Laporan ini Disusun Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Ujian Akhir dalam Mata
Oleh
XII-IPS-3
NIS. 080910028
BOGOR
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing II Pembimbing I
Kepala Sekolah
Bogor, ………………………
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Magelang, Jawa Tengah. Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi syarat
menempuh Ujian Akhir Nasional (UAN) Tahun Ajaran 2010/2011 dan Ujian Akhir
Sekolah (UAS) pada bidang studi Bahasa Indonesia dan Sosiologi. Kegiatan ini juga
memiliki tujuan agar siswa-siswi SMA Budi Mulia Bogor memahami kebudayaan
yang berbeda-beda. Ada banyak lingkungan yang sudah dipersiapkan oleh panitia
SMA Budi Mulia Bogor yang bekerja sama dengan Paroki Salam, Magelang , Jawa
Tengah sehingga para siswa –siswi SMA Budi Mulia Bogor dapat terorganisir
dengan cukup baik namun masih ada keterlambatan kendaraan menuju rumah yang
sudah ditetapkan.
Proses Penyelesaian Laporan ini tidak lepas atas doa dan bantuan dari
berbagai pihak, baik dari awal kegiatan PKB, proses PKB, akhir PKB hingga pada
tahap penyelesaian Laporan ini. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati Penulis
1. Br. Alexius Kasta Ginting, SFK, selaku kepala sekolah SMA Budi Mulia
2. Drs. Felix Parmanto, selaku guru pembimbing pada mata pelajaran Bahasa
3. Anselmus Seng Openg, S.Fil, selaku guru pembimbing pada mata pelajaran
4. Wilson Sinaga, S.H dan Agustriani Purba, S.Pd, selaku orang tua kandung
7. Sahabat-sahabat Penulis yang telah memberi saran dan juga dukungan yakni
11. Semua pihak manapun yang telah memberikan segala dukungan, bantuan dan
Penulis sangat menyadari bahwa laporan yang penulis buat masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima kritikan dan
saran yang mendukung atau membangun kemajuan laporan ini. Penulis meminta
maaf apabila laporan yang penulis buat terdapat banyak sekali kekurangan. Besar
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hidup bermasyarakat sering kali membuat kita harus waspada dan menahan
diri. Tentu karena hidup dengan sejumlah orang yang masing-masing memiliki
bermasyarakat harus ada interaksi antara satu dengan yang lain atau saling
menerus, yang memiliki satu pemikiran, satu perasaan dan di bawah aturan yang
Magelang Jawa Tengah. Pada saat yang bersamaan penulis mendapat banyak
pengalaman hidup yang bermasyarakat. Hidup mandiri adalah salah satu yang
penulis dapatkan ketika penulis berada di sana, dimana penulis jauh dari orang tua
berbeda adat istiadat. Pada kegiatan ini penulis banyak mendapatkan hal hal baru
yang belum pernah didapatkan penulis. Namun untuk mendapatkan hal-hal baru
tersebut penulis tidak mengalami kesulitan, namun itu meruppakan hal yang
sangat menarik minat para siswa-siswi yang mengikuti kegiatan ini, mereka ingin
Bagi remaja masih banyak waktu untuk belajar menanamkan solidaritas, hidup
sederhana serta mengenal hal-hal baru yang berguna untuk masa depan.
melengkapi salah satu syarat ujian akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia dan
Sosiologi.
sama dengan di lingkungan lain namun di desa ini terdapat sebuah sungai yang
terletak tidak jauh dari rumah keluarga angkat saya dan hanya berjarak beberapa
ratus meter saja, di sungai tersebut terdapat banyak bebatuan dikarenakan untuk
menahan lereng gunung yang mengalir di sepanjang sungai ini agar tidak
berada dilingkungan ini dan biasanya setiap malam diadakan latihan koor untuk
misa baik di kapel atau setiap lingkungan sehingga penulis dan teman-teman yang
berada di dusun berokan dan dusun jarakan dapat belajar bernyanyi dalam Bahasa
dengan membaca atau melihat karya tulis tahun lalu dan menambahkan data-data
1.6.2 Tempat Kegiatan : Paroki salam, Gereja Santa Theresia, Magelang, Jawa
Tengah.
