Anda di halaman 1dari 7

IDEALISME YANG TERGADAI DALAM

LIRIK LAGU IWAN FALS (Analisis Wacana


Kritis Lirik Lagu Iwan Fals “Galang
Rambu Anarki dan Bento“)
By ABDUL KHOLEK, SOSIOLOGI '04
email: revolusi_jalanan@yahoo.co.id

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Oleh : Abdul Kholek

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Musik merupakan sarana budaya yang hadir


dalam masyarakat sebagai konstruksi dari realitas
sosial yang dituangkan dalam bentuk lirik lagu.
Pada  awalnya kebutuhan lagu digunakan untuk
kepentingan upacara adat dan upacara ritual.
Tetapi, seiring perkembangan masyarakat musik
telah tertransformasi bergeser menjadi sebuah
komoditi yang dikomersialisasikan dan menjadi
barang ekonomi yang diperjualbelikan.    

Menurut Djohan (2003 : 7-8), bahwa musik


merupakan perilaku sosial yang kompleks dan
universal yang didalamnya memuat sebuah ungkapan pikiran manusia, gagasan, dan ide-ide dari
otak yang mengandung sebuah sinyal pesan yang signifikan [1]. Pesan atau ide yang disampaikan
melalui musik atau lagu biasanya memiliki keterkaitan dengan konteks historis. Muatan lagu
tidak hanya sebuah gagasan untuk menghibur, tetapi memiliki pesan-pesan moral atau idealisme
dan sekaligus memiliki kekuatan ekonomis.

Perkembangan musik dewasa ini lebih menyesuaikan dengan selera pasar, sehingga
industri musik lebih banyak melahirkan lagu-lagu yang laku keras dipasaran, misalnya lagu-lagu
pop yang bertemankan percintaan. Hal ini berbeda sekali dengan misi-misi dari musisi yang
peduli pada kondisi sosial, misalkan Iwan Fals, Franky Sahilatua, Sawung Jabo, Setiawan Djody,
atau pun Grup Musik Kantata, Slank, Edane dan lain-lain. Walaupun demikian perkembangan
lagu-lagu yang bertemakan kritik sosial ternyata juga dimanfaatkan oleh industri musik untuk
mendapatkan akumulasi modal yang semakin besar.

Iwan Fals merupakan sosok yang cukup konsisten dalam perjuangan menggugat Orde
Baru. Kritik-kritik pedas dan lugas selalu dilontarkan dalam setiap karyanya. Wacana kritik
dalam karya Iwan Fals ternyata didukung oleh sebagian besar masyarakat terutama lapisan
bawah, karena lagu tersebut mewakili dan menyuarakan hati nurani rakyat. Dukungan itu
termanifestasikan dengan terbentuknya fans-fans fanatik yang sering disebut Oi (Orang
Indonesia). 

Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh
aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal
karirnya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Beberapa lagu
itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya, sehingga perusahaan rekaman yang
memayungi Iwan Fals tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk dijual
bebas[2].

Berikut dapat dilihat dalam Tabel 1. Beberapa lagu yang bernada kritik terhadap

[1] Cari di internet djohan, 2003.

[2] Ibid.   
Hegemoni Rezim Orde Baru :

