Anda di halaman 1dari 121

Naskah Drama KRAKATOA 1

Naskah Drama
Naskah Drama KRAKATOA 5
Diadaptasi dari novel ‘Drama Krakatau’ karya Kwee Tek Hoay

Krakatoa
Oleh Mahdiduri

Hak cipta pada pengarang


Cetakan Pertama, 2010
Ukuran : A5 (21 X 14.2 cm)
Hal : 116

Photo Sampul
Kolase

Setting & layout


Tim Kreatif nimusInstitute

Diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Banten bekerjasama


dengan
Lembaga Keilmuan dan Kebudayaan nimusInstitute
PROLOG
Tentunya ada perbedaan gaya penyajian antara karya fiksi
dan non fiksi, terlebih jikalau tema yang diusung menyangkut cerita
sejarah. Non fiksi menyajikan sejarah sesuai fakta dan data di lapangan,
untuk kemudian dirangkum dan susun dalam sebentuk karya tulis yang
sifatnya ilmiah. Sedangkan karya fiksi sejarah mengolah data-data
yang tersedia dengan mengambil sudut pandang personal dan dipilin
dalam alur cerita dan sifatnya dramatik.

Perletusan gunung Krakatau pada 1883, merupakan bencana


umat manusia, dimana banyak menelan korban dan dampaknya dapat
dirasakan di seperempat bumi ini. Kedahsyatan letusan Krakatau
menjadi fenomena tersendiri, dan manusia sesudahnya mencoba
menjejaki kemungkinan atas apa yang pernah terjadi menjelang,
sedang ataupun sesudah perletusan Krakatau. Untuk dijadikan cermin
dan bahan pembelajaran bagi generasi yang akan datang.

Saat ini, sudah banyak bentuk dokumentasi yang mengangkat


peristiwa itu, mulai dari bentuk film, sandiwara radio, buku bacaan atau
naskah drama. Dalam mengangkat peristiwa itu, para ahli menggunakan
metode sederhana dengan cara mengumpulkan kesaksian korban
hidup, baik berupa catatan harian, cerita lisan ataupun berbentuk
gambar (photo). Seperti halnya dalam film berjudul ‘The Last Day’
karya sineas berkebangsaan Australia, mengangkat bencana Krakatau
dari catatan harian seorang istri pejabat Belanda. Pendekatan tersebut
dilakukan dalam upaya mendapatkan gambaran utuh peristiwa secara
emosional maupun empiris.

Adalah Kwee Tek Hoay, seorang penulis Indonesia berdarah


Tionghoa yang mencoba mengangkat bencana Krakatau lewat sebuah
novel berjudul ‘Drama Krakatau’. Novel itu sendiri didasarkan dari
hasil penelitian dia atas korban hidup yang berada di pesisir Banten
Selatan. Hal itu nampak dari setting
tempat cerita berlangsung. Kehadiran novel tersebut, setidaknya
membuka mata pembaca perihal dampak bencana Krakatau di Banten,
sekaligus merupakan salah satu karya sastra yang berbicara Banten.
Hal menarik lainnya adalah rentang waktu penulisan novel tersebut
hanya terpaut 46 tahun dari kejadian, tepatnya novel itu dipublikasi
pada tahun 1929. Hal ini memungkinkan tarikan historisnya sangat
mendekati realita.

Atas dasar kedekatan waktu itu, saya tertarik untuk melakukan


sesuatu. Maka saya mengadaptasi novel tersebut ke dalam naskah
drama. Awal ketertarikan saya karena beberapa hal. Pertama Kehadiran
novel itu sendiri yang sepertinya luput dari pengamatan masyarakat
Banten, setidaknya saya mendapatkan novel tersebut via internet dalam
bentuk buku digital. Kedua, budaya membaca masyarakat Banten
masih tergolong rendah. Ketiga, Drama (Teater) bisa menjadi media
informasi yang menarik, mengingat peristiwa Krakatau disajikan
dengan laku dramatik dan mengandung alur cerita.

Pembukuan naskah drama ini dimaksudkan sebagai


upaya pengabdian masyarakat lewat media teater, dengan harapan
bermanfaat bagi generasi yang akan datang, baik itu dijadikan bahan
bacaan ataupun dipentaskan. Adapun tema Krakatau yang diangkat,
tak lain agar kita semua menyadari dan waspada bahwa di tengah-
tengah kita ada sumber bencana maha dahsyat yaitu gunung merapi
Krakatau, yang kapan waktu bisa meletus. Saya haturkan terima kasih
pada bapak Kwee Tek Hoay yang telah menginspirasi, Kepala Dinas
Pendidikan Propinsi Banten beserta jajarannya, kawan-kawan teater
AnonimuS san semua pihak yang telah membantu terbitnya buku ini.

Banten, 20 Januari 2010


Mahdiduri
SINOPSIS

Sewaktu terjadinya 44 tahun kemudian,


letusan gunung Krakatau seorang Asisten Wedana, Raden
pada tahun 1883, Seminggu Mulia sedang menyelidiki
sebelumnya, Raden Ayu Sadijah kedatangan seorang pandhita
sudah mengutarakan pertanda akan di gunung Ciwalirang. Dia
kehancuran Krakatau, hanya saja menerima laporan kalau pandhita
suaminya selaku Wedana Caringin tersebut sedang menyusun
mengindahkannya. Raden Tjakra rencana pemberontakan. Dia pun
Amidjaja bersikukuh bahwa mendatangi Pandhita tersebut
tidak akan ada bencana apapun. dan sempat bercakap dengannya,
Hingga pada senin, 27 Agustus sesudahnya dia percaya bahwa
1883 pagi harinya, pertanda rumor yang berkembang di
buruk dari Raden Ayu menjadi masyarakat itu tidaklah benar.
kenyataan. Raden Tjakra segera Bahwa Pandhita tersebut hanya
memerintahkan anak buahnya agar sedang memberi bantuan
segera mengevakuasi penduduk pengobatan alternative bagi
ke dataran tinggi, begitu juga yang membutuhkan. Keahlian
dengan kedua anaknya, hasan dan keikhlasannya itulah yang
dan Suryati. Dalam perjalanan menjadikan Pandhita dikenal
evakuasi, dokar mereka terguling banyak orang. Dari pertemuan
dan akhirnya Suryati dan Hasan itu, satu hal yang membuat Raden
terpisah dan tidak diketahui Mulia terkesima adalah sosok
nasibnya masing-masing. anak Pandhita, Ratna Sari. Raden
Ternyata bukan hanya mengejar rombongan .
Raden Mulia yang jatuh hati, Setelah melewati banyak ombak
banyak pula pemuda-pemuda besar, Raden Mulia berhasil
pendatang yang merasakan menyusul rombongan Abdul
hal yang sama. Adalah Abdul Sintir, terjadilah adu tembak.
Sintir yang tak bias menahan
diri hingga memutuskan untuk Singkat cerita, Raden
menculik Ratna Sari. Rencana Mulia berhasil membawa
pun disusun, dia melaporkan Ratna Sari dan Ibunya kembali.
Pandhita pada komandan pasukan Ia menginapkan mereka di
Belanda agar Pandhita ditangkap rumahnya. Secara kebetulah, pagi
dengan alasan akan berbuat harinya, Raden Mulia kedatang
makar. Rencana mereka berhasil. bupati Rangkas Gombong yang
Pandhita ditangkap dan dibawa ke tak lain adalah ayahnya, Raden
rumah Raden Mulia, di sana dia Hasan beserta istrinya. Bertemulah
diinterogasi. Untungnya, Raden mereka semua. Kecurigaan Raden
Mulia bias membuktikan kalau Mulia atas kemiripan Ratna
Pandhita tersebut tidak bersalah. Sari dengan seseorang yang tak
Maka pandhita pun lekas lain adalah neneknya. Ia pun
pulang ke gunung Ciwalirang. menumpahkannya pada saat itu,
Ketika sampai, Pandhita sudah ia menyelidikinya secara halus.
tidak menemukan lagi istri dan Ternyata ibu kandung Ratna Sari
anaknya, dia pun menyangka, tak lain adalah Bibinya Raden
kalau mereka ikut serta Abdul Mulia yakni Suryati. Raden
Sintir karena tergiur Hasan tak kepalang kaget dengan
hartanya. Pandhita pun murka kebenaran itu, ia menderaikan air
dan mengutuk bahwasanya mata. Kesemuanya bersuka ria
Krakatau akan meletus yang karena bisa kembali dipertemukan
akan memusnahkan segala yang dengan keluarga yang pernah
ada disekitarnya. hilang.

Keesokan paginya, Sesampainya keluarga


Raden Mulia menyusul Pandhita Raden Mulia dan Ratna Sari di
ke gunung Ciwalirang. Mulai gunung Ciwalirang disambut
saat itu, seantero pesisir pantai dengan muka sedih Kusdi,
anyer mulai dilanda gempa. pelayan Pandhita, ia mengatakan
Di sana ia mendapatkan berita bahwa sudah dua hari Pandhita
menghilangnya Ratna Sari terus bersemedi di gua di belakang
dan Ibunya. Ia pun bergegas gubuk mereka. Mereka semua
ke pesisir pantai, bermaksud lekas menyusul Pandhita ke dalam
dan bertemu dengannya. Awalnya,
Pandhita pun merasa tak percaya
dengan berita yang dibawa hingga
akhirnya Raden Mulia bisa memberi
bukti. Setelah percakapan panjang
dan Raden Mulia menyampaikan
keinginannya mempersunting Ratna
Sari, Pandhita menerima lamaran
itu dan semuanya sepakat. Akhirnya
Raden Mulia dinikahkan dengan
Ratna Sari dengan konsekuensi
Ratna Sari tidak bisa menjadi
penerus tahta Bapaknya.
DRAMATIC PERSONAE

R. TJAKRA AMIDJAJA WEDANA


R. AYU SADIJAH ISTRINYA
LURAH
KARNAEN MANDOR
BI SATIMAH PEMBANTU WEDANA
HASAN KECIL UMUR TUJUH TAHUN
SURYATI KECIL UMUR LIMA TAHUN
NURHALI TELIK SANDI
PANDHITA NUSA BRAHMA PANDHITA ORANG BADUY
RATNA SARI ANAK PANDHITA
KUSDI PEMBANTU PANDHITA
MIKUNG PENJAGA WARUNG
ABDUL SINTIR ORANG PALEMBANG
SURYATI TUA ISTRI PANDHITA
HASAN TUA BUPATI RANGKAS GOMBONG
RADEN AYU BUPATI ISTRI BUPATI
RADEN MULIA ANAK LELAKI BUPATI
RUKMINI ANAK PEREMPUAN BUPATI
KOM. POLISI PATROLI ORANG BELANDA
BABAK I

Naskah Drama KRAKATOA 13


BABAK I

SATU

SATU PAGI DI DAERAH BANTEN KIDUL TAHUN 1883,


TEPATNYA DI KEWEDANAAN DISTRIK WARINGIN, NAMPAK
RADEN TJAKRA AMIDJAJA SEDANG DUDUK BERSAMA
ISTRINYA DI PENDOPO; RADEN AYU SADIJAH SEPERTI
HABIS MENANGIS. MATANYA SEMBAB.

R. TJAKRA AMIDJAJA (Lemah lembut)

Sudahlah, Den Ayu. Buat apa bersedih akan sebuah perkara yang tidak
jelas sumbernya. Toh, bahaya dan kesedihan tidak akan bisa dirubah
dengan ratap tangis. Lebih baik kita serahkan nasib kita pada Tuhan.
Ia yang tahu bagaimana melindungi hambanya.

R. AYU SADIJAH

Itu betul, kang. Dan aku tidak sedikit pun merasa khawatir pada mimpi
yang datang berulang-ulang selama beberapa minggu ini. Jika yang
hidup di dunia ini hanya kita berdua, aku tidak takut pada bencana
yang akan melanda. Hanya saja aku mengkhawatirkan kedua anak kita
, Hasan dan Suryati.

Apa jadinya kalau distrik ini benar-benar disapu ombak yang lebih
tinggi dari pohon kelapa, disertai hujan api dan lahar panas yang akan
membinasakan mahluk hidup, kang?

R. TJAKRA AMIDJAJA (Menghela napas)

Ah, Jadi mimpi itu sudah berulang kali?

R. AYU SADIJAH

Iya kang. Dan rasanya sudah bukan mimpi lagi. Aku merasa itu sebuah
pertanda atas apa yang akan terjadi. Bahkan kini aku sering merasa
mendengar jeritan orang-orang yang akan jadi korban

R. TJAKRA AMIDJAJA

Kalau begitu, ini tidak bisa dibiarkan. Ya sudah, nanti sore akang akan

Naskah Drama KRAKATOA 15


beri tahu soal ini pada Kiayi Haji Anwar. Dan akhir bulan ini, Den Ayu
harus ikut akang ke Serang buat bertemu dokter dari Belanda. Akang
rasa den ayu terkena halusinasi sehabis demam tinggi beberapa hari
ini.

RADEN AYU KAGET DENGAN UCAPAN SUAMINYA

R. AYU SADIJAH

Jadi akang pikir, saya sakit ingatan?

R. TJAKRA AMIDJAJA

Bukan itu maksud akang, den ayu. Hanya saja akang khawatir
dengan kondisi den ayu. Tidak ada salahnya kan kalau den ayu pergi
periksa ke dokter?

R. AYU SADIJAH

Aku mau saja ikut akang ke dokter atau dukun sekalipun, kalau akang
memang menganggap yang aku alami ini sebagai penyakit. Hanya saja
aku merasa ini adalah pertanda dari bahaya yang akan datang. Sejak
beberapa kali kita dilanda gempa dan pulau krakatau di tengah laut
itu mengeluarkan asap dan bunyi menggelegar, aku merasa ini firasat
buruk. Aku sangat takut gunung itu akan datangkan bencana

RADEN TJAKRA AMIDJAJA BERDIRI DAN JALAN MONDAR-


MANDIR SAMBIL BERPIKIR KERAS

R. TJAKRA AMIDJAJA

Memang sedari bulan Mei, para nelayan sering membawa kabar


aktifitasnya yang terkadang aktif untuk kemudian tenang kembali. Tapi
sejauh ini belum pernah mendatangkan marabahaya bagi manusia. Tapi
sekalipun gunung api itu meletus hebat, toh letaknya jauh di tengah
laut dan dampaknya tidak akan sampai di sini. Lain soal kalau yang
meletus itu gunung Walirang atau gunung Karang, aku baru percaya
akan banyak kota dan desa yang hancur. Itu aku bisa pastikan!

Oleh karenanya Den ayu tak usahlah bersusah hati dan murung secara
tak beralasan. Tegarlah seperti halnya turunan bangsawan, mengingat
kau akan menjadi Raden Ayu Bupati.

16 Naskah Drama KRAKATOA


Lihatlah rakyat kita, bukankah mereka selalu gembira dan bekerja
seperti bisaanya? Malah di pesisir pantai, setiap hari banyak orang
berkumpul menyaksikan asap yang keluar dari Krakatau. Mereka sama
sekali tidak takut, dan memang tidak ada yang perlu ditakutkan.

R. AYU SADIJAH

Kalau saja orang-orang itu juga dapat melihat mimpiku dengan jelas!
Akang tentu ingat mimpiku tentang perahu karam di teluk carita yang
benar-benar terjadi

R. TJAKRA AMIDJAJA

Itu kebetulan saja, Den Ayu..

R. AYU SADIJAH

Terus bagaimana dengan kematian nenek di Cilegon yang juga aku


impikan sebelumnya? Entah mengapa, aku juga merasakan mimpiku
kali ini juga akan jadi kenyataan….

R. TJAKRA AMIDJAJA

Lebih baik kita simpan cerita ini sebagai rahasia. Jangan sampai
didengar orang, nantinya akan menimbulkan kekalutan. Kalau hatimu
tetap merasa takut, baiklah. Besok pagi kau dengan Muhammad dan
Suryati berangkat ke Rangkas-Gombong, ke tempat ayahku yang jadi
bupati di sana. Kalian tinggal sana sampai semua bencana ini berakhir.
Sekalian Den Ayu berobat. Dan awal bulan, kira-kira tanggal empat
atau lima nanti akang menyusul kalian.

R. AYU SADIJAH

Kang mas…. Aku tak mau meninggalkan akang di tempat berbahaya


ini

R. TJAKRA AMIDJAJA

Bahaya apa? Bahaya itu Cuma ada dalam pikiranmu, Den Ayu.
Orang lain tidak merasakan adanya bahaya

R. AYU SADIJAH

Naskah Drama KRAKATOA 17


Kang mas, apa tidak mungkin kita pergi dari sini untuk sementara
atau bahkan kang mas minta dipindahkah ke distrik lain, setidaknya
tiga bulan dari sekarang?

R. TJAKRA AMIDJAJA

Itu tidak mungkin Den Ayu. Aku terlanjur jatuh hati dengan
kehidupan di distrik ini. Lagipula, pemimpin macam apa aku ini
berani meninggalkan rakyatnya di tengah bencana. Kalau memang
bencana itu terjadi. Tidak. Apapun yang terjadi, aku tetap di sini.

R. AYU SADIJAH

Seandainya mimpi itu hanya isapan jempol belaka. Tapi aku mohon,
akang ijinkan aku tinggal di sini sampai senin tanggal 27, kalau di
hari itu tidak terjadi apa-apa, baru aku akan berangkat ke Rangkas-
Gombong

R. TJAKRA AMIDJAJA

Sudahlah Den Ayu, jangan dibahas lagi.

RADEN TJAKRA PUN PERGI. RADEN AYU SADIJAH


TERMENUNG SESAAT, MERASA SEDIH KARENA SUAMINYA
TIDAK PERCAYA AKAN FIRASAT BURUKNYA.

DUA

DI PESISIR PANTAI. RADEN TJAKRA AMIDJAJA BERDIRI


MENGHADAP LAUT, TATAPANNYA JAUH KE ARAH GUNUNG
KRAKATAU. RAUT MUKANYA MENAMPAKKAN BAHWA IA
SEDANG BERPIKIR KERAS. SESEKALI MENGHELA NAPAS
PANJANG. SEMENTARA ITU SUARA GEMURUH SEPERTI
MERIAM YANG MENANDAKAN AKTIFITAS KRAKATAU
MENJADI BACKSOUND BAGIAN INI. BEBERAPA ORANG
NAMPAK JUGA SEDANG MENONTON FENOMENA ITU,
DIANTARANYA LURAH. MENYADARI KEHADIRAN
WEDANA, ORANG-ORANG ITU TERMASUK LURAH
TERSEBUT MENGHAMPIRINYA DAN DUDUK BERSIMPUH

18 Naskah Drama KRAKATOA


AGAK JAUH. RADEN TJAKRA MEMINTANYA MENDEKAT
DENGAN ISYARAT TANGAN. LURAH ITU PUN MENDEKAT.

R. TJAKRA AMIDJAJA

Bagaimana menurutmu, lurah? Apa aktifitas gunung api dari pulau


krakatau itu semakin sering atau turun beberapa hari ini?

LURAH

Semakin meningkat, Juragan. Kalau malam hari nampak seperti


ada banyak api menyala, sedang gemuruh seperti ini semakin keras
terdengar. Banyak nelayan yang tidak berani lagi melaut di daerah
sana, kata mereka, air laut disekitar sana sudah mendidih.

R. TJAKRA AMIDJAJA

Kalau begitu, aku ingin kau adakan pengawasan penuh di pesisir sini
siang atau pun malam. Kau suruh saja para mandor yang melakukannya.
Dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa mengkhawatirkan, segera
kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi tahu.
Mengerti!?

LURAH

Baik juragan… Tapi hamba sendiri merasa tidak ada bahaya apa-apa,
mengingat gunung itu jauh dari sini.

R. TJAKRA AMIDJAJA

Aku juga merasa begitu. Tapi bersikap waspada dan hati-hati tidak ada
jeleknya…. Aku pamit dulu lurah, jangan lupa laksanakan tugasmu.

LURAH

Iya, juragan…..

RADEN TJAKRA KELUAR. LURAH MENGIKUTI


KEPERGIANNYA DENGAN TATAPANNYA.

LAMPU PADAM

Naskah Drama KRAKATOA 19


TIGA

MALAM HARI. 27 AGUSTUS 1883.

GUNUNG KRAKATU MULAI MENAMPAKKAN


AKTIFITASNYA. SEMAKIN INTENS DAN BESAR. SUARA
GEMURUH DAN GONCANGAN GEMPA SKALA KECIL KIAN
SERING TERJADI. PENGGAMBARAN ADEGAN INI TERJADI
DI PENDOPO KEWEDANAAN. HANYA TERDENGAR SUARA
ORANG BERDOA. SEMENTARA DI PANGGUNG TERJADI
GONCANGAN GEMPA SKALA KECIL DISERTAI GEMURUH
KRAKATAU.

“Allahuma inna nastainuka, wa nastaghfiruka, wa


numinunika, wa natawakkalu alaika wa husni alaikal khaira,
wan ash kuruka, wa lanakfuruka, wan nak lawwa natroko
man tafdzoroka.

Allahuma ijjaka, nabudu wa laka, nusoli wa nas judu, wa


alaika nasa wa nahfidu, wa narju rahmataka, wa naksha
azabaka inna izabaka bilol kuffari mulhik”

DI SETIAP KALI BERDOA DIIRINGI MENGUCAPKAN AMIN


DAN SAHADATAIN

LAMPU PADAM

EMPAT

PAGI HARI. MATAHARI REDUP. BUNYI KENTONGAN DI


SEGALA PENJURU BERGEMA. DI PENDOPO KEWEDANAAN.
NAMPAK RADEN TJAKRA AMIDJAJA SEDANG MEMBERI
INSTRUKSI PADA PARA LURAH DAN POLISI.

R. TJAKRA AMIDJAJA

20 Naskah Drama KRAKATOA


Saya minta para lurah segera mengevakuasi penduduk ke sebelah
hulu sebelum sore. Bawa barang secukupnya, jangan berlebihan. Yang
penting bagi kita adalah menyelamatkan nyawa. Dan pihak keamanan,
saya minta membantu para lurah. Dahulukan kaum wanita dan anak-
anak. Bawa juga perbekalan. Beras dan makanan lainnya selama
pengungsian. Demikian instruksi saya. Segera laksanakan.

SEMUA

Baik, juragan.

SEMUA ORANG PERGI MENGERJAKAN TUGAS YANG


DIEMBAN. RADEN TJAKRA MEMANDANG KE ARAH
KEPULAN ASAP KRAKATAU, TAK BERAPA LAMA MUNCUL
RADEN AYU SADIJAH YANG BARU BERES BERBENAH.

R. AYU SADIJAH

Kang Raka, sebaiknya kita berangkat sekarang. Kalau tidak, saya


takut sudah terlambat.

