Anda di halaman 1dari 14

laporan genetika: siklus hidup Drosophila melanogaster

Lompat ke Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Tujuan
1. Mengetahui tahapan-tahapan dalam siklus hidup Drosophila
melanogaster.
2. Mengetahui lama dari tiap tahapan dalam siklus hidup Drosophila
melanogaster.
3. Mengetahui cara menangani dan memelihara Drosophila
melanogaster.
I.2 Teori Dasar
Drosophila melanogaster merupakan jenis lalat buah yang dapat
ditemukan di buah-buahan busuk. Drosophila telah digunakan secara
bertahun-tahun dalam kajian genetika dan perilaku hewan.
Berikut merupakan klasifikasi dari Drosophila melanogaster (Borror, 1992):
Kingdom
Phyllum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

Animalia
Arthropoda
Insecta
Diptera
Drosophilidae
Drosophila
Drosophila
melanogaster

Selain itu, Drosophila

juga diklasifikasikan ke dalam sub ordo

Cyclophorpha (pengelompokan lalat yang pupanya terdapat kulit instar 3,


mempunyai jaw hooks) dan termasuk ke dalam seri Acaliptrata yaitu imago
menetas dengan keluar dari bagian anterior pupa (Wheeler, 1981).

Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi modular,


suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh
utama, ayitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral
lainnya, Drosophila ini mempunyai poros anterior dan posterior (kepala-ekor)
dan poros dorsoventral (punggung-perut). Pada Drosophila, determinan
sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi posisional
untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. setelah
fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang
khas dari setiap segmen.
Adapun ciri umum lain dari Drosophila melanogaster diantaranya:
1. Warna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh
bagian belakang.
2. Berukuran kecil, antara 3-5 mm.
1. Urat tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang
terinteruptus dekat dengan tubuhnya.
1. Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
2. Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.
3. Mata majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwana merah.
4. Terdapat mata oceli pada bagian atas kepala dengan ukuran lebih kecil
dibanding mata majemuk.
5. Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen
bersegmen lima dan bergaris hitam
6. Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.
Sedangkan ciri-ciri yang membedakan Drosophila jantan dan betina antara
lain;

Jantan
Betina
1. Ukuran tubuh 1. Ukuran tubuh
lebih kecil
dari betina
2. Sayap lebih
pendek dari

Metamorfosis

pada

Drosophila

termasuk metamorfosis sempurna, yaitu

lebih besar

dari telur larva instar I larva instar II

dari jantan
2. Sayap lebih

larva instar III pupa imago. Fase

panjang dari

perkembangan

dari

telur

Drosophila

melanogaster dapat dilihat lebih jelas

sayap betina
sayap jantan
pada gambar di bawah ini.
3. Terdapat sisir 3. Tidak terdapat
kelamin (sex
comb)
4. Ujung

sisir kelamin
(sex comb)
4. Ujung

Perkembangan

dimulai

segera

setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri


dari

dua

periode.

Pertama,

periode

abdomen

abdomen

embrionik di dalam telur pada saat

tumpul dan

runcing

fertilisasi sampai pada saat larva muda

lebih hitam

menetas dari telur dan ini terjadi dalam

waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhentiberhenti untuk makan (Silvia, 2003)
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut
perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva,
pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi
lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa (Silvia,
2003).
Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya
diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari
kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai
betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500
buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan,
yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu
selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat
dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur
tersebut (Borror, 1992).

Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti


cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk
pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada
pada ujung anterior dan posterior (Silvia, 2003).
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk
mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru
diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian
kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas
sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan
jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua,
larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap
terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan
ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada
Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit
(molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva
instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan
dari pupa ke imago (Ashburner, 1985).
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika
terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan
berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding
botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan
diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh
kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek,
kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva
instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan
sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada
instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan
dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa (Ashburner, 1985)

Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil
jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan
preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah
untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa (Silvia, 2003).
Dewasa pada Drosophila melanogaster dalam satu siklus hidupnya berusia
sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat
dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin
setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang
sangat banyak dari lalat buah jantan.
Pada ujung anterior terdapat mikrophyle, tempat spermatozoa masuk ke
dalam telur. Walaupun banyak sperma yang masuk ke dalam mikrophyle tapi
hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronuleus betina dan yang
lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. (Borror,
1992)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada siklus hidup
Drosophila melanogaster diantaranya sebagai berikut:
Suhu Lingkungan
Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8-11 hari dalam
kondisi ideal. Kondisi ideal yang dimaksud adalah suhu sekitar 25-28C.
Pada suhu ini lalat akan mengalami satu putaran siklus secara optimal.
Sedangkan pada suhu rendah atau sekitar 180C, waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan siklus hidupnya relatif lebih lama dan lambat yaitu
sekitar 18-20 hari. Pada suhu 30C, lalat dewasa yang tumbuh akan steril.
Ketersediaan Media Makanan
Jumlah telur Drosophila melanogaster yang dikeluarkan akan
menurun

apabila

kekurangan

makanan.

