BAB I
PENDAHULUAN
a. Lebar perkerasan
Pada umumnya lebar perkerasan ditentukan berdasarkan lebar jalur
lalu lintas normal yang besarnya adalah 3,5 meter sebagaimana
tercantum dalam daftar I PPGJR, kecuali :
- jalan penghubung dan jalan kelas II c = 3,00 meter
- jalan lalu lintas padat = 3,50 meter
- jalan utama = 3,75 meter
b. Lebar bahu
Untuk jalan kelas III, lebar bahu jalan (berm/shoulder) minimum
adalah 1,50 – 2,50 m untuk semua jenis medan.
c. Drainase
Drainase merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan
seperti saluran tepi, saluran melintang, dan sebagainya, harus
direncanakan berdasarkan data hidrologis setempat seperti intensitas
hujan, lamanya frekuensi hujan, serta sifat daerah aliran. Drainase
harus dapat membebaskan konstruksi akibat pengaruh air.
d. Kebebasan pada jalan raya
Kebebasan yang dimaksud adalah keleluasaan pengemudi di jalan raya
dengan tidak menghadapi rintangan. Lebar kebebasan ini merupakan
bagian kiri kanan jalan yang merupakan bagian dari jalan (PPGJR No.
13/1970).
B= Rc 2
( P A) 2 1 / 2b 2 ( P A) 2 R 2 ( P A) 2 1 / 2b
A B
R R
O
Keterangan :
AB : garis pandangan
n ACB : jarak pandangan (S)
n TS CST : panjang tikungan (L)
m : ordinat tengah sumbu jalur ke penghalang
: setengah sudut pusat busur lingkaran S (°)
m : R (1-cos )
900 s
:
R
Hubungan antara m dengan derajat lengkug (D):
900 s 1432,4
: R=
R D
SD
:
50
b). Jarak pandangan lebih besar dari panjang tikungan (S>L)
L
S
C
d B E d
A D
R R
Keterangan :
S = L + 2d
D = ½ (S-L)
Rumus menjadi:
m = R (1-cos Q) + ½ (S-L) sin Q
900 s
dimana Q =
R
Catatan : bila yang dipakai S<L, maka L/R, maka L/S =1
120 2000
100 1500
80 1100
60 700
40 300
20 150
R
Ec = R
cos
2
Gambar bentuk tikungan Full Circle (FC):
PI
Ec
Lc
TC CT
R R
O
Keterangan :
R = jari-jari lengkung minimum (m)
∆ = sudut tangen yang diukur dari gambar trase (0 )
Ec = jarak PI ke lengkung peralihan (m)
Lc = panjang bagian tikungan (m)
Tc = jarak antara TC dan PI (m)
V3 V .e
Lsmin = 0,022 2,727
R.C C
Keterangan :
Ls = panjang lengkung spiral (m)
V = kecepatan rencana (km/jam)
Ls 2
Yc = ......................................................... (m)
6R
Ls 3
Xc = ............................................. Ls (m)
40 R 2
k = ............................................Xc – R sin θs (m)
p = .................................. Yc – R (1 – cos θs) (m)
Ts = .................................. (R + p) tan ½ ∆ + k (m)
( R p)
Es = ............................................ R (m)
cos
2
L = ..................................................Lc + 2 Ls (m)
Catatan:
Bila Lc < 20, maka bentuk tikungannya spiral-spiral dimana:
R = jari-jari lengkung yang direncanakan (m)
∆ = sudut tangen
θs = sudut putar
Es = jarak PI ke lengkung peralihan (m)
Ls = panjang lengkung spiral (m)
Lc = panjang lengkung circle (m)
TS ES
LC
SC CS
LS LS
s s R
∆c
melihat kendaraan dari arah depan dengan bebas, pada umumnya untuk
jalan 2 lajur 2 arah. Besarnya jarak pandang menyiap minimum dapat
dilihat dalam daftar II PPGRJ No. 13/1970.
