (perdesaan)
5,9% (perkotaan).

5
0
1995

2001

2004

18

Dampak
Prevalensi penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi di
Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga
(1995).
Pada tahun 2001:

27% laki-laki dan 29% wanita menderita hipertensi pada usia >25 th
0,3% mengalami penyakit jantung iskemik, dan stroke,
1,2% mengalami diabetes
1,3% laki-laki dan 4,6% wanita mengalami kelebihan berat badan.

Penyakit kanker merupakan penyebab 6% kematian


Selain kegemukan (body mass index 25), hiperglikemia
sebagai akibat asupan lemak yang tinggi dan
hiperkolesterol juga meningkat pada laki-laki dan
perempuan.
19

Dampak
Menyebabkan kematian
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular sebagai
penyebab kematian
kematian oleh penyakit degeneratif meningkat dari 15.41%
(1980) menjadi 48.53% (2001).
Penyakit kardiovaskuler meningkat dari 9.1% (1986) menjadi
26.4% (2001),

Penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian


ke 11 pada tahun 1972
ke 3 pada tahun 1986
ke 1 pada tahun 1992,1995 dan 2001.

Sumber: SKRT

20

B. TINJAUAN THD
PROGRAM GIZI:
Mengapa status gizi belum membaik?

21

Mengapa status gizi belum membaik?

Penjelasan 1:
Permasalahan gizi merupakan masalah
yang kompleks dan meliputi banyak sektor

22

Kurang gizi terjadi karena:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Akses terhadap pangan rendah


Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau
terserang penyakit
Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum
Bayi sudah diberi MP-ASI sebelum usia 4/6 bulan
Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat
Anak < 2 tahun diberi makanan kurang atau densitas
energinya kurang
Makanan tidak mempunyai kadar zat gizi mikro cukup
Penanganan diare yang tidak benar
Makanan kotor/terkontaminasi
23

Masalah Gizi terkait Lintas Sektor


KURANG GIZI

Dampak
Penyebab
langsung

Penyebab
Tidak langsung

Makan
Tidak Seimbang

Pola Asuh

Persediaan Pangan

Kurang Pendidikan
Pokok Masalah
di Masyarakat

Sanitasi, air bersih


dan pelayanan
kesehatan

, Pengetahuan dan Keterampilan

Pemberdayaan wanita &


Masyarakat
Pengangguran

Akar Masalah
nasional

Penyakit Infeksi

, inflasi , kurang pangan dan kemiskinan

Krisis Ekonomi
, Politik ,
dan Sosial

24

Mengapa status gizi belum membaik?

Penjelasan 2:
Program Gizi mungkin belum efektif,
dukungan data kurang,
dan lemahnya komitmen terhadap pembangunan gizi.

25

Anggaran Pembangunan vs Trend Gizi


800

716.7
582.4

400
200
20

23.6

55

60.9

95.1

81.2

144.2

173.1

178.5

?
-Anggaran Naik,

0
97/98 98/99 99/00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
40

-Kurang Gizi Naik

WHY?

35.5
35
31.6
Persen

Milyar Rp

600

29.5

30

27.3 27.5
26.4

28

26.1

25
24.6

20

1990

1995

2000

2005

26

Isu Keefektifan kegiatan:


Bagaimana merancang kegiatan yang efektif untuk memacu
peningkatan persentase konsumsi yodium?
Konsumsi garam beryodium rumah tangga periode 1998-2002 :
100%
90%

19.73

18.49

17.03

17.91

16.05

15.09

17.95

18.38

16.65

15.42

65.18

63.56

64.48

65.43

68.53

1998

1999

2000

2001

2002

80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

Cukup

Kurang

Sumber: Survey Konsumsi Garam 2002

Tidak Ada
27

INVESTASI EFEKTIF BIDANG GIZI


JENIS PROGRAM

Manfaat (USD) setiap


investasi 1 USD

Fortifikasi tepung dengan zat besi

84.1

Suplementasi kapsul vitamin A

50.0

Pendidikan Gizi

32.3

Yodisasi garam

28.0

Pemberian pil besi pada ibu hamil

24.7

Fortifikasi gula dengan vitamin A

16.0

Suplementasi yodium pada wanita usia subur

13.8

Makanan tambahan pada anak sekolah

2.8

Program gizi sebagai bagian dari yankes dasar

2.6

10

Makanan tambahan balita

1.4

11

Subsidi Pangan

0.9
28

Sumber: World Bank, 1998

Pemahaman tentang Permasalahan


Policy-thinking is and must be causality-thinking.
Oleh karenanya: seorang pengambil kebijakan harus
menguasai data dan informasi
Perencanaan yang baik: bersifat evidence-based planning
Apakah perencanaan gizi telah didukung dengan data-data
yang valid dan mutakhir? Misalnya:
Status Anemia pada ibu hamil (data terakhir SKRT 2001)
Kurang Vitamin A (data terakhir 1992)
Tyroid (data terakhir adalah ttg gondok 2003 pada anak
sekolah dan tidak sensitif) dan hypertyroid (tidak ada data)
29

