Anda di halaman 1dari 12

B AB 1

MODEL JARINGAN UNTUK


SISTEM SEDERHANA
1.1 Konsep Model Jaringan

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan aplikasi dasar dari teori peluang untuk
pengukuran keandalan sistem. Namun demikian, pada praktiknya sistem sering
dimodelkan dengan menggunakan jaringan (network) dimana komponen –
komponen pada sebuah sistem dihubungan dalam pola hubungan seri, paralel,
serta gabungan seri dan paralel. Kesulitan dalam pemahaman metoda-metoda
analitik penilaian keandalan sering diakibatkan lemahnya pemahaman terhadap
pemodelan jaringan ini. Disamping itu harus diingat pulan bahwa topologi struktur
sistem tidak selalu sama dengan model jaringan. Hal ini karena sistem kadang
memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan topologi struktur yang terlihat.
Sebagai contoh, sistem pompa sentrifugal yang tersusun paralel secara phisik
kadang kala memiliki karakteristik kerja dimana satu atau lebih pompa beroperasi
dan pompa lainnya akan bekerja saat pompa utama gagal beroperasi. Karena itu
hendaknya pemahaman terhadap karakeristik kerja sistem dimiliki terlebih dahulu
sebelum kita melakukan pemodelan jaringan.

Komponen-komponen dapat dikatakan terhubung secara seri jika untuk


menjamin sistem sukses semua komponen harus beroperasi atau tidak boleh
gagal. Kegagalan pada satu komponen yang terhubung seri akan menyebabkan
kegagalan sistem.

Komponen-komponen dikatakan terhubung secara paralel jika hanya satu


komponen saja yang terhubung secara seri dibutuhkan untuk menjamin sistem

1
sukses. Sistem akan gagal jika semua komponen yang terhubung paralel juga
gagal.

Dengan demikian sistem seri sering juga disebut dengan istilah non-redundant
system serta sistem paralel disebut dengan fully redundant system.

1.2 Sistem Seri

Sistem yang terdiri dari dua komponen seri yakni


A B komponen A dan komponen B memiliki indeks
keandalan komponen (R) masing-masing Ra dan
Rb. Dengan demikian keandalan sistem dapat
ditentukan dengan:

Gambar 1.2-1 Sistem seri dengan 2 komponen

Rs = Ra x Rb ....................................................................

Jika terdapat n komponen yang terhubung secara seri maka:

n
Rs = ∏ Ri ...........................................................................
i =1

Dengan demikian indeks keandalan sistem yang terdiri dari beberapa komponen
seri adalah perkalian dari indeks keandalan masing-masing komponen didalam
sistem tersebut.

Pada beberapa kasus penilaian keandalan, adakalanya akan lebih untuk


menghitung indeks ketidakhandalan (unreliability-Q) terlebih dahulu sebelum
menghitung indeks keandalan. Mengingat keandalan dan ketidakhandalan
adalah komplementer terhadap satu sama lain, maka

Qs = 1 - Ra x Rb

= 1-(1-Qa).(1-Qb)

= Qa + Qb - Qa.Qb ........................................................

Dan untuk n komponen seri maka

2
n
Qs = 1 − ∏ Ri .......................................................................
i =1

Contoh 3.1

Sistem A terdiri dari 5 komponen dan sistem B terdiri dari 10 komponen identik
dimana semua sistem harus beroperasi untuk menjamin sistem sukses. Jika
indek keandalan masing-masing komponen adalah 0.95, berapakah indek
keandalan sistem A dan B tersebut tersebut?

Untuk sistem A, maka Rs = 0.955 = 0,7737

Untuk sistem B, maka Rs = 0.9510 = 0,5987

Dari contoh soal di atas dapat diamati bahwa sistem seri akan sukses jika semua
komponen yang ada pada sistem juga sukses. Kegagalan pada satu komponen
akan menyebabkan sistem menjadi gagal. Semakin banyak komponen yang
terhubung secara seri, maka keandalan sistem akan makin rendah.

Contoh 3.2

Dua buah komponen identik yang terhubung secara seri memiliki indeks
keandalan komponen 0.99. Berapakah indeks ketidakhandalan system?

Qs = 1 – Ra.Rb = 1 – 0.992 = 0.0199

Contoh 3.3

Sebuah sistem membutuhkan 200 buah komponen identik yang terhubung


secara seri. Jika indeks keandalan sistem tidak boleh kurang dari 0.99,
berapakah indeks keandalan komponen dalam sistem?

