‘HISTORISCHE DIVERSITEIT’
Guru pembimbing :
DISUSUN OLEH
i
LEMBAR PENGESAHAN
a. Identitas Siswa
Kelas : X MIPA 2
/088806831020
c. Tentang Sekolah
Tengah
Kepala sekolah
(Bambang Irawan,S.Pd.)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diizinkannya saya menyelesaikan
karya tulis ‘HISTORISCHE DIVERSITEIT’KEBERAGAMAN SEJARAH SALATIGA’ Semoga dengan
ditulisnya karya ini dapat membantu dalam kehidupan kita. Saya juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya atas semua orang yang sudah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini, semoga
berkat yang daripada Tuhan datang dan memberkati kita semua.
Makalah ini dalam rangka mengikuti lomba makalah sejarah salatiga dan semoga dalam
pelaksanaannya acara dpat berlangsung dengan baik, tentram, dan damai. Makalah ini juga bertujuan untuk
mengajak dan meningkatkan minat atas sejarah di Salatiga serta meningkatkan toleransi dan gotong royong
antar masyarakat.
Bagi setiap orang yang sudah membantu saya dalam makalah ini, membimbing dan memberi
saran terhadap kekurangan makalah ini. Setiap orang yang sudah menyemangati saya dalam menuliskan
makalah ini say ucapkan terimakasih. Dalam penulisan makalah ini juga tidak lepas dari bimbingan guru
sejarah yang membantu saya saat mencari inspirasi dan referensi.Bagi setiap orang yang saya wawancarai
saya juga mengucapkan terima kasih Tuhan memberkati.
Saya juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna , karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat saya harapkan. Saya juga meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan atau
perilaku saya yang kurang baik.
Selanjutnya saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
iii
DAFTAR ISI
JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan masalah
3. Uraian Singkat
4. Tujuan
5. Manfaat
6. Metode Penelitian
5. Sejarah Sing
BAB IV KESIMPULAN
1. Kesimpulan
2. Pelestarian Sejarah
DAFTAR PUSAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Semboyan ini merupakan semboyan bangsa Indonesia dan bahkan tertuang pada lambang negara
yakni Garuda Pancasila. Kata tersebut memiliki arti,“Berbeda beda tetapi tetap satu jua”. Semboyan ini
sendiri berasal dari Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit. Kita
patut bersyukur karena keberagaman yang dapat ditemukan di Indonesia dan terutama di Salatiga. Kita
dapat melihat arti dari berbeda tetapi tetap satu yang tercermin jelas di Kota Salatiga, kota ini memiliki
beragam peninggalan dari berbagai macam ras dan golongan, serta memiliki sejarah dan cerita yang
menarik dibaliknya.
Kota Salatiga merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki cerita sejarah yang menarik
dan beragam untuk dibahas. Dari asal-usul kota Salatiga hingga sejarah dan peninggalan -
peninggalannya sangat menyenangkan dan menarik untuk dibahas. Namun sayang sekali walaupun
banyak tempat bersejarah serta peninggalan peninggalannya, masyarakat masih belum mengerti atau
bahkan tidak tahu tentang kejadian sejarah yang ada di baliknya. Bahkan tidak sedikit tempat yang
memiliki nilai sejarah, namun kurang diketahui oleh masyarakat dan tidak sedikit juga peninggalan yang
“KOTA SALATIGA HATI BERIMAN” semboyan Kota Salatiga yang ditetapkan dalam Perda
Kodya Tingkat II Salatiga Nomor 10 Tahun 1993 tentang Penetepan Semboyan Kota Salatiga Hati Beriman.
Dengan menghargai sejarah, sebuah kota akan mampu melestarikan peninggalan dan
mewujudkan kota yang humanis. Kota Salatiga memiliki usia yang relatif tua yaitu 1271 dan akan
menjadi 1272 pada 20 Juli 2021 sehingga tidak mengejutkan bahwa Salatiga memiliki banyak
1
peninggalan sejarah serta tepat untuk dijadikan objek wisata sejarah di Jawa Tengah. Berdasarkan
informasi yang saya baca di Kota Salatiga memiliki sekitar 180-an benda dan bangunan kuno yang masuk
dalam Cagar Budaya, dan sebanyak 40 an dari mereka dinyatakan hilang kebanyakan merupakan
bangunan gaya Belanda yang diganti dengan bangunan baru. Selain itu banyak rumah serta bangunan-
bangunan yang dimiliki oleh masyarakat di rubuhkan atau bahkan ditinggal dan terbengkalai.
Rumusan masalah yang didapat sesuai dengan latar belakang yang dijelaskan adalah:
1. Menjelaskan dan menceritakan tentang sejarah dibalik beragam peninggalan yang terdapat di
Kota Salatiga.
Kesadaran masyarakat akan sejarah Salatiga serat peninggalan peninggalannya saat ini masih
kurang. Dalam karya tulis ini menjelaskan tentang sejarah dan cerita yang ada dibalik banyaknya
peninggalan di Salatiga serta kebhinekaan peninggalan dan sejarah yang ada di Salatiga dan juga apa
yang terjadi dengan bangunan bangunan, tugu , serta peninggalan lainnya yang terletak di Kota Salatiga.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penulisan karya tulis sejarah ini adalah untuk menjelaskan dan menguraikan kejadian
sejarah di masa lalu yang berhubungan dengan peninggalan peninggalan. Tujuan lain dari kerya tulis ini
adalah meningkatkan minat akan sejarah dan menyadarkan masyarakat menjaga peninggalan dan
bangunan yang memiliki nilai sejarah serta menjaga kesatuan dan gotong royong antar masyarakat di
kota Salatiga.