R. TJAKRA AMIDAJAJA (Tersenyum getir)

Aku tidak bisa pergi sekarang, Den. Aku tidak bisa meninggalkan
tempat ini sebelum semua orang sudah mengungsi. Lagipula aku ini
kepala distrik, maka aku wajib menjaga harta benda milik rakyat, agar
tidak dicuri orang

R. AYU SADIJAH

Kalau begitu, kapan kita berangkat?

R. TJAKRA AMIDAJAJA

Kau dan anak-anak berangkatlah dulu, nanti aku menyusul secepatnya


setelah semua urusan di sini selesai.

RADEN AYU SADIJAH TERCENUNG MERASA SEDIH


MENDENGAR UCAPAN SUAMINYA. TAPI TIBA-TIBA IA
TERSENYUM TIPIS DAN MENDEKATI SUAMINYA.

R. AYU SADIJAH

Naskah Drama KRAKATOA 21


Akang benar. Seorang pembesar harus menjaga keselamatan rakyatnya,
meski dirinya harus binasa. Memang tidak layak kalau akang pergi
duluan, sementara perbekalan bagi pengungsi belum diselesaikan.
Kalau begitu, ijinkan saya untuk tinggal menemani dan membantu
akang. Lagipula, tidak pantas seorang istri mencari selamat sendiri
sedang suaminya tengah menghadapi bahaya. Aku siap mati bersama,
kang!

R. TJAKRA AMIDAJAJA

Jangan berpikir begitu, Den! Kau harus pergi dari sini dan mencarikan
tempat aman bagi anak-anak kita. Tentang aku, jangan kau khawatirkan.
Sebab aku punya kuda tunggangan yang bisa kupakai setiap saat. Jadi
aku bisa menyingkir kapanpun kalau bencana ini terjadi.

R. AYU SADIJAH

Tidak. Aku tidak akan membiarkan suamiku tercinta menghadapi maut


sendirian. Sebagai seorang istri aku wajib membantu dan menemanimu.
Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah penghabisan

RADEN TJAKRA MERASA TERHARU DENGAN UCAPAN


ISTRINYA. IA PUN MEMELUK DAN MENCIUMNYA DENGAN
PERASAAN KAGUM DAN CINTA. IA MERASA BANGGA
DENGAN SIKAP RADEN AYU

R. TJAKRA AMIDAJAJA

Kalau begitu, baiklah, Den! Biar Hasan dan Suryati berangkat lebih
dulu diantar mandor Karnaen dan Bi Satimah. Aku akan mengerjakan
tugasku dengan lebih bersemangat dengan kau ada di sisiku.

Kiranya bahaya yang mengancam ini telah menyembuhkanmu. Kau


tidak lagi takut dan kagetan seperti kemarin-kemarin

R. AYU SADIJAH

Akang….

KEDUANYA TENGGELAM DALAM KEHARUAN.

22 Naskah Drama KRAKATOA


R. TJAKRA AMIDAJAJA (Memanggil)

Karnaen!

MANDOR KARNAEN

Ya, gan.

R. TJAKRA AMIDAJAJA

Siapkan dokar dan bawa segala kebutuhan buat Hassan dan Suryati.
Lekas!

MANDOR KARNAEN

Baik, gan.

SEGERA MANDOR KURNAEN MEMERINTAHKAN BEBERAPA


PEMBANTU MENYIAPKAN SEGALA SESUATUNYA. BI
SATIMAH MASUK MEMBAWA KELUAR HASAN DAN
SURYATI.

BI SATIMAH

Gan. Den!

RADENTJAKRADAN RADENAYU MENOLEH DAN MENDAPATI


ANAKNYA SUDAH DIDANDANI. RADEN AYU MENGHAMPIRI
DAN MEMELUK DAN MENCIUMI KEDUANYA.

R. TJAKRA AMIDAJAJA

Bi. Aku percayakan anak-anakku padamu. Bawalah mereka ke


Rangkas-Gombong. Tapi sebelumnya mampirlah dulu di Menes,
temui wedana di sana dan kasihkan surat ini. (Menyerahkan surat yang
sudah disediakan) Dan ini surat untuk ayahku. Berikan padanya.

BI SATIMAH

Baik, gan.

R. TJAKRA AMIDAJAJA

Naskah Drama KRAKATOA 23


Den Ayu, sudah waktunya!

RADEN AYU SEPERTI ENGGAN MELEPASKAN ANAK-


ANAKNYA. TAPI KEMUDIAN IA MENGELUARKAN SESUATU
DARI SAPU TANGANNYA

R. AYU SADIJAH (Sambil berlinang airmata)

Ini gelang, pusaka pemberian uyutmu sewaktu pulang dari Mekkah.


(Pada Mandor Karnaen) Karnaen! Simpan gelang ini untuk mereka
agar bisa mengingat kami jika kita tidak bertemu lagi! Jaga baik anak-
anakku dan gelang ini, jangan sampai hilang!

KARNAEN (Terharu)

Baik, den!

RADEN TJAKRA TIDAK BISA MENAHAN KESEDIHAN, IA


PUN MEMELUK DAN MENCIUMI ANAK-ANAKNYA. ENTAH
BAGAIMANA, IA PUN MERASAKAN BAHWA IA TIDAK AKAN
BERTEMU LAGI DENGAN MEREKA

R. TJAKRA AMIDAJAJA

Kalian harus sampai di Rangkas-Gombong. Harus! (Pada Karnaen)


Dan ini Kalung medali peninggalan Sultan Haji. Berikan pada mereka
kalau sudah waktunya. Sudah! Kalian pergilah!

KARNAEN SUDAH TIDAK BISA LAGI BICARA. IA HANYA


BISA MENGANGGUK. MATANYA SUDAH BERLINANG AIR
MATA. BEGITU JUGA BI SATIMAH. KEMUDIAN MEREKA
MENINGGALKAN RADEN TJAKRA DAN RADEN AYU.

LAMPU PADAM

24 Naskah Drama KRAKATOA


BABAK II

Naskah Drama KRAKATOA 25


26 Naskah Drama KRAKATOA
BABAK II

SATU

PAGI HARI, DESEMBER 1927. KANTOR POLISI NAMPAK


ASISTEN WEDANA BERNAMA RADEN MULIA SEDANG
DUDUK MENGHADAP MEJA KERJANYA. IA MEMBUKA
SURAT-SURAT YANG SAMPAI DI MEJANYA TADI MALAM,
MENANDAINYA DENGAN PENSIL. KEMUDIAN IA
MENDEKATKAN MESIN TIK DAN MULAI MENGETIK. DI
TENGAH AKTIFITASNYA ITU, TERDENGAR SUARA PINTU
DIKETUK.

RADEN MULIA

Masuk!

(Muncul seorang tua penuh uban. Ia menyalaminya, dan mengambil


posisi duduk di seberang raden muria. Mereka berhadapan)

Ah, bapak Nurhali. Selamat datang kembali. Kapan sampai?

NURHALI

Baru tadi malam, gan.

RADEN MULIA

Terus, apakah Anda berhasil menemui kiayi itu?

NURHALI

Sudah. Setelah dua malam saya tinggal di sana, saya berhasil


mendapatkan informasi soal orang itu.

RADEN MULIA

Dari informasi yang bapak dapat, apa kiai itu berbahaya atau tidak?
Dan apa yang dilakukannya di gunung itu?

Naskah Drama KRAKATOA 27


NURHALI

Sejauh yang saya selidiki dengan menyaksikan sendiri pekerjaannya


dan dari keterangan orang-orang kampong di dekat situ, ia tidaklah
berbahaya. Hal itu karena ia tidak pernah berbicara soal politik atau
agama. Kerjaannya Cuma berdoa dan sembahyang, tiap jumat, ia
membuka praktek pengobatan bagi masyarakat. Anehnya dia tidak
pernah mau menerima pamrih atas jasanya itu.

RADEN MULIA

Apa dia memiliki banyak murid?

NURHALI

Sama sekali tidak, karena dia bukan seorang muslim.

RADEN MULIA

Bukan?

NURHALI

Ya. Karena ketika saya berdialog tentang Islam, dia tidak tahu menahu
segala ajaran yang saya bicarakan. Menurut orang yang sering bertemu
dengannya. Cara berdoanya sangat lain dengan kita. Ia sering menyebut
nama-nama dewa yang ada dalam pewayangan. Seperti Batara Guru,
Batara Wishnu dan lainnya.

Selain itu dia yang dipanjatkan memakai bahasa kawi atau sansakerta
yang saya tidak mengerti.

RADEN MULIA

Kalau begitu, ia bukan kiayi ataupun santri!?

NURHALI

Bukan sama sekali. Walaupun begitu, ia tidak keberatan orang-orang


memanggil dia sebagai “Kiayi” atau apa pun. Orang-orang desa
bisaa memanggil dia dengan sebutan “Embah”. Sedang ia sendiri
menamakan dirinya Pandhita Noesa Brahma, dan ia punya bapak.

28 Naskah Drama KRAKATOA


Namanya Embah Asheka

RADEN MULIA

Apa Anda sempat bertemu dengan bapaknya itu?

NURHALI

Tidak sama sekali. Tapi saya dengar dari orang-orang, sejak beberapa
tahun lalu sebelum bapaknya meninggal, ia sering datang ke gunung
itu bersama bapaknya.

RADEN MULIA

Dari keterangan bapak, nampaknya dia penganut agama hindu atau


budha.

NURHALI

Betul sekali. Bahkan ia juga bilang kalau dia masih memegang


kepercayaan orang-orang baduy

RADEN MULIA

Maksud bapak, ia orang baduy?

NURHALI

Tepat sekali, gan. Tapi dia ini kelihatan pintar, punya sopan santun.
Tidak seperti orang baduy di gunung Kedeng yang punya tabiat aneh,
tidak mau bergaul selain kaumnya sendiri

RADEN MULIA

Sungguh tak seorangpun yang tahu asalnya?

NURHALI

Tak ada yang bisa pastikan. Dan kalau ia ditanya soal itu, ia hanya
tertawa dan menjawab kalau ia berasal dari tempat yang jauh. Tapi
ia enggan menyebutkan tempat asalnya. Salah seorang penduduk
pernah bercerita kalau ia pertama kali bertemu embah itu di pesisir

Naskah Drama KRAKATOA 29


laut kidul. Jadi kemungkinannya ia datang dari wilayah kaum baduy
yang memang tinggal di pegunungan sebelah selatan Malimping.

RADEN MULIA (berpikir)

Ini sungguh aneh… Buat apa dia datang kemari? Kalau Cuma buat
mengobati orang sakit. Dan dia tidak mau meminta bayaran….
hmmm

NURHALI

Justru kelakuannya itu yang membuat penduduk sana juga heran tidak
habis pikir, gan. Ia selalu datang ke tempat itu setiap bulan Desember,
dan tinggal di puncak gunung Walirang selama sebulan lamanya.
Sesudahnya ia pergi lagi secara diam-diam dengan tidak ada satu
orang pun tahu dari mana datangnya, kemana ia pergi dan apa yang ia
kerjakan di puncak gunung yang sepi itu. Kelakuannya seperti seorang
pertapa.

RADEN MULIA

Apa dia bawa orang lain ke sana?

NURHALI

Dulu dia datang dengan bapaknya, belakangan ia datang bersama


seorang bujang lelaki. Nah, sekarang bahkan ia membawa istri dan
anaknya perempuannya.

RADEN MULIA

Apa? Dia punya istri dan anak?

NURHALI

Iya, gan. Dan ini semakin membuat orang kampong bingung. Soalnya
anak perempuan itu sangat cantik parasnya seperti seorang menak.
Umurnya sekitar 20 an. Pokoknya berbeda dengan anak-anak desa
lainnya. Ya, meskipun tingkah lakunya sama.

RADEN MULIA

30 Naskah Drama KRAKATOA


Sungguh Aneh! Semakin aku mendengar cerita pandhita ini, semakin
aku ingin bertemu dengannya. Bapak yakin, baru kali pertama ini dia
datang bersama anak dan istrinya?

NURHALI

Betul, gan. Ia bilang tahun lalu ia batalkan niatnya datang ke gunung


Walirang, lantaran ada kerusuhan kaum komunis yang menyebabkan
semua jalanan di jaga serdadu. Makanya ia sekarang bawa anak dan
istrinya agar tidak dicurigai bermaksud jahat.

RADEN MULIA

Apa pernah Bapak tanyakan, maksud kedatangannya setiap tahun ke


sana?

NURHALI

Susah, gan. Sudah banyak juga yang menanyakan, tapi selalu


jawabannya kalau ia hanya mejalankan kewajiban agamanya.

RADEN MULIA

Kewajiban apa? Membantu orang sakit!?

NURHALI

Inilah yang masih misteri. Sewaktu Embah Asheka masih hidup,


belum pernah ia mengobati. Tapi beberapa tahun belakangan ini, ia
sudah menolong beberapa orang. Atas keahliannya itu, segera tersiar
kabar tentang dia. Sejak itu banyak orang berbondong-bondong
meminta diobati. Soal bagaimana ia mengobati, Apakah itu dengan
Jampi-jampi, air yang didoakan atau ramuan mujarab yang bisa
menyembuhkan orang buta hingga bisa melihat kembali, atau orang
lumpuh bisa jalan kembali, saya tidak tahu pasti. Tapi saya pernah
membuktikan sendiri, manakala saya gigi saya sakit, saya diberi air
jampiannya. Setelah dikumur, sekitar 15 menit, sakitnya hilang.

RADEN MULIA

Aku semakin penasaran. Apa Bapak bisa antar saya ke sana


menemuinya?

Naskah Drama KRAKATOA 31


NURHALI

Dengan senang hati. Kapan juragan mau berangkat?

RADEN MULIA

Besok pagi. Apa kita bisa berkuda ke sana?

NURHALI

Hanya sampai di Sukarame. Sesudahnya kita harus berjalan kaki


menyusuri sungai Citanjur. Di Hulu sungai itu kita bisa menemukan
pondok pandhita tersebut. Kalau saat seperti ini, tempat itu sangat
ramai sekali, gan. Bahkan banyak berdiri pondokan yang dibuat para
pendatang yang mau berobat, ada juga warung kopi dan penganan.

Di puncak gunung Walirang itu kita bisa memandang laut selat sunda
serta pulau-pulau di sekelilingnya, bahkan pesisir Sumatera.

RADEN MULIA

Baiklah. Besok pukul enam, saya harap bapak sudah ada di sini.

NURHALI

Baik, gan. Mohon pamit.

NURHALI BERDIRI DAN MENYEMBAH DAN PERGI


MENINGGALKAN RADEN MULIA. SESUDAH ITU RADEN
MULIA DUDUK DAN TECENUNG DENGAN POKOK
PEMBICARAAN TADI.

LAMPU PADAM

DUA

PUNCAK GUNUNG CIWALIRANG. RADEN MULIA DUDUK

32 Naskah Drama KRAKATOA


BERSIDAKEP DI ATAS SEBUAH BATU KARANG, MENIKMATI
PEMANDANGAN YANG TERHAMPAR LUAS DI BAWAHNYA.
IA TERMENUNG DENGAN SEGALA KEINDAHAN ITU.
MUNCUL PANDHITA NUSA BRAHMA DARI BELAKANGNYA.
UNTUK SEBENTAR PANDHITA ITU MEMERHATIKAN
PERILAKU RADEN MULIA. KEMUDIAN IA TERSENYUM DAN
MENDEKATI RADEN MULIA

P. NUSA BRAHMA

Selamat datang, juragan. Saya senang sekali juragan menyempatkan


diri datang ke tempat hamba yang hina ini.

RADEN MULIA KAGET, LANTAS BERPALING. NAMPAK


SOSOK PANDHITA ITU SEORANG TUA YANG BERJANGGUT
PUTIH, MEMAKAI PENUTUP KEPALA SEPERTI KOKOJONG
(BAGIAN BELAKANGNYA MENUTUP BAGIAN RAMBUT
DAN TELINGANYA). IA MEMAKAI JUBAH ABU-ABU DAN
CELANA PANGSI. RADEN MULIA BERDIRI DAN MENYALAMI
PANDHITA ITU.

RADEN MULIA

Apa saya sedang berhadapan dengan Pandhita Nusa Brahma?

P. NUSA BRAHMA

Betul juragan

RADEN MULIA

Akhirnya, saya bisa bertemu dengan tuan Pandhita yang sudah


termashyur ahli mengobati orang sakit. Bahkan saya dengar, karena
kebaikan tuan Pandhita, banyak orang sekitar kampung datang kemari
hanya untuk mendapatkan pengobatan dari tuan.

P. NUSA BRAHMA

Itu betul, juragan. Tapi saya kesini sebenarnya bukan untuk mengobati
atau jadi dukun. Makanya saya hanya meluangkan waktu saya untuk
mengobati hanya pada hari Jum’at. Soal kemujaraban jampi atau
ramuan saya bukan berasal dari keahlian saya, melainkan pertolongan

Naskah Drama KRAKATOA 33


dari yang maha kuasa. Kalau Tuhan menyayangi si sakit, tentulah Ia
akan menyembuhkannya, tapi kalau sudah saat kematiannya, tidak
ada satu kekuatanpun yang bisa menolong dia.

RADEN MULIA

Kau benar, Pandhita. Ucapanmu itu masuk akal. Saya senang


sekali mendengar penerangamu yang berbeda dengan dukun-dukun
pada umumnya yang suka membanggakan diri sendiri karena
kemampuannya, seolah-olah mereka itu berkuasa menentukan umur
manusia.

Sebenarnya tidak ada dukun, tabib ataupun dokter yang bisa menyiasati
kematian, hanya saja ada yang mengherankan saya dengan cara
pengobatan pandhita dalam mengobati pasien yang sakit parah.

P. NUSA BRAHMA

Juragan, dalam dunia ini tak ada yang perlu diherankan kalau sudah
tahu rahasianya. Apa yang sudah saya perbuat, orang lainpun bisa kalau
tahu jalannya. Meski begitu, di dunia ini masih banyak orang-orang
bodoh yang mudah ditipu oleh dukun atau tabib yang dikira sakti.
Hingga tidak sedikit orang diperas kekayaannya untuk kepentingan
dukun tersebut, kalau orang itu sampai masuk dalam perangkapnya

RADEN MULIA

Tuan Pandhita, dari cara bicara dan gaya bahasamu, saya yakin bahwa
Anda adalah seorang yang bijaksana. Saya senang mengenal Anda.
Saya kagum pada Anda yang telah banyak menolong orang sakit tanpa
mengharapkan pamrih apa pun, tidak mencari keuntungan pribadi,
meski Anda sendiri bukan orang kaya.

P. NUSA BRAHMA

Juragan, kalau orang tidak mengharap pamrih, itu belumlah layak


dipuji. Karena masih banyak dukun atau dokter yang tidak menerima
pamrih berupa uang atau barang, melainkan berupa pujian agar
namanya termashyur. Bagi seorang dukun, tabib atau dokter kaya,
yang hidup layak tanpa kekurangan apa pun, ia tentu akan menampik
pemberian dari orang-orang miskin yang ditolong. Tapi itu bukan satu

34 Naskah Drama KRAKATOA


kebaikan yang besar, karena kahlian yang didapatkan oleh mereka
berasal dari Tuhan agar bisa menolong sesame.

Tapi bisaanya, lantaran tidak mau menerima upah, banyak dukun


atau tabib yang meminta pasiennya agar mengingat budinya,
menghormatinya bahkan mengkultuskannya seperti layaknya seorang
dewa atau orang suci yang mesti di gugu segala perilakunya dan
perintahnya. Ini menyebabkan semua orang yang pernah ditolongnya
harus tunduk dan berada di bawah kekuasaannya.

Dan hal seperti itu lebih berat tinimbang mendapatkan upah uang atau
barang.

RADEN MULIA

Oh, jadi itu yang menyebabkan tuan Pandhita enggan memberi tahu
tempat tinggal tuan sebenarnya, supaya orang-orang yang disembuhkan
tuan tidak mencari tuan guna membalas budi tuan?

P. NUSA BRAHMA

Begitulah kira-kira. Tapi itu bukan satu-satunya alasan. Ada yang lebih
penting dari itu yang saya tidak boleh beri tahu pada siapa saja, yang
membuat saya terus berpindah-pindah.

Sebagai seorang pengelana, saya selalu bepergian ke tempat yang


jauh dan tidak pernah menetap untuk waktu yang lama. Nama Nusa
Brahma sendiri hanya saya pakai di gunung ini, di lain tempat, saya
memakai nama yang lain, terkait dengan kepercayaan saya.

Juragan, lebih baik kita pindah dari sini, anginnya terlalu kencang.
Kita tidak bisa berbincang dengan leluasa… mari…

RADEN MULIA

Baik.

RADEN MULIA MENGIKUTI PANDHITA PERGI.

LAMPU PADAM

Naskah Drama KRAKATOA 35


TIGA

PONDOK PANDHITA NUSA BRAHMA. PONDOK ITU


TERBUAT DARI BAMBU DENGAN ATAP DARI ALANG-
ALANG. PANDHITA DAN RADEN MULIA MASUK. PANDHITA
MEMPERSILAHKAN RADEN MULIA DUDUK DI AMBEN DI
DEPAN PONDOK. PANDHITA MASUK PONDOK. TERCIUM
BAU DUPA, RADEN MULIA MENGAMATI TEMPAT ITU,
NAMPAK PERKAKAS SEPERTI TEMPAT SIRIH, KENDI,
TEKO DAN BEBERAPA CANGKIR DARI BAMBU. ADA JUGA
SETANDAN PISANG TERGANTUNG DI TEMBOK PONDOK. DI
SUDUT KIRI PONDOK ADA BEKAS PERAPIAN, PACUL DAN
LIDI. MASUK PANDHITA NUSA BRAHMA.

RADEN MULIA

Pondokan ini nyaman sekali, tuan Pandhita. Saya jadi betah tinggal di
sini. Pandai sekali tuan memilih tempat tinggal

P. NUSA BRAHMA

Tempat ini bukan pilihan saya. Sudah ada sejak dulu semenjak Aki dan
Bapak saya masih hidup. Kami selalu tinggal di sini setiap kali datang
ke gunung ini, ya tentunya dengan membangun pondokan baru.

RADEN MULIA

Kalau begitu, Keluarga tuan melakukan perjalanan ini turun


temurun?

P. NUSA BRAHMA

Betul. Bahkan sudah beberapa generasi. Bagi kami, tempat ini adalah
tempat yang keramat, jauh sebelum orang-orang putih dan atau Islam
datang.

RADEN MULIA

Tuan Pandhita, boleh saya tahu alasannya? Apa yang membuat tempat
ini suci? Sejauh pengamatan saya, gunung Ciwalirang ini tidak jauh
beda dengan gunung lain yang ada di Bantam. Malah ada gunung yang
lebih tinggi dan angker, di mana ada kuburan keramat yang sering

36 Naskah Drama KRAKATOA


disembah oleh sebagian penduduknya?

