UNIVERSITAS SRIWIJAYA
BAB. I
PENDAHULUAN
Perkembangan musik dewasa ini lebih menyesuaikan dengan selera pasar, sehingga
industri musik lebih banyak melahirkan lagu-lagu yang laku keras dipasaran, misalnya lagu-lagu
pop yang bertemankan percintaan. Hal ini berbeda sekali dengan misi-misi dari musisi yang
peduli pada kondisi sosial, misalkan Iwan Fals, Franky Sahilatua, Sawung Jabo, Setiawan Djody,
atau pun Grup Musik Kantata, Slank, Edane dan lain-lain. Walaupun demikian perkembangan
lagu-lagu yang bertemakan kritik sosial ternyata juga dimanfaatkan oleh industri musik untuk
mendapatkan akumulasi modal yang semakin besar.
Iwan Fals merupakan sosok yang cukup konsisten dalam perjuangan menggugat Orde
Baru. Kritik-kritik pedas dan lugas selalu dilontarkan dalam setiap karyanya. Wacana kritik
dalam karya Iwan Fals ternyata didukung oleh sebagian besar masyarakat terutama lapisan
bawah, karena lagu tersebut mewakili dan menyuarakan hati nurani rakyat. Dukungan itu
termanifestasikan dengan terbentuknya fans-fans fanatik yang sering disebut Oi (Orang
Indonesia).
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh
aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal
karirnya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu
itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang
memayungi Iwan Fals tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual
bebas[2].
Berikut dapat dilihat dalam Tabel 1. Beberapa lagu yang bernada kritik terhadap
[2] Ibid.
Hegemoni Rezim Orde Baru :
Lagu-lagu tersebut hanya sebagian kecil dari banyak lagu Iwan Fals yang menyuarakan
wacana kritis terhadap kehidupan di zaman Orde Baru. Tema kritik tersebut setidaknya
telah mematahkan wacana trilogi pembangunan, karena pemerataan yang diharapkan dari
pembangunan tidak pernah terwujud. Pembangunan nasional yang berlandaskan pada "Trilogi
Pembangunan" hanya sebuah narasi besar dan sebuah mitos belaka.
[3]
Tetapi keberhasilan lagu-lagu Iwan Fals tersebut dapat juga dilihat sebagai sebuah
pemanfaatan isu yang dikonsturksikan dalam bentuk lagu yang akhirnya mengehegemoni
masyarakat sebagai pendengar dan juga sebagai konsumen produk industri musik. Kondisi
tersebut memperlihatkan adanya komodifikasi terhadap wacana kritik sosial, sehingga esensi
kritik terebut patut dipertanyakan.
Menarik untuk dianalisis dalam paper ini bagaimana sebuah komodifikasi itu hadir dalam
lirik-lirik lagu yang bertemakan kritik sosial, dalam hal ini yaitu lagu "Galang Rambu Anarki,
dan Sore Tugu Pancoran,". Kondisi ini memperlihatkan adanya pertarungan antara idealisme
musisi dan industri musik yang secara tidak langsung menjadi corong utama dalam pemasaran
lagu tersebut. Sehingga memunculkan pertanyaan apakah lirik-lirik kritik sosial yang idealis itu
hanya sebuah komoditi untuk kepentingan ekonomi politik kapitalis ?, atau adakah pesan
tersebut menjadi inspirasi bagi perubahan sosial dalam masyarakat ?.
1.2. Permasalahan
Dari uraian latar belakang tersebut yang menjadi permasalahan dalam paper ini yaitu :
1) Apakah yang di kritik dalam lirik lagu Iwan Fals, Galang Rambu Anarki dan Sore Tugu
Pancoran ? dan Adakah kemungkinan kritik tersebut menjadi inspirasi bagi perubahan sosial
dalam masyarakat ?
2) Bagaimana kritik sosial (idealisme) dalam lirik lagu Iwan Fals, tergadai atau
terkomodifikasi oleh kepentingan ekonomi politik industri musik ?
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami kritik sosial dalam
lirik lagu Iwan Fals, serta kemungkinan kritik tersebut menjadi inspirasi bagi perubahan. Selain
itu untuk mengetahui dan membongkar kepentingan ekonomi politik dibalik lagu-lagu Iwan Fals.
1.4. Subjek Analisis
Paper ini menggunakan subjek analisis berupa tiga lirik lagu Iwan Fals Galang Rambu
Anark, dan Sore Tugu Pancoran. Kritik dalam tiga lagu tersebut merupakan representasi dari
kritik terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat pada masa Orde Baru dan
berbagai ketimpangan-ketimpangan sosial. Berikut dalam Tabel 2. Lirik lagu-lagu tersebut
[5]
Galang
BacaRambu
Refresentasui
Anarki Fakta-fakta
ingatlah Sosial dalam
Karya. Nyoman Kutha Ratna. 2009. Paradigma
Sosiologi Sastra. Pustaka Pelajar. Jogjakarta.
Tangisan pertamamu
[6]
Ditandai
The rolling
BBMstone
melambung tinggi
Maafkan
[7] kedua
Interview Theorang tuamu
Rolling kalau
Stone Magazine.
(Tak mampu beli susu)
BBM
[8] naik tinggi (susu tak terbeli)
Wawancara
Orang pintar tarik subsidi
Anak
[9] kami kurang
Nyoman Kutha gizi
Ratna. 2009. Paradigma Sosiologi Sastra. Pustaka Pelajar. Jogjakarta. Hal.
35.
Galang Rambu Anarki anakku
Cepatlah
[10] besarSumrahadi.
Abdullah matahariku 2010. Menemukan Kritik Sosial Dan Kesadaran Kritis Dari Musik
Menangis
Rock yang keras
Indonesia. Proramjanganlah ragu
Doktor Sosiologi UGM. Yogyakarta. Hal. 35.
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu
[12] Dominic Strinati. 2007. Populer Cultur Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Jejak.
Yogyakarta. Hal. 65.
[14] Heru Nugroho. 2003. Menumbuhkan Ide-Ide Kritis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal. 141.
[15] Lihat konsep pendekatan ekonomi politik. Novi Kurni. 2008. Posisi dan Resistensi Ekonomi
Politik Perfilman Indonesia. Fisipol UGM. Yogyakarta. Hal. 37
[16] Lihat Kebudayaan Massa ; Kebudayaan Pop. Chris Barker. 2009. Cultural Studies Teori dan
Praktek. Kreasi Wacana. Yogyakarta. Hal. 47.