Lalat

buah

dewasa

yang

kekurangan makanan akan menghasilkan larva berukuran kecil. Larva ini


mampu membentuk pupa berukuran kecil, namun sering kali gagal
berkembang menjadi individu dewasa. Beberapa dapat menjadi dewasa
yang hanya dapat menghasilkan sedikit telur. Viabilitas dari telur-telur ini
juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva
betina (Shorrocks, 1972).
Tingkat Kepadatan Botol Pemeliharaan
Botol medium sebaiknya diisi dengan medium buah yang cukup dan
tidak terlalu padat. Selain itu, lalat buah yang dikembangbiakan di dalam
botol pun sebaiknya tidak terlalu banyak, cukup beberapa pasang saja.
Pada Drosophila melanogaster dengan kondisi ideal dimana tersedia
cukup ruang (tidak terlalu padat) individu dewasa dapat hidup sampai
kurang lebih 40 hari. Namun apabila kondisi botol medium terlalu padat
akan menyebabkan menurunnya produksi telur dan meningkatnya jumlah
kematian pada individu dewasa.
Intensitas Cahaya
Drosophila melanogaster lebih menyukai cahaya remang-remang
dan akan mengalami pertumbuhan yang lambat selama berada di tempat
yang gelap.

BAB II
METODE KERJA
II.1 Alat dan Bahan
ALAT

BAHAN

Botol berisi medium Drosophila melanogaster


dengan sumbat busa

Buah-buahan
yang
Kantong plastik
membusuk
II.2 Metode Kerja
1. Menangkap Lalat Buah
Lalat buah dipancing untuk datang dengan memasukkan pisang atau buahbuahan lain yang sudah mulai membusuk ke dalam kantung plastik
kosong. Setelah beberapa pasang lalat buah masuk ke dalam plastik,
lalat buah dipindahkan ke botol media. Makin banyak lalat yang
tertangkap makin baik, karena meningkatkan kemungkinan terdapatnya
lalat betina dan memperkecil kemungkinan adanya kontaminasi oleh
jamur. Kemudian botol disimpan di tempat teduh.
2. Memelihara Lalat Buah
Lalat buah dipelihara didalam botol berisi media. Media yang digunakan
dibuat dari pisang yang sudah dihancurkan dan ragi. Botol media berisi
lalat buah ini sebaiknya disimpan ditempat yang teduh.
Bila kultur terkontaminasi oleh jamur, bersihkan media dengan membuang
bagian

yang

terkontaminasi

dan

sedikit

daerah

disekitarnya

menggunakan sendok. Kultur dapat juga dipindahkan ke media baru,


dengan mensterilkan botol dan sumbat busa sebelum dipakai. Bila
media menjadi sangat basah,masukkan kertas saring kedalam botol
media tersebut.
3. Pengamatan Siklus Hidup Lalat Buah
Tempat, tanggal, jam penangkapan dan jumlah lalat buah yang tertangkap
dicatat dalam lembar pengamatan. Botol media berisi lalat buah
kemudian diamati paling sedikit dua kali sehari. Pada saat pertama

muncul tahapan pertumbuhan tertentu, tanggal dan jam pengamatan


dicatat. Bila pupa pertama telah muncul, lalat buah parental harus
dikeluarkan dari botol media. Pengamatan dilanjutkan sampai lalat buah
dewasa pertama muncul.

BAB III
HASIL PENGAMATAN
Siklus Hidup Lalat Buah
Tanggal lalat buah parental dimasukkan ke dalam botol : 9 September 2008
Tanggal lalat buah parental dikeluarkan dari botol : 19 September 2008
Temperatur rata-rata : 25C
TabelPengamatan

Pertam Ukuran (mm) dan


a

hasil pengamatan

muncul

lainnya
berwarna putih

Umur
Foto
(hari/jam)

dengan ukuran
Telur

kurang lebih 0.5

19 jam

mm, terlihat seperti


titik
berwarna putih,
Larva

bersegmen,

Instar I

berbentuk seperti

Larva

cacing, motil
ukuran lebih besar

2 hari

3 hari

dibanding larva
instar I, terlihat
adanya warna
kehitaman pada
Instar II

bagian anterior
larva (mulut
larva) ,menggali
dengan mulut
tersebut
Mulut hitam terlihat