Rumus jarak pandangan menyiap standar :
d = d1 + d2 + d3 + d4
dimana :
at
d1 = 0,278 t1 V m 1
2
d2 = 0,278 V × t2
d3 = diambil 30 – 100 m
d4 = 2/3 d2
Keterangan :
d1 = jarak yang ditempuh kendaraan yang berhak menyiap
selama waktu reaksi dan waktu membawa kendaraannya
yang hendak membelok ke lajur kanan (m)
t1 = waktu reaksi, yang besarnya tergantung dari kecepatan
yang dapat ditentukan dengan korelasi t1 = 2,12 + 0,026
V (dt)
m = perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan
yang disiap (m = 15 km/jam)
V = kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap dalam
perhitungan dapat dianggap sama dengan kecepatan
rencana (km/jam)
a = percepatan rata-rata yang besarnya tergantung dari
kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat
ditentukan dengan mempergunakan korelasi a = 2,052 +
0,0036 V
d2 = jarak yang ditempuh selama kendaraan menyiap berada
pada lajur kanan (m)
BAB II
PEMILIHAN TRASE JALAN
d12 = ( x2 x1 ) 2 ( y2 y1 ) 2
dengan :
d12 = jarak antara titik 1 dengan titik 2
x1 , x2 , y1 , y2 = koordinat di titik 1 dan titik 2
Jika beda tinggi antara titik 1 dengan titik 2 dinyatakan dengan h12 dan
jarak antara titik 1 dengan titik 2 dinyatakan dengan d 12 , maka besarnya
kelandaian trase dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
h12
i 100 %
d 12
= 193248,16 54428,89
= 497,7 m
= 126878,44 22500
= 386,5 m
= 101505,96 26406,25
= 357,6 m
= 81567,36 7656,25
= 298,7 m
Sudut Azimut masing – masing titik perpotongan
x
Sudut Azimut = arc tan
y
( xPI 2 xPI1 ) ( xPI1 xD)
Δ PI1 = arc tan arc tan
( yPI 2 yPI1 ) ( yPI1 yD)
= 5,1 0 50
= -130+180 = 500
h
Menentukan kemiringan jalan , i = x100%
l
Dimana h = beda tinggi permukaan jalan,.
l = jarak antara dua (2) titik .
Titik D ke titik PI1
Titik D, elevasi muka tanah = 594,1 m (dari muka air laut)
elevasi jalan = 594,1 m (dari muka air laut)
Titik PI1 , elevasi muka tanah = 598 m (dari muka air laut)
elevasi jalan = 598 m (dari muka air laut)
Jarak D ke PI1 = 497,7 m
598 594,1
Kemiringan lintasan D-PI1 = x100% = 0,78 % (+) (< 10 %, aman )
497,7
Titik PI1 ke titik PI2
Titik PI2 , elevasi muka tanah = 599 m (dari muka air laut)
elevasi jalan = 599 m (dari muka air laut)
Jarak PI1 ke PI2 = 386,5 m
599 598
Kemiringan lintasan PI1 – PI2 = x100% = 0,26 % (+) (< 10 %, aman )
386,5
Titik PI2 ke titik PI3
Titik PI3 , elevasi muka tanah = 595 m (dari muka air laut)
elevasi jalan = 595 m (dari muka air laut)
Jarak PI2 ke PI3 = 357,6 m
595 599
Kemiringan lintasan PI2 – PI3 = x100% = 1,12% (-) (< 10 %, aman )
357,6
Titik PI3 ke titik 4
Titik 4, elevasi muka tanah = 601,5 m (dari muka air laut)
elevasi jalan = 601,5 m (dari muka air laut)
Jarak PI3 ke 4 = 298,7 m
601,5 595
Kemiringan lintasan PI3 – 4= x100% = 2,18 % (+) (< 10 %, aman )
298,7
%
i = 0.26
i = 1.12 % i = 2.18 %
%
i = 0.78
Titik K1
Elevasi muka tanah = 593
Elevasi muka jalan = 594,1 + ( 0,0078 x 214.5 )
= 595,77 m
Berarti pada K 1 ada timbunan sebesar = 595,77 – 593
= 2,77 m (< 5 m, aman)
Titik K2
Elevasi muka tanah = 593
Elevasi muka jalan = 595,77 + ( 0,0078 x 108.9 )
= 596,62 m
Berarti pada K 2 ada timbunan sebesar = 596,62 – 593
= 3,62 m (< 5 m, aman)
Titik K3
Elevasi muka tanah = 601
Elevasi muka jalan = 598 + ( 0,0026 x 112,5 )
= 598,29 m
Berarti pada K 3 ada galian sebesar = 601 – 598,29
= 2,71 m (< 8 m, aman)
Titik K4
Elevasi muka tanah = 601
Elevasi muka jalan = 598,29 + ( 0,0026 x 160,4 )
= 598,71 m
Berarti pada K 4 ada galian sebesar = 601 – 598,71
= 2,29 m (< 8 m, aman)
Titik K5
Elevasi muka tanah = 598
Elevasi muka jalan = 599 - ( 0,0112 x 125 )
= 597,6 m
Berarti pada K 5 ada galian sebesar = 598 – 597,6
= 0,4 m (< 8 m, aman)
Titik K6
Elevasi muka tanah = 595
Elevasi muka jalan = 597,6 – ( 0,0112 x 133,3 )
= 596,11 m
Berarti pada K 6 ada timbunan sebesar = 596,11 – 595
= 1,11 m (< 5 m, aman)
Titik K7
Elevasi muka tanah = 601
Elevasi muka jalan = 595 + ( 0,0218 x 250 )
= 600,45 m
Berarti pada K 7 ada galian sebesar = 601 – 600,45
= 0,15 m (< 8 m, aman)
Dari sketsa lintasan jalan, kelihatan luas bagian galian seimbang dari
jumlah luas bagian timbunan.
