Biografi Singkat Pendiri Hizbut Tahrir-Alwaie55
Biografi Singkat Pendiri Hizbut Tahrir-Alwaie55
Pengantar Redaksi:
Sebelum membicarakan sejarah hidup beliau, perlu dipahami bahwa tulisan ini sama sekali
tidak dimaksudkan untuk mengagungkan atau mengkultuskan beliau, karena tidak ada seorang pun
yang boleh diagungkan dan dikultuskan; juga tidak didasari fanatisme kelompok ('ashabiyyah), karena
fanatisme kelompok jelas telah diharamkan Allah Swt.
Tulisan mengenai biografi beliau ini juga bukan untuk menumbuhkan sikap bahwa semua yang
berasal dari beliau adalah pasti benar, karena beliau adalah manusia biasa, bisa benar dan bisa salah;
bukan nabi/rasul yang ma‘shûm.
Namun demikian, bukanlah sikap bijaksana jika hanya karena ketidaksukaan sebagian
kalangan terhadap Hizbut Tahrir (HT) atau sosok An-Nabhani sebagai pendirinya, mendorong orang
untuk bersikap apriori, bahkan buruk sangka, dan serta-merta menolak setiap pemikiran yang digagas
oleh beliau. Dalam hal ini, akan lebih bijaksana jika kita mengingat kembali pesan Ali bin Abi Thalib kw.
yaitu:
ُ َ هل
[ه ْ َف ا
ُ ر
ِ ع
ْ َق ت َ ْ ف ال
ّ ح ْ ر ْ َ أ،ل
ِ ع ِ جا
َ ق ِبالّر َ ْ ف ال
ّ ح ْ ر ْ َ] ل َ ت
ِ ع
Janganlah engkau menilai kebenaran itu dari orangnya, tetapi kenalilah kebenaran itu, maka engkau
akan mengenal orang yang mengembannya.
Karena itu, semua pemikiran dan hukum yang digali Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani,
sebagaimana yang digali para ulama lain, harus tetap didudukkan sebagai pemikiran dan hukum yang
mesti kita kembalikan pada dalil-dalil syariat.
Dalam kerangka berpikir semacam itulah, tulisan mengenai biografi singkat beliau dipaparkan
berikut ini.
Meski membidani lahirnya Hizbut Tahrir (HT) sebagai sebuah partai politik internasional yang
telah eksis di berbagai belahan dunia, tulisan yang membahas Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani—
seorang ulama, qadhi, pemikir, dan politikus ulung—sangat sedikit kita jumpai. Bukan hanya Syaikh An-
Nabhani, bahkan tulisan mengenai tokoh-tokoh HT yang lain juga jarang diungkap. Mengapa? Karena
para penguasa Arab khususnya dan negeri-negeri Muslim umumnya menganggap HT sebagai gerakan
paling berbahaya bagi kelangsungan kekuasaan mereka.
Oleh karena itu, dengan kekuatan dan melalui tangan para anteknya, para penguasa itu
berusaha mengucilkan mereka; baik secara langsung maupun melalui 'boikot' media. Walhasil, An-
Nabhani dan para tokoh HT yang lain hampir-hampir tidak populer di mata masyarakat. Sayangnya,
popularitas seseorang—bukan keilmuan, dedikasi, dan perjuangannya—sering dianggap mewakili
kredibilitasnya. Padahal, popularitas seseorang pada zaman kini tidak jarang sangat bergantung pada
media dan kepentingan pihak-pihak yang mempopulerkannya.
Lebih dari sekadar mengucilkan, para penguasa itu bahkan menangkapi para pendiri dan
tokoh HT, berusaha menghentikan kegiatan HT, melarang aktivitas para syabâb (aktivis)-nya, dan
menghapus jejaknya. HT mereka anggap jauh lebih berbahaya daripada Partai Komunis. Ungkapan
Taufiq Abdul Hadi (mantan Ketua Kabinet Yordania tahun 1953-an) menggambarkan hal itu. Ia pernah
berujar:
Sesungguhnya (bagi penguasa), HT jauh lebih berbahaya daripada Partai Komunis. Segenap kekuatan
dikerahkan untuk menghambat aktivitas dan pertumbuhannya. Hingga tatkala Syaikh Taqiyuddin an-
Nabhani wafat tahun 1977, seluruh media di negeri Arab dan Islam dilarang memuat barang secuil pun
kalimat belasungkawa.