Alasan lemahnya komitmen terhadap


program gizi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Intervensi gizi tidak menimbulkan dampak ekonomi


langsung dengan segera kepada daerah
Masih dianggap hanya cost center, bukan revenue center
Tidak tahu dampak ekonomi akibat kurang gizi
Kurang kelihatan dibanding sektor lain seperti
infrastruktur, tenaga kerja, transportasi, dll
Tidak tahu jenis-jenis intervensi yang lebih cepat ketimbang
perbaikan ekonomi
Kurang gizi tidak dianggap sebagai masalah hak manusia
Penderita yang kurang gizi biasanya tidak mempunyai
suara
30

C. PRAKONDISI YANG
DIPERLUKAN:
1. Kaitan dengan Lintas Sektor
2. Prioritas Intervensi
3. Perencanaan Program
4. Untuk Diperhatikan

31

C.1. Kaitan Dengan Lintas Sektor


32

Penurunan Kekurangan Gizi


Merupakan tantangan besar karena dalam 5
tahun terakhir kurang gizi dan gizi buruk naik
Dipengaruhi oleh lintas sektor :

Demografi
tingkat pendidikan (terutama ibu)
tingkat pendapatan
akses terhadap layanan kesehatan
Ketahanan pangan
Dll
33

Contoh Isu Gizi dan kaitan dengan Lintas sektor


ISU

Kebijakan/Program

Sektor

Ketahanan
Pangan

Produksi, Distribusi Bahan


Pangan, Surveilans

Perdagangan,
Pertanian,
Logistik, Statistik

Fortifikasi

Regulasi, Subsidi, Teknologi

Industri,
Perdagangan,
Teknologi

Pola
Konsumsi

Pemanfaatan potensi lokal,


divesifikasi, edukasi tentang gizi

Pendidikan,
Agama

Pengetahuan, Pendidikan di Sekolah, Posyandu,


Ketrampilan
Perkembangan Dini Usia

Pendidikan, KB,
Pemberdayaan
Perempuan

Penanganan
Infeksi

Gizi, Kesehatan

Imunisasi, Penanganan Bumil

34

Korelasi antara Kekurangan gizi dan IPM


80

IPM

70

60

50
0

10

20

30

40

50

% Kekurangan Gizi
Catatan: Angka Tingkat Propinsi 2005

35

Terkait dengan faktor Pendidikan terutama WUS


PROYEKSI APM DAN APK JENJANG SMA/SMK/MA SERTA
APS PENDUDUK USIA 16-18 TAHUN
120,00

100,00

80,00
APS 16-19
60,00

APK SM/MA
APM SM/MA

40,00

20,00

2025

2024

2023

2022

2021

2020

2019

2018

2017

2016

2015

2014

2013

2012

2011

2010

2009

2008

2007

2006

2005

2004

2003

2002

2001

2000

1999

0,00

Jenjang SMA/SMK/MA termasuk SMALB dan pendidikan non formal yang sederajat
APM SM/MA

APK SM/MA

APS 16-18

36

Faktor Demografi
Pertumbuhan
penduduk
TFR
AKB
Kelahiran/th
UHH (th)

2005-2009

2015-2020

1,26%

0,99%

2,3

2,1

41,6

29,2

4,524 jt

4,325 jt

66,8

69,9

37

Korelasi dengan Kualitas SDM Setempat


80

IPM

70

60

Korelasi antara Kekurangn Gizi dan IPM Propinsi (2005)

50
0

10

20

30

40

50

% Kekurangan Gizi
38

C.2. Prioritas Intervensi


39

9 PRIORITAS GLOBAL
PENGANGGULANGAN MASALAH GIZI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Mainstream gizi pada kebijakan dan program


pembangunan
Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
Melindungi konsumen dengan meningkatkan kualitas
dan keamanan pangan
Mencegah dan menanggulangi penyakit infeksi
Mempromosikan ASI Ekslusif
Memperhatikan golongan rentan
Mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi mikro
Mempromosikan pola hidup sehat
Surveilans gizi
40

Perlu ditetapkan proritas jangka pendek dan


jangka panjang
Jangka Pendek:

Jangka Panjang:

Yankesdas (termasuk KB dan


Penyakit menular)
Akses air bersih dan sanitasi
Kebijakan pemasaran susu
formula
Ketahanan pangan
Perbaikan pendapatan
Penciptaan lapangan kerja
Status perempuan
Pendidikan ibu
Perlindungan Sosial

Penimbangan
Yankes
Suplemen zat gizi mikro
Fortifikasi
MP-ASI
Program Keluarga Harapan
Penyuluhan
ASI Eksklusif
Pendidikan gizi dan higiene
Perlikau hidup sehat

41

Perlu Sasaran intervesi yang tepat:


Kurang gizi paling kritis terjadi pada ibu hamil dan hingga anak
berusia 2 tahun.
Investasi yang dilakukan di luar periode ini kurang efektif untuk
memperbaiki gizi
1.50

Mean z-scores Weight for Age

1.00

0.50

Age (month)

0.00
0

12

15

18

21

24

27

30

33

36

39

42

45

48

51

54

57

60

-0.50

-1.00

1999
2000

-1.50

2002
2003

-2.00

42

Perhatian khusus pada daerah tertentu


20

Gorontalo
M aluku

15
Gizi Buruk (%)

Papua
NTT
Kalbar

Sumbar
Kepulauan Riau

10

Sulteng

Kalteng

Sumut

Sultra

R i au
Sumsel
Bengkulu

Kalsel

J amb i

Babel

NTB
DKI Jakarta

Lampung
Jawa Barat

Banten

Sulut

M aluku Utara
Indonesia

Sulsel

Kaltim

Jawa Tengah
Jawa Timur
B al i
DI Yogyakarta

Persentase Kurang Gizi menurut provinsi (Susenas 2005)


43

C. 3. Perencanaan Program
44

RANPG 06-10: Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi


4 PILAR RANPG:
1. Kecukupan Gizi
2. Keamanan Pangan
3. Akses pada pangan yang berkelanjutan
4. Pola hidup sehat

Artinya, cukup gizi saja tidak cukup, tapi makanan


yang dikonsumsi juga harus aman, akses kepada
pangan mudah dan terjangkau dan diukung oleh
pola hidup sehat

45

RPJM (2005-2009)
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuan
Meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam
upaya meningkatkan status gizi masyarakat
terutama pada ibu hamil, bayi dan balita
Kegiatan Pokok
1. Peningkatan pendidikan gizi
2. Penanggulangan KEP, anemia gizi besi, GAKY,
kurang Vit. A, dan kekurangan zat gizi mikro
lainnya
3. Penanggulangan gizi-lebih
4. Peningkatan surveilans gizi
46

RPJM (2005-2009)
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Tujuan
Memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan
ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga
sebagai bagian dari ketahanan nasional
Kegiatan Pokok
1. Pengamanan ketersediaan pangan dari produksi
dalam negeri
2. Peningkatan distribusi pangan
3. Diversifikasi pangan
4. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan
47

UU 17/2007: RPJP (2006-2025)

Arah Pembangunan Gizi:


Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan
secara lintas sektor meliputi produksi,
pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan
dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang,
serta terjamin keamanannya.

48

C. 4. Untuk Diperhatikan
49

Mainstreaming
Bagaimana mainstream pembangunan dan
perbaikan gizi ke sektor lain seperti
diamanatkan UU 17/2007 ttg RPJPN?
Bagaimana peran RANPG 2006-2010?
Bagaimana mendesain program, kegiatan,
sasaran, dan indikator gizi RPJM 2010-2014?

50

Desain Program:
Bagaimana program dapat dirumuskan untuk
mencapai 4 tujuan:
1. Meningkatkan Status Kesehatan:
misalnya menurunkan anemia, kematian akibat serangan
jantung

2. Pengurangan Resiko;
misalnya menurunkan asupan garam dan lemak, meningkatkan
ASI Ekslusif

3. Pelayanan dan Perlindungan;


misalnya pendidikan gizi, penimbangan bayi, pemberdayaan
masyarakat

4. Surveilans Komunitas;
misalnya pemantauan status gizi dan pola konsumsi
51

Desentralisasi
Gizi, kesehatan, pertanian merupakan area yang di
desentralisasikan.
Bagaimana pembagian peran antara pemerintah
pusat dan daerah?
Bagaimana reposisi peran Pusat dan Daerah?
Bagaimana meningkatkan kapasitas SDM di daerah?
Bagaimana advokasi untuk memberi pemahaman
tentang gizi?

52

T E R I M A K A S I H

53

Anda mungkin juga menyukai