P. NUSA BRAHMA

Juragan, untuk menjelaskannya satu persatu, saya tidak bisa. Tapi


begini, setiap kita punya agama dan selalu berusaha menjalankan
ajarannya. Seperti juragan tahu, setiap tahun ada ratusan bahkan ribuan
orang pergi ke Mekkah hanya untuk sekedar mencium batu hitam di
sana, meski di tempat lain banyak batu lain yang lebih indah dan mulia
dari batu di Kabah itu.

Begitu pun bagi kami yang datang kemari dan menetap selama satu
bulan, tak lebih hanya untuk sekedar menjalankan ajaran agama kami

RADEN MULIA

Tapi tuan, mengapa hanya keluarga Anda saja yang datang kemari.
Kemana orang-orang yang memiliki kepercayaan sama dengan tuan
tidak ikut serta?

P. NUSA BRAHMA

Itulah mengapa kewajiban ini hanya berlaku bagi pandhita saja. Lain
dari itu, juragan tahu sendiri, orang-orang Bantam membenci dan
memusuhi orang lain agama. Juragan tahu, kejadian di Cilegon tahun
1888, ada beberapa priyayi Islam yang dibunuh karena mereka telah
dianggap kafir dengan bekerja pada Belanda.

Lantaran mereka fanantik, kami harus hati-hati dan tidak gegabah


dalam menjalankan ajaran agama kami.

RADEN MULIA

Tapi pemerintah sekarang sudah melarang keras peperangan antar


agama, tuan Pandhita

P. NUSA BRAHMA

Benar, juragan. Tapi dampak dari kebencian masa lalu, membuat


penganut agama Hindu tidak berani unjuk dirinya lagi. Hingga kami
harus melarikan diri menyingkir ke dalam hutan rimba yang tidak bisa
dijangkau oleh orang. Kaum saya sendiri, orang-orang baduy yang

Naskah Drama KRAKATOA 37


masih tinggal di pedalaman hutan di sebelah selatan Lebak, terpaksa
bersembunyi terus. Keadaaan itu telah mendarah daging turun
temurun. Hingga meskipun keadaan sekarang lebih sejahtera, mereka
lebih memilih cara hidup yang lama seperti waktu orang bukan Islam
dalam bahaya.

Oleh karenanya, kekuasaan kaum Baduy yang sebelumnya seluas Jawa


Kulon semasa kerajaan Padjajaran menjadi satu golongan pribumi
yang terbelakang di seluruh Bantam dan Parahyangan. Ya, bahkan di
seluruh pulau Jawa

RADEN MULIA

Anda sungguh bijak. Saya kagum dengan pandangan hidup Anda,


ternyata di antara kaum Baduy terdapat seseorang yang memiliki
pandangan luas dan cerdas seperti Anda.

Tapi maafkan saya tuan Pandhita, kalau saya tak pintar menyimpan
perasaan saya. Saya merasa heran dengan sosok Anda yang
berpengetahuan luas dan cerdas ini sampai meninggalkan kaum
Anda sendiri tertinggal dalam berbagai hal? Dan kenapa Anda tidak
mengajak mereka perbaiki jalan hidupnya, agar mereka jadi masyarakat
modern?

PANDHITA NUSA BRAHMA MANGGUT-MANGGUT DAN


TERSENYUM. IA MENYeRUPUT KOPI DI CANGKIRNYA.

P. NUSA BRAHMA

Pertanyaan juragan sama sekali tidak mengherankan saya. Jika orang


selalu memerhatikan bagian luar, niscaya akan bertanya seperti itu.
Seeprti halnya bunga, ada waktunya ia mekar dan ada pula waktunya
ia layu. Begitu juga satu bangsa, ada waktunya ia berada dipuncak
peradaban, lalu merosot, jatuh binasa.

Apa yang terjadi dengan kaum saya, itu sudah menjadi takdir dari yang
kuasa, hingga tak ada kecerdasan manusia mampu memperbaikinya.
Seperti juga tak ada orang yang mampu mengembalikan bunga layu
segar kembali.

RADEN MULIA

38 Naskah Drama KRAKATOA


Anda benar kalau semua upaya sudah dijalankan. Tapi apa Anda
pernah mencobanya?

P. NUSA BRAHMA

Mencoba apa, juragan?

RADEN MULIA

Mencoba, agar mereka menjadi pintar, dengan membangun sekolah,


ajari sopan santun. Pimpin mereka supaya mengerti manfaat bergaul
dengan kaum lainnya. Ajari mereka berdagang, bertukang atau
berkuli. Luaskan wawasan mereka tentang pertanian, pertukangan dan
keterampilan. Seperti yang sedang diupayakan pemimpin bangsa ini
agar lebih maju dan beradab.

P. NUSA BRAHMA

Memang. Saya belum mencoba itu semua. Tapi saya tahu kalau itu
akan percuma saja dan malah akan membuat kaum saya lebih celaka
lagi

RADEN MULIA

Bagaimana bisa?

P. NUSA BRAHMA

Itulah jadinya kalau seseorang melihat persoalan dari kulitnya


saja, tidak mengerti seluk beluknya. Selama tiga abad kaum baduy
hidup terpisah dengan kaum lainnya di tengah hutan, menyebabkan
ketertinggalan yang sangat. Hingga dala soal kesopanan, keterampilan
dan agama mereka tidak akan bisa mengejar, meskipun saya adalah
pandhita mereka, saya sudah tidak dipercaya. Tidak cukup pengaruh
untuk membuat mereka patuh. Agama kami sudah sia-sia, bahkan
dewa-dewa dan tempat pemujaan yang suci ditelantarkan, lantaran
agama mereka sudah tercampur baur sedemikian rupa hingga tak lagi
berbentuk.

Agama yang saya peluk sekarang ini ialah agama yang suci seperti
yang diturunkan oleh nenek moyang kami, yang bagi orang baduy
sama asingnya dengan agama Islam atau Kristen. Maka saya yakin,

Naskah Drama KRAKATOA 39


untuk menata ulang kehidupan orang baduy bagi saya atau juragan
sendiri adalah sesuatu yang mustahil!

RADEN MULIA TERCENGANG MENDENGAR PAPARAN


PANDHITA

RADEN MULIA

Kalau begitu Tuan Pandhita tidak tinggal bersama mereka?

P. NUSA BRAHMA (Sambil menggelengkan kepala)

Saya tidak tinggal dengan mereka, ya. Saya tinggal di dekat


perkampungan mereka. Kalau saya tinggal di sini, tentulah tidak akan
berlama-lama seperti halnya mereka lakukan. Sekalipun saya ada
keinginan tinggal bersama mereka, mereka akan menolak saya karena
ajaran agama yang saya pegang sudah tidak mereka akui lagi.

RADEN MULIA

Berarti Tuan Pandhita tidak termasuk golongan mereka lagi?

P. NUSA BRAHMA

Saya tetap orang baduy, Pandhita dari kaum baduy. Meskipun saya
tidak diakui. Kedudukan saya ini tidak bisa diganggu gugat oleh
siapapun karena sifatnya turunan. Saya selalu memerhatikan kebaikan
dan keselamatan kaum saya dan masih tetap berhubungan dengan para
tetua, baik itu soal nasehat sipirtual atau pun soal obat-obatan.

Saya sudah mengawasi dan mengerti pola hidup kaum saya, akhirnya
saya ambil keputusan untuk tidak turut campur segala berjalan seperti
adanya dan tidak akan membuat mereka maju agar mereka senang dan
beruntung

RADEN MULIA

Tegasnya tuan membiarkan mereka berada dalam kebodohan dan


kegelapan selamanya!?

P. NUSA BRAHMA

40 Naskah Drama KRAKATOA


Benar. Sebab dengan begitu tidak akan mengganggu kesenangan dan
keberuntungan mereka.

RADEN MULIA

Maksud Tuan, orang-orang bodoh bisa lebih beruntung daripada orang


pintar dan terpelajar?

P. NUSA BRAHMA

Bagi satu bangsa yang dekat dengan kehidupan normal, tentunya


kebodohan akan mendatangkan bencana, karena selamanya akan
dibodohi. tapi bagi kaum baduy yang sudah tiga abad hidup sendiri
dalam sepi dan keramaian kaum lainnya, maka kepintaran itu akan
melenyapkan kesenangan dan keberuntungan mereka

RADEN MULIA

Saya jadi tidak mengerti dengan jalan pikiran tuan…

P. NUSA BRAHMA

Baiklah, akan saya ceritakan. Seperti yang juragan dengar atau tahu
kalau kaum saya itu punya adat kebisaaan yang buruk dan tercela.
Tetapi sesungguhnya mereka juga punya sifat yang baik, seperti tidak
suka berbohong, menipu, mencuri, bikin keonaran. Selalu hidup rukun
antar sesama, jadi tidak perlu lagi yang namanya pengadilan atau pun
polisi.

Lain dari itu, mereka tidak suka keramaian, menumpuk kekayaan dan
kemewahan. Tidak ada dengki diantara sesama, dan inilah yang paling
bersih. Memang benar mereka hidup di bawah kemiskinan, bodoh dan
percaya takhayul, tapi mereka hidup aman dan damai. Tidak mengenal
persaingan dan segala hal yang membuat bangsa maju berani berbuat
apa saja untuk mewujudkan mimpinya.

Percayalah, juragan. Keadaan ini akan berubah kalau mereka


bersekolah, membaca buku, Koran dan bergaul dengan orang lain
bangsa. Mereka akan mengenal makanan yang lezat, pakaian perlente,
rumah tangga yang nyaman serta mengenal betapa berharganya uang,
pangkat, kekayaan dan kehormatan. Kalau sudah begitu, apa jadinya?

Naskah Drama KRAKATOA 41


Kaum baduy nanti musnah. Selain itu juga kejujuran, keamanana dan
kesenangan pikiran juga akan hilang.

Sebagai gantinya, nanti pulau Jawa ini akan dipenuhi oleh orang-orang
yang hanya memikirkan uang, tidak peduli dengan jalan mencuri,
mencopet, merampok atau membunuh. Akan terciptalah keserakahan
atas nama “Pengetahuan dan kemajuan” yang kini juga sedang dicari
oleh para pribumi di pulau ini yang notabene mengejar kemerdekaan
dan harkat derajat bangsa. Semua itu hanya menghasilkan kekacauan,
seperti pemberontakan kaum komunis yang menelan korban ribuan
nyawa manusia.

KEMBALI RADEN MULIATERCENGANG DENGAN OMONGAN


PANDHITA NUSA BRAHMA.

RADEN MULIA

Jadi, pengetahuan dan kemajuan tidak selamanya membawa berkah,


begitu tuan?

P. NUSA BRAHMA

Itulah yang kukatakan tadi. Coba juragan camkan omongan saya.


Maaf, saya permisi sebentar.

PANDHITA TURUN DARI AMBEN KELUAR. RADEN MULIA


BINGUNG DENGAN APA YANG BARU SAJA DIUTARAKAN
OLEH PANDHITA. RADEN MULIA MENGERNYITKAN
DAHINYA, PERTANDA IA MERENUNGI SEMUA UCAPAN
PANDHITA TADI. TAK BERAPA LAMA, PANDHITA MASUK
KEMBALI

P. NUSA BRAHMA

Hari sudah siang. Tentunya juragan belum makan, bagaimana kalau


kita makan dulu. Tapi saya mohon juragan maklum kalau makanan di
sini Cuma nasi merah, lalapan dan sambal.

RADEN MULIA (Terperanjat)

Makan siang…? Eh, tentu tuan Pandhita. Saya senang sekali bisa
menemani tuan Pandhita makan. Lalapan dan sambal, sudah lebih dari

42 Naskah Drama KRAKATOA


cukup.

P. NUSA BRAHMA (Memanggil)

Ratna…Bawa makanannya keluar!

MUNCUL SEORANG PEREMPUAN TUA YANG RAUT


MUKANYA CERAH, MEMBAWA SATU BAKUL NASI MERAH
YANG MASIH MENGEBUL. DITARUHNYA DI AMBEN.

P. NUSA BRAHMA

Ini istri saya, juragan… namanya Ratna.

RADEN MULIA

Salam… Terima kasih bu. Maaf sudah merepotkan

ISTRI PANDHITA

Ah, tidak apa-apa. Mohon maklum, gan, kalau makanannya tidak pas
dengan selera agan.

RATNA KELUAR, DAN MUNCUL SEORANG GADIS MEMBAWA


NAMPAN DILAPISI DAUN PISANG YANG BERISI LALAPAN
DAN SAMBEL. GADIS ITU MENYUGUHKAN LALAPAN ITU
DAN MEMBERESKAN SISA MAKANAN SEBELUMNYA DI
AMBEN. RADEN MULIA KAGET SETELAH MENYADARI
KALAU ANAK PANDHITA ITU CANTIK DAN MOLEK. RADEN
MULIA MEMERHATIKAN SOSOK GADIS ITU. DENGAN
BUNGA CEMPAKA DI TELINGA DAN KALUNG UANG
LOGAM TERGANTUNG DI LEHER, MEMBUAT RADEN MULIA
KIAN BERDECAK KAGUM. PANDHITA NUSA BRAHMA
MEMERHATIKAN PRILAKU RADEN MULIA TERSENYUM
TIPIS

P. NUSA BRAHMA (Terbatuk)

Ehemmm….

RADEN MULIA

Naskah Drama KRAKATOA 43


Ooo…. maaf.

ISTRI PANDHITA

Lekas sedikit, Ratna

RADEN MULIA

Anak Ibu?

ISTRI PANDHITA

Betul, Gan. Namanya Ratna Sari. Dia anak semata wayang kami.

P. NUSA BRAHMA

Silakan makan dulu gan. Ngobrolnya kita lanjutkan nanti.

RADEN MULIA

Baik, tuan Pandhita. Bapak Nurhali….

NURHALI HANYA MENGANGGUK. MEREKA MULAI


MENYANTAP MAKANAN.

SESUDAH MAKAN

RADEN MULIA

Tuan Pandhita punya anak gadis sudah besar. Saya kira tidak lama lagi
tuan akan dapat mantu

P. NUSA BRAHMA (Tersenyum)

Tidak segampang itu, gan. Sebab kami bukan orang Islam. Hingga
tidak gampang mencarikan jodoh buat Ratna, sedang di antara kaum
kami, saya belum melihat sosok yang pantas mendampingi dia

RADEN MULIA

Apa tuan Pandhita tidak punya sanak famili lelaki?

P. NUSA BRAHMA

44 Naskah Drama KRAKATOA


Tidak ada. karena dalam keluarga saya, saya adalah turunan terakhir.
Meski dulunya saya punya keluarga besar. Kalau saya mati, maka
kepandhitaan ini tidak akan ada penerusnya. Saya tidak punya anak
lagi selain Ratna Sari, sementara seorang Pandhita harus lelaki.

RADEN MULIA

Apa yang terjadi sampai keluarga besar tuan habis? Mungkin kalau
dicari, masih ada sanak keluarga lain.

P. NUSA BRAHMA

Akan saya katakana yang sejujurnya. Keluarga besar saya habis karena
dulu kami sangat keras dengan prinsip hidup tidak boleh menikah
kecuali dengan kaum sendiri, hingga banyak yang harus kawin
sedarah. Ini menyebabkan keluarga kami kondisi tubuhnya lemah,
umurnya pendek dan rentan kena penyakit hingga akhirnya mati.

Keturunan kami sudah putus puluhan tahun silam, tatkala Ibu saya
meninggal, hingga saya harus dicarikan istri dari luar kaum tapi masih
yang seiman dengan kami.

RADEN MULIA

Kalau begitu, kenapa tuan tidak mengikuti cara bapak tuan? Memungut
seorang anak lelaki dan didik dia dari kecil hingga layak jadi mantu?
Dengan begitu, turunan tuan tidak putus, karena tuan akan dapat cucu
lelaki hingga bisa meneruskan pekerjaan sebagai Pandhita?

P. NUSA BRAHMA

Hal itu tidak bisa dilakukan, juragan. Lantaran keluarga kami tidak
boleh menikah sembarangan dengan keluarga yang kastanya lebih
rendah dan tidak sederajat.

RADEN MULIA

Kalau tuan Pandhita bersikeras dengan prinsip itu, tentunya, anak


gadis tuan akan menjadi perempuan tua. Apa tuan tidak kasihan
dengan hidup anak gadis tuan yang cantik itu?

P. NUSA BRAHMA

Naskah Drama KRAKATOA 45


Saya terlalu keras? Ini saya lakukan tiada lain dengan maksud agar
anak saya mempunyai suami seorang yang sama derajatnya, satu adat
kebisaaan yang juga diberlakukan di beberapa suku bangsa. Malah,
banyak priyayi-priyayi sini yang juga memegang prinsip itu. Saya
lebih memilih melihat Ratna Sari tidak menikah sama sekali daripada
jadi istri seseorang yang tidak sebanding.

RADEN MULIA

Tadi tuan mengatakan soal ketidakmungkinan menikah dengan orang


lain agama, menurut saya itu akan sangat menyusahkan, karena agama
tuan sekarang tidak dikenal. Bahkan tuan bilang sendiri kalau agama
yang dianut kaum baduy sudah tidak murni lagi seperti dulu.

P. NUSA BRAHMA

Itu betul. Tapi halangan itu tidak terlalu berat bagi saya. Saya sudah
mempelajari banyak agama, dan kesemuanya berpokok satu, hanya
kulitnya saja yang berbeda sedang isinya sama. Yang saya khawatirkan
justru tentangan itu datang dari pihak luar. Umpamanya seorang suku
sunda yang beragama Islam, tentu tidak mau menikahi orang di luar
Islam, sedang saya tidak mau anak saya di duakan.

RADEN MULIA

Kalau begitu, tuan tidak keberatan kalau anak tuan menikah dengan
orang lain agama?

P. NUSA BRAHMA

Selama ada kesamaan intisari ajaran, saya tidak keberatan, dengan


catatan harus sederajat dengan saya.

RADEN MULIA

Maaf, tuan Pandhita, ini agak membingungkan saya. Soal takaran


sederajat yang tuan maksud seperti apa? Apa maksud tuan seseorang
yang kaya raya atau berpangkat tinggi?

P. NUSA BRAHMA (Tertawa)

Hahaha…. bukan begitu, gan. Saya tidak keberatan dapat mantu

46 Naskah Drama KRAKATOA


seorang miskin, karena saya sendiri orang yang tidak punya. Yang
saya maksud bahwa orang itu mempunyai prilaku, keturunan dan
pemahaman agama yang sama dengan saya. Tidak peduli apa ia
Kristen atau Islam.

RADEN MULIA

Bagaimana kalau seorang santri, penghulu atau seorang pandhita


seperti tuan?

P. NUSA BRAHMA (Tersenyum. Air mukanya berubah)

Saya tidak jelaskan lebih lanjut soal ini. Saya Cuma mau bilang bahwa
adalah keliru orang yang memandang saya sama derajatnya dengan
para santri, penghulu atau pandhita seantero Bantam ini. Saya juga
tidak lebih rendah dari Sultan Jogja atau Sunan Solo. Hanya itu yang
bisa saya jelaskan, saya mohon jangan perpanjang persoalan ini…

RADEN MULIA KEMBALI KAGET DENGAN UCAPAN


PANDHITA NUSA BRAHMA. IA PERHATIKAN RAUT
MUKANYA.

RADEN MULIA

Baiklah, saya tidak akan mengungkitnya lagi. Tapi maafkanlah saya,


sebelum saya pergi, saya ingin mengajukan satu pertanyaan lagi.

P. NUSA BRAHMA

Silakan

RADEN MULIA

Kalau tidak ada yang orang dirasa cocok dengan keinginan tuan, apa
Ratna Sari akan diijinkan menikah dengan siapapun?

P. NUSA BRAHMA (Tegas)

Naskah Drama KRAKATOA 47


Tidak!

RADEN MULIA

Bagaimana kalau ia sendiri punya pilihan sendiri? Karena tuan


Pandhita sudah tua dan tidak akan sanggup lagi menjaga anak tuan.

P. NUSA BRAHMA

Kalau aku sudah mati, ia boleh berbuat sesukanya, meski nantinya roh
saya tidak akan tenang dan akan mengutuk kalau ia berani menikah
sembarangan. Kalau saya masih hidup dan ia melanggar ketentuan
saya, akan saya bunuh dia!

MENDENGAR INI, RADEN MULIA TERKEJUT DENGAN


KEPRIBADIAN PANDHITA YANG SELAIN LEMAH LEMBUT
BUDI BAHASANYA TERNYATA JUGA SANGAT ANGKUH DAN
BERHATI KERAS.

RADEN MULIA

Baiklah, tuan Pandhita. Saya rasa cukup dulu pembicaraan kita sampai
di sini. Kami pulang dulu…

P. NUSA BRAHMA

Baiklah, juragan. Semoga perjalanan Anda mendapat keselamatan.

RADEN MULIA

Terima kasih….

RADEN MULIA DAN NURHALI KELUAR. TINGGAL PANDHITA


NUSA BRAHMA YANG KEMBALI DUDUK DI AMBEN,
MERENUNGI PERCAKAPAN TADI DAN AKHIRNYA MENARIK
NAPAS PANJANG.

LAMPU PADAM

48 Naskah Drama KRAKATOA


EMPAT

SATU

RUMAH RADEN MULIA. IA SEDANG BERISTIRAHAT, DUDUK


DI KURSI MALAS. WAJAHNYA NAMPAK LESU, KARENA
BEBAN PIKIRAN. PERCAKAPANNYA DENGAN PANDHITA
TEMPO HARI MEMBUAT IA BERPIKIR KERAS.

RADEN MULIA

Segala persoalan ini membuatku makin bingung. Dari cara dia


bicara, pengetahuannya yang luas, pemikirannya yang bijaksana,
menampakkan kalau dia bukan keturunan rakyat bisaa. Apa ada
kemungkinan pandhita itu keturunan raja-raja di Jawa ini? Tapi
Keturunan raja yang memeluk Hindu hanya ada di Bali, sedang
Pandhita itu bukan orang sana. Ia hanya seorang warga Bantam yang
sepertinya belum pernah menginjakkan kakinya ke Bali.

Jangan-jangan dia masih terkait dengan kerajaan Padjajaran.


Bagaimana pun juga pada waktunya, Padjajaran ialah kerajaan besar
yang pernah menguasai kulon pulau Jawa ini. Ya, ya…. Kalau dirunut
kemungkinan itu sangat besar. Bahkan bisa jadi kalau dia….keturunan
terakhir kerajaan Padjajaran.