Saya ingat, waktu itu saya bersama Harian Ad-Dustûr dengan pemimpin redaksinya saat itu,
sahabat saya Ustadz Mahmud asy-Syarif. Kami berupaya menyebarkan berita mengenai wafatnya
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani meskipun hanya beberapa baris berita di pojok salah satu halaman.
Semua larangan itu bermuara bukan hanya karena HT menyerukan Islam, tetapi karena HT khas dalam
empat hal: (1) HT menyerukan untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam; (2) HT mengadopsi
pemahaman-pemahaman Islam yang dijelaskan dalam banyak kitabnya seperti Nizhâm al-Islâm,
Nizhâm al-Iqtishâdi fî al-Islâm, Nizhâm al-Hukm fî al-Islâm, dll; tidak menyerahkannya pada ijtihad
masing-masing anggotanya dan ulama; (3) HT concern mewujudkan kesadaran politik atas dasar Islam;
(4) Dalam aktivitasnya, HT bersandar pada bentuk organisasi kepartaian (at-takattul al-hizbi), bukan
pada kelompok sosial (at-takattul al-jamâ‘i). 1
Pendidikan Beliau
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menamatkan pendidikan dasar di sekolah dasar negeri di Ijzim.
Beliau kemudian melanjutkan ke sekolah menengah di Akka. Lalu beliau melanjutkan studi di
Tsanawiyah Syariah di Haifa. Sebelum menyelesaikannya, beliau pindah ke Kairo; melanjutkan studi di
Tsanawiyah al-Azhar (setingkat SMU) pada tahun 1928. Pada tahun yang sama beliau meraih ijazah
dengan predikat sangat memuaskan. Kemudian beliau melanjutkan studi di Kulliyah Dar al-Ulum yang
merupakan cabang al-Azhar dan secara bersamaan beliau juga belajar di Universitas al-Azhar.
Dengan sistem al-Azhar waktu itu, mahasiswa dapat memilih beberapa syaikh al-Azhar dan
menghadiri halaqah-halaqah mereka mengenai bahasa Arab, fikih, ushul fikih, tafsir. hadis, tauhid, dan
ilmu-ilmu syariat lainnya. Saat itu Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani memilih dan mengikuti halaqah para
syaikh al-Azhar seperti yang dianjurkan sang kakek, Syaikh Yusuf an-Nabhani; di antaranya mengikuti
halaqah Syaikh al-Hidhir (al-Akhdar) Husain.
Pada tahun 1932 beliau lulus dari Kulliyah Dar al-‘Ulum dan juga menamatkan studi di al-Azhar
as-Syarif. 6
Selama studi di dua Universitas ini beliau tampak menonjol dan istimewa dalam kecerdasan
dan kesungguhan. Beliau dikenal oleh teman sesama mahasiwa dan para pengajarnya sebagai sosok
yang memiliki kedalaman pemikiran, pendapat yang kuat, serta kekuatan argumentasi dalam setiap
diskusi dan forum pemikiran; juga memiliki keistimewaan dalam ketekunan, kesungguhan, dan
besarnya perhatian untuk memanfaatkan waktu guna menimba ilmu dan belajar. 7
Ijazah yang beliau raih di antaranya adalah: Ijazah Tsanawiyah al-Azhariyah; Ijazah al-
Ghuraba’ dari al-Azhar; Diploma Bahasa dan Sastra Arab dari Dar al-‘Ulum; Ijazah dalam Peradilan dari
Ma‘had al-‘Ali li al-Qadha’ (Sekolah Tinggi Peradilan), salah satu cabang al-Azhar. Pada tahun 1932
beliau meraih Syahâdah al-‘Âlamiyyah (Ijazah Internasional) Syariah dari Universitas al-Azhar as-Syarif
dengan predikat excellent. 8
No.: ND/70/52/916
Tanggal: 14 Maret 1953
Kepada Yth.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dan Seluruh Pendiri Hizbut Tahrir
Saya telah meneliti berita yang dilansir Surat Kabar Ash-Sharîh nomor hari ini dengan judul,
“Hay’at at-Tahrir, Tasjîl al-Hizb Rasmiyan fî al-Quds.”