BAB II
Dalam Gereja Santa Theresia kita dapat menelusuri sejarah dari gereja tersebut :
Sebelum Kedatangan Pastor van Lith SJ, di Muntilan sudah ada karya
Voogel,SJ pada tahun 1892 yang ditandai dengan dibaptisnya 135 orang di
Muntilan. Kehadiran Pastor van Lith dan Hoevenaars pada tahun 1903 dalam
pastor dalam kontak dengan umat karena jumlah umat semakin bertambah.
Beberapa tokoh awam yang terlibat dan aktif dalam proses penyebaran
pencahariannya sebagai petani. Hal ini mempunyai kaitan yang erat dengan
sama.
salah satu Stasi dari Paroki Muntilan yang meliputi Kring Salam, Mandungan,
rencana bagi Salam untuk memisahkan diri dari Muntilan untuk menjadi
Kring Salam, Srumbung dan Ngluwar. Tetapi untuk mendirikan paroki baru
yang cukup dengan menempati wilayah tertentu, gedung gereja, pastoran dan
pastor paroki yang menetap serta memiliki dana untuk menyelenggarakan
memberi tanah seluas 9800 m2 yang merupakan milik Yayasan Gereja dan
karena tempat ini dekat dengan pusat pemerintahan, sebab Salam terdapat
Pastor Goei Gwan Soei untuk menjadi pastor di Salam. Pastor Goei Gwan
Tepatnya tanggal 1 Januari 1965 Salam resmi menjadi paroki baru dan
lepas dari Paroki Muntilan meskipun bangunan gereja dan pastoran belum
sempurna. Urusan administrasi, pendanaan dan kebutuhan pastor diusahakan
oleh umat sedang untuk keperluan misa seperti anggur dan roti masih
diwarnai oleh pastor-pastor yang menjabat sebagai pastor paroki. Namun pada
masa tertentu sangat diwarnai oleh sosok pastor yang terkenal di Paroki Salam
Setelah tahun 1979 Rama Mangun yang terkenal dengan arsitekturnya itu
“Seminar Awam”.
Paroki Santa Theresia Salam tidak luput dari sasaran Pembinaannya, yang
Keluarga angkat penulis adalah keluarga yang sangat harmonis. Bapak angkat
penulis bernama Agustinus Marjinuh. Beliau memiliki 3 orang anak. Dari ke-3
orang anak Beliau, 1 yang sering berada dirumah. Anak Pertama yang biasa
dipanggil dengan nama Krisna , saat ini mas Krisna sudah bekerja di kota
Yokyakarta yang saat ini sudah bertunangan dengan kekasihnya di saat kami
berada di rumah keluarga ini. Anak kedua saat ini masih menduduki bangku
kuliah di yokyakarta yang biasa dipanggil dengan nama Era. Anak ketiga atau
anak terakhir yang bernama Aditya Kurnia saat ini baru menduduki bangku kuliah
Bapak Angkat Penulis bekerja sebagai Guru Matematika disalah satu sekola
dasar (SD) di sana dan Ibu Angkat Penulis juga bekerja sebagai Guru kelas
disalah satu sekolah dasar (SD) di sana. Namun Orang Tua Angkat Penulis
memiliki sawah yang cukup luas, Kebun Salak yang cukup luas dan hewan untuk
membajak sawah.
