STABILITAS
NPM : 1415041039
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karunia yang
Pengendalian Proses yang diberikan oleh Bapak Dosen Ir. Azhar, M.T. mengenai
STABILITAS. Saya sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna dan masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon
saran dan kritik yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik dari
sebelumnya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I.PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan
BAB II.PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Stabilitas
2.5.Bode Diagram
3.1Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu sistem bisa dikatakan stabil apabila jangka panjangnya tidak bergantung
secara signifikan pada kondisi awal. Sebuah sistem didefinisikan stabil jika
setiap input terbatas pada sistem menghasilkan output yang dibatasi selama
interval waktu.
Apabila sistem tidak stabil, maka output dari sistem mungkin tidak terbatas
meskipun input ke sistem dalam keadaan terbatas. Selain itu, sistem yang tidak
penting untuk mengontrol sebuah proses yang terjadi , agar nantinya proses
dimana bagian nyata adalah negatif. Untuk memastikan stabilitas sistem kontrol
umpan balik, maka dapat ditetntukan akar dari karakteristik polinomial q(s).
Namun pertama-tama kita tertarik untuk menentukan jawaban atas
1.2 Tujuan
karakteristiknya
PEMBAHASAN
Hal yang amat penting dalam desain sistem kontrol adalah masalah stabilitas
sistem. Bukan hal yang rahasia lagi bahwa pokok tujuan terpenting dalam
analisa dan desain kontrol adalah menciptakan suatu sistem yang stabil.
(response) sistem bersifat terbatas jika diberikan masukan sistem yang bersifat
terbatas, sebagai contoh : f(t) = A sin ωt , maka harga maksimum dari f(t) tidak
atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga
atau dalam suatu rangkuman harga (range) tertentu. Di dalam dunia industri,
dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi untuk
menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta dengan
Ada banyak proses yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu produk
nilai nol. Nilai nol dari numerator disebut ZERO dan nilai nol dari denominator
disebut POLE. Pole dan zero merupakan bilangan kompleks. Gambaran grafis
pole dan zero tentulah pada bidang kompleks. Gambaran grafis pole dan zero
Contoh 1.
Contoh 2.
Contoh 3.
Sistem H(s)=5/s(s+2) tidak mempunyai zero dan mempunyai pole di s=0 dan
s=-2.
Contoh 4.
Sistem H(s)=(s+2)/(s2+2s+5) mempunyai zero di s=-2 dan pole di s=-1-j2 dan
s=-1+j2.
Pole zero plot dari keempat sistem pada contoh 1 sampai contoh 4 terlihat pada
Bila diberikan persamaan fungsi alih dari suatu sistem loop tertutup sebagai
berikut :
, dimana n > m
dengan tanda bulatan kecil dan pole digambarkan dengan tanda silang. Hal ini
τp
τz τ
pn ωp
Dari Gambar diatas, zero zm dinyatakan dalam koordinat zm(τz, ωz) dimana nilai
dari zm = τz + jωz. Pole pn dinyatakan dalam koordinat pn(τp, ωp) dimana nilai
dari pn = τp + jωp.
𝐶(𝑠) 𝐺(𝑠)
=
𝑅(𝑠) 1 + 𝐺(𝑠)𝐻(𝑠)
sistem kontrol tidak lebih tinggi dari orde kedua. Untuk sistem ini respons
langkah harus menyerupai gambar 4-7 atau gambar 7-3. Oleh karena itu, sistem
ini secara inheren stabil. Dalam konsep stabilitas kita menganggap masalah
stabilitas dalam sistem kontrol hanya sedikit lebih rumit daripada yang dipelajari
sebelumnya. Sistem ini mewakili kontrol proporsional dari dua heat tank yang
diaduk dengan lag pengukuran. Dalam diskusi ini, hanya set point perubahan
Fungsi alih sebuah elemen atau sistem disebut juga fungsi karakteristik sistem.
