Anda di halaman 1dari 9

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015

Isolasi dan Karakteristik Bakteri Selulolitik Termofilik Sumber


Air Panas Candi Gedong Songo, Ambarawa dan Sumber Air
Panas Desa Diwak, Bergas, Semarang
Agus Sulistiyono1, Diah Ayu P. G2, Eko Budi Santoso3, Nurul ikhtiyarini4
1

412013016, 2412013023, 3412013024, 4412013004


Jurusan Biologi, Fakultas Biologi UKSW, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga
Agus.myblog@gmail.com
ABSTRAK
Mikroba termofilik merupakan mikroba yang mempunyai kemampuan untuk hidup dan
tumbuh pada lingkungan yang panas. Pada lingkungan yang ekstrim tesebut bakteri
termofilik mampu untuk meghasilkan enzim termostabil. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui teknik mengisolasi mikroba selulolitik termofilik, mengetahui ciri-ciri
morfologi koloni mikroba selulolitik termofilik, dan mengetahui teknik dan hasil pengujian
mikroba selulolitik termofilik. Pada praktikum ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu,
pengayaan mikroba, uji kualitatif mikroba selulolitik dan karakterisasi mikroba. Sampel yang
digunakan yaitu sumber air panas Gedong Songo dan Diwak. Hasil yang diperoleh adalah
negatif pada kedua sampel tersebut yang ditandai dengan tidak terbentuknya zona bening
disekitar koloni. Pertumbuhan bakteri termofilik ini lambat sekitar 120 jam pada suhu 50C.
Sampel air panas yang berasal dari Gedong Songo memiliki pertumbuhan sel bakteri yang
lebih cepat dibandingkan dengan sumber air panas Diwak, bentuk sel dan sifat gram yang
berhasil diidentifikasi yaitu coccus dan gram negatif.
Kata Kunci : Bakteri selulolitik termofilik, Enzim selulase dan Pertumbuhan bakteri
PENDAHULUAN
Mikroba memiliki
kemampuan

bersifat tahan terhadap suhu yang tinggi.

untuk hidup pada kondisi yang ekstrim

Di Indonesia terdapat banyak sumber air

seperti pada suhu, salinitas dan pH yang

panas sebagai media untuk pertumbuhan

relatif tinggi atau rendah serta pada

bakteri

lingkungan yang berkadar garam tinggi di

menghasilkan enzim selulase (Sari, U. M.

mana organisme lain tidak dapat hidup.

Et al. 2012).

termofilik

yang

mampu

Mikroba termofilik merupakan mikroba

Enzim selulase merupakan sistem

yang mempunyai kemampuan untuk hidup

enzim yang kompleks yang digunakan

dan tumbuh pada lingkungan yang panas.

untuk memecah selulosa menjadi glukosa

Pada lingkungan yang ekstrim

atau senyawa oligosakarida yang lain. Di

bakteri

termofilik

mampu

tesebut
untuk

daerah

jawa

tengah

banyak

ditemui

meghasilkan enzim termostabil. Enzim

sumber air panas yang berlimpah. Salah

termostabil ini merupakan enzim yang

satu sumber air panas di daerah jawa


1

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015

tengah adalah daerah candi gedong songo,

teknik

dan

hasil

pengujian

Ambarawa, Semarang dan sumber air

selulolitik termofilik.

mikroba

panas desa Diwak, kecamatan Bergas,


Kabupaten

Semarang.

Isolasi

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dijalankan dengan tiga

dan

karakterisasi mikroba termofilik selulolitik


sumber

air

panas

diperlukan

untuk

tahap, yaitu:
1. Pengayaan mikroba yang diambil

mengetahui profil komunitas mikroba pada

dari dua sampel air, yaitu dari

sumber air panas. Enzim selulase dapat

sumber mata air panas desa Diwak,

dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu

Karangjati, Kabupaten Semarang,

endo-1,4- -D-glukanase, eksoo-1,4- -D-

dan dari sumber mata air panas

glukanase, dan -D-glukosidase. Ketiga

Gedong

komponen enzim tersebut bekerja sama

2. Uji kualitatif mikroba selulolitik

dapat larut menjadi glukosa (Fikrinda,

3. Karakterisasi

2000). Enzim selulosa yang dihasilkan

didapatkan

bakteri termofilik lebih kompleks dan

alkalifilik,

asidofilik dan halofilik sehingga mampu


resisten pada tekanan lingkungan (Acharya
et al. 2012). Pada penelitian ini dilakukan
dengan beberapa tahapan yaitu tahap
preparasi, isolasi bakteri, uji kualitatif
mikroba

selulolitik,

dan

karakterisasi

untuk

mengetahui

air

panas

desa

Diwak,

Karangjati,

Kabupaten Semarang, dan dari sumber


mata air panas Gedong Songo, Bandungan,
Kabupaten

Semarang.

