Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Musik merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dari

kehidupan sehari-hari. Musik merupakan media yang dapat dengan mudah

diterima oleh siapa saja sehingga tidak mengherankan jika banyak dari musisi

yang menggunakan musik sebagai media yang efektif untuk menyampaikan

pesan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sanjaya (2013) yang menyatakan

bahwa lirik yang terkandung dalam sebuah musik adalah sarana bagi para musisi

dan penulis lagu untuk mengungkapkan apa yang ingin disampaikannya. Pada

awalnya musik berfungsi sebagai sebuah media ritual pemujaan kepada Sang

Pencipta. Namun seiring dengan perkembangan zaman, saat ini musik juga

berfungsi sebagai ungkapan emosi, kritikan kepada pemerintah dan

permasalahan hidup.

Aulia (2021) menyatakan bahwa musik memiliki kekuatan dalam

mempengaruhi manusia, sehingga dalam penciptaannya musik dapat digunakan

sebagai alat penyebaran ideologi atau kekuasaan. Tidak jarang musik digunakan

sebagai medium untuk menyuarakan ketertindasan, ketidakadilan, perdamaian,

hak-hak sipil dan protes sosial lainnya. Musik merupakan salah satu representasi

seni yang didominasi oleh bunyi. Selain bunyi, syair atau lirik lagu, nuansa

harmoni dalam musik juga turut memperindah musik untuk mengekspresikan

kesedihan, kesenangan, kegundahan bahkan kemarahan.

Khuluq (2021) dalam merangkai sebuah lirik lagu, seorang penciptalagu juga

mempertimbangkan sebuah nilai estetika bahasa yang bertujuan untuk membua


lagu menjadi sebuah karya yang indah dan bernilai karena muatan kalimat yang

estetis. Kemudian irama atau nada yang mengiringi berfungsi untuk

menghidupkan pesan yang akan disampaikan agar mudah ditangkap dan dihayati

oleh pendengar. Sehingga satu kesatuan antara lirik dan nada pada lagu dapat

mempengaruhi kejiwaan pendengar melalui emosi yang dirasakan saat

mendengarkan musik. Hal ini, merupakan dampak terbesar dari sebuah lagu

terhadap pendengar.

Di Indonesia, fenomena musik dapat dikatakan sebagai fenomena yang

musiman. Hal ini dikarenakan banyak dari musisi di Indonesia yang

menciptakan lagu sesuai dengan apa yang sedang menjadi topik hangat

(trending) di kalangan masyarakat. Sebagian besar dari lagu-lagu Indonesia

bertemakan tentang cinta dan sendu hanya karena beralasan untuk keuntungan

semata. Namun, tidak semua musisi berjalan dengan paham seperti itu, tidak

jarang para musisi menciptakan karya lagu berdasarkan kegelisahan dan ekspresi

jiwa atas apa yang dialami musisi tersebut. Tema yang diangkat oleh para musisi

seperti kritik sosial. Dengan kreatifitas yang dimiliki, para musisi kerap

menjadikan sebuah karya lagu mereka sebagai alat kontrol sosial yang ada di

masyarakat. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kritik sosial adalah

kecaman atau tanggapan yang didalamnya terdapat suatu argumentasi yang baik

atau bisa juga buruk mengenai suatu karya, pendapat, situasi maupun tindakan

seseorang dan juga kelompok. Kritik sosial juga dapat didefinisikan sebagai

penilaian atau pengkajian mengenai suatu kedaan masyarakat. Definisi lain juga

menyebutkan bahwa kritik sosial disebut juga sebagai tindakan dengan cara

membandingkan serta mengamati secara teliti dan juga melihat perkembangan

secara cermat mengenai baik buruknya suatu kualitas


masyarakat. Kritik sosial sendiri dapat diekspresikan delam berbagai bentuk seni

dan fiksi lainnya seperti karikatur, music, drama dan juga film. Menurut Benjamin

dalam jurnal Tarihi, kritik bisa dikatakan penyajian suatu kebenaran melalui karya

seni. Sastra menyajikan gambaran kehidupan, maksudnya mencakup mengenai

hubungan antara masyarakat dan peristiwa yang terjadi didalamnya tetapi keliru

jika dianggap menggambarkan selengkap lengkapnya. M a s h i t a ( 2 0 1 4 ) m e n n y a t a k a n b a h w a sastra merupakan


dokumen

sosial sebegai potret realitas, dokumen sosial itulah yang dapat digunakan untuk

menguraikan sejarah sosial. Comment [WU10]: Kasih pengambilan


sumbernya !