Pada Gambar 5.3 diperlihatkan blok diagram umum untuk suatu sistem umpan
maka tidak ada hubungan apakah sistem tersebut stabil atau tidak.
Dengan demikian fungi masukan yaitu pembilang dalam persamaan (5.3) dapat
atau
Persamaan (5.15) disebut persamaan karakteristik sistem lingkar tertutup,
dimana dari persamaan (5.15) ini dapat ditentukan apakah suatu sistem bersifat
Fungsi alih lingkar terbuka yang dinyatakan oleh G(s)H(s) dan dituliskan dalam
bentuk perbandingan dua buah polinomial yaitu N(s) dan D(s) berikut
berlaku
atau
Faktor D(s) dan N(s) dalam persamaan (5.19) dapat dikalikan bersama, maka
persamaan karakteristik dapat dituliskan dalam bentuk yang lebih umum untuk
sebagai berikut
memenuhi terhadap syarat kestabilan yaitu agar suatu sistem bersifat stabil
negatif
kestabilan.
Suatu sistem pengendalian dikatakan stabil jika dan hanya jika semua kutub loop
memungkinkan kita untuk menentukan jumlah kutub loop tertutup yang berada
cara lain untuk menentukan kestabilan suatu sistem tanpa menghitung akar-akar
(Laplace). Cara ini akan menunjukkan adanya akar-akar yang tidak stabil beserta
jumlahnya tetapi tidak menentukan nilai atau kemungkinan cara untuk mencegah
ketidakstabilan.
Dimana
ao,a2,a4,a6..................................
a1,a3,a5,a7..................................
b1,b3,b5,b7..................................
c1,c3,c5,c7..................................
d1,d3,d5,d7..................................
dst (5.36)
Dimana cara penyusunannya
(ao,a2,a4,a6,……dst)
kedua
keempat
Demikian seterusnya
dan seterusnya
demikian pada pada akhirnya akan diperoleh suatu susunan barisan yang lengkap
berbentuk segitiga dimana jumlah baris adalah sebanyak pangkat tertinggi dari s
ditambah satu. Berarti untuk persamaan orde-dua jumlah baris adalah 3 (tiga), untuk
persamaan orde-tiga menjadi 4 (empat) dan seterusnya. Setelah itu periksa kolom
pertama dari persamaan (5.36) apakah terjadi perubahan tanda. Jika tidak terjadi
perubahan tanda pada kolom pertama berarti sistem bersifat stabil dan begitu pula
sebaliknya jika terjadi perubahan tanda pada kolom pertama berarti sistem tidak
stabil.
Adapun kriteria Stabilitas Routh adalah mengenai Kriteria Stabilitas Routh jumlah
akar2 persamaan karakteristik yang terletak disebelah kanan sumbu khayal pada
bidang S = Jumlah perubahan tanda pada koefisien2 kolom pertama pada deret
Routh.
Cara lain menetukan stabilitas sebuah sistem adalah metoda Hurwitz. Dengan
karakteristik memiliki bagian nyata yang negatif. Hal ini ditentukan dengan cara
determinan berikut
Dan seterusnya sampai ∆n-1 maka semua akar-akar persamaan karakteristik
mempuyai bagian nyata yang negatif hanya dan hanya jika ∆i > 0 untuk i=1,2,3,…,n
Agar semua akar-akar memiliki bagian nyata yang negatif, harus dipenuhi
Karakteristik dasar tanggapan waktu dari suatu sistem loop tertutup sangat
berkaitan dengan lokasi dari pole-pole loop tertutupnya. Pole-pole loop tertutup
adalah akar-akar dari persamaan karakteristik dari fungsi alih loop tertutup.