Penelitian

ini

dlakukan dari tanggal 15 Maret 2015 10


April 2015, bertempat di Laboratorium
Fakultas
Kristen

Satya

Biologi,
Wacana,

Salatiga. Bahan bahan yang digunakan


dalam penelitian ini diantaranya garam

mengisolasi

fisiologis, glukosa, medium CMC untuk

mikroba selulolitik termofilik, mengetahui

pengayaan mikroba, medium Congo-Red

ciri-ciri

agar + CMC untuk uji kualitatif mikroba

morfologi

teknik

sampel

digunakan adalah sampel dari sumber mata

Universitas
TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah

dua

Pada penelitian ini, sampel yang

Mikrobiologi,

bakteri selulolitik termofilik.

dari

yang

Bahan dan alat

lingkungan yang lebih bervariasi seperti


psikrofilik,

mikroba

tersebut .

multi enzim sehingga meningkatkan fungsi

termofilik,

Bandungan,

Kabupaten Semarang.

dalam menghidrolisis selulosa yang tidak

serta sinerginya. Habitat bakteri pada

Songo,

koloni

mikroba

selulolitik termofilik, dan mengetahui

selulolitik,

yang

diperoleh

dari
2

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015

Laboratorium. Alat alat yang digunakan

Uji kualitatif mikroba selulolitik.

adalah cawan petri, autoclaf, enlemeyer,

Medium CMC yang keruh, diambil 2 ml

tabung reaksi, mikropipet, inkubator, alat

untuk diinokulasi ke medium Congo- Red

timbang, mikroskop, shaker, magnetik

agar + CMC (dibuat pH 4 dan pH 8) pada

stirer, pipet tetes, glass object, dan

cawan petri, lalu diinkubasi pada suhu

seperangkat alat pengujian gram A, B, C,

500C selama 120 jam. Koloni yang

D bakteri.

membentuk

Metode dan analisis


Pengayaan bakteri. Sampel air

dimurnikan lebih lanjut.

panas dari sampel dari sumber mata air


panas desa Diwak, Karangjati, Kabupaten
Semarang, dan dari sumber mata air panas
Gedong Songo, Bandungan, Kabupaten
Semarang,

diinokulasi

pada

100

ml

medium CMC cair dengan 0,75% CMC


0,25% glukosa (dibuat pH 4 untuk sampel

zona

Karakterisasi

terang

mikroba.

kemudian

Koloni

yang didapat dari medium Congo- Red


agar

CMC

diidentifikasi

dengan

pengamatan koloni. Sedangkan bakteri


yang terdapat dalam kultur campur CMC
cair di uji dengan pengecatan gram.
Kemudian bentuk sel dan jenis gram
bakteri diidentifikasi di bawah mikroskop.

Gedong Songo dan pH 8 untuk sampel


Diwak)

sebanyak

10

ml.

Kemudian

diinkubasi pada suhu 50 C selama 5 hari.


Kemudian setelah medium CMC agak
keruh inokulasi dilanjutkan kembali pada
medium CMC 1% (dibuat pH 4 dan pH 8),
dengan sampel diambil dari medium CMC
sebelumnya pada perbandingan 0,75%
CMC 0,25% glukosa. Diinkubasi selama

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan didapatkan hasil negatif berupa
koloni yang tumbuh pada medium congo
red agar + CMC tidak terbentuk zona
bening. Koloni tersebut tumbuh pada
medium dengan pH 4 sedangkan pada pH

5 hari pada suhu 50 C sampai medium

8 tidak tumbuh.

CMC terlihat keruh.

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015

Tabel 1. Sampel Sumber Air Panas Gedong Songo dan Diwak


No.

Sampel

Keterangan

1.

Sumber air panas Diwak ulangan 1

2.

Sumber air panas Diwak ulangan 2

3.

Sumber air panas Gedong Songo ulangan 1

4.

Sumber air panas Gedong Songo ulangan 2

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015

5.

