Anda di halaman 1dari 9

HYSTORY OF LOGARITHM

AND EXPONENTIAL

OLEH:
M. SILAHUDDIN KHUMAIDI (093174009)
ERDHIN LIES TYANTO (093174020)
FAISAL FARUQ ZULHISRA (093174040)
WIDYA IKA PRAVITA (093174050)
NIHAYATUS SA’ADAH (093174057)

KELAS 2009 A

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
2010
LOGARITHM

Logaritma (atau yang biasa disingkat dengan “log”), pertama kali ditemukan oleh John
Napier, seorang warga Skotlandia. Pada awalnya logaritma yang dia temukan berbeda dengan
logaritma yang dikenal saat ini. Logaritma yang dikenal sekarang ini ditemukan pada tahun
1617 yang merupakan gabungan konsep antara logaritma Napier dan Henry Briggs.
Napier lahir di puri Merchiston, dekat Edinburgh, Skotlandia. Ayahnya bernama Sir
Archibald Napier dan ibunya bernama Janet Bothwell. Ketika umur 14 tahun, Napier dikirim
ke Universitas St. Andrews untuk belajar theologi. Setelah berkelana ke mancanegara, Napier
pulang ke kampung halaman pada tahun 1571 dan menikah dengan Elizabeth Stirling serta
mempunyai dua orang anak. Tahun 1579, istrinya meninggal dan Napier pun menikah lagi
dengan Agnes Chisholm. Perkawinan yang kedua ini memberinya sepuluh orang anak. Pada
tahun 1608, Sir Archibald meninggal dunia dan Napier menggantikannya untuk tinggal di
puri Merchiston sepanjang hayatnya.
Meskipun Napier memberi sumbangsih besar dalam bidang matematika, tetapi minat
terbesar Napier justru bidang agama. Dia seorang pemeluk Protestan kuat yang menuliskan
pandangannya dalam buku Penjelasan tentang penemuan dari kebangkitan Santo Johanes (A
Plaine Discovery of the whole Revelation of Saint John) pada tahun 1593, yang dengan sengit
menyerang gereja Katholik dan mencerca Raja Skotlandia, James VI (kelak menjadi James I,
raja Inggis) dengan menyebutnya seorang atheis.
Bidang lain yang menjadi minat Napier, seorang tuan tanah, adalah mengelola tanah
pertanian. Untuk meningkatkan kesuburan tanah, Napier mencoba memberi pupuk berupa
garam. Tahun 1579, Napier menemukan pompa hidraulik untuk menaikkan air dari dalam
sumur. Dalam bidang militer, Napier berencana membuat cermin raksasa guna melindungi
Inggris dari serbuan angkatan laut Raja Philip II dari Spanyol. Kedua penemuan Napier ini
tidak berbeda dengan penemuan Archimedes.
Sejatinya, Napier bukanlah matematikawan profesional. Dia adalah seorang Baron yang
memiliki banyak tanah namun juga mempunyai hobi menulis berbagai topik yang menarik
hatinya. Dalam matematika, dia hanya tertarik meneliti tentang perhitungan dan trigonometri.
Istilah “kerangka Napier” (Napier’s frame) menunjuk kepada tabel-tabel perkalian dan
“Analogi Napier” dan “Hukum bagian-bagian lingkaran Napier” adalah alat bantu untuk
mengingat dalam kaitannya dengan trigonometri lingkaran.
Napier mengatakan bahwa penelitian dan penemuannya tentang logaritma terjadi dua-
belas tahun silam sebelum dipublikasikan. Pernyataan ini menunjuk bahwa ide dasarnya
terjadi pada tahun 1594. Meskipun ditemukan oleh Napier akan tetapi ada peran
pendahulunya. Stifel menulis Arithmetica integral pada 50 tahun silam dengan pedoman
karya-karya Archimedes. Angka dengan pangkat dua adalah dasarnya, meski tidak dapat
digunakan untuk tujuan penghitungan karena ada selisih yang terlalu besar dan cara
interpolasi tidak memberikan hasil secara akurat.
Pengaruh pemikiran Dr. John Craig tidak dapat dikesampingkan, turut mempengaruhi
Napier. Pertemuan tidak sengaja terjadi ini saat rombongan Craig yang sedang dalam
perjalanan menuju Denmark dengan menggunakan kapal terjebak badai besar sehingga
membuat rombongan ini berhenti tidak jauh dari observatorium Tycho Brahe yang tidak jauh
dari tempat Napier. Sambil menunggu badai reda, mereka berdiskusi tentang cara-cara
penghitungan yang digunakan dalam observatorium. Diskusi ini membuat Napier lebih
termotivasi sehingga pada tahun 1614 diterbitkan buku “Gambaran Tentang Aturan Dalam
Logaritma” (A Description of the Marvelous Rule of Logaritms).
Awal penemuan Napier sebenarnya sangat sederhana. Menggunakan progresi
geometrik dan integral secara bersamaan, Napier mengambil sebuah bilangan tertentu yang
mendekati angka 1. Dia menggunakan 1 – 107 (atau 0,9999999) sebagai bilangan. Sekarang,
istilah progresi dari pangkat yang terus meningkat sampai akhirnya hasilnya mendekati –
sangat sedikit selisihnya. Untuk mencapai “keseimbangan” dan menghindari terjadi
(bilangan) desimal dikalikan dengan 107.
N = 107(1 – 1/107)L, dimana L adalah logaritma Napier sehingga logaritma dari 107
sama dengan nol, yaitu: 107 (1-1/107) = 0,9999999 adalah 1 dan seterusnya. Apabila
bilangan tersebut dan logaritma dibagi 107, akan ditemukan - secara virtual – sistem
logaritma sebagai basis 1/e, untuk (1-1/107)107 mendekati Lim n→∞ (1 – 1/n)n = 1/e.
Perlu diingat bahwa Napier tidak mempunyai konsep logaritma sebagai dasar, seperti
yang kita ketahui sekarang. Prinsip-prinsip kerja Napier akan lebih jelas dengan
menggunakan konsep geometri di bawah ini.