1.5 Manfaat
bersejarah
2
● Meningkatkan minat, dalam mempelajari sejarah terutama tentang Kota Salatiga.
Metode penelitian menggunakan metode historis. Metode penelitian historis sendiri merupakan
metode penelitian yang meliputi pengumpulan data dan penafsiran gejala peristiwa yang timbul dimasa lalu
yang menggambarkan secara kritis seluruh kebenaran kejadian atau fakta untuk membantu mengetahui apa
yang harus dikerjakan dimasa datang. Metode historis ini menghumpulkan data dari bacaan litertur, studi
dokumentasi, artikel, buku, serta bacaan lainnya yang dapat mendukung dalam penelitian.
mendeteksi tingkat kaitan variasi-variasi yang ada dalam suatu faktor dengan variasi-variasi dalam faktor yang
Metode penelitian menggunakan metode studi kasus, studi kasus merupakan Berbagai metode
pengumpulan dan analisis data digunakan tetapi ini biasanya mencakup observasi dan wawancara dan
mungkin melibatkan konsultasi dengan orang lain. Metode ini memiliki fokus yang sangat sempit yang
menghasilkan data deskriptif terperinci yang unik untuk kasus yang dipelajari.
Saya menulis karya ini dengan menggunakan ketiga metidui tersebut dan dengan meyusuri jalan jalan
di Kota Salatiga serta datang dan mengunjungi tempat tempat bersejarah di Kota Salatiga.
3
BAB II
Peninggalan yang dapat ditemukan di Salatiga sangat beragam , dikarenakan usianya yang
mungkin cukup tua. Selain itu Salatiga juga menjadi tempat yang ideal sebagai tempat bersinggah
dikarenakan keadaan alamnya yang nyaman. Peninggalan di Salatiga dapat dibagi menjadi beberapa
peninggalan diantaranya :
3. Peninggalan pengaruh budaya Tionghoa berupa klenteng dan bangunan bernuansa cina.
4. Peninggalan zaman pengaruh budaya Barat berupa bangunan kantor, rumah tinggal, sekolah,
Pada zaman pengaruh Hindu agama Hindu juga tersebar luas di salatiga, dan peninggalannya ada
terdapat hingga sekarang, peninggalan yang didapat biasanya berupa patung dewa, prasasti dan fragm.
Pada masa itu Salatiga merupakan tanah perdikan, tanah perdikan adalah daerah
milik suatu kerajaaan yang dibebaskan dari pajak dan upeti namun memiliki
kekhususan tertentu dan harus digunakan sesuai dengan kekhususan tersebut, seperti
yang dituliskan pada Prasasti Plumpungan. Prasasti Plumpungan juga menjadi salah
Selain peninggalan prasejarah dan hindu di Salatiga juga terdapat peninggalan pada zaman
diketahui sejarahnya, namun ada pula masjid yang kurang diketahui latar
4
belakang sejarahnya dan hanya bersumber dari cerita rakyat setempat. Salah satu contoh peninggalan
pada masa pengaruh Islam adalah masjid tertua dan menjadi cikal bakal penyebaran agama Islam di
Keragaman budaya dan peninggalan yang ada di Salatiga tidak hanya itu saja , peninggalan
berbudaya Tionghoa juga banyak ditemukan di Salatiga, apalagi populasi masyarakat etnis Tionghoa
yang tidak sedikit yaitu sekitar 10.514 pada tahun 1990 dan terus bertambah hingga saat ini. Budaya
Tionghoa dapat dilihat jelas saat kita menyusuri Jalan Sukowati yang
oleh waktu dan diskriminasi kaum pribumi yang dilakukan oleh orang Belanda
pada waktu itu, masyarakat Tionghoa merupakan salah satu masyarakat yang
ditaruh di tengah kota sehingga banyak peninggalan peninggalan budaya Tionghoa yang terletak di tengah
kota. Selain itu terdapat rumah serta bangunan bernuansa cina di banyak tempat di Salatiga.
Peninggalan pada zaman masuknya budaya barat merupakan peninggalan yang paling banyak
ditemukan di Kota Salatiga. Selain karena waktu yang sangat lama, pihak Belanda sendiri juga
memfokuskan pada pembangunan di Kota Salatiga, khususnya sebagai tempat untuk tinggal orang orang
Belanda. Kota Salatiga merupakan salah satu kota yang memiliki peninggalan dari masa kolonial Belanda
terbanyak. Dikarenakan Kota Salatiga dibangun oleh Belanda sebagai pemukiman sehingga tatanan Kota
Salatiga sendiri memiliki jalan yang lebar dan pohon yang tertata rapi di jalan karena kebiasaan orang
Belanda juga membangun kebanyakan gereja yang ada di Salatiga dan dipakai
5
hingga saat ini. Banyak gereja - gereja di Salatiga yang memiliki bentuk dan style yang mirip seperti
Dahulu terdapat seorang raja bernama Ki Ageng Pandan Arang. Ia raja yang tidak memedulikan
rakyatnya dan hanya memuaskan dirinya dengan menarik pajak yang berlebihan. Suatu hari datanglah
seorang tukang rumput yang membawa gerobak, ia ditawar rumputnya oleh Ki Ageng Pandanaran namun
menolakny berulang kali sehingga Ki Ageng Pandanaran marah. Akhirnya tukang rumput menampilkan
dirinya berubah menjadi Sunan Kalijaga. Akhirnya Ki Ageng Pandanaran meminta maaf dan bersujud
pada Sunan Klijaga. Akhirnya,Sunan Kalijaga memaafkannya, tetapi dengan syarat Ki Ageng harus
meninggalkan seluruh hartanya dan mengikuti Sunan Kalijaga pergi mengembara. Tak disangka istri Ki Ageng
Pandanaran melanggar , ia membawa harta perhiasan di dalam tongkat yang dibawanya dan mereka didatangi
oleh perampok dan Sunan kalijaga menyuruh mereka mengambil tongkat milik istri Ki Ageng Pandanaran.