Kritik sosial dapat dikelompokkan berdasarkan pengeskpresiannya, yaitu

kritik secara terbuka dan kritik secara tertutup atau juga disebut terselubung.

Kritik sosial secara terbuka berarti kegiatan penilaian atau analisis terhadap

suatu lingkungan atau keadaan di dalam masyarakat secara langsung, sedangkan

kritik sosial secara terselubung adalah dilakukan dengan cara simbolis atau

menyisipkan suatu pesan yang tersirat terhadap keadaan sosial tertentu secara

tidak langsung. Menurut Soekanto (2017) faktor penyebab munculnya suatu

masalah sosial adalah dikarenakan faktor ekonomis, biologis, biosikologis, dan

kebudayaan. Soekanto juga menjelaskan mengenai sepuluh masalah sosial yakni

: masalah pendidikan, masalah kemiskinan, masalah kejahatan, masalah

disorganisasi keluarga, masalah generasi muda dalam masyarakat modern,

masalah peperangan, masalah pelanggaran terhadap norma norma masyarakat,

masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, masalah birokrasi.

Pada suatu negara, kritik sosial sangat dibutuhkan untuk mengintropeksi

sistem-sistem dan tatanan negara yang telah berjalan, akan tetapi masih perlu

perbaikan. Masyarakat sebagai pihak yang merasakan sistem-sistem dan tatanan


negara tersebut diharapkan dapat berpartisipasi apabila terdapat kegelisahan yang

tengah mereka rasakan dengan memberikan kritik sosial melalui banyak media

yang bisa digunakan. Kritik juga dapat ZX membentuk stabilitas dalam negara Comment [WU11]: ??

serta menciptakan kehidupan yang harmonis. Konflik dan kritik sosial tidak

perlu dipahami sebagai tindakan yang akan membuat proses disintergrasi, tetapi

dapat memberi kontribusi dalam harmonisasi sosial. Kritik bisa disampaikan

dengan melalui berbagai macam cara, seperti orasi melalui media, atau dengan

spesialisasi dalam bidang masing-masing.

Media seni merupakan salah satu media yang digunakan masyarakat dalam

media seni. Di Indonesia sendiri sudah banyak terdapat contoh kritik sosial

dalam sebuah lagu. Sebagai contohnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Aulia

(2021) dengan judul “Makna Kritik Sosial Pada Lirik Lagu Secukupnya Dan

Membasuh Dalam Album Menari Dengan Bayangan Karya Hindia (Analisis

Semiotika Michael Riffaterre)”. Selain itu Putra (2018) juga menganalisis kritik

sosial dalam album Last Child.

Berdasarkan kedua penelitian terdahulu yang menganalisis kritik sosial

dalam dua lagu berbeda, satu diantaranya menganalisis makana kritik sosial dari

grup Hindia pada lagu Secukupnya dan Membasuh. Dari hasil penelitian Aulia

(2021) lagu Seckupnya dan Membasuh memiliki makna tentang permasalahan

hidup yang dialami pada manusia pada masa awal dewasa. Grup Hindia sendiri

dikenal umum oleh orang-orang setelah melakukan kolaborasi bersama dengan

naiknya film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI). Melalui website

resmi filmindonesia.or.id, NKCTHI diketahui menjadi film Indonesia terbanyak

ditonton ke-2 pada tahun 2020, yaitu mencapai 2.256.908 penonton. Hindia
menjadi salah satu soundtrack dari film tersebut dengan lagu Secukupnya.

Baskara yang merupakan vocalist Hindia sudah merintis karirnya sejak tahun

2014, menjadi vokalis dalam band rock Feast. Namun pada tahun 2019, Baskara

memutuskan untuk mundur dan membentuk label musiknya sendiri yaitu Sun

Eater. Pada tahun 2020, Hindia meliris album pertamanya dan mendapat sambut

hangat oleh para pecinta musik. Dilansir dari hasil penelitian Aulia (2021) lagu

secukupnya dalam album pertama tersebut berada diposisi ke lima lagu paling

banyak didengarkan di Indonesia, dengan jumlah pendengar sebanyak

69.350.952 kali sejak pertama kali perilisan lagu pada tahun 2020 awal.