Rs = R200 = 0.99

Dengan demikian R = 0.991/200 = 0.99995

3
1.3 Sistem Paralel

Perhatikan dua komponen A dan B yang terhubung


A
secara paralel seperti terlihat pada gambar 3.2. Pada
susunan tersebut, sistem sukses ditentukan jika paling
tidak salah satu dari komponen tersebut sukses.
B Dengan kata lain, sistem akan gagal jika semua
komponen yang terhubung paralel gagal.

Gambar 1.3-2 Sistem paralel dengan 2 komponen

Indeks ketidakandalan sistem dirumuskan dengan:

Qp = Qa x Qb ....................................................................

Jika terdapat n komponen yang terhubung secara seri maka, indeks


ketidakandalan sistem adalah:

n
Qp = ∏ Qi .............................................................................
i =1

Dengan demikian indeks keandalan sistem diperoleh dengan:

Rp = 1 - Qs = 1 – (Qa x Qb) .............................................

Jika terdapat n komponen yang terhubung secara seri maka, indeks keandalan
sistem adalah:

n
Rp = 1 − ∏ Qi .........................................................................
i =1

Daro pernyataan di atas dapat diketahui bahwa semakin banyak komponen yang
terhubung secara paralel di dalam sistem, maka indeks keandalan sistem akan
semakin tinggi.

Contoh 3.4

Sebuah sistem terdiri dari empat komponen yang terhubung paralel dengan
indeks keandalan komponen adalah 0.99, 0.95, 0.98, dan 0.97. Berapakah
indeks keandalan dan ketidakandalan sistem?

4
Qp = Q1 x Q2 x Q3 x Q4 = (1-0.99) x (1-0.95) x (1-0.98) x (1-0.97) = 3.10-7

Dengan demikian indeks keandalan sistem adalah 1-3.10-7 = 0.9999997

Contoh 3.5

Sebuah komponen memiliki indeks keandalan 0.8. Analisalah pengaruh


penambahan jumlah komponen jika komponen tersebut terhubung paralel satu
sama lain.
Jumlah Keandalan penambahan prosentase
Komponen sistem keandalan keandalan Dari persamaan yang
1 0.800000 - -
telah dibahas di depan,
2 0.960000 0.160000 20
3 0.992000 0.032000 24 maka diperoleh hasil
4 0.998400 0.006400 24,8
5 0.999680 0.001280 24,96
sebagai berikut: Disini
6 0.999936 0.000256 24,99 terlihat bahwa penam-
bahan koponen pertama terhadap satu komponen utama memberikan pening-
katan prosentase keandalan yang paling besar. Penambahan beberapa
komponen berikutnya tidak terlalu signifikan meningkatkan keandalan sistem
secara keseluruhan.

Contoh 3.6

Sebuah sistem yang memiliki indeks keandalan komponen 0.7, harus didisain
agar memiliki indeks keandalan sistem sebesar 0.999. Berapakah jumlah
minimum komponen yang harus dihubungkan secara paralel?

1 – 0.999 = (1 – 0.7)n

0.001 = 0.3n, sehingga n = 5,74 komponen, atau kalau dibulatkan akan menjadi 6
komponen.

1.4 Kombinasi sistem seri-paralel

Pada kasus susunan kombinasi antara seri dan paralel, maka penyederhanaan
sistem dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa komponen yang
terhubung secara seri atau paralel menjadi satu nilai keandalan gabungan.

5
Contoh 3.7

Tentukan berapa indeks


1 2 3 4
keandalan total sistem seri-
paralel ini jika indek
5 6 7 8 keandalan masing-masing
komponen adalah 0.9

Gambar 1.4-3 Sistem kombinasi seri-paralel

Sistem di atas dapat disederhanakan dengan menggabungkan keempat


komponen seri (1, 2, 3, 4) (disebut dengan 9) menjadi satu bagian gabungan,
dan proses yang sama juga dilakukan untuk komponen seri (5, 6, 7, 8) (disebut
dengan 10). Selanjutnya dua gabungan komponen yang terhubung secara
paralel dapat diselesaikan dengan algoritma sistem paralel.

R9 = R1 R2 R3 R4
9
R10 = R5 R6 R7 R8
11
R11 = 1 – (1-R9)(1-R10) = R9+R10-R9R10
10
R11 = 0.94+0.94-0.98 = 0.8817

Gambar 1.4-4 Penyederhanaan sistem kombinasi seri-paralel

Contoh 3.8

3 Dapatkan ekspresi keandalan


sistem disebelah dan hitung indeks
1 2
ketidakandalan sistem jika indeks
4 keandalan masing-masing
komponen adalah 0.8
5
Gambar 1.4-5 kombinasi seri-paralel

Langkah penyederhanaan adalah dengan menggabungkan komponen 3 dan 4


menjadi gabungan komponen 6. Selanjutnya komponen 1, 2 dan 6 digabungkan
kembali menjadi gabungan komponen 7 dan diakhiri dengan menyederhanakan
susunan parelel antara komponen 7 dan komponen 5.