Lalu Sunan Kalijaga berkata ,”Aku akan menamakan tempat ini Salatiga karena kalian telah membuat tiga
kesalahan". Pertama, kalian sangat kikir. Kedua kalian sombong. Ketiga kalian telah menyengsarakan rakyat.
Semoga tempat ini menjadi tempat yang baik dan ramai nantinya., dan sesuai prediksinnya salatiga menjadi
Saat masa kolonial belanda pada tahun 1901 Salatiga merupakan satu afdeling dengan Kabupaten
semarang namun setelah 1901 Salatiga lepas dan menjadi afdeling. Afdeling merupakan sebuah tingkat
administrasi yang jika diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda yang jika dibandingkan dengan
sekarang setara dengan kabupaten,secara harfiah afdeling memiliki arti pembagian atau divisi. Selisih 2
tahun kemudian barulah Salatiga menjadi Kota Administratif di bawah asisten residen. Tahun tahun
setelahnya tepatnya pada 1 Juli 1997 Kota Salatiga resmi didirikan oleh pemerintah kolonial sebagai
Staats Gemeente Salatiga. Lalu pada tahun 1926 pangkat Kota Salatiga naik lagi menjadi Gemeente. Gemeente
sendiri secara harfiah memiliki arti pemerintahan dan Staats memiliki arti kota sehingga pada masa itu Salatiga
menjadi kota pemerintahan, jika diartikan ke masa kini Gemeente itu sama dengan “kotamadya”. Maksud
dijadikannya Salatiga sebagai kotamadya sendiri adalah untuk pemukiman bagi para pengusaha dan pemilik
6
kebun yang berada di Kabupaten Semarang. Sehingga para orang yang memiliki jabatan tinggi di perkebunan
bermukim di Salatiga yang sejuk dan bersih. Orang belanda bahkan menjuluki kota Salatiga sebagai “ De
Schoonste stad Van Midden Java” atau kota terbersih dan sejuk di Jawa tengah.
BAB III
PEMBAHASAN
Sesuai dengan yang sudah dijelaskan di bab 2, peninggalan dibagi menjadi 4 yaitu Hindu,
Tionghoa, Islam dan Barat dan setiap peninggalan memiliki bentuk dan struktur yang berbeda. Selain itu
peninggalan yang ditemukan di Salatiga kebanyakan merupakan bangunan peninggalan Belanda dan hasil
akulturasi antara budaya lokal dengan budaya Belanda. Tidak hanya karena lama waktu masa
kolonialisme namun dapat dilihat minat orang Belanda yang menyebut Kota Salatiga merupakan kota
terbersih dan dapat dilihat peninggalan bangunan bergaya Belanda di Salatiga yang sangat banyak.
Tidak hanya peninggalan Belanda terdapat peninggalan dengan gaya budaya Tionghoa yang
dapat ditemukan di beberapa tempat di Salatiga. Cirinya adalah bentuk atap yang memiliki pelana atau
jendela rumah yang bernuansa Tionghoa .Biasanya berbentuk kelenteng ataupun bangunan bangunan
Jika dibandingkan dengan peninggalan Belanda dan budaya Tionghoa peninggalan peninggalan
pada masa pengaruh Hindu lebih bervariasi dan bentuknya tidak berupa tempat dan bangunan namun juga
terdapat prasasti serta arca-arca. Tidak hanya itu ada terdapat sendang atau kolam yang bahkan masih
digunakan hingga saat ini. Jika dibandingkan dengan peninggalan gaya lainnya peninggalan bergaya
Hindu sudah tidak terlalu banyak tersisa karena waktunya yang sudah sangat lampau.
Selain Barat, Tionghoa, dan Hindu ada terdapat peninggalan Islam. Peninggalan Islam di Kota
Salatiga banyak berupa masjid dan kuburan. Seperti peninggalan Hindu peninggalan Islam tidak terlalu
banyak di Salatiga karena keberadaan Islam di masa lalu Kota Salatiga tidak terlalu banyak. Bahkan
7
masjid pertama yang didirikan di Salatiga baru didirikan Setelah pemerintahan Belanda masuk ke
Dari banyaknya peninggalan kita harus bangga akan keberagaman dan toleransi yang ada di Kota
Salatiga dan memeliharanya. Karena semakin beragam kebudayaan seharusnya kita juga semakin kuat
dan bukannya membeda bedakan, namun saling toleransi dan bersatu membentuk Kota Salatiga.