Kotapraja Padjajaran….. (mencari dan membuka buku) ah ya…Batu


tulis…. (Membaca tulisan dari buku) Di sini dikatakan kalau

“pada waktu terjadi peperangan antara Padjajaran dengan


pasukan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, mereka mengalami
kekalahan dan akhirnya menyingkir ke Priyangan Kidul,
bersembunyi di pegunungan yang ada di Bantam sini.

Mereka memilih tidak berbaur hidup dengan orang lain, dan


tidak mau masuk Islam. Kemudian mereka dikenal dengan
nama suku Kanekes, wilayahnya terbentang sepanjang
Ciboleger sampai Cikeusik”.

Naskah Drama KRAKATOA 49


Dan sepertinya, gelar Pandhita yang disandangnya, hanya untuk
menyembunyikan identitas sebenarnya kalau ia seorang raja dari kaum
Baduy yang diwariskan bagi keturunan Prabu Siliwangi.

(termenung cukup lama)

Aku makin yakin. Mengingat dia juga punya tabiat seperti seorang raja
dari zaman Hindu. Ancaman bagi Ratna Sari yang tak boleh menikah
dengan kaum bawah itulah alasannya. Persis seperti lakon dalam
pewayangan yang menegaskan soal kehormatan keluarga dijunjung
di atas segalanya. Dan menikah dengan yang tidak sederajat adalah
suatu dosa besar.

Kalau itu benar, kenapa pula dia sampai menikah dengan perempuan
dari Bantam, yang nyata di luar ketentuannya sendiri? Siapa istri
dia itu sebenarnya? Apa anak pungut yang dijadikan istrinya itu
perempuan bangsawan? Tapi siapa pula bangsawan Sunda yang sudi
menyerahkan anaknya untuk di asuh orang baduy di pegunungan?
Ah…makin pusing aku dibuatnya….

(Jalan mondar-mandir)….

Bicara tentang Ibu itu dan Ratna Sari….Aku seperti kenal dengan raut
wajah itu. Tapi di mana?

(Sampai di sini, Raden Mulia kembali duduk di kursi malas, menyalakan


sebatang rokok kretek dan mengepulkan asapnya. Kemudian dia melirik
ke Lonceng yang menempel di tembok dan waktu menunjukan pukul
empat. Di bawah lonceng itu terdapat beberapa photo keluarganya.
Tiba-tiba ia terkejut dan setengah melompat, mendekati dan akhirnya
mengambil satu photo yang sudah tua tapi masih jelas. Gambarnya
seorang priyayi bergandengan istrinya)

Inikan photo nenek!

(Menatap lekat pada photo itu)

Ini aneh….semakin diamati mereka berdua sangat mirip. Pantas aku


merasa kenal dengan wajah ibu itu. Tapi ada hubungan apa antara
nenek dengan ibu itu? Aku harus mencari tahu! Dan salah satu caranya,
aku harus kembali ke sana secepatnya.

50 Naskah Drama KRAKATOA


LAMPU PADAM

DUA

KAKI GUNUNG CIWALIRANG. NAMPAK BEBERAPA


PONDOKAN, TEMPAT ITU RAMAI OLEH ORANG YANG AKAN
BEROBAT. KEBANYAKAN ORANG YANG SAMA DENGAN
WAKTU KUNJUNGAN PERTAMA RADEN MULIA. RADEN
MULIA SENDIRI SEDANG BERISTIRAHAT DI WARUNG
DAN MINUM TEH. DI ANTARA ORANG-ORANG ITU ADA
BEBERAPA YANG TERLIBAT PERCAKAPAN YANG CUKUP
SERIUS, DARI LOGATNYA ORANG-ORANG ITU BERASAL
DARI PALEMBANG. HAL INI MENGUNDANG PENASARAN
RADEN MULIA. IA PUN MENCURI DENGAR.

ORANG I

Kalau niat kau sudah bulat, kau harus segera membicaran hal ini
dengan tuan Pandhita. Sebab aku dengar, dua minggu lagi mereka
akan meninggalkan tempat ini, kembali ke tempatnya yang jauh, entah
di mana. Dan pastinya kita akan kesusahan mencari jejak keberadaan
mereka. Paling-paling kau harus menunggu satu tahun lagi, dan kau
akan semakin bertambah tua! Hahaa!

ORANG II

Dan mungkin saja, dalam tempo satu tahun itu Ratna Sari sudah jadi
milik orang lain… Iya gak? Hahahaa…

MENDENGAR NAMA RATNA SARI DI SEBUT, RADEN MULIA


TERKEJUT. AIR THE YANG MAU DIMINUMNYA TUMPAH.
IA MAKIN PENASARAN, MAKA IA PUN DUDUK AGAK
MENDEKAT KE MEREKA.

ORANG I

Naskah Drama KRAKATOA 51


Aku pikir tidak gampang mendapatkan gadis itu. Sebab, tidak mungkin
Pandhita itu merelakan anaknya dibawa ke seberang lautan.

ABDUL SINTIR

Tapi aku sudah berjanji kalau sudah menikahi Ratna Sari, aku akan
tinggal bersama mereka. Lagipula aku sudah menganggap Pandhita itu
bak ayahku sendiri karena jasanya menyembuhkan penyakit mataku.

Kalau sudah begitu, kan gampang. Aku tinggal membujuk mereka


agar mau tinggal bersama di Palembang.

ORANG III

Itu memang gampang, kalau kau direstuinya. Nah, kalau tidak?


Bagaimana?

ABDUL SINTIR (Sombong)

Menurutmu, apa ia akan tetap menolak, kalau aku memberi mas kawin
sebanyak sepuluh ribu dan semua hasil perkebunan karetku? Dia pasti
akan menerima! Abdul Sintir!

ORANG II

Jangan sombong dulu kau!. Kau tentu tahu kalau pandhita itu tidak
mau menerima pemberian setiap kita yang diobatinya. Uang ataupun
barang!

ABDUL SINTIR

Alah! Sudah banyak dukun aku datangi, dan mereka semua mata
duitan! Ingat, Uang yang berkuasa! Jadi aku pikir Pandhita itu pun
akan tergoda kalau aku sodorkan seluruh kekayaanku padanya. Bahkan
aku sudah berniat akan menggunakan segala kekayaan dan cara zntuk
mendapatkan Ratna Sari!

Beban sakit mata, memang sudahlah hilang. Tapi beban hati yang
mencinta makinlah besar. Buat apa mataku sembuh kalau harus
menderita kerinduan tak berbalas pada bidadari yang bernama
Ratna Sari. O, Ratna! Ratna! Sia-sia ayahmu menyembuhkan
kebutaanku kalau harus jauh darimu. Lebih baik aku buta, tapi ada

52 Naskah Drama KRAKATOA


kau disampingku!

ORANG I

Kau jangan gila, Tir! Kau punya hutang budi besar pada Pandhita itu.
Kau tidak kurang ajar dengan meminta paksa Ratna Sari untukmu

ABDUL SINTIR

Siapa yang gila!? Lagipula belum tentu Pandhita itu menolak. Apalagi
kalau aku iming-imingi seluruh kekayaanku. Aku akan meratap,
berlutut di hadapan Pandhita dan istrinya itu, agar mereka iba. Akan
kutunjukan kesungguhanku. Bahkan kalau perlu, aku akan mengancam
bunuh diri kalau aku ditolaknya. Kalau sudah begitu, tentunya aku
akan diangkat sebagai mantunya. Iya kan!? Hahaha….

ORANG I

Bagaimana kalau ia bersikukuh menolakmu?

ABDUL SINTIR

Kalau ia tetap menolakku, terpaksa aku harus memilih dua cara. Bunuh
diri atau bawa lari paksa anaknya. Aku tahu Ratna Sari menaruh hati
padaku, aku tahu dari tatapannya padaku. Ia pun sudah menerima
pemberianku.

ORANG III

Apa?

ABDUL SINTIR

Iya. Ratna Sari menerima pemberianku. Kejadiannya di dekat


pancuran. Di sana aku beri dia beberapa sarung tenun, arloji, lima
keping uang emas Inggris dan perhiasan. Sayangnya waktu itu kami
tidak bisa berbincang, karena ia tidak bisa bahasa melayu dan aku
sendiri tidak bisa sunda.

ORANG II

Aku setuju dengan rencanamu, kawan! Kita bawa lari paksa Ratna

Naskah Drama KRAKATOA 53


Sari.

ORANG I

Caranya?

ORANG II

Kita bawa dia dengan mobil. niscaya sebentar saja kita sudah jauh
dari sini. Lagipula kalau kawan kita ini sampai bunuh diri atau
menyerahkan kekayaannya, itu percuma saja. Kalian seperti tidak tahu
saja sifat perempuan. Kalau kekayaan kita habis, pasti ia akan rewel
dan minta cerai. Apalagi gadis-gadis sunda! Kita harus waspada! Aku
saja sudah habis-habisan dieret sama aceuk-aceuk Bandung!

MENDENGAR INI, RADEN MULIATERPANCINGAMARAHNYA.


TERLEBIH ORANG YANG DIBICARAKAN ADALAH RATNA
SARI. IA BERDIRI DAN MENGHAMPIRI MEREKA.

RADEN MULIA

Kawan! Jaga ucapan kalian! Jangan macam-macam terhadap Pandhita


dan keluarganya! Aku Kepala keamanan dan Asisten Wedana
tempat ini. Aku sudah mendengar rencana jahat kalian. Kalau kalian
menjalankan niatan itu, aku tidak akan segan-segan menangkap dan
menebas leher kalian!

ABDUL SINTRI DAN KAWAN-KAWAN MENDENGAR INI


TERKEJUT SETENGAH MATI. ABDUL SINTIR WAJAHNYA
PUCAT PASI.

ABDUL SINTIR (Tergagap)

Maaf, tuan…. Omongan saya barusan Cuma bercanda. Tidak sungguh-


sungguh. Maaf…

RADEN MULIA

Kau bercanda atau tidak, aku tidak peduli! Aku hanya ingin
mengingatkan, bahwa niatan kau tidak pantas, mengingat kau
berhutang budi pada Pandhita itu yang telah menyembuhkan matamu.
Aku peringatkan, kalau kalian sampai berani mengganggu Ratna Sari

54 Naskah Drama KRAKATOA


seujung rambunya pun, aku akan membekuk dan memasukkan kalian
ke penjara! Akan kusampaikan niatan jahat kalian ini pada Pandhita,
dan aku minta kalian lekas pergi dari sini!

(Abdul Sintir dan kawan-kawannya segera pergi dengan mengumpat)

Lebih baik aku segera ke puncak, keadaan sudah tidak baik.

RADEN MULIA BERLALU

LAMPU PADAM

TIGA

JALAN SETAPAK MENUJU PUNCAK GUNUNG CIWALIRANG.


RADEN MULIA BERPAPASAN DENGAN RATNA SARI YANG
SEDANG MEMANGGUL LODONG AIR.

RADEN MULIA (Memanggil)

Ratna! Ratna!

(Ia bergegas menghampiri dan menawarkan bantuan. Ratna sari


berhenti dan menurunkan lodong air. Menoleh ke sumber suara)

Ratna, ijinkan aku membantumu membawakan lodong air yang berat


itu. Aku tidak tega melihatmu kesusahan menaiki tanjakan ini

RATNA SARI

Tak apa Juragan, saya sudah terbisaa bawa baranng naik turun
gunung.

Naskah Drama KRAKATOA 55


RADEN MULIA

Aku memaksa

(Raden Mulia mengambil dan memanggul lodong air itu, mereka


berjalan berdampingan)

Apa kau betah di sini Ratna? Aku rasa tempat sunyi ini tidak cocok
bagi gadis ayu sepertimu

RATNA SARI

Sunyi. Ya, saya sudah dekat dengan kesunyian. Bahkan saya hidup
dengan kesunyian. Tempat ini tidak seberapa sunyinya. Malah saya
merasa tidak suka tempat ini, karena banyak orang datang berobat.
Dan setiap kali saya ke pancuran, selalu saja ada laki-laki yang
mengintip dan mengajak saya bicara. Terlebih orang palembang itu
yang memaksa saya menerima pemberian dia.

RADEN MULIA

Apa benar kau menerima sejumlah uang emas Inggris, sarung dan
arloji?

RATNA SARI KAGET MENDENGAR PERTANYAAN RADEN


MULIA, DENGAN SEDIKIT KIKU IA MENJAWAB

RATNA SARI

Benar. Tapi tolong juragan jangan beri tahu ayah saya. Tentunya ia
akan marah kalau tahu saya menerima pemberian orang, meski saya
dipaksa menerima oleh orang-orang itu.

RADEN MULIA

Apa setiap ke pancuran, tak ada yang menemanimu?

RATNA SARI

Ibu saya sudah tidak kuat naik turun ke pancuran setiap hari. Selain
itu tak ada kawan, sebab ayah tidak mengijinkan siapapun tinggal
bersama kami. Di puncak sana tidak ada air buat minum, mencuci atau

56 Naskah Drama KRAKATOA


mandi. Kalaupun ada sumur di dalam gua, airnya bau walirang.

RADEN MULIA

Di dalam goa? Goa yang mana?

RATNA SARI

Yang ada di belakang pondok kami. Gua itu panjang dan gelap. Di
sana ayah saya setiap hari sembahyang kecuali hari Jumat. Kalau
turun hujan deras, bisaanya kami berteduh di sana, karena pondok
kami bocor.

RADEN MULIA

Berapa dalam goa itu?

RATNA SARI

Sekitar lima sepuluh meter, tapi kata ayah masih ada terusannya.
Saya tidak pernah masuk karena gelap dan sempit. Kalau mau masuk,
juragan mesti merangkak di celah-celah karangnya.

RADEN MULIA

O…Begitu….

SAMPAI DIALOG INI MEREKA BERDUA SAMPAI DI DEPAN


PONDOK. SUDAH NAMPAK ISTRI PANDHITA SEDANG DI
LUAR. RADEN MULIA MENARUH LODONG AIR DI PINGGI
PONDOK. RATNA SARI MEMBAWANYA KE BELAKANG.

ISTRI PANDHITA

O, ada tamu… Silakan duduk gan. Sebentar, saya panggilkan suami


saya.

ISTRI PANDHITA MASUK. SEBENTAR KEMUDIAN MUNCUL


PANDHITA NUSA BRAHMA, MEREKA BERSALAMAN.

Naskah Drama KRAKATOA 57


P. NUSA BRAHMA

Kiranya gerangan apa yang membawa tuan kembali kesini?

RADEN MULIA

Saya dapat kabar kalau tuan tidak lama lagi akan pergi dari sini. Apa
betul?

P. NUSA BRAHMA

Betul gan. kira-kira sepuluh hari lagi dari sekarang.

RADEN MULIA

Itu alasannya kenapa saya datang lagi kemari. Saya ingin belajar pada
tuan yang sudah saya anggap sebagai guru sendiri.

P. NUSA BRAHMA (Tersenyum)

Pelajaran semacam apa yang mesti saya berikan pada juragan? Saya
ini tak lebih dari orang desa yang bodoh

RADEN MULIA

Saya ingin tahu bagaimana menjalankan tugas saya sebagai seorang


pejabat negeri ini. Tak lain agar wilayah ini aman dan rakyat sejahtera.
Karena tuan tahu sendiri keadaan sekarang ini, di mana-mana ada
pemberontakan, hingga bukan main beratnya tugas yang diemban ini

P. NUSA BRAHMA

Hmmm…. Di tengah kekacauan seperti sekarang ini, bukan hanya


para pembesar negeri ini saja yang merasa memanggul beban berat,
tapi juga para pemuka agama, orang tua, guru, majikan, pedagang dan
lain-lainnya. Hal ini disebabkan karena kalau salah ambil keputusan
akan menimbulkan kekacauan dan keonaran, mengingat kebanyakan
kita belum siap dengan perubahan.

RADEN MULIA

Makanya, tuan Pandhita, saya perlu masukan dari orang bijak seperti

58 Naskah Drama KRAKATOA


Anda. Saya ingin berdiri di tempat yang tepat. Pekerjaan saya ini
mengharuskan saya berdiri di dua tempat. Satu sisi saya harus
melaksanakan kepentingan negara, di sisi lain saya juga harus menjaga
kepentingan rakyat.

P. NUSA BRAHMA

Begini, juragan. Dalam dunia ini ada dua pengabdian. Pertama aturan
negara yang kalau dijalankan dengan benar akan membuahkan
kehormatan dari atasan tuan, dan inilah yang banyak dipegang oleh
para pejabat.

RADEN MULIA

Dan aturan yang satunya?

P. NUSA BRAHMA

Pengabdian pada hati. Aturan yang berasal dari Tuhan yang sudah
ada semenjak manusia lahir. Semakin luas pengetahuan, kesopanan
dan budi bahasanya bagus, maka artinya semakin aturan hatinya itu
bermakna. Aturan macam ini tidak berbentuk kongkrit, tidak nampak,
tidak ada hurufnya, tapi merupakan aturan tertinggi diantara Aturan
lainnya di dunia ini.

RADEN MULIA

Lantas perbedaannya apa, tuan?

P. NUSA BRAHMA

Aturan negara dibuat oleh manusia, bisa dirubah atau diganti kapanpun,
orang berbuat salah bisa tidak dihukum, umpamanya polisi yang tidak
punya bukti atau saksi kuat. sedang aturan hati akan selamanya tetap,
tidak bisa digeser. Tidak seorang pintar pun bisa membohongi dan
menyangkalnya. aturan hati ini akan sanggup menghukum siapapun
orangnya, meski kesalahannya ditutupi di bawah bumi.

Bisaanya, kalau seseorang memegang aturan hati, ia tidak akan takut


mengatakan kebenaran. Keberaniannya tanpa batas, pikirannya tenang,
tidak gampang dipengaruhi meski keadaan yang dihadapi begitu berat
dan menyiksa.

Naskah Drama KRAKATOA 59


RADEN MULIA

Tentunya tidak sembarang orang yang bisa mengamalkan aturan hati


ini. Karena untuk memahami soal ini seseorang harus belajar banyak
dan pengetahuannya luas bukan begitu, tuan?

P. NUSA BRAHMA

Tidak serumit itu, juragan. Kalau saja seseorang mau berpikir dan
bertindak untuk tidak menyakiti orang, sebagaimana ia juga tidak
mau disakiti dan memperlakukan orang sebagaimana kita ingin
diperlakukan niscaya akan menciptakan keseimbangan hidup. Untuk
itulah kita semua perlu mempelajari tentang keadilan dan kesesuaian.

RADEN MULIA

Tapi kenyatannya, dalam sebuah pemerintahan tidak bisa selamanya


orang bisa menerapkan aturan hati ini. Misalnya di saat terjadi
kerusuhan, maka diperlukannya tindakan tegas demi menjaga
keamanan dan kekuasaan pemerintah, tuan Pandhita.

P. NUSA BRAHMA

Itulah sebabnya, kaum Brahman, enggan berurusan dengan


pemerintahan negara dan peperangan. Semuanya itu diserahkan pada
kaum Ksatria. Bagi orang-orang yang hendak menjalankan ajaran
agama dengan benar yaitu mereka yang taat pada aturan hati, perkara
pemerintahan hanya akan menjauhkan mereka dari kemajuan rohani,
karena seringkali mereka mesti melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan aturan hati.

RADEN MULIA

Tapi, bukankah…

P. NUSA BRAHMA (Memotong)

Sudahi dulu bicara kita gan. Sudah waktunya makan siang, mari
makan bersama… Ratna! Ratna….

RADEN MULIA MERASA TERGANGGU DENGAN INTERUPSI


DARI PANDHITA ITU. TAPI IA TIDAK BISA BERBUAT APA-

60 Naskah Drama KRAKATOA


APA. IA IKUT SAJA PERMINTAAN PANDHITA NUSA BRAHMA.
MEREKA PUN MAKAN BERSAMA

LAMPU PADAM

EMPAT

PONDOK PANDHITA BRAHMA. MALAM HARI. NAMPAK


PEMBANTU KELUARGA PANDHITA SEDANG MENCOBA
TIDUR DI AMBEN DI TERAS PONDOK. BELUM SEMPAT DIA
MEMEJAMKAN MATANYA. MUNCUL BEBERAPA ORANG
BERSERAGAM YANG TAK LAIN ADALAH VOLDPOLITIE
(POLISI PATROLI BELANDA)

KOM. POLISI

Bangun!

KUSDI (Kaget, melilir)

Siapa?

KOM. POLISI

Bangun! kami polisi!

KUSDI

Ada apa tuan, datang malam-malam begini? Tuan pandhita sudah


tidur

KOM POLISI

Jangan banyak omong! Cepat buka pintu pondok! Kalau tidak kami
akan masuk paksa!

BELUM LAGI KUSDI MEMBUKA PINTU, TERDENGAR SUARA


DARI DALAM

Naskah Drama KRAKATOA 61


P. NUSA BRAHMA

Ada apa, Kusdi?

KUSDI (Takut)

Tuan Pandhita, ada polisi mencari tuan…

DERIT PINTU PONDOK TERBUKA DARI DALAM. MUNCUL


PANDHITA NUSA BRAHMA. PARA OPSIR LANGSUNG
MENGACUNGKAN SENJATANYA MENGARAH KE PANDHITA.
SONTAK PANDHITA KAGET, TAPI IA MENCOBA UNTUK
TENANG.

KOM. POLISI

Apa kowe yang bernama Nusa Brahma?

P. NUSA BRAHMA

Betul, tuan

KOM. POLISI

Apa yang kowe bikin di sini?

P. NUSA BRAHMA

Saya bersembahyang di gunung ini. Saya kesini setahun sekali

KOM. POLISI

Perlu apa kowe bersembahyang di ini gunung? Jangan bohong!

P. NUSA BRAHMA

Saya hanya menjalankan ajaran agama saya, tuan

KOM. POLISI

Ah, omong kosong! Kowe datang ke sini untuk menghasut orang


bukan? mengumpulkan mereka untuk memberontak! Kowe orang
komunis dan punya banyak pengikut! Ngaku!

62 Naskah Drama KRAKATOA


P. NUSA BRAHMA

Saya tidak punya pengikut, tuan. Saya hanya punya satu pembantu

KOM. POLISI

Kowe berani bohong sama saya!? Apa kowe pikir kami tidak tahu
setiap hari Jumat banyak orang berkumpul di sini, ha!?

P. NUSA BRAHMA

Mereka tidak saya undang, tuan. Mereka ke sini untuk berobat.

KOM. POLISI

Apa kowe punya surat ijin jadi dokter, ha!? Kalau kowe pintar
mengobati, kenapa kowe tidak ke tempat ramai, di mana kowe bisa
dapat uang banyak dari orang-orang yang bisa kowe tipu?

P. NUSA BRAHMA

Saya tidak menerima bayaran dari mereka, tuan.

