Dasar Sistem
Kontrol
Dasar-dasar Kestabilan Sistem
08
Fakultas Teknik Teknik Elektro Ketty Siti Salamah, ST, MT
Abstract Kompetensi
Satu diantara pertanyaan yang Mahasiswa dapat memahami system
cukup sulit untuk dijawab sehubungan kestabilan, metode respon waktu system
dengan sistem fisik adalah mengenai dan letak pole
kestabilan sistem. Biasanya, kestabilan
sistem diartikan dengan kemampuan untuk
mengendalikan sistem tersebut. Sistem yang
stabil diharapkan mampu merespon input
yang diaplikasikan dengan keluaran yang
dapat dipertanggungjawabkan. Secara
teknis, sistem disebut stabil apabila setiap
diberikan masukan yang tertentu pada
sistem tersebut akan menghasilkan keluaran
yang mengarah kepada nilai tertentu pula
(bounded input, bounded output, BIBO).
DASAR-DASAR KESTABILAN SISTEM
Gambar 8.1 memperlihatkan beberapa sistem dari sebuah sistem kontrol. Dari
gambar tersebut, terdapat sistem yang stabil (stable), sistem yang tidak stabil (unstable) dan
sistem yang stabil marginal (marginally stable). Sekali lagi ditekankan, kestabilan sistem
berhubungan dengan keluaran sistem yang mengarah ke harga tertentu (tidak harus sesuai
dengan harga masukannya).
Namun, cara ini tidak sederhana untuk diterapkan. Karena, harus dapatkan terlebih
dahulu respon sistem, sejak respon transien hingga respon keadaan tunak (steady state).
Sebab, kestabilan baru diketahui apabila diamati respon keadaan tunaknya. Hal ini
memerlukan waktu yang cukup panjang dan energi yang banyak. Bayangkan, jika sistem
yang mau dianalisa kestabilannya adalah sistem pemanas dengan harga referensi 3000 oC.
Oleh karena itu, diperlukan metode lain untuk menganalisa kestabilan sistem tanpa harus
membuang waktu dan energi.
C (s) G(s)
T ( s)
R( s ) 1 G ( s ) H ( s)
(8.1)
R ( s )G ( s )
C (s)
1 G( s) H ( s)
(8.2)
k1 k2 k
C ( s) n C r ( s) (8.3)
s p1 s p 2 s pn
dimana C(s) adalah penjumlahan dari beberapa ekspansi pecahan parsial (PFE), p1, p2, ...,
pn adalah harga-harga pole dari sistem dan Cr(s) adalah respon paksaan sistem.
Maka, Inverse Transformasi Laplace dari persamaan (8.3) yang merupakan respon
waktu dari sistem tersebut, adalah:
Jika seluruh pole dari persamaan (8.4) berharga negatif, maka sistem akan mengarah
(eksponensial negatif, teredam) kepada harga tertentu, yaitu cr(t). Sebaliknya, jika terdapat
sebuah saja pole yang berharga positif, maka sistem tidak akan mengarah kepada harga
tertentu (eksponensial positif).
Dari gejala tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem akan stabil jika seluruh akar
(pole) dari persamaan karakteristik sistem adalah positif atau terletak di sebelah kiri bidang
Im
SISTEM SISTEM
STABIL TIDAK
STABIL
Re
Contoh 8.1.
Sebuah sistem memiliki fungsi alih lup tertutup seperti di bawah ini:
2
T ( s)
s 3s 2
2
PK = s2 + 3s + 2 = 0, atau
(s + 1) (s + 2) = 0
Sementara sistem kontrol yang lain, memiliki fungsi alih lup tertutup seperti di bawah
ini:
10( s 24)
T (s)
( s 1)( s 3)( s 4)
(s + 1) (s - 3) (s + 4) = 0
sehingga akar-akarnya adalah s = -1, s = 3 dan s = -4. Karena ada sebuah akar yang
terletak di sebelah kanan bidang s, maka sistem tidak stabil.