A___________________P_________B ____________________

C_______________________D__________Q_______________________E
Garis AB adalah setengah dari garis CE. Bayangkan titik P berangkat dari titik A,
berjalan menyusur garis AB dengan kecepatan semakin menurun dengan proporsi sebanding
dengan jaraknya dari titik B; pada saat bersamaan titik Q bergerak dari garis CE… dengan
kecepatan bergerak sama seperti titik P.
Napier menyebut variabel jarak CQ adalah logaritma dari jarak PB adalah definisi
geometrik Napier. Misal: PB = x dan CQ = y. Apabila AB dianggap 107, dan jika kecepatan
bergeraknya P juga 107, maka dalam notasi kalkulus modern didapat dx/dt = -x dan dy/dt =
107, xo = 107, yo = 0. Jadi dy/dx = - 107/x, atau y = -107 ln cx, dimana c adalah inisial
kondisi untuk menjadi 10-7. Hasil, y = -107 ln (x/107) atau y/107 = log 1/e(x/107).
Begitu penemuan ini dipublikasikan, antusiasme matematikawan merebak sehingga
banyak dari mereka yang berkunjung ke Edinburgh. Salah satu tamunya adalah Henry Briggs,
seorang matematikawan Inggris yang sangat tertarik memelajari logaritma untuk
diaplikasikan ke ilmu astronomi. Pada pertemuan itu, Briggs mengusulkan pada Napier
tentang modifikasi yang dia lakukan yaitu mengubah basis logaritma menjadi 1, bukan 107,
hasilnya adalah nol dan menggunakan basis 10 (desimal).
Napier yang kondisi kesehatannya sudah tidak terlalu baik mengiyakan usul tersebut
dan meminta Briggs untuk mengerjakan tabelnya. Briggs menyanggupi dan pada tahun 1617,
tersusunlah buku karangannya tentang logaritma yang berjudul Logarithmorum Chilias
Prima, di London. Buku ini terbit tepat pada tahun kematian Napier. Untuk menghormatinya,
Briggs mencantumkan nama Napier dalam kata pengantar buku ini. Berkat buku ini pula
akhirnya dikenal log 10 = 1 = 10º. Dan bentuk logaritma seperti inilah (gabungan konsep
Napier dan Briggs) yang dikenal sampai sekarang.
Napier meninggal di purinya pada tanggal 3 April 1617 dan dimakamkan di gereja St.
Cuthbert, Edinburgh. Dua tahun kemudian, 1619, terbit buku “Konstruksi dari Keindahan
Logaritma” (Construction Of The Wonderful Logarithms), yang disusun oleh Robert, anak
kedua Napier dari istri keduanya.
Pada tahun 1624, Briggs menerbitkan karyanya yang berjudul Arithmetica Logarithmica.
Dalam buku ini disajikan logaritma bilangan asli dari 1 sampai 20.000 dan 90.000 sampai 100.000
dengan 14 angka di belakang koma. Terdapat pula fungsi-fungsi Sin dengan 15 angka di belakang
koma dan fungsi-fungsi Tan serta Sec dengan 10 angka di bekalang koma. Tabel – tabel lengkap
dicetak di Gouda di Belanda. Pada tahun 1628, Vlacq menambahkan logaritma bilangan asli untuk
20.000 sampai dengan 90.000.  Sebelum meninggal Briggs, menyerahkan proyek ini ini kepada
Gellibrand yang ketika itu adalah profesor astronomi di Gresham College dan sangat tertarik dengan
aplikasi logaritma bagi trigonometri. Ketertarikan ini diungkapkan dengan menyisipkan aplikasi
logaritma untuk trigonometri bidang maupun trigonometri ruang.
Ditemukannnya konsep dasar logaritma, sebelum terus dikembangkan oleh
matematikawan lain –terutama Henry Briggs-, membawa perubahan besar dalam dunia
matematika. Johannes Kepler terbantu karena logaritma mampu meningkatkan kemampuan
hitung bagi para astronomer. “Kesaktian” logaritma ini kemudian disebut oleh Florian Cajori
sebagai salah satu dari tiga penemuan penting bagi matematika (dua lainnya adalah notasi
angka Arab dan pecahan berbasis sepuluh/desimal).
EXPONENTIAL

