Di Kerjakan Oleh
Andy Manurung
NIM : 09703700
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDY MAGISTER (S2) PENGKAJIAN DAN PENCIPTAAN
SENI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
ABSTRAK
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat kaya akan kebudayaan. Namun
kebudayaan Indonesia tidak lah menjadi tuan rumah di negeri sendiri, hal ini terlihat dari
kurangnya minat sebagian generasi muda akan musik-,musik tradisional yang sarat akan nilai-
nilai luhur. Generasi muda justru lebih tertarik terhadap budaya asing yang sarat akan pesan-
pesan hedonisme. Percepatan pembangunan sistem nilai modern bersifat mengadaptasi dan
pengadopsi budaya barat melalui impor karya fisik yang gencar melalui globalisasi. Dampak
modernisasi dari teknologi media barat seperti MTV dan lain sebagainya telah menghilangkan
sebagian rasa memiliki akan budaya dan kearifan lokal yang kaya akan makna luhur.
Ketika minat generasi muda berangsur-angsur hilang akan budaya lokal lahirlah usaha
aliran musik yang sudah tidak asing di industri musik dunia seperti Pop, Rock, Jazz, R n’B dan
lain-lain. Dari sinilah lahir istilah World Music yang di Indonesia telah di populerkan oleh
beberapa seniman seperti Krakatau, Djaduk Ferianto, Vicky Sianipar dan lain-lain.
Apa yang dilakukan oleh seniman seperti Djaduk Ferianto maupun Vicky
Sianipar merupakan suatu pemberontakan terhadap modernisme yang justru sangat mengagung-
agungkan keaslian dari suatu karya seni tradisi misalnya. Apa yang Djaduk dan kawan-kawan
lakukan merupakan suatu postmodernisme yang secara tidak langsung justru telah
memperkenalkan musik tradisi kepada generasi muda. Namun tidak semua kalangan setuju akan
hal ini dan masih menjadi kontroversi bagi kalangan seniman tradisi konservatif yang justru
PENDAHULUAN
Pasca Perang Dunia II masyarakat Eropa merasakan benar dampak traumatis yang
mengerikan akibat perang. Para filsuf mulai merenung dengan dalam tentang makna modernitas
yang telah dicapai peradaban manusia. Teknologi yang canggih dan ilmu pengetahuan ternnyata
telah merusak peradaban itu sendiri. Dalam situasi inilah para penggagas seni melakukan
untuk membangun di segala aspek kehidupan termasuk seni pasca kehancuran perang. Namun
seperti kita ketahui, bangkitnya modernitas di Indonesia memiliki perbedaan dengan wilayah
dimana peradaban modernitas itu tumbuh khususnya Eropa. Hal itu karena di dunia barat telah
subur dengan tradisi logika dan sains. Pada zaman modern dimana kebudayaan semakin rasional
dengan pandangan dunia yang mekanistis, seni menunjukkan perkembangan yang personal.
Tatanan modernitas yang lahir dan diciptakan di negara-negara maju jusrtu menjadikan
negara dunia ketiga yang mengalami proses retekstualisasi sabagai negara miskin. Sebagai
bentuk kritikan dan pemberontakan atas tatanan modernitas itu banyak penggagas seni mulai
originalitas dalam setiap karya seni, berubah ketika seniman postmodern yang lebih bertujuan
mencari nilai-nilai universal dalam implementasi yang sangat luas. Postmodern lebih memilih
merevitalisasi seni yang sudah ada dan memadukan dengan unsur-unsur musik yang kebanyakan
dari budaya popular. Musik tradisional yang sudah baku dalam tradisi suatu daerah kemudian
dicoba diolah dan dikembangkan agar lebih diterima oleh pendengar yang sudah terbiasa dengan
musik barat yang telah mendominasi industri musik dunia dan di Indonesia khususnya.
World Music merupakan suatu genre dimana budaya tradisi tidak terlepas dari
proses pendinamisan budaya yang harus dipahami sebagai suatu upaya untuk mendorong
terjadinya dinamika peradaban khususnya dalam musik tradisional. Melihat akan hal ini
beberapa media elektronik seperti televisi juga memamfaatkan fenomena World Music sebagai
bagian acara mereka seperti acara Horas ( Indosiar), Dua Warna (RCTI) dan lain-lain.