Peninggalan peninggalan terdapat di seluruh kecamatan di Salatiga dan sebagian besar di bagian
Jalan Diponegoro dari Kota Salatiga. Namun hanya akan dibahas beberapa banguna yang mencerminkan
masing masing kebudayaaan, dan menjadi simbol dari toleransi budaya dan agama di Kota Salatiga.
Prasasti Plumpungan
Peninggalan yang akan dibahas merupakan peninggalan kerajaan Mataram hindu yang terletak di
Jalan Patimura nomor 35, Salatiga. Peninggalan ini merupakan Prasasti Plumpungan atau Prasasti
Hampra yang menjadi cikal bakal dari terbentuknya daerah perdika Kota Salatiga.
Salatiga. Prasasti ini ditulis diatas batu andesit berukuran 170 cm dan
8
menjaganya. Didekat bangunan Prasasti Plumpungan juga terdapat peninggalan peninggalan lain yang
Sejarah dari Prasasti Plumpungan merupakan salah satu dari peninggalam Mataram Kuno
(Hindu), Wangsa Sailendra, dan kejadian ini terjadi pada masa kepemimpinan Bhanu 752 -775M (masih
dicari tahu kebenarannya). Sebelum kita membahas tentang Prasasti Plumpungan sendiri kita perlu
kembali mengenal Wangsa Sailendra dan juga Bhanu yang merupakan penulis dari Prasasti Plumpungan
tersebut. Wangsa Sailendra merupakan dinasti raja raja yang merupakan turunan dari Kerajaan Sriwijaya.
Sebagian besar dari peninggalan Wangsa Sailendra ini terletak di Jawa Tengah, termasuk Candi
Prambanan, Candi Borobudur, dan Candi Kalasan merupakan peninggalan dari kerajaan yang berada
dibawah Wangsa Sailendra. Wangsa Sailendra ini merupakan wangsa yang bersaing dengan Wangsa
Sanjaya yang merupakan penganut agama Hindu yang menyembah Dewa Siwa. Namun mengenai
persaingan kedua wangsa tidak diketahui secara pasti. Menurut beberapa ahli sejarah dulu Wangsa
Sanjaya yang merupakan bagian dari Wangsa Sailendra, ini merupakan alasan mengapa peninggalan
Wangsa Sailendra banyak berupa peninggalan Agama Hindu (temasuk Prasasti Plumpungan) padahal
Wangsa Sailendra merupakan penganut agama Buddha beraliran Mahayana. Namun ada juga yang
menolak dan berpendapat bahwa Wangsa Sanjaya tidak pernah ada melainkan pada zaman dulu Wangsa
Sailendra juga menganut agama Hindu namun setelah itu berganti menganut agama Buddha.
Asal usul dari Wangsa Sailendra sendiri juga masih diperdebatkan, ada beberapa teori yang
timbul untuk menjelaskan Wangsa Sailendra, yaitu teori funan, teori india, dan teori nusantara. Teori
tentang keruntuhan Wangsa Sailendra sendiri juga masih diperdebatkan, namun banyak sejarawan seperti
Dr. Bosch dan Munoz mempercayai bahwa Wangsa Sailendra terusir terhadap perkembangan Wangsa
Sanjaya. Dimulai dari perekonomian yang kian memburuk serta perbedaan kepercayaan, akhirnya
tejadilah perpecahan dan penyerangan sehingga Wangsa Sailendra berakhir terusir ke Sumatera
sedangkan Wangsa Sanjaya berkuasa. Terusirnya Wangsa Sailendra ke Sumatera juga merupakan akhir
dari pemerintahan Sailendra, Sailendra sendiri berkuasa sejak 650 M hingga 850 M.
9
Bhanu sendiri merupakan seorang pemimpin dari Wangsa Sailendra, namun ia bukan merupakan
raja melainkan salah satu petinggi, dibuktikan dengan penulisan Prasasti Plumpungan yang tidak
menyebut Bhanu sebagai raja. Ia merupakan seorang pemimpin yang menulis Prasasti Plumpungan, ia
daerah yang dibebaskan dari pajak karena adanya kekhususan tertentu. Bhanu tidak ditulis sebagai raja
namun mungkin menjabat sebagai pejabat dan berada dibawah Pemerintahan Sanjaya yang merupakan
raja kerajaan Medang pada Masa itu. Tidak ada yang mengerti lama pemerintahan Bhanu, ada teori
populer yang menyebut bahwaBhanu sendiri menjabat sebagai pemimpin pada tahun 752-775 M. Namun
alasan tersebut tidak cukup kuat dikarenakan anggapan tersebut merupakan anggapan bahwa Bhanu
memerintah mulai setelah penulisan Plumpungan, tidak ada yang tahu sebelumya, selain itu Maharaja
Wisnu yang dipercaya sebagai penerus dari kepemerintahan Bhanu, namun juga tidak ada bukti yang
Prasasti Plumpungan merupakan prasasti yang ditulis pada tahun 752 M dan penulisnya
merupakan Bhanu, bukti tersebut dapat dilihat dari isi tulisan dari Prasasti Plumpungan. Prasasti
//Srir = astu swasti prajabyah sakakalatita 672/4/31/ (Semoga bahagia ! Selamatlah rakyat sekalian !