Tabel 1. Lagu-Lagu Iwan Fals

Bertema Kritik Terhadap Hegemoni Orde Baru

No Judul Lagu Album / Tahun Tema Kritik


1 Sarjana Muda Sarjana Muda / 1981 Kritik terhadap menyempitnya
lapangan kerja.
2 Galang Rambu Opini / 1982 Kritik terhadap kebijakan
Anarki pemerintah yang tidak
berpihak pada rakyat.
3 Tak Biru Lagi Opini / 1982 Kritik terhadap pembangunan
Lautku yang merusak lingkungan
(laut).
4 Siang Seberang Sugali / 1984 Kritik terhadap kesenjangan
Istana dan ketidakadilan nagara.
5 Sore Tugu Sore Tugu Pancoran / Kritik terhadap  ketidakadilan
Pancoran 1985 (potret anak jalanan).
6 Tikus Kantor Ethiopia / 1986 Kritik terhadap budaya korupsi
dalam birokrasi patronase.
7 Wakil Rakyat Wakil Rakyat / 1987 Kritik terhadap anggota dewan
yang tidak memperjuangkan
hak-hak rakyat.
8 Lancar Lancar / 1987 Kritik terhadap pembangunan
yang tidak adil.
9 Bento SWAMI / 1989 Kritik terhadap penguasa /
eksekutif
10 Bongkar SWAMI / 1989 Kritik terhadap penguasa yang
otoriter.

Sumber : Album-Album Iwan Fals[3]

            Lagu-lagu tersebut hanya sebagian kecil dari banyak lagu Iwan Fals yang menyuarakan
wacana kritis terhadap kehidupan di zaman Orde Baru.                Tema kritik tersebut setidaknya
telah mematahkan wacana trilogi pembangunan, karena pemerataan yang diharapkan dari
pembangunan tidak pernah terwujud. Pembangunan nasional yang berlandaskan pada "Trilogi
Pembangunan" hanya sebuah narasi besar dan sebuah mitos belaka.

[3]
Tetapi keberhasilan lagu-lagu Iwan Fals tersebut dapat juga dilihat sebagai sebuah
pemanfaatan isu yang dikonsturksikan dalam bentuk lagu yang akhirnya mengehegemoni
masyarakat sebagai pendengar dan juga sebagai konsumen produk industri musik. Kondisi
tersebut memperlihatkan adanya komodifikasi terhadap wacana kritik sosial, sehingga esensi
kritik terebut patut dipertanyakan.

Menarik untuk dianalisis dalam paper ini bagaimana sebuah komodifikasi itu hadir dalam
lirik-lirik lagu yang bertemakan kritik sosial, dalam hal ini yaitu lagu "Galang Rambu Anarki,
dan Sore Tugu Pancoran,". Kondisi ini memperlihatkan adanya pertarungan antara idealisme
musisi dan industri musik yang secara tidak langsung menjadi corong utama dalam pemasaran
lagu tersebut. Sehingga memunculkan pertanyaan apakah lirik-lirik kritik sosial yang idealis     itu
hanya sebuah komoditi untuk kepentingan ekonomi politik kapitalis ?,       atau adakah pesan
tersebut menjadi inspirasi bagi perubahan sosial dalam masyarakat ?.

1.2.      Permasalahan

Dari uraian latar belakang tersebut yang menjadi permasalahan dalam paper ini yaitu :

1)      Apakah yang di kritik dalam lirik lagu Iwan Fals, Galang Rambu Anarki  dan Sore Tugu
Pancoran ? dan Adakah kemungkinan kritik tersebut menjadi inspirasi bagi perubahan sosial
dalam masyarakat ?

2)      Bagaimana kritik sosial (idealisme) dalam lirik lagu Iwan Fals, tergadai atau
terkomodifikasi oleh kepentingan ekonomi politik industri musik ?

1.3.      Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami  kritik sosial dalam
lirik lagu Iwan Fals, serta kemungkinan kritik tersebut menjadi inspirasi bagi perubahan. Selain
itu untuk mengetahui dan membongkar kepentingan ekonomi politik dibalik lagu-lagu Iwan Fals.
1.4.      Subjek Analisis 

Paper  ini menggunakan subjek analisis berupa tiga lirik lagu Iwan Fals Galang Rambu
Anark, dan Sore Tugu Pancoran. Kritik dalam tiga lagu tersebut merupakan representasi dari
kritik terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat pada masa Orde Baru dan
berbagai ketimpangan-ketimpangan sosial. Berikut dalam Tabel 2. Lirik lagu-lagu tersebut