Sumber air panas Gedong Songo ulangan 3

Tabel 2. Pertumbuhan Sel Bakteri Pada Medium CMC cair


No.

Asal

1.

Gedong Songo
ulangan 1

Pertumbuhan Sel Bakteri

Keterangan
Pertumbuhan

ditandai

dengan

kekeruhan pada media CMC cair


dengan CMC 0,75% dan 0,25%
glukosa

2.

Gedong Songo
ulangan 2

Pertumbuhan

ditandai

dengan

kekeruhan pada media CMC cair


dengan CMC 0,75% dan 0,25%
glukosa

3.

Gedong Songo
ulangan 3

Pertumbuhan

ditandai

dengan

kekeruhan pada media CMC cair


dengan CMC 0,75% dan 0,25%
glukosa

4.

Diwak ulangan 1

Pertumbuhan

ditandai

dengan

kekeruhan pada media CMC cair


dengan CMC 0,75% dan 0,25%
glukosa

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015

5.

Diwak ulangan 2

Pertumbuhan

ditandai

dengan

kekeruhan pada media CMC cair


dengan CMC 0,75% dan 0,25%
glukosa

Tabel 3. Karakteristik Morfologi Koloni Pada Medium Congo red + CMC pH 4


No.
Asal
Warna
Bentuk koloni
Tepi
Elevasi
isolat
koloni
koloni
1.
Gedong
Kuning
Bundar
Berombak
Cembung
Songo

Tabel 4. Ciri-ciri Bakteri Pada Kultur campur


No.
Asal
Bentuk sel
1. Gedong Songo
Tetracoccus
ulangan 1

Sifat gram
Negatif

2.

Gedong Songo
ulangan 2

Coccus

Negatif

3.

Gedong Songo
ulangan 3

Coccus berantai

Negatif

4.

Diwak
Ulangan 1

Triplococcus

Negatif

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015

PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum yang telah

lama yaitu kurang lebih 5 hari pada suhu


inkubasi 500C.

dilakukan, pengujian bakteri penghasil


enzim

selulase

dilakukan

dengan

menumbuhkan pada media CMC cair dan


media CMC padat + congo red. Pada uji
selulolitik termofilik dari sumber air panas
gedong songo dan sumber air panas diwak
didapatkan hasil negatif untuk koloni dari
sampel gedong songo, sedangkan untuk
sampel air panas Diwak, koloni tidak
berhasil tumbuh pada media. Hal ini
dimungkinkan karena jumlah sel mikroba
yang sangat sedikit. Dari jenis bakteri yang
diperoleh, jenis yang didapatkan adalah
jenis coccus gram negatif. Kultur

yang

diperoleh berupa kultur campur karena


pertumbuhan mikroba yang sangat lambat
yaitu sekitar 120 jam. Penumbuhan bakteri
pada media CMC cair dilakukan dengan
menumbuhkan isolat pH 4 (lokasi Gedong
songo) dan pH 8 (lokasi Diwak), dari hasil
yang diperoleh menunjukkan pada pH 4
terlihat lebih keruh jika dibandingkan
dengan

pH

8.

menunujukkan

Kekeruhan
adanya

ini

aktivitas

pertumbuhan bakteri pada medium selektif


CMC.

pH

menunjukkan

aktivitas

pertumbuhan bakteri penghasil selulolitik


yang
dengan

lebih
pH

tinggi
8.

jika

dibandingkan

Untuk

menunjukkan

pertumbuahan yang dapat diamati melalui


kekeruhan, dibutuhkan waktu yang cukup

Pengujian

adanya

aktivitas

selulolitik juga dapat ditunjukkan dengan


visualisasi zona bening di sekitar koloni
pada media CMC agar setelah diberi
pewarna congo red. Hasil uji ini tidak
menunjukkan

bahwa

isolat

mampu

menghasilkan zona bening pada media


slektif selulolitik sebagai indikasi adanya
aktivitas bakteri penghasil enzim selulase.
Pada isolat pH 4 menunjukkan adanya
koloni yang tumbuh dalam media selektif
ini,

akan

tetapi

pada

pH

tidak

menunjukkan adanya pertumbuhan koloni


pada medium. Meskipun tidak terbentuk
zona bening, akan tetapi isolat bakteri
tetap bisa tumbuh di media selektif
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
adanya kemungkinan pertumbuhan bakteri
penghasil enzim selulase dari isolat pH 4.
Kemungkinan dibutuhkan waktu yang
lebih lama untuk bisa memunculkan zona
bening

disekitar

koloni.