Pada Tanggal 13 Juli 2010, seluruh siswa-siswi SMA Budi Mulia Bogor
membenahi diri, dan bersiap-siap bertemu dengan Orang Tua Angkat dengan
keadaan yang sudah bersih dan wangi ( sudah mandi) dan sebelum mengetahui
wilayah yang ditempatin, disitu penulis dan siswa-siswi yang lainnya menunggu
sambil mendengarkan sambutan dari pihak Paroki Salam dan dari panitia pihak
sekolah.
keluarga Bapak Ari dan dibagikan / diberitahu dimana tempat dan Keluarga
Agustinus Marjinuh. Setibanya dirumah orang tua angkat pada pukul 15.30 WIB,
penulis berkenalan dengan bapak angkat dan kakak angkat , kemudian penulis
dan juga siswi yang bernama Tryas membereskan barang- barang bawaan dan
bersiap-siap untuk mandi. Setelah selesai mandi, penulis dan Tryas (teman satu
rumah yang juga siswi peserta PKB) membantu mba Nia ( kakak angkat)
Pada Pukul 19.30 WIB, Penulis, Tryas dan keluarga angkat bersiap-siap untuk
latihan koor di rumah keluarga Bapak Ari ( Ketua Lingkungan). Setelah selesai
2.4.1 Refleksi
Penulis bisa belajar hidup mandiri dan jauh dari orang tua kandung di
Bogor dan penulis bisa belajar untuk lebih menghargai hidup dan tidak
itu tidak gampang harus dngan kerja keras dan susah payahnya hidup.
Pada Pukul 05.00 WIB, penulis bangun dari tidur dan membereskan kamar,
penulis dan Tryas teman penulis bersiap-siap membantu orang tua angkat dengan
memotong sayur, memasak sayur dan memasak jenis makanan lainnya. Setelah
pekerjaan lainnya.
Setelah mengerjakan pekerjaan rumah, penulis beserta teman satu rumah
penulis yang juga peserta PKB, bebincang-bincang dengan kakak angkat penulis
yang bernama mba Nia yang biasa kami menyebutnya dengan nama itu., penulis
tidak semua beragama Katolik, dan penulis, teman penulis serta mba Nia,
bercerita-cerita tentang sekolah, PKB tahun lalu yang kebetulan yang pernah
meminta izin untuk mengunjungi rumah peserta PKB yang lain, namun sebelum
rumah Pak Ari dan juga melihat- lihat sawah Bapak Ari kemudian berfoto-foto
Penulis tidak mau menyia-nyiakan waktu yang ada, penulis kembali ke rumah
membereskan rumah yang terlihat banyak sekali debu bekas padi-padi yang sudah
diambil dari sawah. Penulis merasa tidak nyaman bila ada sedikit debu oleh
karena itu, penulis selalu membereskan rumah agar tidak terdapat debu-debu.
Sesudah penulis mengerjakan pekerjaan rumah, mba nia kakak angkat penulis
mengajak penulis dan teman satu rumah penulis untuk bersama-sama makan
siang. Sesudah penulis makan siang lalu penulis beserta teman satu rumah penulis
membantu bapak angkat penulis mengangkat kayu sehingga kayu-kayu itu terlihat
lebih rapih dan tersusun. Setelah membantu bapak angkat, penulis dan teman satu
rumah penulis pun beristirahat sejenak untuk merenggangkan badan agar tidak
terasa sakit,.