𝐶(𝑠) 𝐺(𝑠)
=
𝑅(𝑠) 1 + 𝐺(𝑠)𝐻(𝑠)
1 + G(s)H(s) = 0
atau
G(s)H(s) = -1
Catatan :
Sudut dari (s + pk) untuk nilai s = a + jb dan pk = c + jd adalah :
a+c
• Komponen magnitude :
|G(s)H(s)| = 1
Catatan :
Contoh :
𝐾(𝑠 + 𝑧1)
1+ (𝑠+𝑝1)(𝑠+𝑝2)(𝑠+𝑝3)(𝑠+𝑝4) = 0
maka :
𝐾(𝑠 + 𝑧1)
G(s)H(s) = (𝑠+𝑝1)(𝑠+𝑝2)(𝑠+𝑝3)(𝑠+𝑝4)
dimana :
An = |(s + pn)|
Contoh 1 :
𝐾
G(s) = diasumsikan nilai K ≥ 0
𝑠(𝑠+1)(𝑠+2)
dan
H(s) = 1
G(s) = –1
dan magnitudenya :
|G(s)| = 1
K =1
s(s +1)(s + 2)
R(s) C(s)
K
+ s ( s 1)( s )
_ + +
Penggambaran Root-Locus :
j
ω
x x x
-2 -1 0
τ
s= –1, dan s = –2, serta zero-zero loop terbuka (dalam kasus ini tidak ada) pada
bidang s. Perlu diingat bahwa penggambaran pole adalah dengan silang dan
Dapat dilihat bahwa sudut yang dihasilkan tidak sesuai / tidak memenuhi ∠G(s)
root-loci.
• Titik uji s pada sumbu real negatif antara 0 dan –1, maka :
dan merupakan bagian dari root-locus, seperti yang tergambar dalam Gambar
4.4.
j
ω
x x x
-2 -1 0
τ
• Titik uji s pada sumbu real negatif antara –1 dan –2, maka :
• Titik uji s pada sumbu real negatif antara –2 hingga –∞, maka :
dan merupakan bagian dari root-locus. Sekarang kita punya dua buah root-loci,
x x x
-2 -1 0
τ
atau
sudut saja, yakni 60o, –60o, dan 180o, yang merupakan sudut-sudut dari garis
Agar garis asimptot dapat digambarkan, maka harus dicari titik potongnya
Untuk titik uji di s mendekati tak terhingga, maka persamaan karakteristik dapat
dituliskan menjadi:
𝐾
G(s) =𝑠3 +3𝑠2 +⋯ = −1
S3 + 3s2 + ….= -K
untuk nilai s yang besar, persamaan tersebut dapat didekati dengan persamaan
-180o
60o
x x x
-2 -1 0
-60o τ
Bila nilai dari K pada G(s) dinaikkan, maka root-locus akan bergerak berawal
Dari pole s = –2, root-locus akan bergerak terus ke arah sumbu real negatif.
Dari pole s = –1, root-locus akan bergerak ke arah pole s = 0 hingga suatu saat
bertemu dengan root-locus dari pole s = 0 yang pada saat bersamaan juga
bergerak ke arah pole s = –1. Titik pertemuan ini disebut titik break-away,
karena setelah bertemu di titik ini, root-locus dari pole s = –1 maupun dari s =
:
Dari persamaan karakteristik : s3 + 3s2 + 2s = –K, didapatkan :
dK
=− (3s2 + 6s + 2) = 0 → s1 = –0.4226, s2 = –1.5774
ds
Nilai-nilai s1 dan s2 adalah nilai-nilai yang mungkin untuk menjadi titik break-
away. Akan tetapi mengingat titik break-away harus berada antara s = 0 dan s
hingga 4.