Pada Juli tahun 2023 Hindia meliris album barunya yang berjudul Lagipula

Hidup Akan Berakhir. Dua dari beberapa lagu di album tersebut sempat menjadi

trending, yaitu Cincin dan Nabi Palsu. Dilansir dari music.kapanlagi. com lagu

Cincin memiliki makna tentang lika-liku cinta dan kesetiaan serta menerima

segala kekurangan pasangan. Namun terdapat salah satu lirik dalam lagu Cincin

yang menyoroti peraturan baru di Indonesia. Lewat lirik “Walau katanya

s'karang ku bisa masuk penjara”, Hindia mencoba menyoroti tentang adanya

peraturan atau aturan yang dapat berdampak besar pada kehidupan seseorang.

Dalam konteks pacaran dan kehidupan remaja, kehadiran aturan-aturan ini dapat

menimbulkan keterbatasan dan tantangan bagi hubungan cinta mereka. Saat ini,

KUHP yang berlaku merupakan warisan dari masa penjajahan Belanda, yang

mencerminkan pengaruh budaya masyarakat Belanda. Salah satu aspeknya

adalah kurangnya permasalahan terhadap sepasang pria dan wanita yang

melakukan hubungan seks di luar nikah atau zina jika keduanya setuju atau

sama-sama mau.
Pada lagu Nabi Palsu, Baskara menyatakan bahwa lagu ini mengisyaratkan

untuk tidak mempercayai apa yang didengar dan dilihat dengan cuma-cuma, tanpa

menyaring terlebih dahulu. Tidak semua yang terlihat dan terdengar itu adalah

benar, kebanyakan hanyalah perspektif dari yang menyampaikan. Pada lagu ini

terdapat lirik “mereka semua penipu, percaya saja pada dirimu”. Lirik ini

mengisyaratkan bahwa jangan sampai apa yang didengar dan dilihat dapat

mengontrol tindakan seseorang. Termasuk kepada semua yang ada di internet

belum tentu kebenarannya. Oleh karena itu diharapkan untuk mencerna terlebih

dahulu apa saja yang didengar dan apa saja yang dilihat. Saat ini banyak sekali

orang-orang yang salah mengambil keputusan akibat dari dorongan orang lain.

Fenomena mengikuti gaya hidup artis juga sedang marak saat ini, sehingga tidak

mengherankan banyak dari warga Indonesia yang terjerat pinjaman online demi

menyamakan gaya hidupnya dengan gaya sang idola. Padahal belum tentu

kebenarannya seperti itu. Hindi berusaha menyampaikan kepada para pendengar

musiknya bahwa sebagai manusia kita harus cerdas, jangan mau dibodohi oleh

apa yang terlihat dan terdengar termasuk kepada politisi-politisi Indonesia (Pramborsfm.com, 2023)
Comment [WU12]: Kasih sumbernya!

Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu lebih dalam mengenai makna

yang terkandung di dalam lagu Cincin dan Nabi Palsu. Pemaknaan kritik sosial

dalam lirik lagu Cincin dan Nabi Palsu pada penelitian ini dilakukan dengan

cara mencari tanda-tanda penting yang terdapat dalam lirik kemudian

memaknainya. Analisis semiotika merupakan salah satu metode analisis wacana

paradigmatis yang dapat digunakan untuk menggali makna pada sebuah wacana

dengan memperhatikan tanda-tanda (signs), mencari sebuah ikhtisar untuk

merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu dipertanyakan lebih lanjut

ketika kita
membaca teks atau narasi/wacana tertentu. Untuk mencari tanda-tanda tersebut,

peneliti harus menelusuri arti perkata kemudian memaknai secara keseluruhan

kalimat dan kesatuan pada lirik lagu. Dengan demikian, dapat ditemukan

keterkaitan maknanya. Oleh karena itu, teori yang dapat digunakan sebagai

landasan penelitian ini adalah teori yang mempelajari tentang tanda atau

semiotik.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis semiotika model Michael

Riffaterre untuk membedah makna yang terkandung dalam sebuah lirik lagu.