Pada pukul 14.30 WIB, penulis dan teman satu rumah penulis diajak kakak
makanan kepada para petani dan membantu meringankan pekerjaan para petani,
sehingga penulis mengetahui cara-cara memotong padi yang benar dan cara
Setelah penulis dan teman satu rumah penulis pulang dari sawah, penulis dan
teman satu rumah penulis beserta mba Nia bertemu dengan guru-guru yang
sedang mencari kami. Disitu penulis dan teman satu rumah penulis berfoto-foto
lebih akrab. Setelah bertemu guru-guru , penulis, teman satu rumah penulis serta
mba Nia pulang ke rumah lalu mandi dan makan malam bersama orang tua ankat
seta brbincang-bincang dengan keluarga angkat agar suasana menjadi lebih akrab
sekalian bertanya bagaimana cara menanam pohon salak dan cara memetik buah
Pada pukul 19.30 WIB, penulis, teman satu rumah penulis beserta keluarga
angkat penulis berangkat menuju tempat untuk latihan koor. Disini penulis belajar
bernyanyi Bahasa Jawa, walaupun sedikit agak sulit bernyanyi dalam bahasa Jawa
Tepatnya pukul 20.00 WIB, latihan koor itu selesai dan penulis, teman satu
rumah penulis serta keluarga angkat penulis pulang ke rumah karna sudah larut
malam. Namun penulis dan teman satu rumah penulis tidak langsung begegas
untuk istirahat tetapi kami bersaat teduh dulu karna itu kewajiban kami sebagai
umat beragama Kristen. Setelah saat teduh selesai, penulis dan teman satu rumah
2.5.1 Refleksi
pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan. Penulis bisa belajar lebih
mendalam tentang hal-hal yang belum pernah diketahui oleh penulis seperti
Berbahasa Jawa, yang sebelumnnya penulis hanya tahu Bahasa Jawa iya sekarang
meningkat menjadi lebih mengerti Bahasa Jawa . Penulis pun bisa belajar lebih
mandiri lagi, walaupun penulis merasa kangen dengan keluarga di Bogor namun
Pada hari ini, penulis bangun pukul 05.00 WIB, lalu merapikan tempat tidur.
Setelah itu penulis beserta teman satu rumah penulis segera menuju dapur dan
membantu Bapak memasak dan mencuci piring. Setelah mencuci piring, penulis
disuruh Ibu angkat penulis untuk mencari tukang sayur untuk membeli sayur dan
ditawarkan untuk sarapan pagi bersama Kakak angkat penulis. Setelah sarapan
pagi, penulis memncuci pakaian kotor yang sudah menumpuk agar pakaian-
pakaian kotor itu menjadi bersih dan bisa dipakai keesokan harinya.
Setelah mencuci pakaian, penulis beserta teman satu rumah diajak untuk
melihat-lihat sungai yang ada di dusun Jarakan. Sungainya sangat bagus dan
masih alami tanpa tersentuh teknologi. Biasanya sungai ini airya dipakai untuk
membersihkan ikan hasil pancingan dari kolam. Di sungai tersebut penulis beserta
Setelah beberapa jam, penulis beserta teman-teman penulis yang juga peserta
sesudah mencuci piring penulis bergegas untuk mandi karena penulis, teman-
teman penulis dan umat Katolik di dusun Berokan dan Jarakan diajak untuk
mengunjungi tempat untuk melihat pemandangan gunung Merapi dari jauh yang
biasa disebut warga disitu adalah Ketep Pass. Di sana Penulis beserta teman-
teman yang lain sangat antusias dan senang karena selain bisa melihat
pemandangan yang sangat bagus juga bisa menonton film letusan gunung Merapi
yang mana bisa dijadikan pengetahuan umum dan bermanfaat bagi penulis.