Penemu eksponen juga John Napier. Ketika merumuskan tentang logaritma, Napier
mampu mengutak-atiknya menjadi suatu bentuk lain (perkalian). Napier menyadari bahwa
semua bilangan dapat dinyatakan dalam apa yang sekarang disebut bentuk eksponensial.
Misal: 8 dapat ditulis sebagai 23, 16 sebagai 24 dan sebagainya.
Apa yang membuat logaritma sangat berguna adalah fakta bahwa operasi perkalian dan
pembagian yang dikurangi untuk penambahan dan pengurangan sederhana. Ketika jumlah
sangat besar dinyatakan sebagai logaritma, perkalian menjadi penambahan eksponen.
Contoh: 102 kali 105 dapat dihitung sebagai 10(2+5) atau 107. Cara perhitungan seperti ini jelas
lebih mudah daripada menghitung 100 kali 100.000.
KAITAN ANTARA LOGARITMA DAN EKSPONEN

Logaritma sebetulnya adalah bentuk lain dari pangkat. Bentuk pangkat adalah seperti
ini : 23= 8, artinya 2 x 2 x 2 = 8. Lihat, jumlah angka 2 ada 3, oleh karena itu, hal ini dapat
disingkat menjadi 23.
Dari situ kita bisa membuat rumus umum, ab= c , artinya a pangkat b sama dengan c.
Lalu kaitannya dengan logaritmaada pada bentuk perpangkatannya. Jika kita punya
rumus 23= 8, maka bentuk logaritmanya adalah 2log 8 = 3. Atau bila dibuat rumus umum
maka akan seperti ini, alog c = b

Sehingga alog c = b ≈ ab= c

Aturan umum logaritma:


1. alog (c x d) = alog c + alog d
2. alog (c : d) = alog c - alog d
3. alog cd = d x (alog c)
4. (alog b)(blog c) = alog c
5. (alog b) : (alog c) = clog b

Eksponen adalah perkalian yang diulang-ulang. Orang menulis eksponen dengan indeks
sebagai berikut: xy. Terkadang orang menulis eksponen menggunakan tanda ^ seperti 2^3
berarti 23.
Bilangan x disebut bilangan pokok, dan bilangan y disebut eksponen. Sebagai contoh,
pada 23, 2 adalah bilangan pokok dan 3 eksponen.
Untuk menghitung 23 seseorang harus mengalikan 3 kali terhadap angka 2. Sehingga 23
hasilnya adalah 2.2.2 = 8. Apa yang dikatakan persamaan bisa juga dikatakan dengan cara
ini: 2 pangkat 3 sama dengan 8.
Jika eksponen sama dengan 2, maka disebut persegi karena area persegi dihitung
menggunakan a2. Sehingga x2 adalah persegi dari x
Jika eksponen sama dengan 3, maka disebut kubik karena volume kubus dihitung
dengan a3. Sehingga x3 adalah kubik x
Jika eksponen sama dengan -1 orang harus menghitung inversi bilangan pokok.

1
Sehingga x−1 = . Jika eksponen adalah integral dan kurang dari 0, orang harus membalik
x

1 3 1
bilangan dan menghitung pangkat. Sebagai contoh: 2 −3
=()
2
=
8
1
Jika eksponen sama dengan hasilnya adalah akar persegi bilangan pokok. Sehingga
2
1 1
x 2 = √ x . Contoh: 4 2 = √ 4
1 1
Dengan cara yang sama, jika eksponen hasilnya adalah akar ke-n, sehingga a n = √n a
n
p
Jika eksponen merupakan bilangan rasional , hasilnya adalah akar ke-q bilangan
q
pokok yang dipangkatkan p, sehingga:
p q p
a = √a
q

Aturan tentang eksponen:


1. (a . b)n = a n. b n
a n
an
2. ()
b
=
bn
dengan b ≠ 0

3. a r .b s = a r+ s
ar
4. = a r−s dengan a ≠ 0
as
1
5. a−n= dengan a ≠ 0
an
s
6. ( a r ) = a r .s
7. a 0= 1 dengan bilangan pokok lebih besar daripada 1 dan eksponen 0. Jika bilangan pokok
dan pangkat sama dengan 0, jawabannya tak terdefinisikan.
DAFTAR PUSTAKA

http://its-matematika.blogspot.com/2009/10/john-napier.html
http://mate-mati-kaku.com/matematikawan/johnNapier.html
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/11/biografi-john-napier-penemu-logaritma.html
http://www.mate-mati-kaku.com/matematikawan/brigg.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Logaritma
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/pelajaran-matematika/belajar-matematika-logaritma-
dan-pangkat-eksponensial/
http://id.wikipedia.org/wiki/Eksponen
http://www.wolframscience.com/reference/notes/901d

Anda mungkin juga menyukai