KOM. POLISI

Semua santri dan kiayi penipu bilang begitu. Kowe boleh kasih
keterangan nanti di depan polisi penyidik

P. NUSA BRAHMA

Polisi sudah tahu pekerjaan saya. Asisten Wedana daerah ini sudah
dua kali datang kemari. Ia bisa menjadi saksi kalau saya bukan penipu
atau penghasut

KOM. POLISI

Ya, itu boleh jadi, sebab asisten wedana itu sudah jad murid dan takut
sama kowe. Sekarang kowe mesti ikut kami!

P. NUSA BRAHMA

Naskah Drama KRAKATOA 63


Sekarang, tuan?

KOM. POLISI

Ya!

P. NUSA BRAHMA

Kemana saya mau dibawa?

KOM. POLISI

Ke rumah asisten wedana yang jadi murid kowe!

P. NUSA BRAHMA

Apa tidak bisa besok saja? Saya tidak akan lari.

KOM. POLISI

Jangan bantah! Sebelum pergi, kami akan geledah tempat ini!

PARA OPSIR ITU PUN DIPERINTAHKAN MENGGELEDAH


PONDOK. SETELAH TIDAK MENEMUKAN SESUATU YANG
MENCURIGAKAN, MEREKAPUN KEMBALI KELUAR. SEDANG
RATNA SARI DAN IBUNYA HANYA BISA MENYAKSIKAN
PENANGKAPAN PANDHITA.

P. NUSA BRAHMA

Saya mohon tuan, besok saja saya dibawanya. Saya tidak bisa
meninggalkan istri dan anak saya.

SESEORANG MEMBISIKKAN SESUATU PADA KOMANDAN


POLISI, IA PUN MENGANGGUK.

KOM. POLISI

Kowe punya istri dan anak musti diperiksa juga, tapi tidak usah malam
ini. Besok pagi mereka boleh nyusul ke rumah itu asisten wedana.
Ini Reserse dan dua kawannya akan jaga ini tempat. Ayo berangkat!
Kowe jangan takut, siapa yang tidak salah, tidak nanti dihukum!

64 Naskah Drama KRAKATOA


PANDHITA PUN DI BAWA PERGI OLEH ROMBONGAN POLISI
ITU. KINI YANG TINGGAL DI PONDOK ITU HANYA SEORANG
RESERSE DAN DUA ORANG KAWANNYA. MEREKA DUDUK DI
AMBEN. MUNCUL TIGA ORANG LELAKI PRIBUMI. TINGKAH
MEREKA SEPERTI PENCURI. SEGERA MEREKA BERENAM
BERKUMPUL SEPERTI SEDANG BEREMBUG SESUATU.

ORANG I

Coba kalian lihat di sana (Menunjuk ke arah lautan) Api itu menandakan
perahu kita sudah siap. Ayo, jangan tunggu lagi

RESERSE

Aku mengerti.

RESERSE ITU LEKAS MENUJU PONDOK DAN MENGETUK


PINTUNYA. ISTRI PANDHITA DAN RATNA SARI KELUAR.
MATA MEREKA SEMBAB HABIS MENANGIS.

RESERSE

Ibu, Saya baru terima perintah dari komandan saya agar membawa ibu
dan anak ibu untuk diperiksa.

ISTRI PANDHITA

Tapi, tuan. Hari sudah sangat larut. Bagaimana kami bisa menuruni
gunung dengan kondisi seperti ini?

RESERSE

Jangan takut. Kami sudah sediakan lampu senter. Nanti kita berangkat
bersama. Silakan ibu bersiap-siap, jangan ragu lagi, kalau terlambat,
saya khawatir terjadi apa-apa pada Pandhita.

Selain itu, karena perjalanan kita cukup panjang dan melelahkan, jadi
kita nanti naik perahu, biar cepat sampai.

UCAPAN RESERSE ITU MEMBUAT ISTRI PANDHITA DAN

Naskah Drama KRAKATOA 65


RATNA SARI MAKIN KHAWATIR, SEGERA MEREKA
BERGANTI PAKAIAN. MEREKA MEMAKAI BAJU TEBAL DAN
KERUDUNG. MEREKA MENGIKUTI KE ENAM LELAKI ITU.
TANPA MEREKA SADARI, SESEORANG DI BALIK RIMBUNAN
SEMAK DAN POHONAN MENGAWASI MEREKA.

LAMPU PADAM

LIMA

RUMAH ASISTEN WEDANA. RADEN MULIA TENGAH


MEMBACA KORAN SAAT TERDENGAR DERU BEBERAPA
MOBIL YANG BERHENTI DI DEPAN RUMAHNYA. RADEN
MULIA BERANJAK DAN MENUJU PINTU. MEMBUKANYA
DAN TERKEJUT MELIHAT PANDHITA NUSA BRAHMA DAN
KUSDI DIAPIT BEBERAPA ORANG POLISI BELANDA.

SUARA RADEN MULIA

Astaga! Tuan Pandhita, ada perkara apa malam-malam datang kemari.


Guden avond meneer! Silakan masuk, tuan-tuan. (Mereka masuk)
Saya kira tentunya ada perkara penting sekali dengan tuan Pandhita,
hingga malam-malam begini datang kemari.

KOMANDAN

Kita orang baru tangkap ini orang tua yang tinggal di puncak gunung
Ciwalirang. Sebab kita dapat kabar kalau dia ada jadi penghasut yang
berbahaya, menjual jimat pada itu orang-orang kampung dan punya
banyak murid.

RADEN MULIA

Saya kira Anda keliru, tuan! Tuduhan ini tidak beralasan. Saya kenal
baik dengan Pandhita ini, seseorang yang berbudi dan tidak punya
niatan jahat sama sekali.

KOMANDAN

66 Naskah Drama KRAKATOA


Justru saya khawatir Anda diperdaya olehnya, hingga tidak tahu niat
jahat sebenarnya

RADEN MULIA

Itu tidak benar, tuan. Sesudah saya mendapat kabar tentang banyaknya
orang-orang yang berobat padanya, saya langsung suruh orang
kepercayaan saya guna mengusut kebenaran berita itu. Dari laporan
yang saya peroleh, dia tak lebih dari orang bisaa yang tak berbahaya.
Untuk memastikan laporan ini, saya langsung pergi ke sana, ke
puncak gunung Ciwalirang pada hari minggu tanggal 18. Dan tiga hari
sesudahnya saya kembali ke sana. Dan sama seperti laporan yang saya
terima, saya tidak menemukan bukti kalau ia berbahaya.

Maka kalaupun ada gerakan-gerakan membahayakan, tentunya saya


akan tahu. Saya heran darimana tuan dapat kabar ini dan menuduh
Pandhita ini seorang penghasut!?

KOMANDAN

Saya dapat laporan dari beberapa orang bumiputra yang diantar mata-
mata kewedanaan. Awalnya saya sarankan agar melaporkan hal ini
pada tuan selaku asisten wedana, karena saya tahu kepandaian Anda
dalam menuntaskan perkara seperti ini. Tapi mereka bilang kalau
Anda sendiri sudah jadi muridnya ini Pandhita. Mereka meminta saya
untuk menggerebek malam ini juga, sebab mereka berani menjadi
saksi kalau orang tua ini betul-betul seorang komunis yang menghasut
rakyat agar melawan pemerintah.

RADEN MULIA

Siapa mata-mata itu?

KOMANDAN

Kimong. Ia mengaku mata-mata dari kewedanaan Labuan.

RADEN MULIA

Kimong!? Tuan! Orang itu adalah penjahat besar! Sebulan kemarin


dia dilepas. Dia ditangkap karena memberikan laporan palsu, ia pun
sering memeras orang-orang kampung, perkaranya sedang diusut.

Naskah Drama KRAKATOA 67


Tapi saya penasaran, siapa orang-orang yang mengadu itu?

KOMANDAN

Saya tidak tahu nama-nama mereka, hanya saja saya yakin kalau orang-
orang pribumi itu bukan orang sini. Wajahnya seperti menunjukan
kalau mereka orang-orang Palembang atau Bengkulen. Mereka
mengaku hendak berobat pada ini orang tua, malah dikasih jimat kebal
tidak mempan senjata, dan memintanya agar melawan pemerintah.

RADEN MULIA (Geram dan gusar)

Oh, kalau begitu mereka kawanan si Abdul Sintir! Sekarang tuan


Komandan, saya minta kita bergegas kembali ke sana dan menangkap
orang-orang itu. Saya kira saya tahu rencana jahat apa yang mereka
miliki!

KOMANDAN

Soal ini Anda tidak perlu khawatir. Mereka semua masih di puncak
Ciwalirang.

RADEN MULIA

Tidak, tuan! Saya minta sekarang kita kembali kesana

KOMANDAN

Besok pagi saja, tuan! Sebab mereka tentu tidak akan melarikan diri.
Lagipula saya sudah sangat capek kalau harus naik gunung itu lagi.
Orang tua dan temannya ini saya serahkan pada tuan untuk pemeriksaan
lebih lanjut. Kami harus kembali ke Labuan malam ini juga, sebab
besok pagi saya tugaskan jaga di Citereup. Perkara ini selesaikan saja
oleh Anda sebagaimana mestinya. Tiga orang polisi akan tinggal di
sini supaya bisa bantu menyelesaikan perkara ini.

Baiklah, Tuan. Sudah waktunya kami pergi.

KOMANDAN ITU BERDIRI DAN BERSALAMAN DENGAN


RADEN MULIA. MEREKA BERDUA KELUAR. PANDHITA DAN
KUSDI DUDUK DIKURSI TANPA BERANJAK. TERDENGAR
DERU MOBIL MENJAUH. KEMUDIAN RADEN MULIA MASUK

68 Naskah Drama KRAKATOA


LAGI.

P. NUSA BRAHMA

Bagaimana, juragan!?

RADEN MULIA

Tuan Pandhita, Anda telah difitnah oleh orang-orang yang dengki


pada tuan.

P. NUSA BRAHMA

Bagaimana bisa? Saya tidak pernah berbuat jahat pada orang.

RADEN MULIA

Kalau iblis sudah menjalankan rencananya, dia tidak pandang bulu.


Tapi baiknya kita bicarakan ini lain kali saja. Sekarang, saya minta
tuan untuk kembali ke pondok tuan. Tuan akan diantar tiga orang
polisi tadi dan dua oppas saya. Nanti saya juga kerahkan keamanan
desa Sukarame

(memanggil tiga polisi patroli) Veldpolitie! (Muncul bertiga) Ingat!


Kalau kalian bertemu dengan orang-orang palembang itu, tangkap
mereka!

VELD POLITIE

Baik, tuan!

P. NUSA BRAHMA

Kalau begitu, kami pamit, juragan.

RADEN MULIA

Silakan tuan.

MEREKA PUN KELUAR. SESUDAHNYA RADEN MULIA


DUDUK KEMBALI DAN MERENUNGI PERSOALAN INI.

Naskah Drama KRAKATOA 69


LAMPU PADAM

ENAM

PONDOK PANDHITA BRAHMA. HUJAN, PETIR MENERJANG


TEMPAT ITU. NAMPAK MIKUNG SI TUKANG WARUNG
SEDANG MENCOBA BERTEDUH GIGIR PONDOK. TAK
BERAPA LAMA MUNCUL PANDHITA DAN ROMBONGAN.
ORANG ITU LANGSUNG MENGHAMPIRI PANDHITA.

MIKUNG

Tuan Pandhita!

P. NUSA BRAHMA

Mana para polisi itu dan mana Istri dan anakku, Mikung? Apa yang
terjadi?

MIKUNG

Semua sudah pergi ke pesisir, terus naik perahu ke tengah laut,


Mbah!

KAGET, MUKA PANDHITA BERUBAH.

P. NUSA BRAHMA (Geram)

Apa? Semuanya? Termasuk istri dan anakku?

MIKUNG

Begitulah yang terjadi, Mbah. Ketika saya sengaja ingin memeriksa


tempat ini, saya kaget melihat Ratna dan istri Mbah jalan bersama
mereka. Karena penasaran, saya pun ikuti mereka sembunyi-sembunyi.
Sampai di pesisir saya lihat mereka semua naik perahu besar yang ada
tiangnya dua dan layarnya bercat hijau. Perahu itu pun berangkat ke
tengah laut, Mbah.

P. NUSA BRAHMA

70 Naskah Drama KRAKATOA


Apakah Ratna dan istriku dipaksa ikut atau mereka ingin sendiri?

MIKUNG

Rasanya tidak dipaksa, Mbah. Waktu itu seseorang diantaranya


membisiki Ibu, tapi saya tidak tahu apa yang diomongkannya

P. NUSA BRAHMA

Apa kau kenal orang-orang itu?

MIKUNG

Saya hanya tahu kalau mereka semua, kawan-kawannya Abdul Sintir,


yang dulu Mbah sembuhkan dari penyakit mata

P, NUSA BRAHMA

Ya. Aku kenal dia. Orang yang memaksa aku menerima segala
pemberiannya, tapi aku tolak. Rupanya dia tidak senang dengan itu,
maka dia pergi dari sini tanpa berpamitan.

MIKUNG

Kalau begitu Mbah tidak tahu, kalau orang itu pernah diancam oleh
tuan Asisten Wedana kalau tidak hengkang dari tempat ini?

P. NUSA BRAHMA

Lantaran apa?

MIKUNG

Sebab Abdul Sintir tergila-gila pada neng Ratna. Setiap kali neng
Ratna ke pancuran, selalu diikuti oleh orang palembang itu. Lantas
ia kasih banyak barang mahal agar neng Ratna mau jadi istrinya.
Tuan Asisten Wedana yang mendengar ini menjadi gusar dan marah,
terlebih saat orang-orang palembang ini merencanakan membawa lari
neng Ratna. Karenanya tuan Asisten mengancam akan menangkapnya
kalau mereka berani macam-macam.

PANDHITA NUSA BRAHMA TAK KUASA MENAHAN

Naskah Drama KRAKATOA 71


AMARAHNYA. NAPASNYA NAIK TURUN CEPAT. DI SAAT INI
MUNCUL LURAH SUKARAME DAN BEBERAPA WARGA.

P. NUSA BRAHMA

Mikung! Jawab pertanyaanku! Kenapa urusan segenting ini tidak ada


yang beritahu aku! Kenapa!?

MIKUNG

Anu…anu Mbah, saya kira neng Ratna atau Juragan Asisten sudah
beri tahu kelakuan orang-orang Palembang itu Mbah.

P. NUSA BRAHMA

Mikung! Jawab yang jujur! Apa Ratna pernah menerima pemberian


itu?

MIKUNG

Eee…ampun, Mbah. Saya dengar sendiri dari Abdul Sintir kalau Ratna
sudah menerima pemberiannya

P. NUSA BRAHMA

Baiklah! Aku harus buktikan ini! Kusdi, ikut aku!

(Pandhita pun masuk ke pondok. Tak berapa lama pandhita keluar


dan membuang barang berupa cincin, gelang, arloji, uang emas dan
beberapa sarung yang di bungkus kain. Lalu ia menjatuhkan diri ke
tanah, berlutut dan dengan kedua tangan gemetar, ia bersidakep dan
mencium tanah)

Oh, Batara Wisnu!

(Lima menit kemudian dia berdiri dengan limbung. Kusdi langsung


memapahnya duduk di amben. Hujan kian deras)

Kalian Polisi, lakukanlah apa yang harus kalian lakukan! Aku sendiri
akan memberi hukuman pada mereka dengan caraku! Pergilah!

72 Naskah Drama KRAKATOA


LURAH (pada Polisi Patroli)

Tuan-tuan, saya kira tidak ada gunanya kita berdiam di sini. Karena
mereka sudah ada di tengah laut.

POLISI I

kejadian ini harus saya laporkan pada tuan Asisten Wedana, biar ia
perintahkan mengejar dan menangkap mereka

LURAH

Baiklah! Mari tuan-tuan, kita harus bergegas!.

MEREKA PUN PERGI. HANYA ADA PANDHITA, MIKUNG DAN


KUSDI SAJA DIANTARA KESEDIHAN DAN KEMARAHAN,
MENDADAK PANDHITA BERUCAP

P. NUSA BRAHMA

Semua sudah ludes! Apa yang bisa kuharapkan lagi di dunia ini?
Kalau istri dan anakku tega berkhianat dan tinggalkan aku sendiri
dan mengejar kesenangan dan harta dunia; Kalau orang-orang yang
kuhargai dan kucintai bisa berbalik hatinya; Kalau Abdul Sintir yang
aku sembuhkan matanya tega membawa lari istri dan anakku, milikku
yang paling berharga di dunia ini…. Apalagi yang bisa kuharapkan
dari dunia yang penuh dosa ini? Apa gunanya aku, ayahku dan nenek
moyangku berabad-abad berupaya menjaga sebisa-bisanya penduduk
Bantam dan Sumatera dari bencana?

Oh, Betara Wishnu, penjaga alam semesta! Sampai sini habislah


semuanya! Oh, Sanghyang Prabu Siliwangi, Prabu Guru Dewata Bana,
Sanghyang Dewa, Niskala, kakek moyangku termulia!...Lihatlah,
bagaimana besar dosaku, yang sudah membuat keturunan terakhirku
binasa dengan cara hina!

Oh, Ratna Sari. Sri Ratu Dewi Ratna Sari, ahli waris dari ratu kerajaan
Padjajaran, yang bakal jadi penggantiku. Sungguh sia-sia didikanku
padamu hingga kau bisa tergoda oleh bangsat rendah derajat! Sia-sia
kau menjadi Ratu Padjajaran yang begitu agung dan mulia! ….Musna!
Putuslah harapanku! ….Biarlah dunia ini kiamat!

Naskah Drama KRAKATOA 73


(Sesudah mengucapkan dialog ini pandhita pingsan, kusdi dan mikung
membawa masuk ke dalam pondok. Hari mulai pagi. Cahaya di ufuk
timur merekah. Sesudah pingsannya, pandhita keluar pondok dan
duduk di amben.)

Kusdi, angkatlah batu yang menutupi mulut gua itu, bersihkan dalamnya
serta siapkan kembang-kembangan. Juga dupa buat sembahyang.

SEMENTARA KUSDI MENJALANKAN PERINTAH ITU.


MIKUNG MASUK DENGAN WAJAH GUGUP.

MIKUNG

Mbah….! Mbah..!

P. NUSA BRAHMA

Ada apa?

MIKUNG (Terengah-engah)

Mbah, perahu yang ditumpangi neng Ratna dan Ibu berlabuh di


Tanjung Bangkuang dekat Pasauran. Sepertinya mereka terhadang
badai tadi malam mbah. Di luar ada orang utusan lurah Sukarame
ingin menyampaikan hal ini, agar mbah tidak khawatir karena orang-
orang Palembang itu belum jauh.

MENDENGAR BERITA ITU PANDHITA BERGEGAS KELUAR,


PANDHITA DAN MIKUNG BERANJAK KE SEBUAH BATU
BESAR, PANDANGANNYA MENGIKUTI ARAH YANG
MANDOR ITU TUNJUKKAN.

MIKUNG

Sebelah sana Mbah.

P. NUSA BRAHMA

kau yakin itu perahu yang dipakai mereka?

74 Naskah Drama KRAKATOA


MIKUNG

Saya yakin, Mbah. Sebab saya hapal betul ciri-cirinya. Dua buah
pasang tiang dan layarnya yang hijau. Selain itu arah yang ditujunya
tidak ke tempat lain, mereka menuju pulau Krakatau yang jarang
dilintasi perahu-perahu lain.

P. NUSA BRAHMA

Kalau begitu. Saya minta kau lekas ke rumah asisten wedana dan beri
tahu dia untuk tidak mengejar perahu itu, karena sebentar lagi gunung
api itu akan meletus hingga akan membumi hanguskan segala yang
ada di sekitarnya.

(Mikung tersenyum mendengar ini)

Kenapa kau tersenyum? Kau pikir saya main-main? Saya tidak suka
bercanda. Ini kenyataannya. Beberapa jam lagi gunung krakatau itu
akan bekerja kembali dan nanti seluruh Bantam dan Sumatera akan
binasa seperti kejadian 45 tahun silam.

Bekerjanya gunung Krakatau itu tak lain untuk menghukum manusia


yang sudah terlalu jahat. Berangkatlah sekarang dan sampaikan kabar
ini pada Raden Mulia, agar perahu polisi tidak mendekati pulau itu.
Dan kalau bisa ia dan seluruh keluarganya mengungsi.

(Mikung mulai begidik mendengar omongan pandhita. Ia pun bergegas


pergi. Pandhita masih berdiri di atas batu karang itu. Kemudian ia
menunjuk arah perahu itu berada.)

Hai! Orang-orang yang tidak tahu terima kasih! Sebentar lagi kalian
akan binasa! Agar dunia yang sudah kotor dan penuh dosa ini, tidak
jadi lebih kotor lagi dengan adanya kalian. Api dari Betara Wishnu
yang suci, akan dimuntahkan Krakatau dan melebur sekalian bumi
agar terbersihkan kembali dari dosa-dosa kalian

(Kemudian Pandhita turun dan hendak masuk ke dalam pondoknya.


muncul Kusdi)

KUSDI

Mbah, semua sudah siap

Naskah Drama KRAKATOA 75


P. NUSA BRAHMA

Baiklah Kusdi. Sekarang saya minta kau untuk menjaga tempat ini.
Kalau ada yang datang bilang saya sedang sembahyang dan baru
kembali besok pagi.

PANDHITA MASUK PONDOK. KUSDI HANYA BISA DIAM,


DIA TIDAK BERANI BERTANYA MACAM-MACAM. IA PUN
DUDUK DI AMBEN DAN MENUNGGU.

LAMPU PADAM

TUJUH

DI ATAS KAPAL BOOT (STOOMBARKAS), TENGAH LAUT.


NAMPAK RADEN MULIA, MIKUNG, LURAH SUKARAME
DAN BEBERAPA OPSIR VELDPOLITIE. MEREKA BERUPAYA
MENGEJAR KAPAL ABDUL SINTIR YANG SUDAH BERLAYAR
LEBIH DULU.

MIKUNG

Tuan, saya Cuma mengingatkan pesan dari Mbah Pandhita agar tuan
jangan berlayar mendekati pulau Krakatau. Karena gunung merapi itu
sebentar lagi akan meletus.

RADEN MULIA

Jangan bercanda. Mungkin kau salah paham dengan omongan tuan


Pandhita

MIKUNG

Tidak. Saya yakin tidak salah terima dengan pesan dari mbah Pandhita
itu

RADEN MULIA MENGANGKAT PUNDAKNYA LANTAS


TERSENYUM

76 Naskah Drama KRAKATOA


RADEN MULIA

Kalaupun Krakatau akan meletus, meletuslah. Tapi aku punya


kewajiban menangkap para penjahat ini

OPAS I (sambil menunjuk)

Tuan, di sebelah sana. Arah pulau Krakatau!