KERANGKA ISI
1. Masa Modernisme
1.1 Originalitas
3. Musik Etnik
memperjuangkan kebebasan, keadilan dan harga diri manusia masyarakat modern yang telah
mengalami trauma akibat peperangan. Orang sudah mulai berfikir tentang pencapaian dalam
hidupnya, hal ini terjadi di segala bidang termasuk seni. Menurut Camus (Sachari:2002:24)
seniman adalah seseorang yang berkreasi melalui seni dengan logika tersendiri yang berbeda
dengan logika bidang-bidang yang lain. Logika seni berdasarkan pada nilai keindahan yang
Modernisme lahir karena pada masa pra modern seni hanya dapat dinikmati oleh
kalangan elit, jauh dari masyarakat jelata dan berfungsi sebagai alat pengendali kekuasaan.
Modernisme sebagai suatu bentuk pemberontakan terhadap masa pra modern dimana seniman
kemudian mulai menciptakan karya seni yang pada hakikatnya juga telah melakukan
adalah seorang yang kreatif. Kreatifitas dalam diri manusia memiliki keistimewaan dibandingkan
Manusia tidak hanya sekedar memproduksi kreatifitas tetapi juga mampu melakukan
sekali. Selanjutnya manusia mengkaji dan dapat memahami hakikat kreatifitas itu sendiri.
Namun kreatifitas tidak akan lahir tanpa adanya kebebasan seperti pada masa pramodern. Karena
kreatifitas merupakan perombakan tatanan lama menuju tatanan baru yang lebih baik.
masyarakat industrial, peran agama mulai memudar dan sekularisme bertumbuh dengan cepat.
Pada masa inilah seni mulai kehilangan kendali dari pusat kekuasaannya sehingga tidak memiliki
arah yang jelas. Para seniman kemudian hidup di zaman pasar yang bebas untuk melakukan
berbagai eksperimen seni. Sehingga pada masa modernisme kreatifitas berkesenian adalah
pemberontakan, pemberontakan terhadap Tuhan, tatanan sosial dan juga pada diri sendiri.
Pemberontakan itu memberi nilai pada kehidupan, mengembalikan kebesaran kepada eksistensi
manusia.(Camus: 1942)
1.1 Originalitas
menilai segala sesuatu berdasarkan fungsinya (Form Follow Function). Modernisme menuntut
hidup yang lugas (zakelijk), rasional dan memandang jauh ke depan dalam perkembangan. Masa
dimana ke originalitasan menjadi hal yang mutlak dan tak terpisahkan dalam mewujudkan nilai-
nilai seni modernisme. Hal ini menjadi ukuran tingkat pendalaman proses penciptaan yang
dilakukan oelh seorang seniman. Unsur kebaruan (novelty) yang menyertai originalitas suatu
karya seni amatlah penting untuk membangun citra dan eksistensi suatu nilai hadir ditengah-
sebagainya dapat menonjol dimasanya, bukan hanya karena karyanya memiliki bobot, tetapi juga
karena aspek-aspek orisinalitas yang khas dan unik menyertai karya-karya tersesebut.
teknologi Modernisme menjadikan masyarakat tidak sehat karena masyarakat tersebut menjadi
masyarakat yang berdimensi satu yang mana segala segi kehidupannya diarahkan pada satu
tujuan saja, yakni keberlangsungan dan peningkatan sistem yang telah ada, yang tidak lain
adalah kapitalisme. Masyarakat tersebut bersifat refresif dan totaliter karena mengarah pada satu
tujuan yang berarti menyingkirkan dan menindas dimensi lain yang tidak sesuai dengan sistem
tersebut.
kemakmuran bagi masyarakat modern membuat segalanya tampak rasional dan dapat
protes dan konflik sosial. Modernisme menjadikan masyarakat tersebut menjadi pasif dan
reseptif atau menerima apa saja yang ada, tidak lagi menghendaki adanya perubahan. Sejak
tahun 1960-an muncullah berbagai gerakan protes dan kritik terhadap modernisme.
agungkan orisinalitas dalam setiap kreasi seni. Seniman postmodern lebih senang
mengembangkan hasil karya seni yang sudah ada dan mulai memadukannya untuk
dikembangkan dalam pola dan lingkup yang baru. Suatu hal yang dianggap tabu dalam masa
mengekspresikan suatu karya seni. Postmodern cendrung menjadi ekletik berkaitan dengan
media seni, segala sarana alat dapat digunakan sebagai instrument seni dengan sumber
pengambilan inspirasi mencakup bidang yang luas dan kebanyakan dari budaya populer.