6
1 2 6 7

5 5

Gambar 1.4-6 Langkah penyederhanaan kombinasi seri-paralel

Dari gambar diatas dapat dirumuskan:

Q6 = Q3 . Q4

Q7 = 1–(1–Q1)(1–Q2)(1–Q6) = Q1+Q2+Q6–Q1Q2-Q2Q6-Q6Q1+Q1Q2Q6

Q8 = Q5 . Q7

Q8 = Q5(Q1+Q2+Q3Q4-Q1Q2-Q2Q3Q4-Q3Q4Q1+Q1Q2Q3Q4) = 0.07712

Atau dengan cara yang lain diperoleh:

R6=R3+R4-R3R4 R7=R1R2R6

R8=R5+R7-R5R7=R5+R1R2(R3+R4-R3R4)-R5R1R2(R3+R4-R3R4) = 0.92288

Q8 = 1 – 0.92288 = 0.07712

1.5 Partially Redundant System

Tentukan ekspresi indeks


4
2 keandalan gambar berikut
1 5 dimana dari 3 komponen
yaitu komponen 4, 5 dan 6,
3
6 minimum hanya 2 komponen
saja yang harus sukses
7 untuk menjamin sistem
sukses.

Gambar 1.5-7 Partially redundant system

7
Sistem di atas dapat disederhanakan dengan cara menggabungkan komponen 2
dan 3 menjadi gabungan 8, selanjutnya komponen 4, 5 dan 6 digabungkan
menjadi gabungan komponen 9. Komponen 1, gabungan 8 dan gabungan 9
selanjutnya dapat disederhanakan menjadi gabungan komponen 10 dan
akhirnya dapat disederhanakan dengan memparalelkan gabungan komponen 10
dengan komponen 7. Langkah–langkah tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.

1 8 9 10

11

7 7

Gambar 1.5-8 Penyederhanaan partially redundant system

Perbedaan dengan contoh 3.8 di atas adalah bahwa pada kasus partially
redundant system, gabungan komponen 9 tidak dapat dihitung langsung dengan
memparalelkan ketiga komponen pendukungnya, karena ada persyaratan bahwa
cukup 2 komponen saja harus sukses untuk menjamin gabungan komponen
tersebut sukses. Ini bisa diselesaikan dengan menggunakan pendekatan
distribusi binomial seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya.

Q8 = Q2Q3 R10 = R1R8R9

Q11 = Q10Q7 = Q7(1-R1R8R9)= Q7(1-R1(1-Q2Q3)R9)= Q7(1-R1R9+R1R9Q2Q3)

Selanjutnya R9 diperoleh dengan menggunakan distribusi binomial, dimana


R4=R5=R6=R dan Q4=Q5=Q6=Q dan menghasilkan

R9 = R3 + 3R2Q dan Q9 = 3RQ2 + Q3

Jika R4KR5KR6 dan Q4KQ5KQ6, maka:

R9=R4R5R6+R4R5Q6+R5R6Q4+R6R4Q5,dan Q9= R4Q5Q6+R5Q6Q4+R6Q4Q5+Q4Q5Q6

Jika Ri = 0.8, maka R9 = 0.8960, Q9 = 0.1040, dan Q11 = 0.06237

1.6 Standby Redundant System

8
Sistem standby mengoperasikan satu atau lebih komponen utama dan satu atau
lebih komponen dalam posisi standby yang akan beroperasi bila komponen
utama gagal. Proses pemindahan kerja komponen ini dilakukan dengan
menggunakan switch. Gambar 3.9 (a) adalah susunan parallel redundant dimana
komponen A dan B beroperasi secara bersama-sama untuk melayani fungsi
tertentu. Sementara itu Gambar 3.9 (b) adalah susunan standby redundant
dimana komponen A beroperasi terlebih dahulu (karena terhubung dengan
switch) sampai komponen tersebut gagal dan selanjutnya jika gagal switch akan
berpindah ke komponen B untuk menggantikan fungsi komponen A.

A A

B B

(a) (b)

Gambar 1.6-9 (a) Parallel redundancy (b) Standby redundancy

Pada buku ini hanya akan dibahas penurunan algoritma sistem standby untuk
kasus switch sempurna (tidak mungkin gagal) dan kasus switch tidak sempurna.