Saya berharap dapat memberi pengertian kepada Anda, bahwa apa yang dirilis mengenai
pendirian partai secara resmi di al-Quds tidak bisa dibenarkan, dan bahwa sampainya apa yang Anda
sekalian terima dari kepala kantor saya secara resmi diterimanya permintaan Anda sekalian, dalam
pandangan Undang-undang Dasar, tidak dinilai sebagai izin bagi Anda sekalian. Hal itu karena izin
pendirian partai dan pengakuan terhadapnya bergantung pada kepentingan negara seperti yang telah
saya tunjukkan kepada Anda sekalian dalam beberapa tulisan yang dikirimkan kepada Anda sekalian
mengenai tidak adanya persetujuan atas pendirian partai.
Atas dasar ini, pemerintah Yordania mengeluarkan larangan berdirinya HT dan menyatakan
aktivitasnya sebagai ilegal. Namun, HT mengabaikan hal itu dan terus beraktivitas hingga sekarang. 18
Pada tahun 1953, pada masa kabinet Tawfiq ‘Abdul Hadi (alm.), Syaikh Taqiyuddin an-
Nabhani bersama Ustadz Dawud Hamdan ditangkap di al-Quds; sementara Munir Syaqir dan Ghanim
‘Abduh ditangkap di Amman; lalu beberapa hari berikutnya, Dr. Abd al-‘Aziz al-Khiyath juga ditangkap;
semuanya dijebloskan ke penjara.
Pada waktu itu HT berhasil meyakinkan sejumlah wakil rakyat dan pejabat kabinet di Amman.
Akhirnya, sekelompok wakil rakyat, pengacara, pebisnis, dan sejumlah orang yang memiliki kedudukan
mengirimkan petisi yang menuntut lembaga berwenang agar membebaskan Syaikh Taqiyuddin dan
kolega beliau. Petisi ditandatangani sebanyak 37 orang. 19
Dr. Abd al-‘Aziz al-Khiyath bertutur:
Tiga hari setelah saya masuk penjara, di kantor kepala penjara, seorang yang sangat baik, H. Salim,
terjadi diskusi antara kami dan utusan ketua Kabinet, Muhammad ‘Ali Badir, Rasyid al-Khiyath, dan
seorang wakil rakyat Rasyad Thawqan. Diskusi membahas dakwah Islamiyah dan aktivitas Hizbut
Tahrir, bahwa dalam aktivitas Hizbut Tahrir tidak ada yang menyalahi perundang-undangan; tidak ada
seruan revolusi ataupun huru-hara; juga tidak ada seruan pada kekerasan. Kami tidak lain menyerukan
pemikiran kami dengan metode yang damai dan hal itu dijamin UUD. Mereka sepaham dengan kami.
Hari berikutnya, kami dibebaskan. 20
Glubb Pasya, seorang pejabat Inggris yang kala itu menjadi Kepala Staf Angkatan Bersenjata
Yordania, yang ironisnya disebut Arab Legion of British Army (Legion Arab Tentara Inggris)—dialah
yang secara real berkuasa di Yordania—mendesak pemerintahan boneka di Yordan untuk
menggunakan semua alat yang diperlukan untuk 'mencekik' HT dan aktivitasnya. Tahun 1954
dikeluarkan Qânûn al-Wa’zhu wa al-Irsyâd. Isinya, seseorang tidak boleh menyampaikan ceramah,
khutbah, atau pengajaran di masjid kecuali mendapat lisensi resmi dari Qadhi Qudhat. Atas dasar UU
ini, sejumlah tokoh HT ditangkap dan dijebloskan ke penjara. 21
Pada November 1953, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani berpindah ke Damaskus dan
menyebarkan dakwah di sana. Namun, satu saat intelijen Syiria membawa beliau ke perbatasan Syria-
Lebanon. Atas bantuan Mufti Lebanon, Syaikh Hasan al-‘Alaya, akhirnya beliau diizinkan masuk ke
Lebanon yang sebelumnya tidak boleh.