Seharusnya,

bakteri yang dapat tumbuh pada medium


selektif CMC mampu membentuk zona
bening sebagi bentuk aktivitas hidrolisis
selulosa

menjadi

glukosa.

Hal

ini

dikarenakan perubahan struktur selulosa


yang berserat menjadi glukosa dengan
struktur menjadi non serat. Media CMC
yang terhidrolisis oleh enzim selulase jika
terkena pewarna congo red akan terurai
dengan adanya aktivitas bakteri penghasil
7

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015

enzim selulase. Interaksi ini berlangsung

mampu

mengahasilkan

secara non-kovalen. Pewarna congo red

selulase

karena

kemampuannya

dijadikan indikator terjadinya degradasi -

tumbuh

dalam

media

D-glukan dalam media agar (Hartanti,

CMC.

2010).

enzim

selektif

2. pada uji kualitatif isolat yang

Dari praktikum ini dilakukan uji


karakteristik

bakteri

selulolitik

yang

ditumbuhkan pada media padat


CMC

congo

red

tidak

meliputi pewarnaan gram, bentuk sel dan

menunjukkan pembentukan zona

karakteristik

bening sebagai indikasi aktivitas

koloni.

Pengujian

ini

digunakan untuk melihat kenampakan


koloni bakteri pada media padat dan
kenampakan

bentuk

sel

selulolitik.
3. Pertumbuhan bakteri memerlukan

secara

waktu yang cukup lama yaitu

mikroskopis. Pengujian karaktristik koloni

sekitar 120 jam yang ditandai

hanya dilakukan pada isolat pH 4 karena

dengan kekeruhan pada medium.

koloni yang muncul pada medium hanya

4. Pengujian

karakteristik

koloni

hanya diperoleh pada isolat pH 4. Hasil

hanya dilakukan pada isolat pH 4

karakteristik menunjukkan warna koloni

dengan hasil warna koloni kuning,

kuning, tepian berombak, elevasi cembung

tepian berombak, elevasi cembung

dan bentuk bundar. Untuk pengujian

dan bentuk bundar

mikroskopos

dilakukan

dengan

cara

5. Pengujian dengan pewarnaan gram

identifikasi bentuk sel pada kedua isolat

dan bentuk sel diperoleh hasil yang

yaitu pH 4 dan pH 8 dari medium CMC

sama antara pH 4 dan pH 8 yaitu

cair. Pada pH 8 menunjukkan isolat

bentuk sel coccus gram negatif.

triplococcus dengan jenis gram negatif.


Sedangkan pada isolat pH 4 menunjukkan

DAFTAR PUSTAKA

bentuk sel coccus, coccus berantai dan

Acharya, S. and A., Chaudhary. 2011. Effect of


Nutritional and environmental Factors
on Cellulases activity by Thermophilic
Bacteria Isolated From Hot Spring.
Journal of Scientific & Industrial
Research. 70: 142-148.
Al Bashori, K.A., Nies S. Mulyani., Agustina
L.N. Aminin. 2012. Komunitas Bakteri
Termofilik Selulolitik dari Kompos Serta
Identifikasi Fenotipik dan Genotipik
dengan Metode Sscp. Jurnal Sains dan
Matematika. Vol. 20 (2): 46-53.

tetracoccus dengan jenis gram negatif (Al


Bashori, 2012).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat
disimpulkan bahwa :
1. isolat bakteri yang diambil dari
sampel mata air panas Gedong
songo dan Diwak kemungkinan

Laporan mini project, Mikrobiologi Lingkungan 2015


Fikrinda, 2000. Isolasi dan karakterisasi
Bakteri
Penghasil
Selulase
Ekstermofilik dari Ekosistem Air hitam.
Tesis
Program Pascasarjana IPB:
Bogor.
Hartanti. 2010. Isolasi dan Seleksi Bakteri
Selulolitik Termofilik dari Kawah Air
Panas Gunung Pancar, Bogor. Skripsi
FMIPA IPB: Bogor.
Sari, U. M et al. 2012. Penapisan dan
Karakterisasi
Bakteri
Selulolitik
Termofilik Sumber Air Panas Sungai
Medang
Kerinci
Jambi.
(http://jurnalsainunand.com/FilesJurnal/171210270166171%20Uci%20Mela%20Sari.pdf).

Anda mungkin juga menyukai