RADEN MULIA (sambil memerhatikan)

Kejar mereka! Tambah kecepatan!

MIKUNG

Tapi tuan!?

RADEN MULIA

Sudahlah Mikung. Tekad saya sudah bulat. Apapun yang terjadi saya
harus selamatkan Ratna Sari dan Ibu.

MIKUNG TERCENUNG DENGAN NIAT KERAS RADEN


MULIA.

Berapa lama lagi kita akan sampai ke mereka?

JURU MUDI

Sekitar lima belas menit lagi, tuan

RADEN MULIA MENGAMBIL SENAPAN SALAH SATU


OPAS, BERDIRI DI DEPAN GELADAK. MATANYA TAJAM
MENATAP KAPAL DI DEPANNYA. UNTUK SEBENTAR
SEMUANYA HENING. UNTUK KEMUDIAN RADEN MULIA
MENGARAHKAN SENAPAN ITU KE ATAS DAN MENEMBAK
SEBANYAK TIGA KALI SEBAGAI PERINGATAN.

MENDADAK TERDENGAR SUARA TEMBAKAN BALASAN


DARI KAPAL DI DEPANNYA. BEBERAPA KALI. MEMBUAT
PENUMPANG DI STOOMBARKAS MENCARI POSISI AMAN.

Naskah Drama KRAKATOA 77


RADEN MULIA

Tiarap!

TIGA OPAS VELDPOLITIE SUDAH MENYIAPKAN


SENAPANNYA DAN MEMBIDIK KE ARAH PERAHU DI
DEPANNYA DAN SIAP MENEMBAK, TAPI RADEN MULIA
MENCEGAHNYA.

Jangan! Saya khawatir nanti akan mengenai Ratnasari dan Ibu. Kita
tunggu sampai dekat betul agar tidak salah sasaran. mengerti?

OPAS I

Baik tuan.

TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA GEMURUH DARI BAWAH


LAUT. DIIKUTI GELOMBANG OMBAK BESAR.

RADEN MULIA (pada juru mudi)

Berpegangan!

OMBAK MENERJANG, KAPAL YANG DINAIKI RADEN


MULIA OLENG. SEMUA ORANG DI DALAMNYA MENCOBA
BERTAHAN.

Terus maju! Kita harus menyelamatkan kedua wanita itu meski kapal
ini karam!

MIKUNG

Tuan, lihat! Kapal Abdul Sintir terbalik!

RADEN MULIA MEMPERHATIKAN KAPAL DI DEPANNYA

RADEN MULIA

Cepat! Kita harus segera kesana!

LAMPU PADAM

78 Naskah Drama KRAKATOA


DELAPAN

RUANG TAMU RUMAH ASISTEN WEDANA, SINDANG


LAYA. NAMPAK BUPATI RANGKAS GOMBONG RADEN
HASAN DININGRAT DUDUK DI KURSI SAMBIL MEMBACA
KORAN DAN ISTRINYA RADEN AYU BUPATI TENGAH
MEMPERHATIKAN BEBERAPA PHOTO LAWAS YANG
TERPAJANG DI LEMARI. BEBERAPA WAKTU KEMUDIAN
MUNCUL RADEN MULIA DARI PINTU DEPAN.

RADEN MULIA

Assalamualaikum. Rama, Ibu. (mencium tangan keduanya) Terima


kasih sudah datang kemari. Maaf menunggu..

R. HASAN DININGRAT

Tak apa.

RADEN MULIA

Ada beberapa hal penting yang harus dibicarakan terkait letusan yang
terjadi di Gunung Krakatau. Rama, Apa rama akan percaya kalau
ada orang yang bisa tahu bencana yang akan menimpa? Di sini ada
seorang pendhita turunan orang Kanekes yang sudah beri tahu letusan
Krakatau sebelumnya, bahkan ia meminta kita untuk tidak melaut
disekitarnya dan agar kita mengungsi?

R. HASAN DININGRAT

Meskipun mustahil. Tapi aku harus percaya. Sewaktu Krakatu meletus


1883, Nenekmu sudah dapat pertanda tiga minggu sebelumnya, dan
meminta kakekmu, Wedana Waringin agar menjauh. Alasannya,
letusan itu akan menyebabkan hujan api dan air laut tumpah seluruh
ke daratan.

Tapi sayangnya pertanda itu tidak dianggap, hingga pada saatnya


semua sudah terlambat. Rama masih ingat, waktu itu rama berumur
delapan dan bibimu Suryati berumur tujuh tahun. Rama dan bibimu
naik dokar, diantar Mang Kurnaen dan Bi Satimah. Nenekmu tidak

Naskah Drama KRAKATOA 79


mau ikut serta meski sudah dipaksa kakekmu, sebab ia tidak mau
meninggalkannya sendirian.

Rama masih ingat betul raut muka nenekmu yang sangat sedih saat
ia buka sepasang gelangnya yang terbuat dari uang emas Turki,
lantas dipakaikan pada rama dan bibimu masing-masing satu. Sedang
Kakekmu memberikan rante perak dan medali Arab yang juga
dikasihkan pada kami setiap orang satu.

Belum jauh Dokar kami melaju, langit menjadi sangat gelap dan suara
letusan Krakatau itu sangat hebat, menyebabkan kuda penarik Dokar
ketakutan dan kabur. Maka dokar itu pun terbalik. Rama mengalami
luka di kepala dan Suryati bibimu telah hilang entah kemana.

RADEN MULIA

Mudah-mudahan saja seluruh rakyat Bantam dilindungi Allah dari


bencana yang mengerikan.

RADEN AYU BUPATI

Apa kamu tidak takut tinggal di sini?

RADEN MULIA

Takut atau tidak, Tugas harus dilaksanakan, bu. Tadi pagi saya baru
saja kembali dari Pulau Krakatau. Dengan Stoombarkas saya sudah
melewati lokasi terjadinya letusan itu. Kalau sudah ditakdirkan,
tentunya saya sudah mati di sana. Sebab beberapa menit dari letusan
pertama disusul letusan yang lebih hebat yang telah menghantam satu
kapal lainnya.

RADEN HASAN DININGRAT DAN ISTRINYA TERKEJUT

R. HASAN DININGRAT

Ada urusan apa kamu di sana? Kamu jangan cari mati!

RADEN MULIA

Tidak, Rama. Saya kesana menjalankan kewajiban. Dua orang


perempuan telah diculik sekelompok orang dari Palembang. Maka

80 Naskah Drama KRAKATOA


saya mengejar mereka ke tengah laut pakai Stoombarkas.

RADEN AYU BUPATI

Siapa yang diculik?

RADEN MULIA

Istri dan anak Pandhita orang Kanekes itu. Ceritanya panjang, bu.
Nanti saja saya paparkan. Yang pasti, sekarang kedua perempuan itu
selamat dan ada di kantor, sedang dimintai keterangan.

RADEN AYU BUPATI

Penjahatnya?

RADEN MULIA

Kemungkinan besar sudah tewas di sana.

R. HASAN DININGRAT

Mulia, rama ingin menyaksikan sendiri letusan Krakatau itu. Dan


sudah seberapa besar letusan?

RADEN MULIA

Baru sampai letusan di puncak. meski begitu sesekali gempa terjadi


dan bisa dirasakan di sini. Kalau rama berkenan, nanti saya antarkan
ke gunung Ciwalirang. Di sana kita dapat menyaksikan dengan jelas
seluruh selat sunda.

TERDENGAR SUARA KETUKAN PINTU

RADEN MULIA

Masuk.

MASUK OPAS DAN MEMBERI HORMAT

OPAS I

Maaf tuan, pemeriksaan istri dan anak Pandhita sudah selesai. Sesuai

Naskah Drama KRAKATOA 81


titah tuan, kami membawa mereka kemari.

RADEN MULIA

Bawa masuk

OPAS I

Baik.

TAK BERAPA LAMA MASUK RATNA SARI DAN ISTRI


PANDHITA. RADEN HASAN DININGRAT DAN RADEN AYU
BUPATI MENATAP LEKAT PADA KEDUANYA. KEDUANYA
BERDIRI, RATNA SARI DAN ISTRINYA PANDHITA MEMBERI
SALAM BISAA. TIDAK MEMBUNGKUK ATAU MENYEMBAH.

RADEN MULIA

Silakan duduk bu, Ratna.

RATNA SARI DAN IBUNYA DUDUK DI KURSI DIIKUTI BUPATI


DAN ISTRI BUPATI. DENGAN RASA HERAN PANDANGAN
MEREKA BERDUA MENYELIDIK WAJAH RATNA DAN
IBUNYA ITU.

RADEN AYU BUPATI

Saya senang akhirnya bisa bertemu langsung dengan Ibu. Anak saya
sudah cerita pengalaman pahit ibu hari ini dan saya bersyukur ibu dan
anak ibu selamat.

ISTRI PANDHITA

Saya yang harus berterima kasih pada juragan Mulia, karena tanpa
bantuan juragan Mulia, kami tentu sudah tewas di sana.

RADEN MULIA

Sama-sama bu.

RADEN AYU BUPATI

82 Naskah Drama KRAKATOA


Anak ibu sungguh cantik. Kalau boleh tahu berapa umurnya bu dan
apa ia pernah sekolah?

ISTRI PANDHITA

Kecantikan Ratna, anak kami tak lain pemberian sang hyang widi.
Umurnya sekitar 20 tahun. Selama ini kami hidup mengembara dan
tidak menetap, jadi Ratna tidak pernah kami sekolahkan.

RADEN AYU BUPATI

Oo…begitu.

R. HADI DININGRAT

Mulia, kapan tuan Pandhita akan kemari? Rama sangat ingin bertemu
dengannya.

RADEN MULIA

Saya sudah menyuruh orang memberi tahu kabar ini pada Pandhita.
Semoga sebentar lagi beliau datang Rama. (pada Rukmini) Rukmini,
cobalah ajak jalan-jalan Ratna Sari. Jangan didiamkan begitu saja,
Ratna Sari ini orangnya sangat sopan dan berbudi halus.

RUKMINI

Baiklah, kang. (Mendekati Ratna sari dan mengulurkan tangannya)


Ayo Ratna, kita ngobrol di luar.

RATNA SARI SEKEJAP MELIHAT IBUNYA, PERTANDA


MEMINTA PERSETUJUAN, IBUNYA MENGANGGUK. IA PUN
MELANGKAH KELUAR DENGAN RUKMINI DAN RADEN
MULIA.

LAMPU PADAM

Naskah Drama KRAKATOA 83


SEMBILAN

HALAMAN RUMAH RADEN MULIA. RUKMINI DAN RATNA


SARI BERCAKAP SAMBIL BERJALAN PELAN DI SEKITAR
HALAMAN

RUKMINI

Adik, apa benar kalau adik selalu tinggal di dalam hutan atau
pegunungan, jarang bergaul dengan orang?. Kalau benar, menurutku
keadaan seperti itu kurang baik, sebab selamanya adik akan ketinggalan
zaman, di mana pengetahuan kita terus bertambah.

RATNA SARI

Hidup saya tergantung pada bapak saya. Beliaulah yang akan


menunjukan arah bagaimana hidup saya nanti. Dan saya tahu kalau
beliau akan menunjukkan arah yang benar. Bergaul dengan banyak
orang tidak selamanya baik, seperti yang telah saya alami kemarin
yang hampir saja membuat ibu dan saya mati lantaran perbuatan jahat
orang luar.

RUKMINI (Mengernyitkan dahinya, kaget dengan jawaban Ratna)

Adik betul. Kehidupan sunyi di pegunungan dan kehidupan ramai


di perkotaan punya kebahagiaan dan kesulitan sendiri. Tapi menurut
saya, seorang gadis seperti adik, tidak harus menyembunyikan diri.

RATNA SARI

Kenapa tidak boleh? Yang dimaksud kebahagiaan itu kan tidak lebih
dari kepuasan. Di mana kalau seseorang merasa tidak puas, maka di
situlah orang itu tidak bahagia. Biarpun ia orang berada dalam istana
kerajaan. Sebaliknya, meski hidup di gubug di atas gunung yang sepi,
kalau orang bisa merasa puas, maka ia akan bahagia.

RUKMINI

Apakah adik merasa puas dengan kehidupan di hutan seperti sekarang


ini?

RATNA SARI

84 Naskah Drama KRAKATOA


Saya akan merasa puas kalau hidup berada di samping bapak dan ibu,
di mana pun berada dan dalam keadaan miskin, saya tetap bahagia

RADEN MULIA

Tapi saya rasa, Ratna bukan orang miskin. Pernah satu kali bapak
Pandhita bilang kalau ia punya derajat dan kehormatan tidak lebih
rendah dari sunan Solo atau Sultan Jogja. Meskipun Pandhita hidup
sederhana sesuai ajaran agamanya, tapi ia bukan dari kasta rendah.
Anak dari orang miskin tidak mungkin pakai gelang uang emas yang
mahal.

RUKMINI

Benarkah itu adik? Coba saya lihat.

RATNA SARI MENUNJUKKAN GELANG YANG DIPAKAINYA

RATNA SARI

Gelang ini bukan pemberian bapak. Tapi milik ibu, warisan dari orang
tuanya. Begitu juga kalung perak yang saya pakai, semua barang
pusaka ibu saya.

RATNA MEMERHATIKAN GELANG ITU. KEMUDIAN IA PUN


MENJULURKAN TANGANNYA. NAMPAK IA JUGA MEMAKAI
GELANG YANG MIRIP DENGAN GELANG RATNA SARI.
RADEN MULIA TERKEJUT DENGAN KEMIRIPAN INI.

RADEN MULIA

Ini aneh….aneh sekali. Ada dua gelang yang sama bentuknya. Dan
bahannya juga dari uang emas Turki yang langka. Coba katakan,
Ratna darimana ibumu dapat gelang ini.

RATNA SARI

Saya tidak tahu. Coba juragan tanya pada ibu saya. Beliau tentu bisa
menjelaskannya.

RUKMINI MEMEGANG KALUNG YANG DI PAKAI RATNA


SARI DAN KEMUDIAN IA MENGELUARKAN KALUNG DARI

Naskah Drama KRAKATOA 85


KERAH LEHERNYA

RUKMINI (pada Raden Mulia)

Kang, kalung ini juga sama seperti yang saya pakai

UNTUK SESAAT RADEN MULIA TERCENUNG. MENDADAK


IA INGAT SESUATU DAN LANGSUNG MASUK RUMAH. TAK
BERAPA LAMA IA KEMBALI DENGAN MEMBAWA SEBUAH
POTRET

RADEN MULIA (Pada Rukmini)

Kau kenal, ini potret siapa?

RUKMINI

Ini kan potret Aki dan Nini, Raden Tjakra Amidjaja dengan istrinya.
Kalau tak salah mereka meninggal saat meletus Karakatau meletus
zaman dulu.

RADEN MULIA

Kau benar. tapi cobalah kau pandang baik-baik wajah nini kita, Raden
Ayu Sadijah. Sesudah itu kau bandingkan dengan wajah Ratna dan
ibunya. Apa kau tidak melihat sesuatu yang menarik?

RUKMINI MENGAMATI SEKSAMA PHOTO ITU, SEBENTAR-


BENTAR IA MEMBANDINGKAN WAJAH NININYA DENGAN
WAJAH RATNA. SEMENTARA RATNA MERASA KIKUK DAN
KEBINGUNGAN.

RUKMINI

Kamu benar, kang. Ratna, wajahmu sedikit mirip dengan niniku yang
sudah lama meninggal.

RADEN MULIA

Bukan sedikit, Rukmini. Tapi sangat mirip. Persoalan ini tidak bisa
didiamkan. Gelang yang kau pakai adalah peninggalan nini kita waktu
Krakatau meletus yang mengakibatkan bapak dan bibi kita, Suryati

86 Naskah Drama KRAKATOA


terpisah. Mereka memberika gelang ini sebagai pengingatan. Bi Suryati
dikira telah meninggal saat dokar yang mereka tumpangi kecelakaan.
Siapa sangka, sebetulnya ia terselamatkan. Karena umurnya baru lima
tahun, maka beliau tidak bisa cerita apapun. Beliau diambil orang
kampung dan dikawinkan pada Pandhita! O, ya. Aku ingat, Pandhita
Nusa Brahma pernah bilang kalau istrinya bukan dari keturunan orang
Kanekes, tapi seorang dari wilayah Bantam kidul yang sudah dikukut
dari masa kecil oleh bapaknya Pandhita.

Apa mungkin, ibumu Ratna adalah bibi kami? Kalau benar, maka
kemiripan wajah kalian sangat wajar. Gelang dan kalung yang kalian
berdua pakai, semakin membuatku yakin tentang kebenaran ini!.

RUKMINI (Haru)

Kang, kalau begitu…. (Memeluk Raden Mulia) Oh….Ratna…..


(Memeluk Ratna. Ratna masih bingung) Ratna….kamu adalah saudara
kami. (Setelah mereda) Lebih baik kita segera beri tahu rama dan ibu,
kang.

RADEN MULIA

Tunggu! Sabar Rukmi. Salam perkara ini kita tidak boleh terburu
nafsu. Kita harus beritakan ini secara pelan-pelan. Biar aku saja yang
tangani. Jangan grabak-grubuk, nanti rama dan ibu kaget. Ratna, saya
minta kamu juga diam dulu, jangan kagetkan ibumu.

RATNA SARI

Baik, juragan.

RADEN MULIA

Kalau begitu, mari kita temui mereka.

MEREKA BERTIGA MASUK KEMBALI KE DALAM RUMAH.


DI SANA RADEN HADI DININGRAT, RADEN AYU BUPATI
DAN IBU RATNA SARI MASIH BERBINCANG.

R. HASAN HADI DININGRAT

Ah, Mulia. Tolong antarkan rama ke Ciwalirang. Rama tidak sabar

Naskah Drama KRAKATOA 87


ingin melihat aktifitas Krakatau itu.

RADEN MULIA

Apa tidak bisa besok pagi saja, Rama?

R. HASAN HADI DININGRAT

Tidak bisa anakku. Rama masih banyak urusan yang harus


diselesaikan.

RADEN MULIA

Rama, ibu, mohon maaf sebelumnya. Tapi Raka ingin membicarakan


sesuatu sebelum Rama dan ibu ke Ciwalirang.

R. HASAN HADI DININGRAT

Ada apa, Mulia?

RUKMINI (memotong)

Anu, Rama…ini soal Ratna…

R. HASAN HADI DININGRAT

Ada apa dengan Ratna?

RADEN MULIA

Maaf Rama, sebelumnya biarkan saya saja yang jelaskan.

R. HASAN HADI DININGRAT

Ya sudah, ceritakan saja sesingkatnya.

RADEN MULIA

Maaf Rama, tidak bisa. Perkara ini menyangkut Ibu, Istri Pandhita dan
Rama sendiri.

RUKMINI

88 Naskah Drama KRAKATOA


Betul Rama. Ini urusan penting sekali. Dan Rukmi yakin Ibu dan
Rama akan senang mendengarnya.

R. HASAN HADI DININGRAT

Baiklah. Apa boleh buat. Kalau kalian berdua sudah sepakat begitu,
Rama dan ibu tidak bisa menolak.

RADEN MULIA DAN RUKMINI

Terima kasih Rama.

RADEN HADI DININGRAT AKHIRNYA DUDUK KEMBALI.


RADEN MULIA DAN RUKMINI PUN IKUT DUDUK. RATNA
SARI DUDUK DI SAMPING IBUNYA.

RADEN MULIA

Apa yang akan saya terangkan ini, bisa dibilang cukup aneh atau
ajaib seperti dongeng. Maka saya minta Rama, Ibu dan Ibu Ratna Sari
untuk tidak memotong keterangan saya ini. Saya hanya minta agar
setiap yang saya tanya berkenan menjawab. Saya mohon rama tidak
keberatan kalau saya menempatkan diri sebagai penyidik. Saya yakin
Rama akan setuju dengan tindakan saya ini pada akhirnya.

R. HASAN HADI DININGRAT

Ya, ya. Tapi cepat jelaskan persoalan yang kamu maksud Mulia.

RADEN MULIA

Baik. tapi sebelumnya saya ingin bertanya pada Ibu Pandhita. Saya
ingin tahu nama asli Ibu siapa?

ISTRI PANDHITA

Nama saya Yati

RADEN MULIA

Yati? Apa tidak salah? Siapa yang beri nama?

Naskah Drama KRAKATOA 89


ISTRI PANDHITA

Orang tua saya.

RADEN MULIA

Siapa orang tua ibu?

ISTRI PANDHITA

Pandhita Asheka. Beliau sudah lama meninggal dunia.

RADEN MULIA

Siapa suami ibu?

ISTRI PANDHITA

Juragan kan sudah tahu suami saya Pandhita Nusa Brahma...

RADEN MULIA

Siapa ayah Pandhita Nusa Brahma?

ISTRI PANDHITA

Pandhita Asheka

RADEN MULIA

Kalau begitu, ibu menikah dengan saudara sendiri?

ISTRI PANDHITA (Gugup)

Tidak….Bukan. Bukan begitu. Pandhita Asheka adalah bapak angkat


saya

RADEN MULIA

Jadi orang tua ibu yang sebenarnya siapa?

ISTRI PANDHITA

90 Naskah Drama KRAKATOA


Saya sudah lupa. Sebab saya dipungut Pandhita Asheka dari kecil

RADEN MULIA

Coba ibu ingat-ingat lagi, siapa orang tua ibu sebelum diasuh Pandhita
Asheka? Apa ibu ingat dimana ibu tinggal, jauh atau dekat dari sini?
Apa ibu punya saudara?

ISTRI PANDHITA

Saya tidak ingat lagi sebab sudah terlalu lama dan saya masih kecil,
juragan

RADEN MULIA

Baiklah. Saya minta ibu mengingat baik-baik dan menjawab pertanyaan


saya. Apa ibu ingat kejadian Krakatau meletus?

ISTRI PANDHITA

Sepertinya saya ingat sedikit-sedikit….

RADEN MULIA

Seperti apa keadaan waktu itu?

ISTRI PANDHITA

Gelap pekat, hujan abu, suara petir saling menyambar bikin kuping
sakit.

RADEN MULIA

Waktu itu ibu ada di mana?

ISTRI PANDHITA BENGONG SEBENTAR. LANTAS


MENJAWAB

ISTRI PANDHITA

Tidak tahu…

Naskah Drama KRAKATOA 91


RADEN MULIA

Ayolah, bu. coba diingat-ingat. Apa waktu itu ibu ada di sawah atau
di atas perahu?

ISTRI PANDHITA

Tidak

RADEN MULIA

Kalau tidak. Apa ibu sedang ada di atas dokar?

ISTRI PANDHITA

Ya, ya…rasanya sedang naik dokar.