rumah tangga, perkakas bangunan bahkan barang-barang bekas. Ini merupakan suatu usaha
untuk meruntuhkan tembok yang memisahkan antara seni tinggi dan seni rendah, antara
penikmat seni elit dan masyarakat biasa. Ketika para seni modernisme menganggap diri sebagai
kelompok elit yang berbeda dengan masyarakat umum, seniman postmodern justru banyak yang
mengumumkan bahwa dunia tengah masuk ke era Posmodernisme, maka diwilayah kebudayaan
lain juga telah diumumkan kematian Postmodernisme. Dunia kini sedang memasuki wilayah
Postmodernisme tetap dipegang sebagai suatu kesepakatan universal yang berlangsung hingga
sekarang. Seniman postmodern memberontak terhadap tendensi seni modern sebagai tujuan
untuk mencari nilai-nilai universal, yang mana ideologi budaya postmodern adalah keberagaman
dan heterogenitas.
3. Musik Etnik
Istilah etnik berasal dari kata ethnos artinya bangsa, merupakan istilah yang digunakan
ketika orang-orang Eropa mempelajari adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri
fisik bangsa-bangsa yang disebut sebagai bahan ethnografi.1 Menurut pandangan orang Eropa
bahan-bahan ethnografi tersebut sangat menarik, namun justru ketertarikan itu mendatangkan
pertentangan bagi bangsa-bangsa Asia, Afrika dan lainnya. Dikarenakan anggapan sebagian
orang Eropa bahwa bangsa-bangsa tersebut merupakan manusia liar, bukan manusia
1
Koentjaranigrat,2002.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta.PT Rineka Cipta h.1.
sesungguhnya, sehingga timbul istilah seperti savages, primitives.2
Musik etnik merupakan musik yang lahir dan berkembang pada kebudayaan
bangsa-bangsa seperti Asia, Afrika, India, Amerika Latin, Timur Tengah dan lain-lain. Dengan
kata lain musik etnik merupakan suatu tradisi musik yang diluar tradisi musik klasik Eropa
seperti yang dikenal selama ini. Dari segi modus tangga nada musik etnik sangat berbeda dengan
tradisi musik Eropa yang menggunakan tangga nada Diatonis3 sedangkan musik etnik
menggunakan tangga nada Pentatonis4. Musik etnik juga menggunakan alat musik etnis dari
bangsa-bangsa di luar Eropa, yang bagi sebagian masyarakat Eropa sangat unik dan menjadi
etnik mengenal dua kelompok defenisi. Kelompok pertama adalah pengertian yang lebih dekat
dengan studi musikologi komparatif Barat. Dalam arti musik etnik yaitu musik dan alat
musik dari semua bangsa non-Eropa, termasuk suku yang disebut primitif dan bangsa-bangsa
Timur yang berbudaya (Kunts:1950). Kedua defenisi yang yang menekankan musik sebagai
tradisi lisan, yaitu musik etnik pada dasarnya diwariskan secara tradisi oral (List:1962).
tentu memiliki nilai sakral dalam setiap pertunjukan upacara. Misalnya musik tradisi gondang
yang tidak sembarangan orang dan tempat dimainkan. Namun setelah terjadi asimilasi antara dua
genre musik yang berbeda kedalam World Music maka nilai ke sakral an itu dapat berkurang
2
Ibid h.2.
3
Tangga nada yang terdiri dari tujuh nada (do-re-mi-fa-sol-la-si)
4
Tangga nada yang terdiri dari lima nada dan setiap wilayah memiliki perbedaan dalam penyebutan susunan nada, misalnya di
Jawa (ji-lu-pat-mo-tu)
5
Ethnomusicologist adalah orang yang meneliti tentang music-musik etnik.
4. Lahirnya Genre World Music
Sejak akhir Perang Dunia II, musik pop Amerika dan Inggris mendominasi dunia. Artis
dari dua episentrum ini merajai industri musik dunia. Dari dua tempat itu lahir nama besar
seperti Elvis Presley, The Beatles, sampai Ruben Stoddard dan The Jet. Aliran yang
mendominasi industri musik dunia pun hanya berkisar pada blues, country & western, jazz,
rock, soul, disko, hip hop, rap, dan sebagainya. Tak banyak yang melirik genre musik lain yang
non-Western.