Tahun Saka telah berjalan 672/4/31 (24 Juli 760 M) pada hari Jumat
//dharmmartham ksetradanam yad = udayajananam yo dadatisabhaktya (Dari dia, demi agama untuk
kebaktian kepada yang Maha Tinggi, telah menganugerahkan sebidang tanah atau taman, agar
10
hampragramam triaramyamahitam = anumatam siddhadewyasca tasyah (yaitu Desa Hampra yang
terletak di wilayah Trigramyama dengan persetujuan dari Siddhdewi (Sang Dewi yang Sempurna atau
tasyaitad = bhanunamno bhuwi bhatu yaso jiwitamcatwa nityam (dari dia yang bernama Bhanu. (Dan
mereka) dengan bangunan suci atau candi ini. Selalu menemukan hidup abadi)
Intisari dari tulisan pada Prasasti Plumpungan ini merupakan dimerdekakannya daerah
Trigramyama menjadi daerah perdikan atau bebas pajak. “Dulu banyak juga para anggota kerajaan
yang menyukai daerah Salatiga ini, Salatiga dijadikan tempat peristirahatan saat pergi dari daerah
yang jauh, karena kesejukan dari Kota Salatiga. Sehingga akhirnya Salatiga dikhususkan menjadi
daerah perdikan oleh para pemerintah kerajaan pada zaman itu”, ucap Pak Suwarno.
Di gedung yang ada di dekat Prasasti Plumpungan yang merupakan Museum Saltiga tersimpan
pecahan pecahan batu yang ditemukan di sekitar Salatiga. Ada terdapat yoni serta arca arca dewa
yang ditempatkan di sana. “ Dewa yang terdapat di arca say juga tidak terlalu
pasti, namun jika pecahan ini disusun akan membentuk candi hindu seperti
Candi Prambanan, juga dapat dipastikan bahwa dulu di Salatiga ada candi,
dengan bukti puncak candi yang ditaruh didepan museum. Selain itu terdapat
lingga yoni sendiri merupakan lambang kesuburan yang berarti laki laki yang
bersatu dengan wanita dan menghasilkan benih kesuburan. Biasanya lingga yoni
Batik Plumpungan juga terinspirasi dari Prasasti Plumpungan. Terispirasi dari bentuk batu besar
dan kecil yang ada di Prasasti Plumpungan, batik ini memiliki komponen batu besar dan kecil
11
membentuk lonjong yang menjadi satu kesatuan. Seiring berkembangnya jaman, batik ini
berkembang dan menjadi seragam PNS di Salatiga, batik ini juga sekarang memiliki berbagai motif.
Kota toleransi Salatiga ternyata sudah dimulai sejak zaman pengaruh Hindu dan Buddha.
tersendiri yang sudah ada sejak zaman nenek moyang kita di Salatiga. Tidaklah mudah untuk
menjalankan pemerintahan dengan baik walaupun ada 2 agama yang berbeda , bahkan Salatiga
merupakan kota pertama yang walaupun terdapat 2 kepercayaan yang saling bertentangan,
pemerintahan tetap berjalan lancar serta asri di Kota Salatiga. “Iya memang sejak dulu nenek moyang
kita di Kota Salatiga memiliki toleransi beragama yang tinggi.” Ungkap Pak Suwarno selaku penjaga
dari peninggalan Prasasti Plumpungan. Toleransi itu penting, bahkan sejak zaman dulu itu sudah
kolonial Belanda. Terletak di Jalan Diponegoro 90 Salatiga, Istana ini sudah dilakukan pemugaran
sehingga tidak terlalu terlihat bentuk asli dari bangunan ini, namun dulu ini merupakan bangunan yang
12
dipertahankan , sehingga nuansa dari bangunan bercorak Tionghoa itu masih terasa. Tiang taman yang
tinggi dan sangat menunjukan bahwa itu merupakan bangunan Tionghoa dengan cat yang bewarna merah
dan emas.
Di arsip sejarah dan cerita pengurus Rumah Khalwat tersebut, Kwik Djoen Eng
sendiri merupakan seorang pebisnis yang bergerak di bidang impor dan ekspor hasil
bumi, N.V Kwik Hoo Tong Handel Maatschappij. Ia bahkan memiliki cabang di dalam
dan luar Indonesia serta merupakan salah satu firma terbesar di Hindia Belanda.