RADEN MULIA

Ibu naik dokar sama siapa?

ISTRI PANDHITA

sama…sama…. ah, saya sudah lupa

RADEN MULIA

Ibu naik dokar hendak kemana?

ISTRI PANDHITA

Rasanya hendak mengungsi, sebab gunung mau meletus

RADEN MULIA

Siapa yang menyuruh mengungsi?

ISTRI PANDHITA

Orang tua ibu

RADEN MULIA

92 Naskah Drama KRAKATOA


Orang tua laki atau perempuan?

ISTRI PANDHITA

Kedua-duanya

RADEN MULIA

Kalau begitu, ibu bisa ingat kalau ibu punya orang tua?

ISTRI PANDHITA

Ya, saya ingat. Pikiran saya mulai jernih

RADEN MULIA

Di mana rumah orang tua ibu?

ISTRI PANDHITA

Saya lupa…

RADEN MULIA

Apa di atas gunung atau di tengah hutan?

ISTRI PANDHITA

Eh…bukan. Tapi di pinggir laut…sebab saya sering ambil klomang


sama saudara saya.

RADEN MULIA

Ah, sekarang ibu ingat kalau punya saudara. Lelaki atau perempuan?

ISTRI PANDHITA

Lelaki

RADEN MULIA

Namanya?

Naskah Drama KRAKATOA 93


ISTRI PANDHITA

Saya lupa lagi

RADEN MULIA

Tidak apa-apa. Ibu kumpulkan saja ingat ibu. (Hening sesaat) Sekarang
saya tanya lagi. Apa pekerjaan orang tua ibu?

ISTRI PANDHITA

Saya lupa

RADEN MULIA

Apa mereka jadi nelayan, tukang grobak atau petani?

ISTRI PANDHITA

Oh, bukan…bukan itu. Saya yakin.

RADEN MULIA

Rumahnya besar atau kecil?

ISTRI PANDHITA

Rasanya besar

RADEN MULIA

Apa rumah itu di dekat alun-alun atau mesjid barangkali?

ISTRI PANDHITA

Betul. Saya ingat rumahnya di dekat Masigit, depannya alun-alun

RADEN MULIA

Apa ada opas polisi, juru tulis atau mandor yang sering datang?

ISTRI PANDHITA

94 Naskah Drama KRAKATOA


Ya. Rasanya begitu

RADEN MULIA

Apakah Bapak ibu orang berpangkat?

ISTRI PANDHITA

Orang panggil juragan. Ya saya ingat bapak saya orang yang punya
jabatan dan dihormati orang banyak

RADEN MULIA

Waktu gunung Krakatau menyingkir, ibu di suruh mengungsi naik


dokar bukan?

ISTRI PANDHITA

Ya

RADEN MULIA

Orang tua ibu turut serta mengungsi naik dokar itu?

ISTRI PANDHITA

Rasanya tidak. Ibu dan bapak tinggal di rumah

RADEN MULIA

Siapa yang ikut bersama ibu di dalam dokar?

ISTRI PANDHITA

Saudara saya

RADEN MULIA

Saudara perempuan?

ISTRI PANDHITA

Bukan, lelaki.

Naskah Drama KRAKATOA 95


RADEN MULIA

Namanya Hasan?

ISTRI PANDHITA

Ya, betul. Namanya Hasan.

MENDENGAR INI RADEN HASAN HADI DININGRAT BERDIRI


DAN HENDAK MENDEKATI ISTRI PANDHITA. TAPI DICEGAH
RADEN MULIA

R. HASAN HADI DININGRAT

Hasan? Saudaramu bernama Hasan?

RADEN MULIA

Sabar, Rama. Jangan dulu ribut

MENGANTAR KEMBALI RAMANYA DUDUK.

Rama, tolong sabar. Biarkan sampai kebenaran sesungguhnya


terungkap. Saya mohon Rama….

RADEN AYU BUPATI (Mencoba membujuk. Rasa haru nampak di


matanya)

Iya kang Raka. Sebentar lagi….

RADEN MULIA

Tentunya Ibu dan saudara ibu naik dokar diantar, tidak mungkin
sendirian. Siapa yang mengantar?

ISTRI PANDHITA

Itu betul-betul saya sudah lupa. Saya hanya ingat seorang pembantu
perempuan.

RADEN MULIA

Dokar itu mau kemana?

96 Naskah Drama KRAKATOA


ISTRI PANDHITA

Saya hanya ingat, dengan dokar itu kami coba menyelamatkan diri

RADEN MULIA

Sudah sejauh mana dokar itu bisa mengantarkan ibu dan saudara ibu?

ISTRI PANDHITA

Rasanya dokar itu terguling di tengah perjalanan. Saya dan Bi Satimah


terlempar.

RADEN MULIA

Siapa itu Bi Satimah?

ISTRI PANDHITA

Itu… perempuan yang mengantar kami….ah, saya ingat sekarang


namanya.

RADEN MULIA

Lantas apa yang terjadi?

ISTRI PANDHITA

Saya tidak ingat lagi

RADEN MULIA

Apa Bi Satimah pernah memakaikan gelang atau kalung?

ISTRI PANDHITA

Oh! Ya, ada. Ibu dan bapak memberi kami masing-masing satu buah
gelang dan kalung. Pesannya waktu itu, kalau tidak salah agar kami
menjaga baik-baik gelang dan kalung itu, jangan sampai hilang. Saya
masih ingat amanat itu. Makanya saya jaga betul gelang dan kalung
yang dipakai Ratna

RADEN MULIA MENUNTUN RUKMINI KE DEPAN ISTRI

Naskah Drama KRAKATOA 97


PANDHITA DAN MEMINTA RUKMINI MENGULURKAN
TANGANNYA DAN MEMPERLIHATKAN GELANGNYA.

RADEN MULIA

Apa ini gelangnya?

ISTRI PANDHITA

Benar. Ratna, kenapa kau pakaikan gelangmu pada orang lain? Gelang
itu hanya khusus untukmu.

LANTAS RADEN MULIA MENGAJAK RATNA MENDEKAT

RADEN MULIA

Sekarang, perlihatkan gelang dan kalungmu

RATNA MENGULURKAN TANGAN DAN MENUNJUKKAN


GELANG YANG DIPAKAIKANNYA. TANGAN RUKMINI DAN
RATNA SARI BERDAMPINGAN.

ISTRI PANDHITA

Aneh… bagaimana mungkin barang peninggalan seperti ini bisa ada


yang sama?

RADEN MULIA

Itulah sebab kenapa Rukmi memakai gelang milik saudara ibu,


Hasan!

ISTRI PANDHITA

Hasan!? Di mana Hasan?

RADEN HASAN HADI DININGRAT TIDAK BISA MENAHAN


KERINDUANNYA. IA PUN MENDEKATI DAN MEMELUK
SURYATI

R. HASAN HADI DININGRAT

Suryati! Suryati! Engkau kembali…..Ya Allah…

98 Naskah Drama KRAKATOA


KEADAAN MENJADI SANGAT MENGHARUKAN. RUKMINI
DAN RATNA SARI JUGA IKUT BERPELUKAN DENGAN
RADEN AYU. UNTUK KEMUDIAN MEREKA SEMUA SALING
BERPELUKAN.

LAMPU PADAM

SEPULUH

DALAM GOA PERTAPAAN. PANDHITA NUSA BRAHMA


SEDANG DUDUK BERSILA MENGHADAP ARCA BETARA
WISHNU. IA MELAKUKAN RITUAL. BEBERAPA LAMA
KEMUDIAN, IA BERSUJUD DI DEPANNYA.

PANDHITA NUSA BRAHMA

Oh betara, Sri Dewa yang maha kuasa. Saksikanlah olehmu bagaimana


nasibku sekarang ini. Sudah ratusan tahun nenek moyangku
memujamu, kini negeri kami telah musnah dan kebesarannya lenyap.
Kota yang teguh, istana yang megah juga telah lenyap, musnah, rata
dengan tanah. meski begitu, toh kami tetap memuja dan menjadi
pengikut setiamu.

Kami ikhlas kalau kami harus hidup bersembunyi dari yang lain,
hidup di hutan-hutan selama berabad-abad, atau kaum dan rakyat kami
terbelakang dari bangsa lain. Kami ikhlas. Semua ini kami lakukan
sebagai ujud kesetiaan kami padamu, oh, betara yang mulia!

Meskipun hidup kami dengan kesengsaraan, tapi kakek moyang


kami dari turunan raja-raja tidak pernah alpa sekalipun menunjukkan
kebaktiannya padamu. Dan aku sendiri sebagai turunan terakhir raja
Pajajaran, sudah lebih lima puluh tahun harus menjalani kehidupan
menjadi musafir, semua itu untuk memenuhi kewajiban yang kau
titahkan. Tidak sedikitpun aku berniat mencari keuntungan atau
kebaikan diri sendiri. Hanya keselamatan manusia di tanah ini yang

Naskah Drama KRAKATOA 99


kami inginkan, meski mereka bukan penganutmu.

Tapi…oh, betara Wishnu yang suci! Hukuman apa yang kau timpakan
padaku hingga menyebabkan aku hidup sendirian di dunia ini!
Betapa berat tanggungan dan kehinaan ini. Istri dan anakku pergi
meninggalkanku sendiri. Apa ini semua takdir dari Betara Brahma dan
betara guru !?

Kalau benar, semua pewaris tahta kerajaan pajajaran harus binasa, apa
tidak ada jalan baik dari semua ini? Mengapa turunan Prabu Siliwangi
harus menyaksikan anak perempuan satu-satunya jatuh pada kehinaan
yang dalam?

Oh, Sri maha dewa! Karena Ratna Sari sudah merendahkan dirinya,
maka pupuslah haknya atas mahkota kerajaan Pajajaran! Setelah semua
ini, aku merasa aku sudah tidak sanggup lagi hidup di dunia! Kalau
aku sudah tidak ada lagi, maka habislah penjagamu di gua yang suci
ini! Tidak ada lagi kepul asap, kembang-kembang, dan patungmu akan
berlumut! Tidak akan ada lagi tangan manusia yang membersihkan
patungmu dan akhirnya altarmu juga akan musnah!

Oh, Betara Wishnu yang berkuasa atas sekalian hidup! Izinkanlah


aku menyelesaikan pekerjaan terakhir untukmu. Kalau dulu kakek
moyangku yang menemukanmu di sini, maka biarlah aku yang akan
menghancurkanmu di sini lewat tanganku. Daripada kau terkubur
lumpur tanah dan kotoran kalong, lebih baik aku melihatmu hancur
di tanganku!

SESUDAHNYA, PANDHITA BANGKIT DAN BERDIRI DI


DEPAN ARCA SESAAT IA MEMANDANGINYA, LANTAS
MENGANGKAT DAN MEJATUHKANNYA KE SEBUAH
LUBANG DI GUA ITU. LIMA DETIK KEMUDIAN TERDENGAR
SESUARA BENDA BERADU.

LAMPU PADAM

100 Naskah Drama KRAKATOA


SEBELAS

RUANG TAMU RUMAH RADEN MULIA. RADEN HASAN HADI


DININGRAT, RADEN AYU BUPATI, DAN RADEN ARYA ASYIK
MENDENGARKAN CERITA YANG SUDAH DIALAMI OLEH
SURYATI

R. HASAN HADI DININGRAT

Mulia, apa orang suruhanmu sudah kembali bawa berita dari gunung
Ciwalirang?

RADEN MULIA

Belum Rama. Tapi mudah-mudahan sebentar lagi kembali.

R. HASAN HADI DININGRAT

Saya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan tuan Pandhita. Saya
ingin mengucapkan rasa terima kasih saya padanya karena telah
menyelamatkan adik Suryati. Kira-kira bagaimana ekspresinya kalau
beliau tahu kebenaran ini?

RADEN MULIA

Saya pun penasaran, Rama. Tapi yakinlah kalau tuan Pandhita itu
sangat bijaksana dalam melihat persoalan. Tentunya beliau juga akan
senang mendengar ini

SURYATI

Benar kang Hasan. Suamiku itu seorang yang halus budi bahasanya
dan pemikirannya selalu ditumpahkan demi kebaikan orang lain.

R. HASAN HADI DININGRAT

Justru karena itu, saya ingin lekas bertemu. Suryati, selain suamimu
selalu datang setahun sekali ke gunung Ciwalirang untuk mengobati
orang apalagi yang dilakukannya?

SURYATI

Naskah Drama KRAKATOA 101


Selain hari Jumat, suamiku hanya bersembahyang dan merawat arca
Betara Wishnu di dalam goa di belakang pondok kami.

R. HASAN HADI DININGRAT

Tujuan apa?

SURYATI

Suamiku percaya kalau arca itu sampai rusak, maka Bantam dan
daerah sekitarnya akan dapat musibah besar dengan meletusnya
gunung Krakatau dan turunan raja Pajajaran akan binasa.

RADEN MULIA

Tapi bu, kenapa beliau mesti jalan sendiri? Apa tugas itu tidak bisa
dikerjakan orang lain?

SURYATI

Ada pantangan keras kenapa orang lain tidak bisa melakukan tugas
suami ibu. Yang boleh melaksanakan ritual itu hanya keturunan raja
pajajaran yang juga menjabat sebagai Pandhita atau pemimpin agama.
Kang Hasan, suamiku adalah keturunan terakhir raja Pajajaran, ia
sudah tidak punya sanak famili lagi. Oleh karenanya hanya dia yang
bisa melakukan tugas ini.

Kalau Nusa Brahma meninggal, hanya Ratna sari atau anak lelakinya
kelak saja yang bisa melanjutkan. Tapi karena ia seorang perempuan,
maka ia tidak bisa menjadi Pandhita, hanya tetap pangkat raja diemban
oleh Ratna. Tahun ini, Ratna sudah berumur 20 tahun dan sudah
waktunya untuk di mahkotai dan dikenalkan pada seluruh rahasia
yang diketahui bapaknya.

Setiap tempat yang selalu dikunjungi tapi dirahasiakan akan


diberitahukan pada Ratna, termasuk goa penyimpanan harta kerajaan
Pajajaran. Soal ini, aku pernah menyaksikan Pandhita Asheka
membersihkan beberapa keris dan pusaka lainnya yang terbuat dari
emas dan bertabur permata.

Soal suamiku, di tempat ini dia dijuluki sebagai Nusa Brahma, tapi di
gunung Kendeng, para tetua kaum Kanekes memanggilnya sebagai Sri

102 Naskah Drama KRAKATOA


Paduka Maharaja Prabu Wastu Kencana, turunan terakhir dari Prabu
Guru Dewata Bana yang memimpin kerajaan Pakuan Pajajaran.

R. HASAN HADI DININGRAT

Kalau begitu, kamu sekarang ini adalah Permaisuri kerajaan


Pajajaran!?

SURYATI

Begitulah, kang.

RADEN AYU

Dan Ratna Sari jadi Putri Mahkota!? Wah….

SURYATI

Tidak salah. Dan kalau bapaknya meninggal, ia akan dinobatkan


sebagai Sri Ratu Dewi Ratna Sari dari kerajaan Pakuan Pajajaran

RADEN MULIA

Kini saya mengerti kenapa Pandhita bersikukuh akan mengawinkan


Ratna pada orang yang sederajat.

RADEN AYU

Jeng, apa Ratna pernah ada yang melamar atau pernah bertemu lelaki
yang dirasa pantas jadi suaminya.

SURYATI

Tidak ada. Bahkan dari seantero orang Kanekes semuanya dirasa


suamiku sebagai kaum bodoh dan rendah derajatnya. Lagipula kami
hidup dari hutan ke hutan tidak memungkinkan Ratna bisa bertemu
seorang lelaki tetap kecuali orang kampung yang tidak terpelajar.

RADEN AYU

Tapi bukankah suami diajeng sering bepergian?Tentunya ia dapat


mencarikan lelaki yang pantas disandingkan dengan Ratna

Naskah Drama KRAKATOA 103


SURYATI

Dalam hal ini, bapaknya Ratna tidak mau gegabah memilihkan calon
suami. Selain derajat tinggi, sifat dan prilaku juga menjadi bahan
pertimbangan. Ini agar Ratna sari tidak disia-siakan di tengah jalan

R. HASAN HADI DININGRAT

Apa pernah suamimu menyebutkan nama lelaki yang pantas jadi


suami Ratna?

SURYATI

Baru beberapa hari kemarin, ia pernah membicarakan seseorang

R. HASAN HADI DININGRAT

Siapa? Siapa?

SURYATI

Tak lain dari anakmu, Raden Mulia. Sudah beberapa hari kemarin
ia selalu datang ke tempat kami. Dan ia tidak mau pulang sebelum
bertemu dengan Ratna Sari.

RADEN MULIA

Betul, Bi. Saya merasa aneh saja dengan hati saya yang tertarik pada
Ratna. Seolah ditarik satu tenaga yang tak tampak. Waktu pertama
kali bertemu, saya merasa saya sudah dipertalikan dengan Bi Suryati
dan Ratna Sari. Saya akui saya mencintai Ratna Sari, lagipula siapa
orang yang tidak tertarik pada gadis manis seperti Ratna? (Tersenyum)
Apalagi kalau Ratna adalah satu turunan bangsawan yang jadi
misanannya sendiri.

R. HASAN HADI DININGRAT

Oh, jadi ini sebabnya, kamu kirim kabar pada Ramamu supaya tidak
dulu melamar anak gadis Bupati Cianyar?

104 Naskah Drama KRAKATOA


RADEN MULIA

Tidak salah, Rama. Dan rasanya saya tidak bisa hidup tanpa Ratna Sari,
biarpun ia seorang gadis desa yang tidak terpelajar. Toh sekarang kita
tahu asal-usulnya, di satu sisi Ratna adalah sanak keluarga kita, di sisi
lain Ratna ada keturunan bangsawan agung yang tidak kalah derajatnya
dengan Sunan Solo atau Sultan Jogja. Tentang pengetahuannya, saya
yakin Rukmini bisa mengajarinya membaca dan menulis.

Saya sangat berharap, Rama dan Ibu tidak keberatan kalau saya
menikah dengan misanan saya.

R. HASAN HADI DININGRAT

Tunggu dulu. Jangan gampang bicara. Kamu mesti meyakinkan Rama


dan Ibunya Ratna Sari, apa mereka tidak keberatan punya mantu satu
priyayi rendah, asisten wedana sedang anaknya seorang putri mahkota
kerajaan Pajajaran. Jangan gegabah, seenaknya melamar anak orang.

SEMUA TERTAWA

SURYATI

Sebaiknya dibicarakan saja dulu dengan suamiku. (pada Raden Mulia)


Kalau bibi sih setuju saja.

RADEN MULIA SEGERA BERSIMPUH PADA SURYATI DENGAN


KEGEMBIRAAN TERPANCAR DI WAJAHNYA.

LAMPU PADAM

DUA BELAS

PONDOK PANDHITA NUSA BRAHMA. GUNUNG CIWALIRANG.


KUSDI SEDANG MEMBERSIHKAN LINGKUNGAN SEKITAR
PONDOK. MUNCUL ROMBONGAN KELUARGA RADEN
MULIA DAN RATNA SARI.

Naskah Drama KRAKATOA 105


SURYATI

Kusdi…!

KUSDI

Eh, iya bu…

SURYATI

Mana Mbahmu?

KUSDI

Eh, anu bu, ada di dalam goa. Beliau pesan agar tidak diganggu.
Sepertinya setelah ibu dan neng Ratna pergi dengan orang Palembang
itu, Mbah sedih dan bahkan marah.

SURYATI

Darimana Mbahmu dapat pikiran seperti itu? Ah, Kang Hasan,


sepertinya suamiku telah salah sangka dengan kejadian kemarin.
Lebih baik kalau saya masuk ke dalam goa dan menjelaskan duduk
perkaranya. Kusdi, ikut saya. Ratna, ambilkan air minum buat tamu
kita.

RATNA

Baik, bu. Silakan duduk Gan.

R. HASAN HADI DININGRAT

Terima kasih, Ratna.

RATNA MASUK KE DALAM PONDOK DENGAN MAKSUD


HENDAK MENYEDIAKAN AIR MINUM. RADEN HASAN HADI
DININGRAT BERDIRI DAN BERJALAN KELILING PONDOK.

RADEN MULIA

Rama, di sinilah rama bisa melihat fenomena gunung Krakatau itu. Itu
Rama, sebelah sana.

106 Naskah Drama KRAKATOA


RADEN HASAN MELIHAT KE ARAH YANG DITUNJUK RADEN
MULIA. MEREKA BERDUA BERDIRI DI ATAS BATU KARANG

R. HASAN HADI DININGRAT

Kondisinya hampir sama dengan tahun 1883, walaupun waktu itu


Rama masih kecil, tapi rama bisa merasakan ketakutan orang-orang di
hari meletusnya gunung itu. Mudah-mudahan saja bencana itu urung
terjadi. Rasanya Rama tidak sanggup harus menghadapi bencana yang
sama dua kali.

RADEN MULIA

Iya, Rama. Saya pun tak bisa bayangkan kalau benar Krakatau meletus.
Terlebih kini penduduk di sekitar Bantam kidul ini lebih banyak.

R. HASAN HADI DININGRAT

Yang pasti, kita harus lebih hati-hati dalam menghadapi bencana yang
akan datang. Persiapan kita harus sudah matang, kita harus cekatan
mengungsikan penduduk kalau hari bencana itu menerjang.

MEREKA BERDUA BERANJAK KE AMBEN PONDOK DAN


BERGABUNG DENGAN RADEN AYU, RUKMINI DAN RATNA
SARI YANG SEDANG MENGOBROL.

RUKMINI

Rama, Ibu dan aku setuju kalau Kang Mulia menikahi Ratna, kita
harus buatkan pesta yang meriah dan mengundang banyak orang

RADEN MULIA

Kamu itu apa-apaan sih Rukmi. Belum juga ada putusan dari Pandhita,
sudah memikirkan hari pernikahan.

RUKMINI

Kenapa tidak? Rukmi yakin kalau lamaran kita akan diterima bapak
Pandhita. Ah, kang Mulia malu ya…

RADEN MULIA

Naskah Drama KRAKATOA 107


Malu apa? Awas kamu ya…

RADEN MULIA HENDAK MENCUBIT RUKMI, TAPI RUKMINI


BERGAYUT MANJA PADA IBUNYA.

RUKMINI

Ibu….

R. HASAN HADI DININGRAT

Sudah. Kalau lamaran kita diterima, tentu saja kita harus merayakannya.
Tapi tentunya kita lihat keadaan rakyat kita dulu. Jangan sampai
kebahagiaan keluarga kita merugikan kepentingan rakyat.

RADEN MULIA

Dengar omongan rama…. (pada Ratna) Ratna, sebenarnya apa yang


ada di dalam goa itu?