Industri musik dunia mulai mengalami kejenuhan dengan musik populer yang sepertinya
kehabisan ide untuk menggali berbagai jenis aliran musik yang akan di jual. Pada awal 90-an
ketika musik rock mengalami stagnansi dengan aliran rock yang berat dan sulit dicerna pada
akhir dekade 80-an dengan grup-grup rock legendaris seperti Metallica, Guns N’ Roses, Over
Kill dan lain-lain, muncullah apa yang disebut sebagai musik Alternative Rock yang
dipopulerkan grup-grup rock asal Seattle 6 seperti Nirvana, Pearl Jam, Sonic Youth dengan
melodi yang ringan, harmoni yang sederhana serta lirik yang gampang di ingat telah
mematahkan tradisi Rock yang dianggap harus rumit dan ribet. Alternative Rock yang di usung
oleh Nirvana telah membuka mata para pecinta rock dan menjadi awal kebangkitan Postmodern
Rock.
Demikian juga dengan musik populer lainnya, masyarakat mulai jenuh dengan musik pop
80-an yang sentimentil. Pada pertengahan tahun 90-an hingga awal millennium para musisi
mulai menggali kembali musik Rhytmn and Blues (R n’B) yang digabung dengan unsur-unsur
musik etnik, namun dengan porsi yang relatif sedikit. Beberapa musisi asing seperti Shakira,
Christina Aguilera dan bahkan musisi Indonesia sendiri seperti Dewi Sandra, Ahmad Dhani,
Project Pop, Anggun dan lain-lain. Kecendrungan memadukan musik etnik dengan musik yang
6
Grup-grup musik rock asal Seattle di sebut sebagai Seattle Sound dan dijuluki sebagai asal aliran musik Grunge
sedang populer pada masa kini merupakan suatu langkah yang awalnya dianggap kurang
populer, namun justru mendapat sambutan dengan terjualnya ratusan bahkan jutaan keping
album musisi tersebut. Seperti grup perkusi Safri Duo yang mengangkat musik perkusi dari
beberapa belahan dunia, namun masih menonjolkan musik disco daripada unsur etniknya.
Seiring dengan perubahan trend musik yang berubah sangat cepat, muncul lah
musisi-musisi yang berusaha mengangkat musik etnik sebagai menu utama, namun dikemas (re-
package) dengan musik yang lebih segar ditelinga kawula muda, musik inilah yang dikenal
sebagai World Music. Dimana musik dan alat musik etnik yang menjadi bahan kreasi musisi.
Seperti yang dilakukan musisi nasional Djaduk Ferianto, Vicky Sianipar, Krakatau, Discus dan
lain-lain. Dikaji melalui teori asimilasi World Music merupakan hasil asimilasi dimana musik
etnik dan musik populer berproses dari dua arah saling mempengaruhi, saling memberi dan isi
Musik etnik mulai menunjukkan geliatnya dengan cepat. Kemajuannya sudah sampai
pada proses lintas batas cross over. Terimbas kelelahan mencari sejumlah permutasi dari skala
nada musik Barat yang Diatonis, banyak musisi mulai memalingkan perhatiannya pada tangga
nada Pentatonis, bebunyian, dan warna baru yang lebih eksotis, original, dan siap dieksplorasi.
Musik dari seluruh belahan dunia memberi pengaruh luas terhadap pertukaran budaya
dan memberi pengaruh gaya musik secara alami satu dengan yang lain. Dalam beberapa
tahun World Music telah menjadi genre musik yang memiliki pangsa pasar, telah masuk menjadi
bidang study di akademis dan telah menjadi bagian disiplin ilmu antropologi, Fokloristik, dan
Ethnomusikologi.
tangga nada etnik, modus. Dan secara musikalitas terjadi suatu perubahan dan sering kali (tidak
selalu) ditampilkan langsung dengan alat musik tradisional seperti Kora (Afrika Barat),
Gamelan (Jawa) dan lain-lain. Ada beberapa pertentangan tentang defenisi World Music.
Sebagian pengamat musik berpendapat World Music merupakan “Semua musik yang ada di
dunia”. Terminologi lain mengatakan World Music sebagai klasifikasi musik yang
menggabungkan gaya musik populer Barat dengan banyak genre dari non-Barat yang pada
masa sebelumnya disebut dengan Folk Music atau musik etnik Musik.
tradisional rakyat. World Music berhubungan dengan berbagai tempat berbeda di dunia dan
masa modern dan gaya musik pop saat ini. Secara singkat masyarakat Barat menyebut World
World Music merupakan salah satu genre musik yang lahir dari Produk Postmodern.