j
ω
2
√
x x x
-2 -1 0
τ
R(s) C(s)
K (s 2)
+
2
+ s 2s 3
_ + +
dan
H(s) = 1
sehingga persamaan karakteristiknya menjadi :
G(s) = –1
pole-pole : s1 = –1 + j 2 an s2 = –1 – j 2
zero : s = –2
𝐾(𝑠+2)
G(s) =
(𝑠+1−𝑗√2)(𝑠+1+𝑗√2)
Penggambaran Root-Locus :
1. Menentukan root-loci pada sumbu real
+ j√2 dan s =-1- j√2 serta zero loop terbuka yaitu s = –2 pada bidang s. Lihat pada
Gambar berikut
j
ω
x 2
√
o
-2 -1 0
τ
x - 2
√
• Titik uji s pada sumbu real antara zero s = –2 hingga positif tak terhingga, maka
:
∠(s+2) = 0o
Dapat dilihat bahwa sudut yang dihasilkan tidak sesuai / tidak memenuhi ∠G(s)
loci.
• Titik uji s pada sumbu real antara zero s = –2 hingga negatif tak terhingga, maka
∠(s+2) = –180o
Gambar berikut. memberikan penjelasan mengenai letak root-loci pada sumbu real
bidang s.
j
ω
x 2
√
o
-2 -1 0
τ
x - 2
√
Karakteristik suatu sistem dengan persamaan fungsi alih sinusoidal yang telah
diagram yang disebut diagram Bode. Diagram Bode ini berisi dua gambar, yang
skala logaritmik
output.
Contoh :
Untuk membuat suatu gambar diagram Bode dari suatu fungsi alih yang
sudut vs frekuensi.
Jika suatu sistem memiliki fungsi alih G(s) H(s), maka tanggapan frekuensi
Bode:
1. Faktor Gain K
phasanya sama.
Sudut fase jw konstan dan sama dengan 90o. Kurva besaran-log tersebut merupakan
dan jw. Perbedaan respon frekuensi dari faktor 1/jw dan jw terletak pada
diagram yang disebut diagram Bode. Diagram Bode ini berisi dua gambar, yang
frekuensi dalam skala logaritmik, dan yang kedua merupakan penggambaran nilai
Bode dari suatu fungsi alih yang kompleks, maka fungsi alih tersebut dapat dipisah-
mudah untuk faktor-faktor yang lebih sederhana tersebut. Kemudian karena fungsi
yang dihasilkan oleh masing masing faktor pengali membentuk gambar sudut vs
frekuensi.
Turunan:
Integral:
5. Faktor Kuadratis
Integral
- Slopenya – 40 dB/decade
Turunan
- Slopenya 40 dB/decade
Diagram Bode sistem dengan faktor kuadratis dapat kita lihat pada gambar
dibawah ini
2.6 Nyquist Plots
Dalam subbab ini, sistem lup tertutup yang akan dikaji seperti ditunjukkan dalam
1 + G(s)H(s) = 0
Persamaan ini menetukan stabilitas sistem, dan , jika sistem dalam keadaan stabil,
maka karakteristik tanggapan transien sangat bermanfaat. Diagram Bode fungsi alih
lup terbuka dapat diplot menggunakan fungsi alih G(jω)H(jω). Dalam subbab ini
kita akan menyelediki penentuan stabilitas sistem lup tertutup dari diagram Bode
Nyquist.
G(s)
H(s)
dari bidang kompleks s ke bidang F(s). Sebagai cantoh perhatikan kasus fungsi
(pemetaan)
F(s) = s – s0 (1)
ke dalam bidang
dengan menguji F(s) untuk titik-titik pada kurva C dan melukiskannya nilai-nilai
kompleks dalam bidang F(s). Untuk fungsi yang sederhana seperti persamaan (1),
F(s) merupakan vektor sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2(a), dan kurva
hasil dalam
F(s) terlihat menjadi lingkaran dengan jejari yang sama dengan C tetapi berpusat di
titik
(0,0).