Beliau lalu menyebarkan pemikiran beliau di Lebanon dengan leluasa sampai tahun 1958,
yaitu ketika pemerintah Lebanon mulai mempersempit kehidupan beliau karena merasakan bahaya dari
pemikiran yang beliau emban. Akhirnya, beliau berpindah dari Beirut ke Tharablus dan terpaksa
mengubah penampilan agar leluasa menjalankan kepemimpinan HT. 22
Selama itu beliau terus memegang Qiyadah (Kepemimpinan) HT. Beliau juga terus memantau
berita baik dari koran, berbagai media, radio, dan sebagainya; kemudian menulis analisis politik dan
disebarkan atas nama HT.
Beliau wafat pada 1 Muharam 1398 H atau 11 Desember 1977 M. Jenazah beliau
dimakamkan di pemakaman Syuhada’ al-Auza’i, Beirut. 23
Peninggalan Beliau
Peninggalan beliau adalah sesuatu yang sangat bernilai. Beliau telah meninggalkan sebuah
partai (Hizbut Tahrir) yang solid dengan seluruh pemikiran yang diembannya. Beliaulah yang menulis
hampir seluruh pemikiran dan pemahaman HT.
Namun, beliau juga melibatkan komponen HT dalam menulis kitab-kitab beliau. Beliau
menulis rancangan buku dan garis-garis besarnya, kemudian beliau mempercayakan kepada salah
seorang intelektual HT yang menonjol di sekeliling beliau untuk menulis lengkapnya hingga mewujud
dalam bentuk pemikiran yang mengkristal (jernih dan kokoh), baru kemudian dicetak. 24
Beliau sering menyodorkan buku-buku beliau kepada para intelektual dan ulama HT sekaligus
mendiskusikannya sebelum memutuskan akhirnya. Dengan begitu, pemikiran yang keluar merupakan
pemikiran yang jelas, gamblang, dan sahih; dengan argumentasi yang kuat dan disertai keyakinan atas
setiap hurufnya. 25
Karya-karya beliau istimewa karena bersifat menyeluruh dan mencakup berbagai bidang yang
luas dan solusi atas problematika manusia. Karya-karya politis beliau juga istimewa karena didsarkan
pada kesadaran, kedalaman, kejelasan, dan kesatuan sistematika sehingga mampu mendeskripsikan
Islam sebagai 'ideologi' yang sempurna dan menyeluruh yang digali dari dalil-dalil syariat—al-Quran,
as-Sunnah, Ijma Sahabat, dan Qiyas. Hal ini bisa dikatakan sebagai hasil pertama dari usaha yang
sungguh-sungguh dari seorang pemikir Muslim pada zaman ini. 26
Kehidupan politik beliau termasuk yang paling menonjol pada era ini dan mungkin sampai ke
depan nanti. Beliau memiliki kemampuan yang tinggi dalam melakukan analisis politik, sebagaimana
tampak dalam berbagai selebaran politik HT. Beliau memiliki keluasan telaah atas berbagai peristiwa
politik; memiliki kedalaman pemahaman dan kesadaran yang sempurna atas masalah-masalah dan ide-
ide politik. Siapa yang mendalami berbagai selebaran dan buku politik HT, garis-garis besar politik yang
beliau susun untuk membina para syabâb (aktivis) HT secara politik, akan dapat mengerti bahwa beliau
memiliki kemampuan politik yang luar biasa. Beliau benar-benar merupakan salah seorang pemikir
sekaligus politikus ulung abad ke-20. 27
Semoga kita dapat melestarikan peninggalan beliau yang sangat bernilai itu. Semoga kita
diberi kekuatan oleh Allah untuk melanjutkan dan tetap istiqamah memperjuangkan tegaknya Khilafah
Islamiyah—yang menerapkan syariat Islam sekaligus mendakwahkan Islam ke seluruh dunia—yang
menjadi dambaan beliau dan kita semua. Wallâh Muwaffiq ilâ Aqwâm ath-Tharîq. [Yahya A].