Contoh 8.3
Sementara sistem kontrol yang lain, memiliki fungsi alih lup tertutup seperti di bawah
ini:
2( s 14)
T (s)
s ( s 1)( s 4)
s (s + 1) (s + 4) = 0
sehingga akar-akarnya adalah s = 0, s = -1, dan s = -4. Karena ada sebuah akar yang
terletak pada sumbu imajiner bidang s, maka sistem stabil marjinal
Untuk memperjelas hasil analisa kestabilan sistem pada Contoh 8.1 hingga 8.3,
ditampilkan respon sistem dari ketiga sistem diatas. Namun, cara ini dapat dilakukan hanya
untuk sistem dengan Persamaan Karakteristik yang bisa difaktorkan. Sehingga, harga pole
akan dengan mudah diketahui. Apabila Persamaan Karakteristik merupakan persamaan
yang tidak bisa difaktorkan, maka cara ini sukar untuk dilakukan.
PK a n s n a n 1 s n 1 a1 s a0 (8.5)
sn an an-2 an-4 …
sn-2 …
b1 b2 b3
sn-3 …
c1 c2 c3
:
: :
:
: :
s2
Gambar
k1 8.4 Array
k2 Routh
s1
l1
s0
Kolom-kolom yang berasal dari polinomial persamaan karakteristik, diletakkan sesuai
m1
dengan array Routh diatas. Sedangkan variabel lainnya, mengikuti aturan sebagai berikut:
1 an a n2 1 an an4
b1 b2
a n 1 a n 1 a n 3 a n 1 a n 1 a n 5
(8.6)
1 a n 1 a n 3 1 a n 1 a n 5
c1 c2
b1 b1 b2 b1 b1 b3
Demikian seterusnya hingga baris terakhir. Dua baris terakhir hanya memiliki satu elemen,
dua baris sebelumnya memiliki dua elemen, dan seterusnya.
Contoh 8.4
Q( s ) ( s 2)( s 2 s 4) s 3 s 2 2s 8
s3 1 2
s2 1 8
s1 -6
s0 8
dimana:
11 2 1 1 8
b1 6, c1 8
11 8 6 6 0
karena pada kolom pertama terdapat 2 buah perubahan tanda (dari 1 ke -6 dan dari -6 ke
8), maka sistem tersebut memiliki 2 (dua) buah pole yang terletak di sebelah kanan bidang
s. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sistem diatas adalah tidak stabil.
Q ( s ) s 3 2 s 2 3s 1
s3 1 3
s2 2 -1
s1 3.5
s0 -1
dimana:
1 1 3 1 2 1
b1 3.5, c1 1
2 2 1 3.5 3.5 0
karena pada kolom pertama terdapat 1 buah perubahan tanda, maka sistem tersebut
memiliki 1 (satu) buah akar persamaan karakteristik yang terletak di sebelah kanan bidang
s. Jadi, dapat disimpulkan sistem diatas adalah tidak stabil.
Contoh 8.6
1000 1000
G ( s) 3
( s 2)( s 3)( s 5) s 10s 2 31s 30
G(s) 1000
T (s) 3
1 G ( s ) s 10 s 31s 1030
2
PK s 3 10 s 2 31s 1030
s3 1 31
s2 10 1 1030 103
s1 -72 0
s0 103 0
karena:
1 1 31 11 0
b1 72, b2 0
1 1 103 11 0
1 1 103 1 1 0
c1 103, c2 0
72 72 0 72 72 0
Pada baris kedua (s2) terdapat perubahan harga karena ada pengalian dengan 1/10. Hal ini
diperbolehkan untuk mempermudah proses perhitungan pencarian harga pada array Routh.
Dari harga-harga array Routh pada kolom pertama, terdapat 2 (dua) kali perubahan tanda.
Hal ini berarti terdapat 2 (dua) buah pole di sebelah kanan. Jadi dapat disimpulkan, bahwa
sistem kontrol diatas tidak stabil.