1
F(s) = (2)
𝑠−𝑠0
yang merupakan fungsi terbalik dari persamaan (2). Jika kurva C dalam gambar
2(a) dipetakan ke bidang F(s) melewati persamaan (2), vektor s-s0 tetap seperti
gambar 2(a). Maka F(s) merupakan kebalikan vektor ini. Magnituda F(s)
merupakan kebalikan dari yang ditunjukkan dalam gambar 2(b), dan sudut berupa
negatif, Jadi dalam kasus ini, kurva Γ dalam bidang F(s) juga lingkaran, seperti
dengan jarum jam.Untuk fungsi ini, pelingkupan searah jarum jam suatu pole dalam
bidang s mengantarkan pelingkupan berawanan dengan jarum jam suatu titik (0,0)
Sebagai contoh pemetaan ketiga, andaikan bahwa pemetaan F(s) diberikan oleh
F(s) = (s − s0)(s − s1) (3)
dan andaikan bahwa kurva C dalam bidang s melingkupi kedua zero s 0 dan s1,
seperti dalam gambar 3. Dalam kasus ini kurva C bukanlah sebuah lingkaran. Dua
vektor yang yang dimiliki oleh F(s) diperlihatkan dalam gambar 3(a). Ketika titik s
mengelilingi kurva C, maka sudut vektor (s – s0) berubah sebesar –3600, juga
demikian bagi vektor (s – s1). Oleh karena itu sudut fungsi F(s) berubah –7200. Pada
saat bersaman magnituda dari dua vektor terbatas dna bukan nol. Sehingga kurva Γ
haruslah melingkupi titik (0,0) dua kali, seperti diperlihatkan dalam gambar 3(b).
Perhatikan bahwa kuva C dalam melingkupi dua zero F(s) searah jarum jam. Dalam
Jika pemetaan F(s) merupakan bentuk terbalik dari persamaan (3), yaitu jika
F(s) =
maka vektor untuk kurva C masih seperti diperlihatkan gambar 3. Karena sudut
perkalian dua vektornya berputar - 7200, maka sudut F(s) berputar mengelilingi
7200. Oleh karena itu pemetaan ke kurva Γ akan menghasilkan pelingkupan dua
dalam gambar 4.
Jalan Nyquist ditunjukkan dalam gambar (a) diatas. jalan ini dipetakan melalui
Z=N+P
Dengan Z adalah jumlah akar persamaan karakteristik sistem yang berada separoh
kanan bidang kompleks, N adalah jumlah pelingkupan searah jarum jam titik –1,
dan P adalah jumlah pole fungsi lup terbuka G(s)H(s) yang berada di separoh kanan
bidang kompleks.
Contoh:
G(s)H(s) =
maka
G( jω) =
Nilai fungsi ini untuk berbagai nilai ω tertentu diberikan dalam tabel 1.
ω ⏐G(jω⏐ ∠G(jω
0 5 0
Penguat DC, G(0)H(0), adalah sama dengan 5 dan ditunjukkan sebagai bagian I.
Karena
limG(s)H(s) = 0
s→∞
busur tak berhingga dari jalan Nyquist memetakan ke titik pusat dalam bidang
G(s)H(s), bagian III dari diagram Nyquist. Untuk ω negatif, kita menggunakan
pasangan konjugasi dari nilai yang diberikan dalam tabel 1. Bagian diagram
Persamaan Nyquist
Z=N+P
Nilai P sama dengan 0, karena G(s)H(s) tidak memiliki pole di separoh kanan
bidang s.
Dari diagram Nyquist kita melihat bahwa jumlah pelingkupan titik –1 dalam bidang
G(s)H(s), yaitu N, sama dengan nol. Maka jumlah akar dari persamaan/fungsi
Z=N+P=0+0=0
Dalam sub bab sebelum ini diperlihatkan diagram Nyquist yang digunakan
untuk menentukan apakah sistem stabil atau tidak stabil. Tentu saja, agar suatu
sistem dapat bermanfaat, sistem haruslah stabil. Namun demikian, ada yang juga
harus diperhatikan dalam masalah stabilitas. Pertama, sistem stabil harus memiliki
sejumlah karakteristik tanggapan transien yang dapat diterima. Juga model sistem
yang digunakan dalam analisa dan perancangan sistem kontrol tidak pernah pasti.