Michael Riffaterre terkenal melalui bukunya yang berjudul Semiotics of Poetry

(1978). Melalui bukunya tersebut Riffaterre menaruh perhatian atas ilmu tentang

semiotik, terutama pada sebuah karya sastra, khususnya puisi. Riffaterre

menyumbang peranan yang besar terhadap semiotika puisi (Sobur, 2020). Hal

tersebut, menjadi alasan peneliti memilih teori Semiotika Michael Riffaterre,

karena lirik lagu termasuk dalam bentuk puisi bebas dalam karya sastra yang

tidak terdapat aturan dalam jumlah suku kata (syllabe) dalam setiap lariknya,

tidak memakai rima atau persamaan bunyi, dan tidak mempunyai irama yang

teratur seperti pada konvensi sajak yang klasik.

Moeliono (2007) menyebutkan bahwa lirik lagu termasuk dalam jenis sastra

karena lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi,

susunan kata sebuah nyanyian. Sama dengan puisi, lirik disajikan dengan

nyanyian yang termasuk dalam jenis sastra imajinatif. (Rahmawati 2016:16-17).

Menurut Riffaterre (1978:2), melalui analisis ekspresi tidak langsung,

pembacaan heuristik dan hermeneutik, serta pencarian matriks, model, dan

varian, dan hipogram (hubungan intertekstual) pada teks akan diperoleh makna

lagu yang sesungguhnya.


1.2 Fokus Penelitian

Jika diusut lebih luas ada banyak sekali musisi di Indonesia yang melakukan

kritik sosial melalui media musik. Salah satunya adalah grup band ERK (Efek

Rumah Kaca) dengan lagunya yang berjudul “Di Udara”, Iwan Fals dengan

lagunya yang berjudul “Surat Untuk Wakil Rakyat”, Slank dengan lagunya

“Seperti Para Koruptor”, Homicide dengan lagunya berjudul “Tantang Tirani”,

Ikhsan Skuter dengan lagunya berjudul “Bingung”, Jason Ranti dengan lagunya

yang berjudul “Kafir” dan lainnya. Hindia merupakan salah satu band di ranah

musik indie yang sering memberikan kritik terhadap isu sosial yang ada di

Indonesia namun masi terbilang jarang diusut oleh media konvensional. Grup

Hindia mulai dikenal namanya sejak tahun 2020 dengan lagu Secukupnya dalam

album Menari Dengan Bayangan yang menempati 5 besar sebagai lagu paling

banyak didengarkan di Indonesia. Tercatat melalui aplikasi Spotify, di Indonesia

yaitu, lagu ini telah didengarkan sebanyak 69.350.952 kali sejak pertama kali

perilisan lagu pada tahun 2020 awal. Nama grup Hindia semakin melejit pada

pada Februari 2020 saat terpilih menjadi salah satu soundtrack film populer

Indonesia, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI).

Karena meledaknya nama Hindia akibat dari film “NKCTHI” anak-anak

muda di Indonesia kian menggali informasi tentang Hindia dan menikmati lagu-

lagunya yang bertemakan percintaan, kemanusiaan dan kritik sosial. Pada

kesempatan kali ini, peneliti memilih “Cincin” dan “Nabi Palsu” karya dari

Hindia untuk diteliti. Hindia memiliki segmentasi anak muka, sehingga

diharapkan melalui lagu-laguya dapat menyadarkan anak muda yang lebih apatis

terhadap kondisi sosial dan berkiblat pada budaya berat di era globalisasi ini.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk menganalisis lagu Cincin dan

Nabi Palsu karya Hindia dengan menggunakan analisis pembacaan heuristik,

pembacaan hermeneutik, menemukan makna ketidaklangsungan ekspresi,

matriks, varian, model, dan hipogram dari teori semiotik Riffaterre.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalah di atas, maka tujuan penelitian ini

yaitu:

1. Menganalisis makna dalam lagu Cincin dan Nabi Palsu berdasarkan

Matriks, varian, model, hipogram dan pembacaan secara heuristik dan pembacaan secara hermeneutik,
serta

menemukan makna ketidaklangsungan ekspresi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Secara teoretis, penelitian ini diharapkan memberikan

pengetahuan mengenai penerapan teori semiotik Riffaterre dalam

lagu Cincin dan Nabi Palsu dalam menelaah karya sastra.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterbukaan pola

pikir dan menumbuhkan rasa peduli dan perlawanan terhadap

kejadian isu-isu sosial yang diusut dalam lagu Cincin dan Nabi

Palsu, khususnya kepada anak-anak muda di Indonesia.