Besarnya kemiringan jalan, galian dan timbunan tidak melebihi ketentuan, berarti
trase jalan telah memenuhi syarat
i = 2.18%
i = 0,26 %
i = 0,78% i = 1.12%
BAB III
PERENCANAAN ALINYEMEN HORIZONTAL
Pada trase jalan yang direncanakan terdapat tiga tikungan horizontal yaitu :
1. Lengkung horizontal I : PI1 Sta : 0 + 497,7 m
2. Lengkung horizontal II : PI2 Sta : 0 + 884,2 m
3. Lengkung horizontal III : PI3 Sta : 1 + 241,8 m
TC = RC tg 1
2
= 573 tg 2,5
= 25,018 m
EC = TC tg 1
4
= 25,018 tg1,275
= 0,546 m
LC = 0,01745 RC
= 0,01745 5 573
= 49,994 m
Data lengkung untuk lengkung busur lingkaran sederhana adalah :
Vr = 50 km/jam
=5o
RC = 573 m
TC = 25,018 m
EC = 0,546 m
LC = 49,994 m
e = 2,6 %
en =2%
Ls’ = 45 m
Landai relatif BM = [(0,02 + 0,026) x 3,5] / 45 = 0,003578
Tc=25,018
TC1
PI1
Ec = 0,546
CT1
e = 2,6 %
tepi luar
TC1 CT1
Sumbu jalan
en = - 2 % tepi dalam en = - 2 %
2,6%
e = - 2,6 %
-2,6 %
+1,45 %
+1,45 % -2 %
+2% -2 % -2 %
2,6%
h
-2% -2%
-2,6%
3,50 m 3,50 m
Ts = ( Rc + p) tg 1/2 + k
= (179 + 0,473) tg ½ 50 + 22,491
= 106,181 m
Es = (Rc + p) sec ½ - Rc
= (179 + 0,473) sec ½ 50 – 179
= 19,027 m
Kontrol :
L< 2 Ts
201,157 m < (2 x 106,181) m
201,157 m < 212,361 m (OK)
Ts = 106,181 m
k = 22,49 m
m p = 0,473 m
181
106,
Ts = Es = 19,027m Ls = 45 m
57 m
111,1
9m Lc =
k= 22,4 3m CS ST
44,9
Xs = s = 45 m
L
SC
TS
Ls = 45 m Lc = 111,157 m Ls = 45 m
tepi luar
en = -2% en = -2%
2%
-2% -2% -2%
tepi dalam
6,8% e = -6,8 %
0% -2% -6,8%
Bagian lurus Bagian peralihan Bagian lengkung Bagian peralihan Bagian lurus
6,8
%
h
-2% -2%
-6,
8%
3,50 m 3,50 m
Ls 2
p Rc (1 coss)
6 Rc
452
p 286(1 cos 4,5070 )
6 286
= 0,296 m
Ls 3
k Ls Rc sins
40Rc 2
453
= 45 286 sin 4,5070
40 286 2
= 22,498 m
Ts = ( Rc + p) tg 1/2 + k
= (286 + 0,296) tg ½ 44+ 22,498
= 138,169 m
Es = (Rc + p) sec ½ - Rc
= (286 + 0,296) sec ½ 44 – 286
= 22,780 m
Kontrol :
L < 2 Ts
264,549 m < (2 x 138,169) m
264,549 m < 276,338 m (OK)
ST
TS L 45 m
s=4
5m CS Ls =
p = 0,269 m
SC Lc = 174,549 m
Xs = 4
4,97 m Es = 22,780 m
69 m
Ts = 13
8 138,1
,169m Ts =
Ls = 45 m Lc = 174,549 m Ls = 45 m
tepi dalam
en = -2% en = -2%
2%
-2% -2% -2%
tepi luar
e = +4,8 %
%
8
0%
,
-2%
-4
%8
4,
Bagian lurus Bagian peralihan Bagian lengkung Bagian peralihan Bagian lurus
4,8%
h
-2% -2%
-4,8%
3,50 m 3,50 m
Dari semua tikungan yang sudah dihitung dimuat dalam suatu tabel
seperti tabel dibawah ini :
No. 1 2 3
PI STA 0+497,7 0+872,953 1+218,764
X 5239,6 5595,8 5914,4
Y 5633,3 5783,3 5620,8
Δ 5o 50 o 44 o
VR 50 km/jam 50 km/jam 50 km/jam
RC 573 m 179 m 286 m
LS 45 m 45 m 45 m
θS - 7,201 o 4,507 o
θc - 35,598 o 34,986 o
TS - 106,181 m 138,169 m
TC 25,018 m - -
ES - 19,027 m 22,780 m
EC 0,546 m - -
LC 49,994 m 111,157 m 174,549 m
L 49,994 m 201,157 m 264,549 m
e 0,030 0,068 0,048
Jenis lengkung FC S-C-S S-C-S
BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
BAB V
PERHITUNGAN GALIAN (CUT) DAN TIMBUNAN (FILL)
Dalam mencari pias jalan yang terdiri dari dua tampang yang berbeda
yaitu yang satu galian dan yang lainnya merupakan timbunan, maka harus dicari
titik potong muka tanah dengan permukaan jalan, atau batas antara galian dan
timbunan seperti :
A GALIAN b
TIMBUNAN x
Timbunan
a :b = (L-x) : x
ax = b. L – b . x
ax + bx = b. L
(a + b)x = b. L
bxL
X =
ab
Dengan demikian dapat diketahui panjang bagian dan timbunan, sehingga dapat
dicari volumenya.
729,6
729,55
729,3
729,17 729,17 I 1:2
III
II
I
II
729,05
728,17
1,5 3,5 3,5 1,5
Galian :
1,43x0,715
I = = 0,511 m2
2
II =
1,43 0,38 x 1 = 0,905 m2
2
0,38 5
III = = 0,98 m2
2
Jumlah galian = 2,396 m2
Timbunan :
0,12x5
I = = 0,3m2
2
0,12x0,06
II = = 0,0072 m2
2
Jumlah timbunan = 0,3072 m2
727,2
727,167
727
726,833
726,8 I
II
III
V IV
726,369
726,239 726,239
725,239 725,239
Galian :
1,961x0,980
I = = 10,960 m2
2
II =
1,961 0,928 x 1 = 1,444 m2
2
III =
0,928 0,594 x 10 = 7,61 m2
2
IV =
0,928 1,561 x 1 = 1,2445 m2
2
1,561x0,7805
V = = 0,609 m2
2
Jumlah galian = 21,867 m2
724,192 724,062
724,062
II I 1:2
III
722
722,125
721,875
1,5 3,5 3,5 1,5
Timbunan :
1,937x0,9685
I = = 0,937 m2
2
II =
1,937 2,187 x 10 = 20,62 m2
2
2,187x1,093
III = = 1,195 m2
2
Jumlah timbunan = 22,752 m2
720
719,87 719,87 IV
I II III V VI
718,87 1,5 3,5 3,5 1,5 718,87
Galian :
1x0,5
I = = 0,25 m2
2
II =
1 0,9 x 1 = 0,95 m2
2
0,86x0,43
III = = 0,1849 m2
2
1x0,5
IV = = 0,25 m2
2
V =
1 0,9 x 1 = 0,95 m2
2
0,86x0,43
VI = = 0,1849 m2
2
720,5
720,4
720,3
720,268
I 719,962
II
III
IV V
720
719,87 719,87
718,87 718,87
Galian :
1,63x0,819
I = = 1,328 m2
2
II =
1,63 0,53 x 1 = 0,432 m2
2
III =
0.53 0,398 x 10 = 1,054 m2
2
IV =
0,398 1,092 x 1 = 0,217 m2
2
1,092x0,546
V = = 0,298 m2
2
Jumlah galian = 2,897 m2
720,15 720,1
I
II III 720
719,87 719,87
I
II
719,83
718,87 1,5 3,5 3,5 1,5
Galian :
1,28x0,64
I = = 0,409 m2
2
II =
1,28 0,23 x 1 = 0,755 m2
2
0,24x5
III = = 0,6 m2
2
Jumlah galian = 1,764 m2
Timbunan :
0,04 x5
I = = 0,1 m2
2
0,04x0,02
II = = 0,03 m2
2
Jumlah timbunan = 0,13 m2
720,15 720,1
I
II III 720
719,87 719,87
Galian :
1,28x0,64
I = = 0,409 m2
2
II =
1,28 0,23 x 1 = 0,755 m2
2
0,23x5
III = = 0,575 m2
2
Jumlah galian = 1,739 m2
719,027
719,043
718,913 III I
I II 718,913 II
719
718,80 1:2
1,5 3,5 3,5 1,5
Timbunan :
0,113x0,0565
I = = 0,003 m2
2
II =
0,113 0,043 x 8,5 = 1,326 m2
2
Galian :
0,144x1,5
I = = 0,0855 m2
2
II =
0,144 1,114 x 1 = 0,629 m2
2
1,114x0,5
III = = 0,2785 m2
2
Jumlah galian = 0,993 m2
717,12 716,99
716,99
III
II I 1:2
716
716,06
715,95
1,5 3,5 3,5 1,5
Timbunan :
0,93x0,465
I = = 0,216 m2
2
II =
0,93 1,04 x 10 = 9,85 m2
2
1,04 0,52
III = = 0,54 m2
2
Jumlah timbunan = 10,606 m2
715,45 715,4
I