RATNA SARI

Hanya ada arca Betara Wishnu. Di sanalah bapak menghabiskan waktu


untuk sembahyang. Nah, itu ibu sudah keluar….

MUNCUL DARI DALAM GOA, SURYATI, DISUSUL PANDHITA


DAN KUSDI. WAJAH PANDHITA AGAK BERUBAH SETELAH
MENGETAHUI KEBENARAN CERITA. MEREKA DUDUK
BERSAMA DI AMBEN.

SURYATI

Kang, kenalkan ini Raden Hasan, bupati Rangkas Gombong. Yang ini
Raden Ayu, istrinya, dan yang cantik itu Rukmini putrinya.

P. NUSA BRAHMA

Gan…. Salam kenal. Tadi di dalam goa, istri saya sudah jelaskan
perkara sebenarnya. Dan saya sangat menyesali kekeliruan besar
karena terburu nafsu dan menyalahkan semua orang

RADEN MULIA

108 Naskah Drama KRAKATOA


Tidak, tuan Pandhita. Tidak ada yang celaka selain Abdul Sintir dan
kawan-kawannya.

P. NUSA BRAHMA

Betul Den, memang sekarang belum ada, tapi siapa yang bisa pastikan
keselamatan orang banyak kalau Krakatau meletus?

R. HASAN HADI DININGRAT

Kalau Pandhita merasa jadi penyebab Krakatau bergoncang, tentulah


tuan juga bisa meredakannya.

P. NUSA BRAHMA

Kalau saya berkuasa akan hal itu, tentulah saya tidak akan menyesal.
Tapi sesudah araca betara Wishnu saya hancurkan, sekarang tidak ada
yang bisa menghentikan bencana ini dan musnahnya keturunan raja
Pajajaran.

R. HASAN HADI DININGRAT

Apa memang begitu keadaannya?

P. NUSA BRAHMA

Hal ini tidak bisa saya katakan, tapi ditilik dampaknya, saya yakin
ada benarnya apa yang bapak saya katakan soal arca Betara Wishnu
memiliki pengaruh yang luar bisaa bagi keselamatan negeri ini.

R. HASAN HADI DININGRAT

Kalau begitu, kenapa Pandhita hancurkan arca itu?

P. NUSA BRAHMA

Karena saya telah jadi gelap mata saat mendengar kalau istri dan
anak saya minggat dengan orang-orang Palembang. Saya putus asa
dan marah, sebagai balasan kemarahan, saya hancurkan arca itu agar
Krakatau meletus dan menghancurkan negeri ini.

Lantaran perbuatan istri dan anak saya itu, saya menganggap dunia ini

Naskah Drama KRAKATOA 109


jadi kotor, hingga harus disapu dan dibersihkan kembali. Barangkali
Kanjeng Bupati tidak tahu, kalau Ratna Sari sampai melarikan diri,
akan sangat menyakiti hati saya. Karena ia bukan saja telah menghina
dan melanggar perintah bapaknya, tapi juga merusak derajat sendiri
dan keluarganya.

R. HASAN HADI DININGRAT

Soal kedalaman rasa itu, saya sudah tahu. Istri tuan yang juga adik
saya telah paparkan seluruh persoalan. Saya senang, saudara saya
bersuamikan keturunan terakhir raja Pajajaran yang agung. Dan saya
tahu anakmu, Ratna Sari adalah ahli waris dan putri mahkota tunggal

P. NUSA BRAHMA

Apa? Istri hamba adalah adik kanjeng?

R. HASAN HADI DININGRAT

Benar, Pandhita. Gelang yang dipakai Ratna itu sama dengan yang
dipakai anak kami, Rukmini. Dan itu merupakan peninggalan Bapak
dan Ibu kami sebelum terjadinya bencana itu. Rukmi, perlihatkan
gelang dan kalungmu.

(Rukmi menunjukkan gelang dan kalungnya, Pandhita terkesima


dengan bukti ini)

Saya ingin berterima kasih pada Pandhita karena telah merawat


Suryati, adik saya hingga kami bisa dipertemukan lagi sekarang.

RADEN HASAN MEMBERI SALAM

P. NUSA BRAHMA

Saya senang istri saya bisa bertemu lagi dengan kanjeng; saudara
kandungnya. Seorang priyayi berderajat tinggi, saya percaya kanjeng
bisa mencerahkan masa depan anak dan istri saya.

R. HASAN HADI DININGRAT

110 Naskah Drama KRAKATOA


Tentu, tuan Pandhita. Jangan khawatir, saya akan jaga dan lindungi
mereka agar tidak dijahati orang. Tuan Pandhita, saya dan istri saya
ada kepikiran untuk melamar Ratna Sari sebagai mantu kami dengan
menjadi istri Mulia. Dia telah jatuh hati pada Ratna sejak pertama
kali bertemu. Saya harap tuan tidak menolak lamaran ini, karena
saya rasa tidak akan merendahkan derajat dan keturunan tuan. Mulia
saya targetkan akan jadi pengganti saya sebagai bupati Rangkas
Gombong.

PANDHITA NUSA BRAHMA MENUNDUKAN KEPALANYA


SEBENTAR, MERENUNGI LAMARAN RADEN HASAN.
SETELAHNYA IA ANGKAT KEPALANYA.

P. NUSA BRAHMA

Baiklah.Saya terima lamaran kanjeng, saya anggap ini jalan terbaik


bagi semua. Kalau nanti kanjeng dan keluarga kembali ke Rangkas
Gombong, saya minta bawalah anak dan istri saya. Ajari mereka apa
yang perlu mereka ketahui tentang kehidupan priyayi yang berderajat
tinggi.

R. HASAN HADI DININGRAT

Saya juga mengharapkan tuan Pandhita ikut serta kami

P. NUSA BRAHMA

Tidak bisa, kanjeng adipati. Saya masih punya tugas yang harus
diselesaikan. Saya akan berusaha keras memperbaiki kesalahan dan
mencegah terjadinya bencana besar dari Krakatau.

R. HASAN HADI DININGRAT

Kalau begitu, masih ada cara mencegah Krakatau meletus?

P. NUSA BRAHMA

Hanya ada satu jalan yang paling sulit dan berat.

R. HASAN HADI DININGRAT

Bagaimana caranya?

Naskah Drama KRAKATOA 111


P. NUSA BRAHMA

Saya belum bisa mengatakannya, saya Cuma minta kanjeng adipati


dan keluarga turut saya ke dalam goa sekarang ini. Di sana kita akan
melakukan ritual bersama.

R. HASAN HADI DININGRAT

Baiklah, tuan Pandhita.

MEREKA SEMUA MASUK GOA.

LAMPU PADAM

TIGA BELAS

DALAM GUA. NAMPAK SEBUAH ALTAR DAN TEMPAT ARCA


YANG SUDAH KOSONG. RUANGAN ITU HANYA DITERANGI
CAHAYA OBOR. SELAIN PANDHITA. SEMUANYA DUDUK
BERSIMPUH. PANDHITA SENDIRI BERDIRI DI SAMPING
ALTAR.

P. NUSA BRAHMA

Sanak saudara, hari ini anak saya satu-satunya Ratna Sari, saya
tetapkan sebagai pengganti saya sebagai kepala rakyat Pajajaran. Dia
akan bergelar Sri Ratu Dewi Ratrna Sari. Tapi karena ia sebentar lagi
akan menikah dengan Raden Mulia anak dari Adipati Raden Hasan
Hadi Diningrat, maka ia tidak bisa memegang jabatan. Dengan begitu,
dinasti kerajaan Pajajaran yang sudah berjalan turun temurun lebih
dari lima ratus tahun akan berakhir di sini. Terkecuali kalau Ratna
Sari mampu memberikan seorang anak lelaki yang akan meneruskan
pangkat dan gelaran dari ibunya, menjadikannya Pandhita seperti
yang saya kerjakan. Anak itu harus memeluk agama jaman dulu dan
mengunjungi tempat-tempat suci sekaligus menjaga pusaka kerajaan.

Tapi sebelum pernikahan ini berlangsung, saya ingin mendapatkan


kepastian dari calon mantu dan besan saya, apakah keberatan atau
tidak dengan syarat yang saya ajukan? kalau anak lelaki pertama yang
dilahirkan Ratna Sari, dititahkan memeluk agama Hindu dan dijadikan

112 Naskah Drama KRAKATOA


Pandhita orang-orang Baduy?.

R. HASAN HADI DININGRAT

Soal itu, saya tidak keberatan. Hanya saja saya ingin tahu apakah
benar-benar perlu di jaman seperti sekarang ini? Menjadi seorang
Pandhita yang menyerahkan seluruh hidupnya tinggal di hutan dan
sembahyang dalam goa-goa yang tidak dijamah manusia?

P. NUSA BRAHMA

Hal itu penting sekali

R. HASAN HADI DININGRAT

Apa Pandhita punya alasan kongkrit?

P. NUSA BRAHMA

Alasan kongkrit? Coba tuan perhatikan gunung Krakatau itu! Selain


itu juga ada soal yang lebih penting lagi yang akan saya jelaskan saat
ini, tapi saya minta ini dirahasiakan.

Begini, sesuai amanat dari Bapak saya yang didapat dari buyutnya.
Tempat-tempat suci itu perlu dirawat dan dijaga setiap tahunnya. Sebab
pada saat pulau jawa ini terlilit besi, rumah-rumah bisa pindah sendiri
dari satu tempat ke tempat lain. Saat orang-orang bisa bepergian lewat
udara, maka itu tandanya orang-orang bumiputera memegang kembali
kekuasaan di pulau ini. Pengaruhnya adalah orang-orang asing akan
tersingkir.

Saat itulah akan muncul kerajaan besar di Jawa Kulon di mana orang-
orang sunda akan berkuasa, dan turunan kerajaan Pajajaran akan
kembali berkuasa seperti dulu. Kalau sudah terjadi, maka pusaka-
pusaka dan tempat-tempat suci harus di rawat dan dihormati. Oleh
karenanya sejarah keturunan kerajaan Pajajaran harus tetap hidup
sebelum ramalan itu menjadi kenyataan.

Raden Adipati bisa menyaksikan sendiri bukti ramalan itu. Kini


pulau Jawa sudah dikeliling rel kereta api, autobus, Vrachtauto atau

Naskah Drama KRAKATOA 113


automobile ibaratnya seperti rumah, setiap hari hilir mudik, mesin
terbang sudah bukan lagi hanya bisa dilihat tapi juga ditumpangi oleh
mereka yang punya uang. Kalau bukti ini ditambah dengan keinginan
rakyat untuk merdeka, maka saya percaya dalam beberapa puluh
tahun lagi Pulau Jawa akan mengalami perubahan besar dan ramalan
itu akan menjadi kenyataan.

MENDENGAR ITU, BUPATI RANGKAS GOMBONG


TERCENUNG.

R. HASAN HADI DININGRAT

Apa yang Anda katakan tadi, tuan Pandhita, bisa jadi benar dan bisa
jadi keliru. Tapi saya rasa memang pantas kalau ada orang yang
dipercaya untuk menilik dan menjaga tempat-tempat suci itu dan
menjaga pusaka kerajaan Pajajaran yang sudah tentu sangat berharga.
Tapi dimanakah barang-barang itu di simpan dan siapakah yang tahu
tempat itu kalau tuan sudah tiada?

P. NUSA BRAHMA

Tempat-tempat itu tidak bisa saya beritahu pada sembarang orang,


termasuk pada istri saya. Hanya seseorang yang sudah berpuluh tahun
jadi kaum kami dan memeluk agama kami saja yang boleh tahu. Kalau
sudah waktunya terpilih raja Pajajaran yang baru, tentunya orang-
orang gunung akan menunjukkan tempat-tempat itu. Meskipun saya
sudah tiada. Karena bukan saya saja yang tahu di mana pusaka itu
disimpan.

RADEN MULIA

Apa Ratna Sari yang sekarang jadi ahli waris kerajaan Pajajaran juga
tidak akan diberi tahu?

P. NUSA BRAHMA

Tidak ada gunanya, den. Sebab satu anak perempuan seperti dia
belum tentu bisa menjalankan kewajiban. Tadinya memang saya
berniat mengajak ia ke tempat-tempat suci itu, tapi lebih baik sekarang

114 Naskah Drama KRAKATOA


menunggu kalau ia sudah punya anak lelaki.

RADEN MULIA

Tapi kalau bapak dan ibunya sendiri tidak tahu, siapakah yang akan
menunjukkan tempat-tempat itu?

P. NUSA BRAHMA

Jangan khawatir. Nanti akan ada beberapa orang kepala suku Baduy
yang menerangkan itu semua. Kalau anak itu sudah lima belas tahun,
suruhlah ia menetap di dekat desa Citorek di kaki gunung Kendeng.
Di sana ia akan diperlakukan terhormat dan diajarkan apa yang mesti
diketahuinya oleh tetua atau pemimpin adat orang baduy.

R. HASAN HADI DININGRAT

Tapi Bagaimana caranya agar orang-orang itu mengenali anak lelaki


mereka adalah turunan junjungan mereka?

P. NUSA BRAHMA (Tersenyum)

Soal itu, kalian tenang saja. Saya sudah mempersiapkannya. Salah


satu dari barang berharga itu di simpan dalam goa ini. Dan barang
siapa yang memilikinya ia akan dianggap sebagai raja.

MENDENGAR PERTANYAAN ITU, PANDHITA NUSA BRAHMA


LEKAS MENUJU SATU SUDUT GOA DAN MENGGESERKAN
BATU PERSEGI. NAMPAK SATU LUBANG DAN DARI
DALAMNYA PANDHITA MENGAMBIL SEBUAH BENDA YANG
BERBENTUK MAHKOTA.

Ini adalah mahkota kerajaan Pakuan Pajajaran. Mahkota ini sudah


pernah dipakai oleh Prabu Siliwangi, Prabu Guru Dewata Bhana, Sang
Ratu Dewata, Rahiyang Dewata Niskala dan raja-raja besar lainnya.
Banyak darah tertumpah saat Raja Purnawarman dari kerajaan Taruma
Negara menyatakan perang dengan Pakuan demi memerebutkan
mahkota ini. Sekarang akan kuhiaskan di kepala Sri Ratu Dewi Ratna
Sari!

PANDHITANUSABRAHMAKEMUDIAN MENGHAMPIRI RATNA


SARI DAN MEMBERDIRIKAN DAN MENGHANTARKANNYA

Naskah Drama KRAKATOA 115


KE ALTAR. RATNA SARI DUDUK BERSILA DI ATAS ALTAR.
PANDHITA LANTAS MEMAKAIKAN MAHKOTA TADI KE
ATAS KEPALA RATNA SARI SAMBIL MERAPAL JAMPI-JAMPI.
SESUDAHNYA MAHKOTA ITU DIAMBIL KEMBALI DAN
DIBUNGKUS KAIN PUTIH DAN DISERAHKAN PADA RADEN
MULIA.

Jagalah pusaka ini. Niscaya anakmu nanti akan dipertuan oleh seluruh
orang Baduy di seantero Bantam. Tapi ingatlah, jangan sampai kau
ceritakan pada sembarang orang atas apa yang terjadi di sini, terlebih
soal mahkota ini. Terkutuklah orang yang memakai mahkota ini kalau
bukan berasal dari keturunan kerajaan Pajajaran.

RADEN MULIA

Baiklah, tuan Pandhita. Akan saya jaga dengan seluruh hidup saya.

P. NUSA BRAHMA

Kemarilah, Raden Mulia. Duduklah di samping calon istrimu. Kita


akan laksanakan pernikahanmu di tempat ini sekarang juga.

RADEN MULIA MENGIKUTI PERINTAH PANDHITA. IA DUDUK


BERSILA DI SAMPING RATNA SARI.

P. NUSA BRAHMA

Kusdi, bakarlah dupa…

KUSDI

Baik, bapak.

KUSDI MENDEKATI ALTAR DAN KEMUDIAN MENYALAKAN


DUPA. PANDHITA BERDOA SELAYAKNYA ORANG HINDU.

P. NUSA BRAHMA

Saya mohon Kanjeng Adipati memegang tangan kanan Raden


Mulia….

116 Naskah Drama KRAKATOA


RADEN HASAN MENURUTI PERINTAH PANDHITA.
SEMENTARA ITU PANDHITA SENDIRI MEMEGANG TANGAN
KANAN RATNA SARI. IA MEMBERI PERTANDA PADA RADEN
HASAN UNTUK MENGARAHKAN TANGAN RADEN MULIA
MENJABAT TANGAN RATNA SARI. SESUDAHNYA PANDHITA
KEMBALI BERDOA. KEMUDIAN IA MENGARAHKAN
PASANGAN PENGANTIN ITU UNTUK TURUN DARI ALTAR.
PASANGAN ITU PUN LANGSUNG BERSUJUD DAN MENCIUM
KAKI IBUNYA MASING-MASING SALING BERGANTIAN.

Maka dengan ini, Ratna Sari telah sah sebagai istri dari Raden
Mulia. Sekarang saya minta, kecuali Raden Hasan dan Kusdi untuk
meninggalkan goa ini.

TANPA MEMBANTAH, KESEMUANYA KELUAR DARI GOA.


HANYA RADEN HASAN DAN KUSDI SAJA YANG TINGGAL.

Sekarang saya sudah resmi turun tahta sebagai raja Pajajaran atau
kepala dari kaum Baduy. Oleh karenanya kekuasaan tertinggi kini
ada di tangan Ratna Sari. Sudah tiba waktunya saya harus meluruskan
kekeliruan yang pernah saya buat karena terburu nafsu yang
menyebabkan banyak jiwa terancam dengan meletusnya Krakatau itu.
Untuk mencegah semua itu tak ada jalan lain, kecuali saya harus pergi
ke Swargaloka atau Dewachan. Di sana nenek moyang saya berdiam
dan saya akan minta pertolongan agar bencana itu bisa dicegah.
Tegasnya, saya harus menyingkirkan diri dari dunia ini lantaran
menanggung dosa besar dari kekeliruan saya

R. HASAN HADI DININGRAT

Tapi tuan Pandhita, apakah tidak ada jalan lain?

P. NUSA BRAHMA

Sayangnya tidak ada kanjeng adipati.

R. HASAN HADI DININGRAT

Tapi, bagaimana dengan anak istri tuan?

P. NUSA BRAHMA

Naskah Drama KRAKATOA 117


Soal itu, kanjeng Adipati tidak usah khawatir. Sudah puluhan kali saya
meninggalkan mereka berbulan-bulan. Oleh karenanya mereka tidak
akan kesusahan kalau saya hilang selamanya, apalagi saya sudah titip
amanat kalau saya akan segera pergi. Saya hanya minta agar Ratna
Sari dan Suryati bisa hidup tentram. Aku serahkan nasib mereka pada
kanjeng.

(Pandhita Nusa Brahma mengajak berjabat tangan)

Ingatlah kanjeng, jangan kau ceritakan pada istri dan anakku


ataupun pada Raden Mulia soal niatan ini. jiwaku ini terlalu murah
dibandingkan dengan puluhan ribu manusia yang harus diselamatkan.
Kanjeng sendiri bilang bahwa kanjeng telah tetapkan sebuah aturan
penyelamatan bagi rakyat, tapi saya rasa kalau bencana alam sudah
datang, tidak ada kecerdasan manusia yang mampu mencegahnya.
Maka dari itu saya tetap akan tinggalkan raga saya segera mungkin.
Jadi demi kebahagiaan anak, istri kita semua, saya minta sangat untuk
merahasiakan hal ini. Selamat jalan.

Pandhita Nusa Brahma menunjukkan jalan keluar, Raden Hasan


mengerti isyarat itu dan ia pun keluar dari goa.

LAMPU PADAM

118 Naskah Drama KRAKATOA


EMPAT BELAS

DALAM GOA. NAMPAK KUSDI TERDUDUK LESU DAN SEDIH


DI BAWAH ALTAR. MUNCUL KEMBALI RADEN HASAN HADI
DININGRAT

R. HASAN HADI DININGRAT

Kusdi, mana tuan Pandhita?

KUSDI TAK MENJAWAB, JARINYA MENUNJUK SUMUR.


RADEN HASAN HADI DININGRAT MENGHELA NAPAS
PANJANG DAN MENDEKATI SUMUR. RAUT WAJAHNYA
MENAMPAKKAN KESEDIHAN. IA MENDONGAKKAN
KEPALANYA DAN LAMPU PADAM.

TAMAT

Naskah Drama KRAKATOA 119


Biodata Penulis
Mahdiduri, lahir di Tangerang pada
8 Juni. Setelah tamat dari Madrasah
Aliyah Negeri 1 Serang dia melanjutkan
studinya di Universitas Indraprasta
Jakarta Selatan. Pernah menjadi buruh
pabrik di wilayah Balaraja. Aktifitas
keseniannya dimulai sejak duduk di
MAN 1 Serang dengan bergabung Jagat
Teater dan Sastra Serang, dilanjutkan
bergabung dengan Komunitas Sastra
Indonesia (KSI) dan Forum Kesenian Banten (FKB). Setelah lama
bergelut di bidang sastra, kini dia bersama kawan-kawannya mendirikan
komunitas teater AnonimuS. Banyak program-program kesenian yang
telah dilaksanakannya, diantaranya program Jazz Tea, Bulletin Teater
ActinG, Festival Monolog se-Banten dan yang terkini adalah program
pendidikan dan pelatihan menulis dan membaca ‘Kamar 37’.
Untuk karya sastra, puisi-puisinya termaktub dalam ragam
antologi puisi dan media cetak lokal ataupun nasional, diantaranya
pernah dipublikasikan di harian Republika, Sinar Harapan, Radar
Banten, Fajar Banten, Antologi Puisi Bisikan Kata - Teriakan Kota
(DKJ), Mahaduka Aceh (PDS. HB Jassin) dan masih banyak lainnya.
Sedangkan kerja teater yang pernah dilakukan, diantaranya:
1. Pentas Teater Pakaian & Kepalsuan (Sutradara); 2006
2. Pentas Teater Wekwek (Sutradara); 2008
3. Konser Deklamasi Puisi ‘Mahdiduri Membaca Sutardji’
(Deklamator); 2002
4. Konser Deklamasi Puisi ‘Dari Ranjang ke Kamar Mandi’
(Deklamator); 2005
5. Konser Delamasi Puisi-puisi WS Rendra
(Sutradara & Deklamator); 2009
6. Pentas Monolog ‘Terkapar’ (Aktor); 2007
7. Pentas Monolog ‘Nyanyian Angsa’ (Aktor); 2009
8. Beckett’s Parade (Pimpinan Produksi); 2009
9. Festival Monolog se Banten (Pimpinan Produksi); 2009

120 Naskah Drama KRAKATOA


Naskah Drama KRAKATOA 121

Anda mungkin juga menyukai