Tabel. 2. Lirik Lagu "Galang Rambu Anarki,

 dan Sore Tugu Pancoran"


Galang Rambu Anarki Bento Sumber :
(Album Opini ,  1982) (Swami II, 1991)
Galang Rambu Anarki anakku Namaku Bento rumah real estate Album-
Lahir awal Januari Mobilku banyak harta berlimpah album lagu
Menjelang pemilu Orang memanggilku bos eksekutive
Tokoh papan atas atas s'galanya Iwan Fals[4]
Galang Rambu Anarki dengarlah asyik . . .
Terompet tahun baru                 
Menyambutmu
Galang Rambu Anarki ingatlah Wajahku ganteng banyak simpanan 1.5
Tangisan pertamamu Sekali lirik oke sajalah .     
Ditandai BBM membumbung tinggi Bisnisku menjagal jagal apa saja
Yang penting aku menang aku senang
Maafkan kedua orang tuamu kalau Persetan orang susah karena aku
(Tak mampu beli susu) Yang penting asyik sekali lagi asyik . .
BBM naik tinggi (susu tak terbeli) .
Orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi
Khotbah soal moral omong keadilan
Galang Rambu Anarki anakku sarapan pagiku
Cepatlah besar matahariku Aksi tipu-tipu lobbying dan upeti oh . .
Menangis yang keras janganlah ragu .  jagonya . ..
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku Maling kelas teri bandit kelas coro
Doa kami di nadimu itukan tong sampah
Siapa yang mau berguru datang
Galang Rambu Anarki dengarlah padaku
Terompet tahun baru Sebut tiga kali namaku Bento . . . 
Menyambutmu .Bento . . . . Bento . .  .
Asyik . . . . . . .  ! ! ! ! ! !  Asyik . . . . . .
 
[4]

[5]
Galang
BacaRambu
Refresentasui
Anarki Fakta-fakta
ingatlah Sosial dalam
  Karya. Nyoman Kutha Ratna. 2009. Paradigma
Sosiologi Sastra. Pustaka Pelajar. Jogjakarta.  
Tangisan pertamamu
[6]
Ditandai
The rolling
BBMstone 
melambung tinggi

Maafkan
[7] kedua
Interview Theorang tuamu
Rolling kalau
Stone Magazine.
(Tak mampu beli susu)
BBM
[8] naik tinggi (susu tak terbeli)
Wawancara
Orang pintar tarik subsidi
Anak
[9] kami kurang
Nyoman Kutha gizi
Ratna. 2009. Paradigma Sosiologi Sastra. Pustaka Pelajar. Jogjakarta. Hal.
35.   
Galang Rambu Anarki anakku
Cepatlah
[10] besarSumrahadi. 
Abdullah matahariku 2010. Menemukan Kritik Sosial Dan Kesadaran Kritis Dari Musik
Menangis
Rock yang keras
Indonesia. Proramjanganlah ragu
Doktor Sosiologi UGM. Yogyakarta. Hal. 35.  
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu

Cepatlah besar matahariku


Menangis yang keras janganlah ragu
[11] Dominic Strinati. 2007. Populer Cultur Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Jejak.
Yogyakarta. Hal. 64

[12] Dominic Strinati. 2007. Populer Cultur Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Jejak.
Yogyakarta. Hal. 65.

[13] Ibid. 65.

[14] Heru Nugroho. 2003. Menumbuhkan Ide-Ide Kritis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal. 141.

[15] Lihat konsep pendekatan ekonomi politik. Novi Kurni. 2008. Posisi dan Resistensi Ekonomi
Politik Perfilman Indonesia. Fisipol UGM. Yogyakarta. Hal. 37

[16] Lihat Kebudayaan Massa ; Kebudayaan Pop. Chris Barker. 2009. Cultural Studies Teori dan
Praktek. Kreasi Wacana. Yogyakarta. Hal. 47.

Anda mungkin juga menyukai