3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan perkembangan pada

pemikiran tentang Ilmu Komunikasi melalui media lagu.

4) Penelitian ini diharapkan menambahkan kajian Ilmu Komunikasi

terutama di bidang musik atau lagu. Comment [WU14]: Ini gabungkan saja
dengan Manfaat Teotitis

1.4.2 Manfaat Praktis

a) Manfaat bagi Peneliti Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung

terhadap peneliti dalam menganalisis sebuah karya sastra dan memberi dorongan

kepada peneliti laina untuk melaksanakan penelitian yang sejenis mengenai

pembacaan secara heuristik dan hermeneutik dari teori semiotik Riffaterre dalam

lagu Cincin dan Nabi Palsu.

b. Manfaat bagi Pembaca

Penelitian analisis secara heuristik dan hermeneutik dari teori semiotik

Riffaterre dalam lirik lagu dalam lagu Cincin dan Nabi Palsu dapat digunakan

sebagai bahan bacaan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain yang telah

ada sebelumnya dalam menganalisis pembacaan secara heuristik dan hermeneutik

dari teori semiotik Riffaterre.

c. Manfaat bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat memberi inspirasi bagi peneliti lain untuk

mengadakan penelitian karya sastra menggunakan pembacaan secara heuristik dan

hermeneutik dari teori semiotik Riffaterre. Comment [WU15]: Langsumng aja,


point 1, 2, 3
1.5 Sistematika Penulisan

Agar penelitian ini dapat dengan mudah dibaca dan dipahami, maka peneliti

menyusun makalah ini dalam empat bab secara sistematis dengan urutan sebagai

berikut.

BAB I. Pendahuluan berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Penegasan Judul, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. Landasan Teori berisi Pengertian Lirik Lagu, Semiotik Riffaterre,

Pembacaan Heuristik, Pembacaan Hermeneutik, Mariks, Model, Varian, dan

Hipogram.

BAB III. Metodologi penelitian, berisi Metodologi Penelitian, Objek Penelitian,

Data Penelitian, Sumber Data, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV. Analisis Semiotik Pada Lagu Cincin dan Nabi Palsu

BAB V. Simpulan, Implikasi, dan Saran berisi Simpulan, Implikasi Comment [WU16]: Gak pakai ini, jadi
habis aja
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA Comment [WU17]: Setiap Bab tolong


di bold dan size font nya: 14

2.1 Penelitian Terdahulu

2.2 Kerangka Konsep

2.3 Kerangka Teoritis

2.4 Kerangka Berfikir Comment [WU18]: Tolong perbaiki


seperti ini

A. Landasan Teoritis

1. Semiotika

Semiotika berasal dari bahasa Yunani “Semeion” yang memiliki makna

tanda. emiotika adalah sebuah disiplin ilmu dan metode analisis yang dapat

mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui makna

yang terkandung dalam objek tersebut. Semiotika mempelajari hakikat tentang

keberadaan suatu tanda. Wahjuwibowo (2018) semiotika disebut juga suatu

“kebohongan” dan di dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan

bukan `merupakan tanda itu sendiri. Dalam kehidupan manusia tidak bisa

terlepas dari tanda, artinya semua yang hadir dalam kehidupan kita dilihat dari

tanda, yakni sesuatu yang harus kita beri makna (Lantowa, 2017). Konsep tanda

ini untuk melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan atau hubungan

antara ditandai (signified) dan tanda (signifier). Lantowa mendefinisikan tanda

sebagai kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau

penanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah “suara berarti” atau

“makna grafiti”.

2. Semiotika Michael Riffaterre


Semiotika Michael Riffaterre adalah semiotika khusus mengenai puisi.

Puisi sendiri termasuk ke dalam ilmu linguistik. Semiotika yang dilatar

belakangi oleh keilmuan linguistik adalah semiotika Ferdinand de Saussure pada

tahun 1857-1913 (Lantowa, 2017). Saussure menampilkan latar belakang logika

yang diistilahkan dengan semiotik. Adapun tokoh-tokoh linguis selain Saussure

adalah Louis Hjlemslev (1899-1966) dan Roman Jakobson (1896-1982) Michael

Riffaterre membantu memudahkan kita memahami ruang lingkup semiotika

yang menaruh perhatian atas ilmu tentang tanda-tanda, terutama pada karya

sastra seperti lirik atau puisi yang tertuang dalam bukunya yang berjudul

Semiotics of Poetry (1978). Menurut Riffaterre, ada empat cara untuk

mengetahui makna/arti yaitu, pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik,

matriks, model, varian, dan hipogram (Ratih, 2016).

a. Pembacaan Heuristik

Pembacaan heuristik adalah pembacaan dalam taraf mimesis. Pembacaan

ini didasarkan pada sistem dan konvensi bahasa. Mengingat bahasa memiliki arti

referensial, maka untuk menangkap arti, harus memiliki kompetensi linguistik.