Setelah pergi ke Ketep Pass, penulis, teman-teman penulis dan yang lainnya
kembali pulang ke rumah. Penulis diajak membantu Bapak angkat penulis untuk
memetik buah salak dan mengetahui secara langsung cara memetik buah salak
yang baik dan benar agar tidak merusak pohonnya kemudian Penulis mengangkat
jemuran karena sudah menjelang malam. Sekitar pukul 18.30 WIB setelah
membantu Bapak angkat, penulis dan teman satu rumah penulis diajak untuk
Sekitar pukul 19.30 , penulis dan teman satu rumah penulis kembali diajak
untuk latihan koor di tempat yang sama. Penulis dan teman satu rumah penulis
sangat antusias karena bisa manambah kegiatan. Setelah selesai latihan koor
penulis, teman satu rumah penulis, dan keluarga angkat penulis bergegas untuk
pulang karna hari sudah larut malam. Tetapi sesampainya di rumah, penulis dan
teman satu rumah penulis tidak langsung beristirahat karena harus menjalankan
kewajiban umat Kristen yaitu bersaat teduh atau yang biasa penuli singkat dengan
sate. Dengan bersaat teduh penulis bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan
memohon pertolongan kepada Tuhan. Setelah bersaat teduh penulis dan teman
satu rumah penulis bergegas untuk istirahat malam karna banyak hal yang akan
Pada hari ketiga ini, penulis mendapatkan banyak pelajaran mulai dari
padi, cara-cara memetik buah salak dan lain sebagainya. Disinii penulis
Sementara di Bogor penulis hanya tahu cara memakan buah salak saja dan
sekarang sudah tahu cara menanam pohon salak dan memetik buah salak dan baik
dan benar. Dan disinii penulis banyak mempelajari tentang susahnya hidup karena
sebelumnya penulis kurang begitu mengerti bahwa mencari sesuap nasi itu susah
yang ada lebih baik dikasih ke orang yang lebih membutuhkan daripada terbuang
Pada hari keempat, penulis bangun pukul 05.00 WIB, seperti biasanya setelah
bangun dan beres-beres kamar penulis dan teman satu rumah penulis menuju
dapur untuk membantu Bapak angkat memasak dan mencuci piring. Setelah
memcuci piring, penulis beserta teman satu rumah penulis diajak untuk sarapan
pagi bersama mba Nia kakak angkat penulis. Sesudah sarapan, penulis dan teman-
teman / peserta PKB yang lain berkumpul untuk berdiskusi dan menyiapkan
apresiasi untuk malam perpisahan yang diadakan pada pukul 19.00 wib nanti
malam. Penulis dan teman-teman penulis yang lain memikirkan apa yang akan
dan teman-teman yang lain bersepakat untuk bernyanyi 2 lagu gereja yang
penulis beserta teman-teman yang lain bergegas pulang untuk mandi dan sarapan.
Sekitar pukul 13.00 WIB, penulis dan teman satu rumah penulis diajak teman-
teman yang lain untuk latihan apresiasi untuk malam nanti di rumah ketua
lingkungan yaitu Bapak Ari yang juga orang tua angkat Winda dan Mercy. Disitu
penulis dan teman-teman yang lain, latihan dengan penuh semangat karena
terbaik sebelum pada akhirnya penulis dan teman-teman penulis yang lain
kembali ke Bogor.
Sekitar pukul 15.00 WIB, penulis dan teman-teman penulis kembali pulang
untuk bersiap-siap berangkat ke kapel untuk ibadah dan bernyanyi koor gereja
bersama warga sekitar. Penulis awalnya bingung dengan ibadah gereja katolik
dengan di Jawa Tengah, namun ini menjadikan salah satu pelajaran bila suatu saat
membatu menyapu sebentar. Setelah menyapu penulis dan teman satu rumah
penulis diajak untuk malam malam bersama keluarga angkat, sambil bercanda-
Namun pada pukul 19.00 WIB, penulis, teman satu rumah penulis dan
keluarga angkat penulis harus bersiap-siap pergi ke rumah salah satu warga untuk