Dilihat dari keberadaanya mulai berkembang dari dekade 70-an maka memungkinkan
munculnya fenomena kontinuitas dan perubahan. Berdasarkan penelitian pustaka, musik etnik
yang merupakan bagian asimilasi dua arah dengan musik Barat telah mengalami kontinuitas
dan perubahan. Dimana kontinuitas terjadi karena adanya pelestarian dari para musisi yang
melakukan cross-cultural sehingga terjadi apa yang disebut sebagai cross-over music. Ketika
musisi dari berbagai negara dapat dengan mudah melakukan rekaman musik dan pertunjukan
musik mereka sendiri di negara lain dan juga melihat, mendengar musisi dari budaya lain,
menciptakan pembauran gaya musik. Sedangkan perubahan yang terjadi dikarenakan adanya
perubahan makna musik etnik yang sebelumnya dianggap sakral dengan terjadinya asimilasi
Musik Etnik merupakan musik yang tidak ada tempat di hati para pecinta musik populer
ketika musik pop dikuasai oleh Amerika dan Inggris. Setelah kebangkitan Postmodern pada
awal 60-an musisi mulai mencari kreatifitas dengan memadukan musik etnik yang awalnya
dianggap eksotis lalu dieksplorasi dengan alat musik Eropa yang memiliki tangga nada berbeda
dengan instrument etnik. Banyak argumentasi yang muncul, namun aliran baru ini terus
berkembang dan mulai memiliki tempat di hati penggemar musik etnik dan musik populer.
dengan membuka chart world music di salah satu kolom mereka. Sejak saat itu, tercatatlah
seniman-seniman world music ke dalam tangga lagu. Mulai dari Gipsy Kings (yang mengusung
irama flamenco), Clannad (Celtic), Angelique (Benin), Youssou N'Dour (Senegal), sampai
Sergio Mendez (Brazil). Tower Records, salah satu toko kaset besar dunia mencatat kenaikan
penjualan yang signifikan sejak 1995. Di tahun itu produk world music terjual dengan
persentase 3%.
Dari Tanah Air, sejumlah pengusung world music mulai mendapat tempat. Bahkan cikal
bakalnya bisa ditarik sampai ke periode 1970-an, ketika Erros Djarot tampil bersama Barong's
Band, dan Guruh Soekarnoputra dengan Guruh Gipsy-nya. Musik tradisional Bali menjadi
bidikan mereka, yang belakangan citranya lekat betul pada kedua musisi itu.
Samba Sunda di bawah pimpinan Ismet Ruchimat, bereksperimen dengan angklung, kolintang,
Musik etnik yang sebelumnya memiliki makna sebagai seni yang dianggap sakral
oleh masyarakat pendukungnya, namun seiring dengan waktu bagi sebagian masyarakat di
Indonesia musik etnik justru terpinggirkan, masyarakat cendrung mengapresiasi kepada musik
populer Barat. Dengan adanya cross-cultural antara musik etnik dan musik populer Barat telah
menjadi koomodifikasi musik etnik yang melahirkan genre musik baru yaitu World Music.
Kesimpulan Dan Saran
Postmodernisme merupakan implikasi dari masa modernisme yang terlalu berpaku dengan segala
sesuatu harus original. Setelah Perang Dunia II usai, para pemikir mulai mempertanyakan konsep
dari modernisme. Para seniman mulai rindu kebebasan menciptakan sesuatu yang baru dengan
tetap merindukan yang berasal dari masa lalu. Mereka mulai melakukan apa yang disebut dengan
melting pot yakni mencampur aduk kan musik etnik dengan tradisi populer Barat yang kemudian
Secara tidak langsung World Music menjadi harapan bagi para pecinta budaya
yang takut akan kehilangan budaya mereka karena generasi mudanya tidak tertarik dengan
budaya lokal termasuk musik etnik, seperti yang dialami oleh bangsa kita sendiri. Dengan
lahirnya World Music diharapkan dapat mempertahankan budaya lokal seperti musik etnik agar
tetap terjadi kontinuitas budaya dengan munculnya apresiasi dari generasi penerus.
Telah terjadi perubahan dan kontinuitas dalam perkembangan musik etnik, dimana perubahan itu
yang dahulunya musik etnik bermakna sakral, sekarang nilai kesakralan itu berkurang. Dan
Kunts, Jaap. 1959. Ethnomusicology (edisi ke-3). The Hague. Martinus Nijhoff
Jencks, Charles.1983. Post Modernism, The New Classicsm in Art and Architecture. New
York: Rizolli
Musik, GATRA, Edisi 33 Beredar Jumat 25 Juni 2004: World Music Awards
Internet
www.irishcountrymusic.com
www.wikipedia.com