Pembacaan heuristik, pada dasarnya merupakan interpretasi tahap pertama, yang

bergerak dari awal ke akhir teks sastra, dari atas ke bawah mengikuti rangkaian

sintagmatik (Ratih, 2016). Meliputi juga kemampuan pembaca untuk

menangkap ketidaksesuaian antar kata yang berupa deviasi gramatikal

(menangkap ketidakgramatikal), kemampuan menangkap bahwa sebuah kata

atau frasa tidak dapat dipahami hanya secara literal dan hanya bisa dipahami jika

dilakukan sebuah transformasi semantik; misalnya dengan membaca sebuah kata

atau frasa sebagai sebuah metafora atau metonimia (Lantowa, 2017). Jadi,

pembacaan
heuristik berdasarkan struktur kebahasaan menerjemahkan “keanehan” kata-kata

dan struktur bahasa agar sesuai dengan bahasa sehari-sehari dan struktur kata

berlaku. Pada tahap ini akan ditemukan arti dari lirik tersebut secara tekstual.

b. Pembacaan Hermeneutik

Pembacaan hermeneutik atau juga disebut dengan retroaktif ini,

menerapkan dekoding struktural karena teks sebenarnya variasi dari sebuah

struktur dan relasi varian-variannya kemudian membentuk kesatuan makna.

Efek maksimal pembacaan hermeneutik sebagai generator sistem pemaknaan

hadir pada bagian akhir teks. Artinya, teks harus dilihat keutuhannya yang

menyeluruh, bukan bagian per bagian (Lantowa, 2017). Menemukan Matriks,

Model, dan Varian Matriks merupakan konsep abstrak yang tidak pernah

teraktualisasi dan tidak muncul dalam teks. Matriks dapat berupa kata, frase,

klausa, atau kalimat sederhana (Ratih, 2016). Dalam memahami sebuah lirik,

Rifaterre (Lantowa, 2017) mengumpamakan sebuah donat. Bagian donat terbagi

menjadi dua yaitu, daging donat dan bulatan kosong di tengah donat. Kedua

bagian tersebut merupakan komponen yang tidak terpisahkan serta saling

mendukung. Bagian ruang kosong donat justru memegang peranan penting

sebagai penopang donat maka sama halnya dengan lirik, ruang kosong pada

lirik, sesuatu yang tidak hadir dalam teks lirik tersebut pada hakikatnya adalah

penopang adanya lirik dan menjadi pusat makna yang penting untuk ditemukan.

Ruang kosong tersebut adalah matriks. Model merupakan aktualisasi pertama

dari matriks yang berupa kata atau kalimat tertentu.


Model ini kemudian diperluas menjadi varian-varian sehingga

menurunkan teks secara keseluruhan. Ciri utama model adalah sifat puitisnya

(Ratih, 2016). Jadi, matriks merupakan motor atau generator sebuah teks,

sedangkan model menentukan cara pemerolehannya atau pengembangannya.

Dengan kata lain setelah menemukan matriks maka dikembangkan oleh model

(Lantowa, 2017).

d. Hipogram

Hipogram adalah teks yang menjadi latar penciptaan sebuah teks baru

(sajak). Hipogram merupakan landasan bagi penciptaan karya yang baru,

mungkin dipatuhi, tetapi mungkin juga disampingi oleh pengarang. Menurut

Riffaterre (Ratih, 2016) hipogram terbagi menjadi dua yaitu, hipogram potensial

dan hipogram aktual. Hipogram potensial adalah matriks yang merupakan inti

teks atau kata kunci, dapat berupa satu kata, frase, atau kalimat sederhana.