II III 715,3
715,17 715,17
I
II
715,10
714,17 1,5 3,5 3,5 1,5
Galian :
1,28x0,64
I = = 0,409 m2
2
II =
1,28 0,37 x 1 = 0,825 m2
2
0,37 x5
III = = 0,925 m2
2
Jumlah galian = 2,159 m2
Timbunan :
0,07 x5
I = = 0,175 m2
2
0,07 x0,035
II = = 0,001 m2
2
Jumlah timbunan = 0,176m2
729,3 726,396
m
K1
727
724,2
726,4
722
K2
m
0,6 x
=
2,2 108,3 x
2,2 x = 64,98 – 0,6 x
x = 23,2 m
Luas tpK1
Volume galian = x jarak
2
21,867 23,2
Volume galian = 253,65 m3
2
Luas tpK 2
Volume timbunan = x jarak
2
c. Pias antara titik K 2 (STA : 0 + 254,11) dengan titik PI1 (STA : 0 +462,48 )
K2
724,2
PI1
722 720
m
d. Pias antara titik PI1 (STA : 0 + 462,48) dengan titik K 3 (STA : 0 + 670,78)
K3
720,3
PI 1
720 720
m
e. Pias antara titik K 3 (STA : 0 + 670,78) dengan titik PI2 (STA : 0 +808,08 )
K3
720,3
PI2
720 720
m
f. Pias antara titik PI2 (STA : 0 + 808,08) dengan titik PI 3 (STA:0 + 1192,28)
.
PI2
720 720
PI3
m
g. Pias antara titik PI3 (STA : 0 + 1192,28) dengan titik K 4 (STA : 0 +1281,6)
K4
719.043
PI 3
720 719
m
K5
717,12
719,043
716
719
K4
K5
717,12
4
716 715,3
m
Dengan demikian dapat dibuat tabel volume galian dan timbunan tanah
sebagai berikut :
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari uraian dan perhitungan yang dilakukan, kesimpulan yang dapat
diambil adalah :
Perbandingan volume timbunan dan galian adalah 1 m3 timbunan : 1,13 m3
galian
Volume galian yang diperoleh lebih besar 1.462,367 m3 daripada volume
timbunan.
Volume galian yang terbesar terdapat pada pias antara titik K 4 (STA : 0 +
770,6) yaitu 5.931,464 m3 , sedangkan volume timbunan yang terbesar
terdapat pada pias antara titik K 2 (STA : 0 + 322,6) yaitu 3.834,739 m3 ,
sehingga volume timbunan yang besar tersebut dapat terpenuhi dari galian
yang terdapat pada pias antara titik K 4
6.2 Saran
Usahakan dari trase jalan yang dipilih tidak diperoleh perbedaan yang
besar antara volume galian dan timbunan. Alangkah baiknya jika diperoleh
perbandingan volume yang seimbang, bila diperoleh sedikit perbedaan,
usahakan volume galian yang lebih besar.
Pada daerah timbunan, pemadatan harus dilakukan sebaik mungkin. Hal
ini untuk menghindari terjadinya longsoran.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya. 1970. Dit Jen. Bina Marga –
DPUTL.
Sukirman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Prencanaan Geometrik Jalan Raya.
Bandung : Nova
R.A,Bukhari dan Maimunah. Perencanaan Trase Jalan Raya
.
DAFTAS ISI
Lembaran Konsultasi
Lembaran Penilaian
Kata Pengantar ……….………………………………………………………………………….... i
Daftar Isi ………………..…………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1
1.1 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………..…….1
1.2 Ruang Lingkup Tugas yang dilakukan ……….……………………………. 3
1.3 Gambaran Umum Perencanaan Jalan Raya …..………………………….. 4