latihan koor dan acara perpisahan dimana penulis beserta teman-teman yang lain
suatu kebaktian dahulu dan sharing tentang apa yang sudah didapat di dusun
Berokan dan dusun Jarakan baik orang tua angkat maupun anak angkat yang
bersangkutan. Penulis sendiri sharing tentang apa yang sudah penulis dapatkan
selama PKB ini, penulis mendapatkan banyak sekali pengalaman hidup yang
sangat berharga dan penulis pun tentunya tidak lupa untuk mengucapkan terima
kasih banyak kepada ketua lingkungan yaitu Bapak Ari yang juga orang tua
angkat Winda dan Mercy, begitu juga Orang tua angkat penulis yaitu Bapak
Lupakan kami yang disini ya Pak “. Penulis sangat bersedih namun dibalik
peetemuan pasti ada perpisahan. Meskipun penulis bersedih namun harus tetap
semangat karna pertemuan itu tidak berhenti sampai disitu saja pasti suatu saat
nanti penulis bisa bertemu lagi baik orang tua angkat maupun semua warga
didusun Berokan dan dusun Jarakan. Satu per satu orang tua angkat dan teman-
bagi penulis dan teman-teman penulis yang tinggal di dusun Berokan dan dusun
bernyanyi dengan sungguh-sungguh karna ini terakhir kalinya penulis dan temen-
teman penulis bisa bernyanyi bersama. Suasana saat itu sangatlah sedih karena
penulis, teman-teman penulis, warga sekitar, dan semua orang tua angkat sudah
sangat begitu dekat. Setelah selesai acara perpisahan, penulis dan teman-teman
penulis tidak langsung pulang tetapi bermain kartu agar suasana menjadi lebih
semangat dan tidak bersedih-sedih terus. Namun itu tidaklah lama, karna penulis
dan teman-teman yang lain harus segera pulang ke rumah karena sudah larut
malam. Sesampainya dirumah penulis dan teman satu rumah penulis tidak
langsung beristirahat tetapi bersaat teduh dulu seperti biasanya namun sesaat
bersaat teduh ada seekor tikus yang lewat dekat kamar penulis dan teman satu
rumah penulis. Penulis langsung menjerit karna ketakutan dan segera keluar dari
kamar dan mengambil sapu untuk mengusir tikus tersebut. Saat ini keluarga
angkat penulis belum tidur kaena besok ada acara pertunangan antara anak
Kemudian mas Krisna pun membantu penulis untuk mengusir tikus tersebut
namun tidak ketemu juga sampai pada akhirnya kamar pun dibuka agar tikus
membantu Ibu angkat penulis memasak untuk acara besok. Namun karena sudah
pukul 02.00 WIB, orang tua angkat menyuruh penulis dan teman satu rumah
penulis untuk beristirahat sebab besok ada acara dan sudah kecapean. Lalu
2.7.1 Refleksi
Pada hari keempat ini, banyak sekali pengalaman yang penulis dapat.
dusun Jarakan ini. Penulis mendapatkan banyak pengalaman hidup yang sangat
berguna untuk masa depan namun setiap pertemuan pasti ada perpisahan maka
dari itu penulis sangatlah sedih bila harus berpisah dengan keluarga angkat di
magelang, Jawa Tengah. Suatu hal yang luar biasa pernah tinggal di rumah
keluarga Bapak Agustinus Marjinuh karena orangnya sangat baik, ramah, dan
pintar menyanyi. Sementara di Bogor penulis sangat sibuk les pelajaran dan
menjadikan penulis mempunyai waktu yang sangat sedikit untuk berkumpul dan
Hari Kelima tanggal 18 Juli 2010 adalah hari terakhir dan malam terakhir
pelaksaan PKB tahun ajaran 2010/2011. Pagi hari penulis bangun sekitar pukul
05.30 WIB. Walau tidurnya tidak cukup namun harus tetap bantu-bantu keluarga
angkat. Setelah penulis dan teman satu rumah penulis membereskan kamar, lalu
penulis dan teman satu rumah penulis menuju dapur untuk bantu-bantu memasak,
datang.
Setelah membereskan rumah dan rumah sudah tertata rapih, penulis dan teman
satu rumah penulis mengisi waktu luang dengan mengisi sebagian laporan.