Perubahan pertama matriks atau hipogram potensial adalah model, kemudian

diubah menjadi varian-varian. Hipogram aktual dapat berupa teks nyata, kata,

kalimat peribahasa, atau seluruh teks. Hipogram aktual menjadi latar penciptaan

teks baru (Ratih. 2016). Hipogram dapat dihasilkan dari ungkapan-ungkapan

klise, kutipan dari teks-teks lain, atau sebuah sistem deskriptif. Hipogram

merupakan dead landscape yang mengacu kepada realitas yang lain dan

keberadaannya harus disimpulkan sendiri oleh pembaca (Lantowa, 2017).

3. Lagu

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013) istilah lagu diartikan

sebagai suara yang berirama dalam bercakap, bernyanyi, dan membaca.

Menurut
Rahardjo dalam Arabica (2015) lagu mengandung dua makna. Pertama, lagu

yang sedang disenangi masyarakat tertentu. Kedua, jenis lagu yang sedang

disajikan kepada pendengar dan mengutamakan teknik penyajian dan kebebasan

dalam menggunakan ritme atau jenis instrumen. Menurut Hardjana dalam

Arabica (2015) lagu adalah ragam suara yang berirama bisa dalam bercakap,

bernyanyi, dan membaca. Lagu adalah bagian dari karya musik dan musik

merupakan salah satu dari karya seni. Dapat dikatakan bahwa lagu merupakan

suara yang berirama yang dipadukan dengan ritme-ritme tertentu dalam irama.

4. Lirik Lagu

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013) istilah lagu diartikan

sebagai suara yang berirama dalam bercakap, bernyanyi, dan membaca.

Sementara lirik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2013) diartikan

sebagai karya sastra yang berisi curahan perasaan pribadi juga diartikan sebagai

susunan kata sebuah nyanyian. Pendapat lain datang dari Carlyle dalam Pradopo

berkata, lirik lagu (puisi) merupakan pemikiran yang bersifat musikal, penyair

dalam menciptakan lirik lagu (puisi) itu memikirkan bunyi yang merdu seperti

dalam puisinya. Kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah

rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan

orkestrasi bunyi (Pradopo, 2012). Lirik lagu merupakan bagian dari karya sastra.

Sastra dalam arti kata sempit adalah sesuatu yang tertulis, sedangkan dalam arti

luas berarti sesuatu yang menghibur atau mendidik manusia.

Karya sastra erat sekali dengan kehidupan manusia. Karya sastra dapat

dijadikan sebagai jalan keluar dari permasalahan yang terjadi dan memberi efek
hiburan dan inspirasi. Karya sastra sendiri terdiri dari drama, prosa, dan puisi.

Menurut Pradopo puisi tidak dapat dipisahkan dari lirik. Puisi mengalami

perkembangan dari waktu ke waktu, satu hal yang tidak dapat diubah yaitu puisi

menyampaikan pesan secara tidak langsung. Lirik merupakan komponen

penting yang mendukung terbentuknya sebuah puisi, sebagaimana puisi dibuat

yang bertujuan untuk menghibur. Kita dapat menikmati puisi dalam bentuk lagu.

Lagu sendiri merupakan puisi yang dinyanyikan karena di dalam lagu terdapat

lirik yang merupakan komponen penting dalam sebuah lagu (Tonggengbio,

2014: 1). Pendapat lain yaitu menurut Riffaterre (Fahmi 2019: 2) lirik lagu

masuk ke dalam karya sastra dengan genre puisi dan puisi selalu berubah-ubah

sesuai dengan evolusi selera dan perubahan konsep estetikanya. Hal tersebut

dapat dilihat dari bagaimana cara pengarang membuat lirik-lirik tersebut ke

dalam bahasa-bahasa yang indah ketika didengar, kemudian diiringi dengan

irama, nada, dan melodi, sehingga pendengar dapat terbawa dalam suasana

dalam lirik lagu tersebut. 17 Ruttkowski menjabarkan lirik menurut kesusastraan

Jerman terbagi atas empat yaitu, lirik, epik, dramatik, dan Publikumsbezogene

Gattungen. Lirik atau puisi terbagi atas gesungen lirik atau lirik yang

dinyanyikan, misalnya Kirchenlied (lagu-lagu gereja), gesprochene lirik atau

lirik yang diucapkan, misalnya Gebet (doa), dan gelesen lirik yaitu lirik yang

dibacakan atau yang biasa diketahui sebagai puisi atau Gedicht (Tonggengbio,

2014: 1).