Kasus switch sempurna:

Jika switch sempurna, dimana switch pasti sukses dalam memindahkan fungsi
kerja komponen A ke komponen B saat komponen A tersebut gagal, maka
sistem akan gagal jika komponen A gagal dan komponen B gagal (dimana A
sudah gagal terlebih dahulu), atau dapat dituliskan:

Q = Q( A).Q( B A)

Jika komponen A dan komponen B diasumsikan independen satu sama lain,


maka

Q = QA . QB .........................................................................
B

Persamaan di atas serupa dengan persamaan peluang kegagalan sistem parallel


redundancy. Hal ini tidak benar, sebab sekalipun peluang kegagalannya sama,

9
namun pada standby redundancy waktu operasi komponen-komponen
didalamnya tentunya akan lebih kecil jika dibandingkan dengan parallel
redundacy, sebab komponen B hanya akan berfungsi jika komponen A gagal.
Hal ini berbeda dengan parallel redundancy dimana kedua komponen beroperasi
bersama-sama.

Kasus switch tidak sempurna:

Jika switch tidak sempurna, maka berarti switch tersebut memiliki peluang untuk
gagal dalam memindahkan fungsi kerja komponen A saat gagal menuju
komponen B. Jika peluang switch sukses melakukan kerjanya adalah Ps, maka
peluang kegagalan switch akan menjadi Qs = (1 – Ps).

Permasalahan ini selanjutnya dapat diselesaikan dengan konsep peluang


bersyarat (conditional probability) dimana:

P(sistem gagal) = P(sistem gagal jika switch sukses) x P(switch sukses) +


P(sistem gagal karena switch gagal) x P(switch gagal)

Pernyataan diatas dapat diterjemahkan secara matematis menjadi:

Q = QA.QB.Ps + QA.Qs
B

= QAQBPs + QA(1-Ps)
B

= QAQBPs + QA – QAPs
B

= QA – QAPs(1-QB)......................................................
B

Jika switch terhubung dengan komponen B (komponen A standby), maka:

Q = QB – QBPs(1-QA)........................................................
B B

Jika switch memiliki peluang gagal tidak hanya pada saat melakukan fungsi
pemindahan namun juga pada saat switch tersebut berada pada kondisi standby,
maka kondisi tersebut bisa diwakili oleh hubungan seri antara Komponen A dan
B yang terhubung paralel dengan switch tersebut. Pada kondisi ini switch tidak
hanya memiliki peluang gagal pada saat melakukan fungsi pemindahan kerja
(Ps) namun juga memiliki peluang gagal saat pada kondisi standby (indeks

10
keandalan switch tidak sama dengan 1 saat pada posisi standby). Hal tersebut
dapat dijelaskan melalui gambar berikut.

Ps Rs

Gambar 1.6-10 Standby redundancy dengan switch tidak sempurna

Dengan demikian:

Q = [QA-QAPs(1-QB)] + Qs – [QA-QAPs(1-QB)]Qs ...............


B B

R = Rs(1-(QA-QAPs(1-QB)) ................................................
B

Jika switch terhubung dengan komponen B (komponen A standby) maka:

Q = [QB-QBPs(1-QA)] + Qs – [QB-QBPs(1-QA)]Qs ...............


B B B B

R = Rs(1-(QB-QBPs(1-QA)) ................................................
B B

Contoh 3.9

Jika susunan seperti pada gambar 3.10 memiliki indeks keandalan komponen A
dan B adalah 0.9 dan komponen B memiliki keandalan jika komponen A sudah
gagal terlebih dahulu sebesar 0.96, maka berapakah keandalan sistem jika (a)
switch sempurna? (b) switch punya peluang gagal 0.08? (c) switch memiliki
keandalan saat kondisi operasi sebesar 0.98?

(a) R = 1 – (1-0.9) (1-0.96) = 1 – (0.1 x 0.04) = 0.996

(b) R = 1 – (0.1 – 0.1x0.92(1-0.04)) = 0.988

(c) R = 0.98 x 0.988 = 0.969

Contoh 3.10

Sama seperti contoh 3.9, jika susunan seperti gambar dibawah dan komponen C
dan D memiliki indeks keandalan 0.99 dan 0.8, berapa indeks keandalan sistem?

11
A

Ps Rs

B
C

Indeks keandalan bagian A,B,Ps dan Rs sudah didapatkan pada contoh


sebelumnya yakni 0.969. Karena itu indeks keandalan sistem secara
keseluruhan adalah:

R = RC(1-QD(1-0.969)) = 0.99(1-0.2(1-0.969) = 0.984

12

Anda mungkin juga menyukai