1. 1. Dikutip oleh Dr. Abd al-‘Azîz al-Khiyâth, dalam Muqadimah buku Hizb at-Tahrîr al-Islâmiy,
‘Aradh Târikhiy wa Dirâsah ‘Âmah, hal 7-8, ‘Awniy Judû’ al-‘Abîdiy, Dar al-Liwa’ li as-Shahafah wa
an-Nasyr. 1993
2. 2. Hizb ut-Tahrir’s Media Office, The Founder of Hizb at-Tahrîr ut-Tahrir, Hizb-ut Tahrir.org; Ihsan
Samarah, Mafhûm al-‘Adâlah al-Ijtimâ’iyyah fî al-Fikr al-Mu’ashir, hal. 140
3. 3. Yusuf al-‘Awdat, Min A’lam al-Fikr wa al-Adab fî Filisthin, hal. 619-620; az-Zarkali, al’A’lam, jilid
xix, hal. 289-290, cet. II.
4. 4. ‘Awniy Judû’ al-‘Abîdiy, Hizb at-Tahrîr al-Islâmiy, ‘Aradh Târikhiy wa Dirâsah ‘Âmah, hal. 43-
44, Dar al-Liwa’ li as-Shahafah wa an-Nasyr. 1993
5. 5. Ihsan Samarah, op. cit., hal. 141; Abd al-Halim Ramhi, al-A’lam al-Islâmiy, hal. 120, Desertasi
Doktoral Universitas Islam Pakistan. 1986
6. 6. Ihsan Samarah, ibid, hal. 142; al-Kaylâni, al-harakât al-Islâmiyyah fî al-Urdun, hal. 110
7. 7. Ihsan Samarah, ibid, hal. 141-142. Hasil wawancara dengan Syaikh Shubhi al-Mu’aqqat dan
Syaikh al-Ustadz Abd al-Hamid as-Sa’ih.
8. 8. As-Sayid Ziyâd Salamâh, Munâqasyât ‘Ilmiyyah Hawla Târîkh Hizb at-Tahrir, komentar (ta’li’)
buku Hizb at-Tahrîr al-Islâmiy, ‘Aradh Târikhiy wa Dirâsah ‘Âmah, hal 126-127, ‘Awniy Judû’
al-‘Abîdiy, Dar al-Liwa’ li as-Shahafah wa an-Nasyr. 1993
9. 9. Lihat, The Founder of Hizb ut-Tahrir, Hizb at-Tahrir’s Media Office, Hizb-ut Tahrir.org; Ihsan
Samarah, op. cit., hal. 142-144; al-Mawshû’ah al-Filisthiniyyah, juz I, hal. 564. Sayid Ziyâd
Salamah memberikan rangkaian yang agak berbeda : “ Saya menemukan urutan yang lain di al-
Mawshû’ah al-Filisthiniyyah, yang mendorongku untuk mendalaminya dari arsip Mahkamah-
Mahkamah Syariah di Palestina, maka saya menemukan : Setelah Syaikh an-Nabhani kembali dari
al-Azhar tahun 1932, beliau mengajar di sekolah-sekolah di Haifa (salah satu murid beliau aalah
Ustadz Ihsan ‘Abbas), selanjutnya beliau mengajar di Madrasah al-Khalil Tsanawiyah (setingkat
SMU) sampai 1932. Kemudian beliau menjabat Sekretaris Mahkamah di Bissan, lalu pindah ke
Taberiya. Tahun 1940-1942 beliau menjabat Sekretaris di Mahkamah Syariah di Yafa. Lalu pindah
ke Haifa dan menjabat Kepala Sekretaris Mahkamah Syariah di Haifa sampai 28-4-’45. Kemudian
antara 29-11-’45 sampai 20-12-’45 beliau menjabat Musyâwir di Mahkamah al-Quds. Kemudian
pindah menjabat Qadhi di Mahkamah al-Khalil as-Syar’iyah sampai 1-2-’47. Kemudian beliau
menjabat Qadhi al-Quds. Dan pada akhir 1948 beliau berkarya di Mahkamah Isti’naf dimana beliau
menjadi Penilik terhadap Mahkamah-mahkamah yang ada dan kemudian menjadi angota
Mahkamah Isti’naf sampai kuartal I tahun 1950. (Ziyad Salamah, Munâqasyât ‘Ilmiyyah Hawla
Târîkh Hizb at-Tahrir, komentar (ta’li’) buku Hizb at-Tahrîr al-Islâmiy, ‘Aradh Târikhiy wa Dirâsah
‘Âmah, hal 127-128, ‘Awniy Judû’ al-‘Abîdiy, Dar al-Liwa’ li as-Shahafah wa an-Nasyr. 1993
10. 10. Dr. ‘Abd al-‘Aziz al-Khiyath, Muqadimah, dan Ziyad Salamah, ibid, dalam ‘Awniy al-Judû’
al-‘Abidiy, op. cit.
