Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEBERAGAMAN PERSPEKTIF TENTANG KEBEBASAN


SEKSUAL DI INDONESIA
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Ilmu Sosial Budaya dan Dasar

Dosen Pengampu : Dr. Aep Saepuloh, M.Si.

Disusun Oleh :

Muna Adilah (1207010042)


Puji Yanto (1207010050)
Reski Yunus Fajrianto (1207010057)

Silvia Yang (1207010066)


Sumiati (1167010070)

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tak lupa
sholawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan.

Adapun maksud penyusunan tugas makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Ilmu Sosial Budaya dan Dasar, selain itu bisa dijadikan sebagai bahan bacaan
untuk menambah pengetahuan bagi para penyusun khususnya.

Sebagai penyusun makalah ini, kami berterimakasih kepada Bapak Dr. Aep Saepuloh,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dan juga kepada pihak yang
terlibat dalam proses penyusunan tugas makalah ini.

Kami mengakui bahwa kami hanyalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna. Begitu
pula dengan tugas makalah yang telah kami selesaikan ini. Untuk itu, kami memohon kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga tugas makalah ini dapat berguna bagi para penyusun khususnya dan
bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.

Bandung, Desember 2020

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

2.1. Definisi ......................................................................................................... 3

2.2. Faktor-Faktor ............................................................................................... 3

2.3. Macam-Macam Perilaku Seks Bebas ........................................................... 4

2.4. Etika Seksual dalam Hukum Pidana Islam .................................................. 7

2.5. Solusi............................................................................................................ 8

BAB III KESIMPULAN............................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, kebenaran


dari pernyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio kultural maupun geografis yang begitu
beragam dan luas, selain itu, Indonesia termasuk salah satu dari sekian puluh negara
berkembang. Hasil pendataan pada tahun 2010 oleh Tim Nasional Pembakuan Nama
Rapubumi terdapat 13.487 pulau di Indonesia yang selanjutnya diakui oleh PBB.1
Masing-masing pulau besar seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT,
NTB, Maluku, dan Papua terdiri dari beberapa provinsi yang di dalamnya terdapat
bermacam-macam etnik. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 1.300 suku bangsa yang
kemudian menjadikan Indonesia sebagai Negara yang kaya akan keberagaman. Masing-
masing etnik memiliki budaya yang didalamnya terdapat bahasa, agama, seni, dan adat
istiadat yang berbeda-beda satu sama lain.

Keberagaman budaya di Indonesia ini menjadikan adanya slogan persatuan


budaya yang dikenal dengan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda namun
tetap satu jua. Namun nyatanya keberagaman tersebut tidak jarang dapat menimbulkan
beberapa masalah, seperti stereotip gender, rasisme, diskriminasi dan lain sebagainya.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan lepas dari interaksi antar sesama.
Interaksi akan terjadi baik sesama jenis maupun dengan jenis kelamin yang berbeda.
Interaksi terjadi di lingkungan tempat tinggal atau lingkungan tempat kerja. Interaksi
yang berkala akan menimbulkan rasa nyaman ketika berkomunikasi. Ketika komunikasi
yang terjadi menjadi nyaman dapat menimbulkan rasa ketertarikan satu sama lain.
Ketertarikan pada lawan jenis merupakan hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari
namun apabila adanya rasa kecenderungan tertarik dengan sesama jenis maka perlu
diwaspadai karena dianggap tidak wajar atau mengarah kepada perilaku abnormal.

Faktor penyebab kecenderungan perilaku homoseksual selain dikarena interaksi


yang intens. Kurangnya pengetahuan identitas dalam dirinya sehingga ia yang mengalami
kebingungan tentang identitas dalam dirinya. Hal tersebut menyebabkan seseorang
memiliki kecenderungan suka sesama jenis, seseorang yang mengalami kebingungan
identitas diri terjadi pada usia remaja, karena remaja memiliki masa perkembangan yang
rentan dalam memahami dirinya.
1
Kurangnya edukasi seks sejak dini dari lingkungan sekitar juga dapat menjadi
salah satu faktor penyebeb daripada penyimpangan perilaku seksual maupun kebebasan
seksual. Seks yang dianggap suatu hal yang tabu, membuat kurangnya orangtua untuk
mengedukasi anaknya mengenai hal-hal tersebut. Padahal, seharusnya sejak kecil anak-
anak perlu diberikan edukasi mengenai seks menggunakan bahasa yang sesuai dengan
usianya.
1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

2. Untuk mempelajari keberagaman perspektif tentang kebebasan seksual di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Keberagaman seksual mengacu pada semua keragaman ciri seksual, orientasi


seksual, dan identitas gender tanpa merinci identitas individu, perilaku atau ciri yang
membentuk keberagaman tersebut. Sebagai orientasi seksual, keberagaman seksual
mengacu kepada pola berkelanjutan disposisi untuk pengalaman seksual, kasih sayang,
atau ketertarikan romantis terutama secara ekslusif pada orang dari jenis kelamin sama /
berbeda.