Oleh karena itu, model sistem dapat menunjukkan sistem yang stabil, tetapi pada
kenyataannya sistem fisik tidaklah stabil. Umumnya kita memerlukan tidak hanya
sistem yang stabil tetapi juga sistem yang stabil dengan beberapa batas keamanan.
Untuk dua alasan ini kita akan mendefinisikan stabilitas relatif bagi sistem. Kita
ke titik -1 dalam bidang komples. Konsep ini diilustrasikan dalam gambar 6(a).
Gambar Batas stabilitas nisbi
G(jω)], dengan anggapan bahwa G(s) adalah fungsi lup terbuka. Magnituda terkecil
dari vektor ini adalah ukuran yang baik mengenai stabilitas nisbi dari sistem lup
tertutup; namun ukuran ini jarang digunakan. Sebagai gantinya adalah dua ukuran
Jika magnituda fungsi alih lup terbuka dari suatu sistem lup tertutup stabil pada
berulang, batas penguatan ditentukan oleh titik yang menghasilkan batas penguatan
dengan magnituda terkecil. Frekuensi pada saat mana diagram Nyquist menyebrang
Batas fasa adalah besarnya sudut terkecil yang mana diagram Nyquist harus
berputar agar memotong titik –1 supaya sistem lup tertutup menjadi stabil. Batas
fasa ini ditunjukkan oleh sudut φpm dalam gambar 6(b). Magnituda diagram
Nyquist, G(jω), berharga satu pada frekuensi terjadinya batas fasa. Frekuensi ini
Contoh:
1
G(s)H(s) =
𝑠(𝑠+1)2
Penyelesaian :
1
G( jω) =
𝑗ω( 𝑗ω+1) 2
dalam tabel
2.
ω ⏐G(jω)⏐ ∠G(jω)
0,0100 99,9900 -
91,1459
0,0200 49,9800 -
92,2915
0,0300 33,3034 -
93,4367
0,0400 24,9601 -
94,5812
0,0500 19,9501 -
95,7248
0,0600 16,6069 -
96,8673
0,0700 14,2161 -
98,0083
0,0800 12,4205 -
-101,4212
0,2000 4,8077 -
112,6199
0,3000 3,0581 -
123,3985
0,4000 2,1552 -
133,6028
0,5000 1,6000 -
143,1301
penguatannya sebesar 1/0,5 = 12. Sedangkan batas fasa terjadi pada saat magnituda
Respon Frekuensi adalah sebuah representasi dari respon sistem terhadap input
2.7.1Frekuensi masukan
Metode respon frekuensi dari suatu sistem analisis dan disain telah digunakan
Metode respon frekuensi dapat digunakan jika suatu model mengenai plant
Kompensator dapat lebih sederhana didisain dan dapat didisain jika hanya
akan menghasilkan sebuah diagram respon frekuensi polar yang akan kita sebut
diagram respon frekuensi lup terbuka atau diagram Nyquist. Suatu representasi
alternatif untuk menggambarkan besaran 20 log10 M (dalam desibel) dan fase
(dalam derajat) terhadap log frekuensi sudut w. Representasi ini dikenal sebagai
Bode plot
Dalam analisis sistem kontrol konvensional ada dua metode dasar untuk
Yaitu:
- Metode Root-Locus
digunakan keduanya
Respon frekuensi adalah respons steady state dari sebuah Sistem ke input
input
sering daripada yang lain, terutama karena memberikan desain yang baik dalam
linier.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sebuah sistem didefinisikan stabil jika setiap input terbatas pada sistem
3. Fungsi alih sebuah elemen atau sistem disebut juga fungsi karakteristik
parameter sistem.
6. Bode diagram merupakan suatu cara untuk melakukan analisis rancangan
logaritmik.
McGraw-Hill’s