B. Telaah Empiris

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai

tolak ukur dan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Penelitian terdahulu juga
sebagai data awal dan untuk memperkuat penelitian yang akan dilakukan. dalam

Penelitian terdahulu yang peneliti jadikan tolak ukur dalam penelitian antara lain.

Tabel 1.1

Penelitian Terdahulu

Nama Widi, 2017 Dewi, Damayanti Pahlevi, 2016


Peneliti (Universitas dan Budiana, Universitas
Diponegoro) 2018 (Universitas Diponegoro
Udayana)
Judul dan Makna Lirik Lagu Semiotika dalam Makna Lirik
Tahun Band My First Lagu Che.r.ry dan Lagu Slank
Penelitian Story dalam Album Summer Song Sebagai Media
Antithese Kajian Karya Yui Komunikasi
Semiotika Riffaterre Yoshiaka Kritik Sosial
(Analisis
Semiotika Lirik
Lagu Grup
Band Slank
“Gosip
Jalanan“)
Teori yang Analisis semiotika Analisis Analisis
digunakan Michael Riffaterre semiotika semiotika Roland
Michael Barthes
Riffaterre
Metode Metode penyediaan Metode kualitatif Metode Kualitatif
Penelitian data dengan metode dengan teknik
pustaka. pengumpulan
data studi
pustaka.
Hasil Hasil dari Lagu Che.r.ry Hasil penelitian
Penelitian penelitian ini mengambil tema ini bahwa mafia
ditemukan 16 tentang cinta dan digambarkan
pergantian arti pada terdapat majas sebagai pihak
lirik lagu. Pada simbolik sakura yang memiliki
kategori (bunga sakura) sifat ingin
penyimpangan arti yang disimbolkan kekuasaan dan
dibagi lagi menjadi sebagai memiliki
3 kategori yaitu (1) seseorang, hoshi kekuatan uang
ambiguitas, (2) (bintang) sebagai untuk mengatur
kontradiksi, dan (3)
nonsense. Melalui harapan, dan banyak hal
penelitian ini haru (musim yang ingin
ditemukan 22 semi) sebagai dicapai.
ambiguitas, 4 tanda pergantian Selain itu,
kontradiksi, dan 0 waktu. “mafia” juga
nonsense. Pada Sedangkan lagu berani melakukan
kategori terakhir Summer Song tindakan berupa
dalam musim panas fisik atau
ketidaklangsungan yang dimaksud perilaku yang
ekspresi ditemukan adalah rasa melanggar
3 penciptaan arti keberanian. hukum seperti
pada Terdapat majas melakukan
lirik lagu dalam niji (pelangi) tindakan
album Antithese. disimbolkan kekerasan
Selanjutnya, tema dari sebagai seseorang (memukul/
lagu 悪戯 Fiction yang dicintai, menampar) dan
adalah keluarga. Tema himawari (bunga menyuap oknum
dari lagu Home Matahari) sebagai berwajib dengan
adalah harapan. Tema kesetiaan, yokaze cara memberikan
dari (angin malam) sejumlah uang.
lagu One Light sebagai situasi
adalah Pantang dan nami no oto
menyerah. (suara ombak)
Tema dari lagu The sebagai imajinasi.
Puzzle adalah
Kehancuran. Tema
dari lagu
Tomorrowland adalah
persahabatan.
Perbedaan Perbedaan mengenai Perbedaan Perbedaan
lagu yang diteliti. mengenai lagu penggunaan
Dalam penelitian yang diteliti. Pada analisis, pada
terdahulu terdapat tiga penelitian penelitian ini
makna berbeda dalam terdahulu lagu menggunakan
setiap lagu. Ada yang diteliti analisis semiotika
tentang keluarga, bercerita tentang oleh Roland
harapan, dan jatuh cinta dan Barthes.
kehancuran. Serta cinta pertama, Sedangkan
penelitian terdahulu sedangkan peneliti
mencari pergantian peneliti meneliti menggunakan
arti. Peneliti hanya isu-isu sosial analisis semiotika
meneliti makna terkait yang terkandung Michael
isu-isu sosial di dalam di dalam lagu Riffaterre.
lagu Cincin dan Nabi Cincin dan Nabi
Palsu. Palsu.
Daftar Pustaka Comment [WU19]: Tolong dibuat

Anda mungkin juga menyukai