Setelah penulis dan teman satu rumah penulis selesai mengisi laporan, penulis dan
teman satu rumah penulis bergegas untuk mandi sebelum tamu-tamu istimewa itu
datang. Tidak lama kemudian para tamu-tamu itu pun datang dan keluarga angkat
Sekitar pukul 12.00 WIB, penulis dan teman satu rumah penulis bermain ke
salah satu rumah teman penulis yang juga peserta PKB sambil menunggu para
tamu-tamu istimewa itu pulang. Kebetulan teman satu rumah penulis ingin
meminjam casan karna pada malam harinya akan dibagikan handphone yang
dikumpulkan sebelum PKB. Namun penulis dan teman satu rumah penulis tidak
mempunyai waktu banyak untuk bermain karena harus pulang kerumah orang tua
angkat karena harus membersihkan piring-piring kotor bekas piring makan para
tamu. Setelah selesai memcuci piring kotor, penulis dan teman satu rumah penulis
diajak ke ruang tamu untuk berkenalan dengan keluarga besar orang tua angkat
mulai dari sepupu hingga kakak kandung dari Ibu angkat. Disitu penulis
berkenalan sambil bercanda-canda dengan keluarga besar orang tua angkat karena
penulis sudah dianggap bagian dari keluarga yang sampai saat ini msih
berhubungan jauh.
Sekitar pukul 14.30 WIB, penulis, teman satu rumah penulis harus bersiap-
siap karena ada misa kecil disalah satu rumah warga yang dimana juga adalah
orang tua angkat dari Matthew dan Patrick. Disana penulis mengikuti dengan
seksama acara misa tersebut dan makan sore bersama. Setelah selesai misa,
bertemu dengan guru-guru di kapel . tepat pada pukul 05.00 WIB, penulis, teman-
teman peserta PKB, dan para orang tua angkat berangkat menuju kapel untuk
Disana penulis dan teman-teman PKB yang lain sebelum memulai acara,
peserta PKB mengumpulkan kuisioner yang sudah di tanda tangan oleh orang tua
dan menerima cinderamata untuk orang tua sesuai dengan pilihan yang ada. Kira-
kira pukul 18.30, Bu Linda memperrsilahkan kepada orang tua angkat peserta
yang hadir untuk memberikan kritik dan saran atau pesan dan kesan kepada
peserta PKB. Setelah itu pengembalian handphone kepada peserta dan kemudian
peserta kembali pulang ke rumah untuk packing dan beristirahat karena keesokan
dahulu sejenak dan berdoa supaya besok kembali ke Bogor dalam keadaan
selamat dan tidak kurang suatu apapun. Setelah selesai bersaat teduh, penulis dan
teman saru rumah penulis beristirahat malam karena besoknya harus bangun pagi-
pagi.
2.8.1 Refleksi
misa kecil hidup itu tidaklah gampang, banyak persoalan, cobaan dan lain
sebagainya namun kita harus tetap percaya sama Tuhan dan selalu berdoa agar
terus dalam perlindungannya. Dan selama ini, saat penulis berada dirumah jarang
sekali membantu orang tua karena sibuk bersekolah dan les Mata Pelajaran.
Namun penulis berjanji akan selalu berusaha membatu orang tua disaat ada waktu
luang dan selalu terus berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk semuanya
dan hidup haruslah semangat dan hadapi cobaan hidup dengan senyuman maka
itu semua akan berjalan dengan mudah tetapi tidak luput dari doa.