dimilikinya sebesar 12 Ha dan dahulu terdapat kolam, kebun, gedung, hingga lapangan
tenis, terdpat tiang tiang pergola ditaman yang berwarna merah dan emas menunjukan
keberuntungan dan kesucian, di ujung tiang pergola terdapat logo yang menggambarkan
nama Kwik Djoen Eng. Selain itu semua juga terdapat gazebo dengan nuansa Tionghoa yang dibangun untuk
tempat beristirahat setelah bermain tenis. Gedung itu selesai dibangun 13 tahun kemudia yakni tahun 1925, dan
Sejarah antara tahun 1925-1940 kurang diketahui tentang bangunan ini namun, akibat krisis eknomi
Kwik Djoen Eng bangkrut, sehingga ‘istana’ tersebut disita oleh De Javasche Bank (sekarang BI). Setelah
disita gedung tersebut kosong dan tak berpenghuni. Di katakan bahwa Kwik Djoen Eng sendiri dikatakan
meninggal saat ke tanah leluhur dan keluarganya berpencar, namun itu hanya asumsi dan tidak ada kepastian
Mei 1940 bangunan, tanah, dan seluruh kompleks milik Djoen Eng tersebut dipinjam oleh Gubernur
Hindia Belanda dan digunakan sebagai kamp tawanan, lalu saat Jepang datang pada tahun 1942 gedung
tersebut menjadi kamp interniran bangsa Belanda, ada sekitar 170 orang. Selanjutnya setelah kemerdekaan
pada tahun 1945 gedung tersebut beberapa lama menjadi markas polisi tentara indonesia dan dijadikan tangsi
Pada bulan April 1940 FIC atau Fratrum Imaculatae Conceptionis mendesak keuskupan semarang
untuk membeli gedung tersebut dengan harga rendah di Javasche Bank, walaupun belum tahu akan
13
digunakan sebagai tempat apa. Bangunan tersebut sudah dibeli oleh FIC namun baruditempati oleh FIC
pada tahun 1949 karena gedung dipinjam dan dipakai oleh pemerintah. Bagian depan gedung dipakai
sebagai tempat menetap para bruder dan bagian belakang dipakai sebagai SMP hingga tahun 1974.
Bagian utama dari gedung tersebut dijadikan asrama untuk anak sekolah SMP, walaupun struktur dari
bangunan itu memang tidak cocok untuk sekolah. Keadaannya yang menyedihkan menyebabkan gedung
itu tidak cocok menjadi bangunan SMP baru pada tahun 1968 Institut Roncalli lahir dan pipmpinan FIC
menyediakan gedung tersebut untuk Institut Roncalli serta melakukan renovasi agar lebih nampak sesuai
Bangunan yang semula megah dan serba mewah di renovasi menjadi lebih praktis dan terlihat
sebagai bangunan institut. Menara- menara dan kubahnya dibongkar, dan lantai kedua menjadi kamar
kursus shingga kompleks tersebut menjadi lebih praktis dan tidak terlalu mewah namun dengan tetap
mempertahankan bentuk aslinya. Renovasi tersebut dilakukan pada tahun 1975 dan selesai pada tahun
1990, serta pada thaun 1983 dibangun rumah doa. Tanah yang awalnya 12 ha sekarang hanya 3,5 ha, pada
1975 dibangunlah gedung SMP Pangufi Lugur pada bagian selatan kompleks, dan pada tahun 1976 6 ha
tanah diluar pagar diambil alih oleh pemerintah dan dijadikan jalan serta infrastruktur lain. Sebagian
kebun kopi dibanugn bangunan – bangunan seperti gedung postulat, gedung Grave, dan pada tahun 1995
dikumpulkan di gedung FIC untuk berembuk ,menggali akar dari semangat Konsili
Vatikan 2 dan akhirnya nama Institut Roncalli pun diambil sebagai nama institut
tersebut pada tahun 1968. Roncalli diambil dari nama keluarga Alm. Paus Yohanes
XXIII, yang nama aslinya Angelo Guiseppe Roncalli yaitu tokoh dalam gerakan
Br. Carlo Hillenaar pada tahun 1968. Nama Institut Roncali digantu menjadi Rumah Khalwat Roncalli
pada Juli 2009 karena urusan pajak. Hingga sekarang Rumah Khalwat Roncali orang yang pernah
mengikuti program Rumah Khalwat Roncalli ada lebih dari 11.085 orang.
14
3.2.3 Peninggalan Pada Zaman Pengaruh Budaya Islam
Masjid Damarjati
Masjid pertama dan tertua di kota Salatiga ini merupakan masjid yang
Keadaan masjid sudah terlihat sangat berbeda karena sudah berusia lebih dari
180 tahun. Hingga sekarang sudah dilakukan 2 kali pemugaran. Yang pertama
kali dilakukan pada tahun 1987 dan yang kedua pada tahun 2007 lalu. Dikutip
dari laman Tribunnews, Wijayanto, “Masjid Damarjati, Berdiri Sejak 1826 dan Jadi Cikal Bakal Penyebaran
Islam di Kota Salatiga”jateng.tribunnews.com 10/5/2019, 20/2/2021 Masjid Damarjati ini sudah dirombak dan
bentuk aslinya sudah tidak terlihat lagi, dan peninggalan yang tersisa hanyalah tinggal kayu kerangka
bedugnya.
Masjid ini dibangun setahun setelah dimulainya Perang Diponegoro, yakni tahun 1826 oleh Kyai
Ronosetiko dan dibantu oleh Kyai Damarjati. Tidak banyak cerita yang tertulis mengenai masjid ini namun
dari tutr kata masyarakat setempat masjid ini dibangun agar dapat mengalahkan Belanda sekaligus menybarkan
agama Islam di Salatiga. Perang Diponegoro sendiri merupakan perang yang terjadi di Pulau Jawa dan
berlangsung dari tahun 1825 hingga 1830. Bermula dari Belanda yang membangun jalan diatas makan orantua
Pangeran Diponegoro, Ia pun akhirnya menyatakan perang walaupun akhirnya tertangkap oleh pihak Belanda.