11. 11. The Founder of Hizb ut-Tahrir, Hizb at-Tahrir’s Media Office, Hizb-ut Tahrir.org; Ihsan
Samarah, hasil wawancara langsung dengan sahabat Syaikh Taqiy yaitu Ustadz Jâd ar-Rab
Ramadhan, salah seorang tokoh di Kulliyah as-Syarî’ah wa al-Qanûn tahun 1973 di Kaero, Mesir.
12. 12. The Founder of Hizb ut-Tahrir, Hizb at-Tahrir’s Media Office, Hizb-ut Tahrir.org
13. 13. Ziyad Salamah, op. cit., dalam ‘Awniy Judû’ al-‘Abidi, op. cit. hal. 129.
14. 14. Hizb at-Tahrir’s Media Office, The Founder of Hizb ut-Tahrir, Hizb at-Tahrîr-ut-Tahrir.org
15. 15. Dr. Abd al-‘Aziz al-Khiyath, op. cit.
16. 16. Ihsan Samarah, op. cit., hal. 146, mengutip dari harian ash-Sharîh tanggal 14 Maret 1953
“Hai’at at-Tahrir, Tasjîl al-Hizb Rasmiyan fî al-Quds”
17. 17. Ihsan Samarah, ibid, hal. 146-147
18. 18. Hizb at-Tahrir’s Media Office, The Founder of Hizb ut-Tahrir, Hizb-ut-Tahrir.org
19. 19. Ziyad Salamah, op. cit. hal. 126.
20. 20. Dr. Abd al-‘Aziz al-Khiyath, op. cit, hal. 22
21. 21. Ibid, hal. 22-25; Hizb at-Tahrir’s Media Office, The Founder of Hizb ut-Tahrir
22. 22. ‘Awniy Judû’ al-‘Abidi, op. cit., hal. 111-112
23. 23. Mengenai tanggal wafat beliau terdapat tiga catatan, Harian ad-Dustûr Yordania
menyebutkan, wafat beliau pada 19 Muharam 1398 H atau 29 Desember 1977. Sedangkan ‘Awniy
Judû‘ al-‘Abîdî, op. cit., hal. 113, menyebutkan beliau wafat pada 25 Rajab 1398 H atau 20 Juni
1977. Yang meyakinkan (pasti) adalah sesuai penjelasan Hizb at-Tahrîr dan salah seorang dari
orang dekat beliau bahwa beliau wafat pada 1 Muharam 1398 H atau 11 Desember 1977 M.
24. 24. ‘Awniy Judû’ al-‘Abidi, op. cit., hal. 99, hasil wawancara dengan Ust. Ghanim ‘Abduh pada 25
Juli 1990.
25. 25. Abdullah Muhammad Mahmud, Arba’ Mulâhazhât ‘alâ Ta’qibât ‘alâ Kitâb Hizb at-Tahrîr li
Sayid ‘Awniy Judû’, dalam ‘Awniy Judû’ al-‘Abidi, op. cit., hal. 148.
26. 26. Ihsan Samarah, op. cit., hal. 150, mengutip dari Dr. Fahmi Jad’an, Nazhariyah at-Turâts, hal.
83-88.
27. 27. Ihsan Samarah, ibid, hal. 148-149.