Larva
Instar III

jelas berbentuk
sungut, bergerak

4 hari

lebih aktif, ukuran


menjadi lebih besar
Tidak ada
pergerakan, muncul

Prepupa

selaput yang
mengelilingi larva,

6 hari

tubuhnya
memendek
Kutikula menjadi
Pupa

keras dan
berpigmen, tidak

7 hari

bergerak (diam)
Ukuran relatif kecil
dan kurus,
Imago

berwarna pucat,

10 hari

dan sayap belum


terbentang

BAB IV

PEMBAHASAN
Orang

pertama

yang

menggunakan

Lalat

buah

(Drosophila

melanogaster) sebagai objek penelitian genetika adalah Thomas Hunt


Morgan yang berhasil menemukan pautan seks dan gen rekombinan.
Ada beberapa keuntungan sehingga lalat buah banyak dijadikan objek untuk
kajian-kajian genetik, di antaranya :
1. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mudah dipelihara dalam
laboratorium karena makanannya sangat sederhana, hanya
memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup kuat.
2. Pada temperatur kamar (suhu ruangan), Lalat buah (Drosophila
melanogaster) dapat menyelesaikan siklus hidupnya kurang lebih
dalam 12 hari.
3. Jumlahnya di alam sangat berlimpah dan mudah didapati.
4. Lalat buah (Drosophila melanogaster) dapat menghasilkan keturunan
dalam jumlah yang besar.
5. Jumlah kromosom relatif sedikit, yaitu 4 pasang dan memiliki Giant
Chromosme. kromosom ini terdapat dalam sel-sel kelenjar ludah yang
besarnya 100 kali lipat dari kromosom biasa, sehingga mudah diamati
di bawah mikroskop cahaya.
6. Lalat buah (Drosophila melanogaster) memiliki berbagai macam
perbedaan sifat keturunan yang dapat dikenali dengan pembesaran
lemah. Lalat buah (Drosophila melanogaster) ini memiliki beberapa
jenis mutan (individu yang dihasilkan karena adanya mutasi) yang
dapat diamati dengan perbesaran yang lemah pula.
7. Perkembangan dari siklus hidupnya mudah di amati, karena terjadi di
luar tubuhnya mulai dari telur, larva, pupa hingga menjadi dewasa
(imago).
Pada pengamatan ini, praktikan mengganti media di dalam botol
media. Lalat yang telah dimasukkan ke dalam botol media, mati hanya
dalam waktu beberapa

jam saja. Hal ini

dapat disebabkan karena

ketidaklayakan media yang pertama kali diberikan. Karena telah dicampur


beberapa bahan untuk mencegah kontaminasi mutan lain seperti bakteri,
tungau,

atau

jamur.

Alkohol

yang

berasal

menyebabkan lalat tidak dapat bertahan lama.

dari

bahan

anti

jamur

Media dalam botol akhirnya diganti dengan pisang ambon bulu busuk
yang dilumatkan. Kemudian, lalat dimasukkan ke dalam botol media pada
pukul 09.00. Jumlah lalat yang dimasukkan ke dalam botol media sekitar 13
ekor. Pada tanggal 10 september 2008 pukul 04.00 mulai ditemukan
beberapa bercak-bercak

putih. Menurut literatur,

bercak-bercak

putih

berukuran kurang dari 0.5 mm tersebut tidak lain adalah telur dari
Drosophila melanogaster. Pengamatan dilanjutkan lagi hingga mulai muncul
larva instar 1 setelah 2 hari. Larva instar 1 berukuran kurang lebih 0.5 mm,
berwarna

putih,

dan

terlihat

adanya

pergerakan

(motil).

Perubahan

berikutnya terlihat saat larva instar 1 mulai membesar ukurannya pada hari
ke 3, inilah yang disebut larva instar 2. Selain itu, pergerakannya terlihat
lebih aktif dibanding larva instar 1. Saat mengamati munculnya larva instar
2, terlihat adanya kontaminasi jamur. Hari berikutnya, ukuran larva makin
bertambah besar dan fase larva instar 3 mulai muncul. Pergerakan larva ini
aktif di atas media maupun di dinding botol. Saat pengamatan larva instar 3,
media di dalam botol mengalami kenaikan permukaan akibat gas yang
menekan di bagian dasar. Gas tersebut diperkirakan dari adanya hasil
fermentasi oleh jamur yang tumbuh di sekitar permukaan media. Namun
setelah larva berubah menjadi larva instar 3, jamur yang ada di permukaan
media menghilang. Larva-larva tersebut yang memakan jamur yang tumbuh
di atas permukaan media. Namun, setelah hilangnya jamur bagian dasar
media mulai berair. Selanjutnya, larva instar 3 mulai melakukan pergerakan
ke bagian atas botol, mengurangi pergerakannya dan diam menempel pada
bagian dinding atas botol. Larva instar 3 ini mulai akan berubah menjadi
prepupa yang berwarna putih. Prepupa kemudian berubah menjadi fase
pupa. Dan imago pun akhirnya muncul setelah 10 hari lamanya.
Waktu yang diperlukan Drosophila melanogaster untuk pergiliran yang
dilakukan praktikan 2 adalah 8 hari. Lamanya perubahan telur menjadi
imago dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti suhu lingkungan (rendah,
ideal atau tinggi) dan perlakuan yang diberikan masing-masing praktikan