Perang ini juga merupakan perang yang paling banyak memakan biaya, hampir 20 juta gulden. Bersumber dari
gulden di masa itu adalah 480 duiten dan 1 gulden jika dikonversikan ke
masa kini mencapai 74.500 rupiah, sehingga dana yang dibutuhkan pada
masjid “didirikan pada tahun 1826 M oleh Kyai Ronosetiko dibantu Kyai
15
diponegoro yang ditugaskan ke Salatiga untuk menjadi mata mata. Kyai Damarjati atau dulu bernama Kyai
Sirojudin dan Kyai Ronosetiko mendirikan kampung Krajan dan Babat alas agar tidak dicurigai sebagai mata –
mata.
Ia mendirikan langgar atau seperti mushola mengingat dirinya yang merupakan ulama dan digunakan
sebagai tempat ibadah dan tempat multi fungsi, bisa dijadikan tempat untuk melakukan segala aktivitas
termasuk merencanakan strategi untuk penyerangan. Kyai Sirojudin mengubah namanya menjadi Kyai
Damarjati dikarenakan dirinya dan Kyai Ronosetiko merupakan buruan para tentara Belanda. Langgar itu
dibangunnya di lahan seluas 6 x 6 meter dan setelahnya dibangun menjadi masjid. Sejak saat itu penyebaran
agama Islam berkembang pesat di Salatiga. Kyai Ronosetiko sahabat Kyai Damarjati sendiri juga mendirikan
Kembali ke Masjid Damarjati, masjid ini sudah tidak berbentuk seperti bentuk aslinya, masjid ini
sudah dilakukan pemugaran 2 kali hingga menjadi seperti sekarang. Bedug merupakan satu satunya benda
yang masih menjadi peninggalan hingga sekarang, itupun kulitnya tambunnya sudah diganti jadi hanya rangka
kayunya yang masih digunakan hingga sekarang. Karena bentuk asli dari masjid ini kurang terlihat sehingga
masjid ini juga tidak terdaftar di BCB. Bangunan tersebut tetap memiliki sejarah yang menjadi peninggalan
non fisik yang kita turunkan dan kita pelajari. Peninggalan tidak hanya berupa benda fisik namun juga cerita
sejarah harus kita hargai dan lestarikan, selain sebagai bentuk penghormatan dengan mempelajari kesalahan
yang ada di masa lalu dapat mengurangi kesalahan yang terjadi di masa kini dan masa depan.
M a k a m i n i t e r
Salatiga. Sebagai penghormatan atas jasanya tersebut dibuatnyalah oleh warga Makam Kyai Damarjati dan
16
Banyak warga yang datang dalam rangka berziarah atau melakukan ngalap berkah dari Tuhan. Ngalap
sendiri merupakan perbuatan seseorang yang dipercaya olehnya dapat menjadikan berkah untuknya, termasuk
berdoa atau berbuat baik. Dipercaya oleh warga bahwa tempat makam Kyai Damarjati merupakan tempat yang
mujarab saat berdoa memanjatkan keinginan. Masyarakat sejak dulu hingga sekarang memang sudah
Ada banyak bangunan di Salatiga yang dari banyak bangunannya masih memiliki bentuk arsitektur
baroque dan gotic Belanda, khusunya ada di sepanjang Jalan Toentangscheweg, karena pada daerah tersebut
(sekarang Jalan Diponegoro) merupakan bagian kota dan merupakan kawasan elite dimana hanya orang orang
yang berasal dari eropa atau orang pribumi yang benar benar kaya saja yang dapat tinggal disana, itu juga
alasan mengapa banyak bangunan megah bernuansa belanda di Jalan Diponegoro Salatiga. Namun sekarang
yang akan kita bahas bukan daerah tersebut melainkan salah satu gereja tertua di Salatiga dan di Jawa Tengah
Sebelum membahas mengenai Salib Putih sendiri kita harus memulai dari pendiri salib putih. Pendiri
Sallib putih merupakan pasangan berbeda kebudayaan bernama Adeolph Theodoore Jacobus van Emmerik
berkebangsaan Belanda dan istrinnya bernama Alice Cornelia Cleverly yang berasal dari Inggris.
dan lahir pada tahun 1858, sejak kecil ia tinggal di Hindia Belanda (Indonesia) dan ia
bekerja di pemerintahan sebagai Amtenar atau pegawai negeri sipil pemerintah Hindia
ke Hindia Belanda bersama istrinya karena mendapat tugas dari Leger Des Heils atau
Alice Cornelia Cleverly istri dari Adolph yang berkebangsaan Inggris, lahir pada
17
tugas misionaris suaminya serta melanjutkan pekerjaan suaminya selama 18 tahun setelah suaminya
meninggal.
Di Hindia Belanda, Adolph ditugaskan di Salatiga dan menempati rumah dinas yang sekarang menjadi
SMK Kristen Salatiga di Prinsenlaan atau sekarang disebut Jalan Tentara Pelajar. Ia memiliki 6 orang anak
yakni Trisna, Harap, Pitados, Santoso, Palimirma, dan Lestari. Alice juga memiliki adik yang ikut membantu
Salib Putih sendiri berawal dari meletusnya Gunung Kelud pada tahun 1901. Menurut jurnal “Sejarah
Salib Putih” dari YSKSP (Yayasan Sosial Kristen Salib Putih) ada lebih dari 300 orang yang berasal dari desa
di sekita Gunung Kelud berkumpul di alun alun Kota Salatiga (sekarang menjadi Lapangan Pancasila). Adolph
dan Alice tergerak untuk memberikan penolongan kepada para pengungsi tersebut.