Hari kepulangan seluruh peserta PKB ke Bogor pun akhirnya tiba. Sekitar
pukul 05.00 WIB, penulis dan Tryas teman satu rumah yang juga peserta PKB
sudah bangun tidur dan segera bersiap-siap untuk mandi. Sesudah mandi, penulis
dan Tryas bersiap-siap untuk berkumpul di Rumah Bapak Ari untuk ke Paroki
Salam bersama-sama dengan teman-teman yang lain. Namun tidak lupa penulis
dan Tryas memberikan cinderamata dan Orang tua angkat pun tak lupa untuk
Setelah penulis dan Tryas berjalan menuju rumah Bapak Ari, ternyata penulis
dan Tryas ditinggalkan oleh yang lain, lalu penulis dan Tryas diantarkan memakai
motor oleh mas Krisna dan Mas Era kakak angkat penulis. Tetapi sebelum
berangkat penulis dan Tryas ingin berfoto-foto dahulu dengan keluarga angkat
dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agustinus Marjinuh
berangkat menuju Paroki Salam atau Gereja Santa Theresia Salam. Disana
disediakan 5 Bus yang akan membawa seluruh peserta PKB kembali ke Bogor
digereja untuk mengucapkan terima kasih dan menyampaikan pesan serta kesan
dari pihak SMA Budi Mulia Bogor maupun dari Pihak Gereja Paroki Salam yang
sudah menyiapkan tempat untuk melaksanakan PKB SMA Budi Mulia tahun
ajaran 2010/2011 dan tak lupa kata sambutan dari Bruder Alexius Kasta Ginting
berekreasi ke Malioboro dan Candi Borobudur. Para siwa lalu dibebaskan namun
Sekitar pukul 17.30 WIB, seluruh kegiatan berakhir dan saat itu dimulailah
dipersilahkan seluruh siswa untuk makan. Namun banyak sekali yang tidak
perjalanan menuju Bogor pun dilanjutkan tanpa berhenti selama perjalanan. Kami
semua bermalam di bus dan tiba dibogor pada tanggal 20 Juli 2010 sekitar pukul
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
bermanfaat sekali untuk para siswa karena dengan diadakannya PKB ini, para
istiadat, bahasa, suasana yang berbeda dari biasanya. Para siswa juga bisa lebih
memahami arti kehidupan dan belajar menanamkan jiwa solidaritas dan cara
hidup sederhana.
Dari Kegiatan ini banyak sekali pengalaman dan hal-hal baru yang belum
pernah didapatkan sebelumnya. Dengan kegiatan PKB ini pun para siswa belajar
hidup mandiri dan jauh dari orang tua dan jauh dari perkotaan dan tidak banyak
PKB ini pun pasti ada sedikit perubahan dari para siswa menjadi lebih baik dari
Dengan kegiatan PKB pun kita belajar lebih dekat sama Tuhan, takut akan
Tuhan dan melakukan segala perubahan supaya hidup menjadi lebih sempurna.
Kegiatan PKB ini pun sangat bermanfaat bagi para siswa-siswi SMA Budi Mulia
Bogor yang sudah memduduki kelas XII yang sebentar lagi akan mengalami
hidup yang sesungguhnya dan jauh dari orang tua dan dengan kegiatan
membutuhkan orang lain dan belajar untuk hidup sederhana serta apa adanya
sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi yang lebih baik seperti yang
3.2 Kritik
nyaman terlalu sempit sehingga tidak leluasa untuk bergerak dan pengaturan
untuk datang ke rumah keluarga angkat padahal orang tua angkat sudah bersiap-
siap.
3.2 Saran
Saran penulis untuk PKB tahun ajaran 2010/2011 adalah sarana transportasi
dibuat lebih nyaman agar peserta PKB yang akan datang tidak merasakan hal
yang sama. Dan peserta PKB yang akan datang tetap diperkenankan untuk tidak
LEMBAR PENGESAHAN
…………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR
………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI
………………………………………………………………… iv
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………
…………………………………………………………….
………………………………………………………………
………………………………………………………………
1.5 Teknik Pengumpulan Data
……………………………………………………
…………………………………………………
…………………………………………………………
……………………………………………………….
…………………………………………………
……………………………………………
Salam …..
……………………………………………………...
………………………………………………………………
2.4 Hari Pertama
……………………………………………………………
……………………………………………………………..
……………………………………………………………..
…………………………………………………………..
…………………………………………………………….
……………………………………………………………
……………………………………………..
3.1 Kesimpulan
…………………………………………………………………..
3.2 Kritik
…………………………………………………………………………
3.3 Saran
…………………………………………………………………………