seperti pemberian intensitas cahaya (botol diletakkan di tempat gelap atau


terang).
Dalam mengembangbiakkan Drosophila melanogaster dalam botol
medium teramati adanya kontaminasi dengan tumbuhnya jamur diatas
medium buah pisang ambon bulu busuk yang dilumatkan. Hal ini disebabkan
karena media semakin membusuk. Selain itu, beberapa saat botol sempat
ditaruh di tempat yang cukup lembab (di dalam lemari). Namun, setelah
beberapa waktu dilakukan pengamatan kembali, jamur yang tumbuh di atas
medium buah tersebut menghilang karena Drosophila memakan jamur yang
tumbuh dalam medium buah dalam botol. Hal ini memperlihatkan bahwa
Drosophila melanogaster, sejenis serangga biasa yang umumnya tidak
berbahaya yang merupakan pemakan jamur yang tumbuh pada buah.
Pada pengamatan, praktikan perlu mengetahui dan mempelajari siklus
hidup Drosophila melanogaster sebelumnya. Dengan mempelajari siklus
hidupnya, akan lebih mudah untuk diamati fase-fase pergiliran keturunannya
dan mudah diamati proses penurunan sifatnya. Genom Drosophila memiliki
kemiripan 77% dengan genom pada manusia, hal ini yang menyebabkan
Drosophila melanogaster sebagai model yang ideal untuk dipelajari. Selain
itu, juga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan jangka hidup manusia dan
mempelajari mortalitas manusia.
BAB V
SIMPULAN
1. Tahapan-tahapan fase pertumbuhan Drosophila melanogaster adalah; telur
larva instar I larva instar II larva instar III prepupa pupa imago
2. Lama fase telur sekitar 19 jam, larva instar1 sekitar 1 hari, larva instar 2
sekitar 1 hari, larva instar 3 sekitar 1 hari, prepupa 2 hari, dan pupa 3 hari.
Lama siklus hidup lalat Drosophila melanogaster sejak telur menjadi imago

adalah selama 10 hari. Lama perubahan dari telur menjadi imago bervariasi
tergantung kondisi lingkungan termasuk suhu lingkungan, pencahayaan,
kepadatan dan ketersediaan makanan.
3. Dalam memelihara Drosophila melanogaster, botoL media diusahakan berada
pada kondisi lingkungan yang ideal yaitu sekitar 25C. Selain itu, perlu
diperhatikan

ketersediaan

media

makanannya.

Jumlah

Drosophila

melanogaster yang dimasukkan ke dalam botol cukup beberapa pasang saja


sehingga memberikan ruang pada Drosophila melanogaster untuk hidup.
Botol media juga sebaiknya diletakkan di tempat dengan cahaya remangremang yang tidak terlalu besar intensitas cahayanya.

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Shorrocks, B. 1972. Drosophila. London: Ginn & Company Limited.
Lindsley, Dan. 1992. The Genome of Drosophila melanogaster.
California: Academic Press Inc,.

Hartwell,L.H,

Hood,

L.,Goldberg,.,Reynolds,

Silver,

Veres.

2004.

Genetics From Genes To Genoms second edition. New Delhi:


McGraw-Hill Publishing Company LTD.
Borror.J.D,Triplehorn. 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratory Handbook.
USA : Coldspring Harbor Laboratory Press.

Silvia,

Triana.

2003.

Pengaruh

Pemberian

Berbagai

Konsenterasi Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva

Drosophila.

Bandung

Jurusan

Biologi

Universitas

Padjdjaran.
Strickberger, Monroe, W. 1962. Experiments in Genetics with
Drosophila. London: John Wiley and Sons, inc..
Wheeler, MR. 1981. The Drosophilidae: a taxonomic overview.
In: The genetics and biology of Drosophila (Ashburner M,
Carson HL and Thompson JN Jr, eds). New York: Academic
Press.
Dirk rieger et al. 2007. The Fruit Fly Drosophila melanogaster
Favors Dim Light and Times its Activity Peaks to Early Dawn
and

Late

Dusk,

http://intl

jbr.sagepub.com/cgi/content/abstract/22/5/387, diakses pada


12 September 2008

Ashburner,

Michael.

2002.

Drosophila

Genomics

and

Speciation.

http://www.gen.cam.ac.uk/Research/ashburner.

diakses tanggal 12 September 2008

Whitington,

Prof.

Paul.

2005.

Our

Drosophila

Model:

The

Fruitfly

melanogaster.

http://www.anatomy.unimelb.edu.au/researchlabs/whitington
. diakses tanggal 13 September 2008

Anda mungkin juga menyukai