SMK Kristen Salatiga, namun rumah tersebut kurang luas karena pengungsi yang
banyak, jadi Adolph meminta pada pemerintah Hindia Belanda untuk memberikan
lahan. Akhirnya dibantu para pengungsi ia membuka lahan dan mendirikan barak untuk tinggal para
Awal berdirinya Salib Putih dimulai dari sini, nama Salib Putih
sendiri berasal dari nama perkumpulan (komsel) yang didirkan oleh keluarga
Adolph yakni Witte Kruis Kolonie (WKK). Dibangun pada tahun 1902,
terlihat pada tugu peringatan 50 tahun, bangunan ini menggunakan kayu jati
bertambah luas karena pemberian dari seseorang dan pembelian tanah oleh keluarga Emmerik. Pada tahun
1912 dan 1933 didirikan pelayanan yang sama di Sulawesi dan Jawa Barat yakni di desa Kalawara Na Puti di
Palu dan desa Kaleksanan Karangnunggal Tasikmala. Sebagian orang dari WKK dipindahkan dan
18
P a k A d i s e l a k u p
dan masyarakat.
Kesehatan, bangunan Panti Wredha dan Panti Asuhan, bangunan gereja, ada juga
rumah pastoral yang sudah ditinggalkan dan gudang yang dipakai hingga sekarang.
Beberapa bangunan seperti ruang makan pada waktu dulu, gudang, dan ruang
setrapan (ruang yang dipakai untuk menghukum anak atau orang yang nakal), dialih fungskan menjadi rumah
B a n g u n a n p a n
ruang makan lama, setrapan, ditambah sehingga bangunan agak berbeda dari yang
lama. Bangunan gereja sendiri masih terawat dan berdiri kokoh walaupun sudah
ratusan tahun, ada sedikit pemugaran namun hanya sedikit dan sama sekali tidak
mengubah bentuk aslinya, ada tambahan tugu peringatan 50 tahun di depan bangunan
Istrinya Alice hingga tahun 1942, alice pun ditangkap oleh tentara
dilanjutkan oleh orang orang yang sudah dilayani dan dibantu oleh Adolph dan Alice yayasan yang awalnya
bernama Vereniging den Witte Kruis Kolonie berkembang dan menjadi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih.
19
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari penelitian sejarah yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa peninggalan di Salatiga ada 4 jenis
dan yang paling banyak merupakan peninggalan Belanda dalam bentuk bangunan. Selain itu keberagaman
bangunan sangat bisa dilihat pada peninggalan di Salatiga, setiap tempat setiap peninggalan memiliki sejarah
yang menarik dibaliknya.. Peninggalan sendiri di Salatiga sangat beragam dan juga sangat berpengaruh bagi
Dari sekitar 180 peninggalan yang ada di Salatiga 40 dinyatakan hilang dan banyak dari sisanya yang
dalam kondisi yang kurang baik. Kita sebagai masyarakat dan pemuda Salatiga sudah seharusnya melestarikan
tidak hanya peninggalannya saja namun juga cerita dan sejarah dibaliknya. Selain itu kita juga harus
❏ Melestarikan benda bersejarah agar tidak rusak, baik oleh faktor alam atau buatan
❏ Tidak mencoret-coret benda peninggalan bersejarah
❏ Turut menjaga kebersihan dan keutuhan
❏ Wajib menaati peraturan pemerintah dan tata tertib yang berlaku
❏ Mempelajari sejarah dibalik peninggalan
❏ Ikut bergerak dalam usaha pelestarian sejarah
Misal kita dapat melakukan inovasi seperti langkah untuk menjaga cagar budaya atau bahkan dalam
penulisan karya tulis juga merupakan sarana dalam pelestarian sejarah Kota Salatiga.
Kota Salatiga, bahkan hingga sekarang masih sangat mencerminkan kebhinnekaan. Peninggalan dari
berbagai masa, latar belakang dan kepercayaan yang berbeda-beda di Salatiga harusnya bukan merupakan
halangan, tapi merupakan batu loncatan untuk Salatiga yang lebih maju. Kota penuh perbedaan namun tetap
bisa bersatu menjalankan pemerintahan, kita harus melanjutkan apa yang diturunkan oleh nenek moyang dan
meningkatkan kualitas dari Kota Salatiga. Melalui sejarah kita dapat melihat masa depan, dengan mempelajari
sejarah kita bisa membangun Kota Salatiga dengan lebih baik di masa depan. HISTORISCHE DIVERSITEIT.
Keberagaman sejarah ini merupakan anugerah dan harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi kita semua
20
DAFTAR PUSAKA
rum Sutrisni Putri,"Upaya Pelestarian Peninggalan Lintasan Sejarah. Salatiga: Dinas Pariwisata, Seni,
Nafiul Haris,”Kisah Heroik Kiai Sirojudin, Pendiri Dr. Sumijati Atmosudiro, Jawa Tengah Sebuah
“Prasasti Plumpungan” Wikipedia.org 20/02/2021 Yayasan Sejarah Salib Putih ,”Booklet Sejarah
“Gereja Kristen Jawa Salib Putih” Wikipedia.org Yayasan Salib Putih” (2019)
12/02/2018 , 20/02/2021
Sinar Hidoep.