Di Indonesia, perilaku menyimpang ini sudah sangat meresahkan seluruh elemen


masyarakat khususnya yang ada di Indonesia. Bagaimana tidak, LGBT ini sudah merusak
peradaban manusia dan menyalahi aturan yang sudah ditentukan dalam kodrat manusia.
Tidak hanya merubah kodrat manusia, LGBT ini juga nantinya akan berimbas pada
kejahatan baru atau kriminalitas dimana kejahatan ini jika dibiarkan akan berakibat buruk
pada masa depan bangsa Indonesia. Kejahatan merupakan suatu fenomena yang dapat
dipahami dari berbagai sisi yang berbeda, maka tidak heran kalau dalam suatu peristiwa
kejahatan akan terdapat berbagai komentar yang saling berbeda

Cara pandang masyarakat Indonesia terhadap keberagaman seksualitas


terkungkung dalam stereotip. Pola pikirnya terkotak-kotak. Hal tersebut turut
menyuburkan diskriminasi terhadap warga dan komunitas lesbian, gay, biseksual,
transgender dan interseksual (LGBTI).
2.2. Faktor-Faktor

Tidak ada kesepakatan pasti yang diyakini peneliti dalam menentukan penyebab
orang menjadi homoseksual. Peneliti umumnya percaya bahwa orientasi seksual
seseorang ditentukan dari kombinasi berbagai faktor, antara lain lingkungan, budaya,
emosional, hormonal, dan biologis. Maka setiap orang yang menjadi homoseksual pasti
dipengaruhi oleh latar belakang yang berbeda.
Meski masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, homoseksual diduga lebih
umum terjadi pada pria yang memiliki kakak kandung laki-laki, meski mereka tidak
dibesarkan bersama. Data ini menunjukkan kemungkinan bahwa homoseksual bisa jadi
disebabkan oleh kelebihan hormon laki-laki yang bernama androgen saat janin masih

3
dalam tahap pertumbuhan. Sementara penyebab lain, seperti latar belakang keluarga yang
tidak harmonis atau pola asuh di masa kecil, masih belum terbukti. Namun sebagai
parameter yang bisa dijadikan sebagai titik acuan,berikut beberapa faktor yang sangat
berpotensi dalam free seks, homoseks dll.
a. Faktor Keluarga

b. Faktor Lingkungan

c. Faktor Genetik

d. Faktor Pergaulan

2.3. Macam-Macam Perilaku Seks Bebas

Menurut Sarwono (2005: 23) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Objek
seksual biasa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri.

Hyde (2007) perilaku seksual adalah tingkah laku yang dapat menimbulkan
kemungkinan untuk mencapai organisme. Padahal ada kalanya ketika seseorang melakukan
senggama ia tidak mengalami organisme, hal ini biasanya dialami oleh wanita. Untuk itu
ditampilkan definisi lain, yaitu perilaku seksual adalah semua jenis aktifitas fisik yang
melibatkan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis atau afeksi ( Nevid, Rathus &
Rathus, 2005).

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud dengan perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual atau aktifitas fisik yang melibatkan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotis
atau afeksi. Beberapa macam-macam seks bebas yaitu:
1. Hubungan Pranikah

Perilaku hubungan seks pranikah dikalangan remaja disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah disebabkan pertumbuhan psikologi dan psikis remaja
yang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju dewasa. Sedangkan faktor
eksternal adalah adanya dorongan dari lingkungan untuk melakukan hubungan pranikah.
Seperti derasnya informasi hubungan seksual ditengah masyarakat melalui media masa,
film, atau internet.

Dipenuhinya dorongan seksual ini sangat dipengaruhi oleh faktor keagamaan dan adat
istiadat yang dipercaya dan diyakini remaja bersangkutan. Makin kuat keyakinan dan

4
pengalaman nilai-nilai agama dan adat istiadat maka makin kuat dorongan untuk tidak
terlibat dalam hubungan seks pranikah.
Pandangan remaja terhadap seks kian berubah remaja dengan sikap
keserbabolehan, sebagian menganggap hubungan seks pranikah tidak perlu dipersoalkan.
Hubungan seks pranikah umumnya berawal dari masa pacaran. Pada masa pacaran ini
hubungan intim mulai dilakukan kalangan remaja baik pelajar, mahasiswa, pemuda-
pemudi tidak sekolah. Waktu pacaran tergiur melakukan cumbu rayu, peluk cium dan bila
gejolak nafsu tidak terkendali berlanjutnya hubungan badan. Saat pacaran ini pemuda
(sang pacar) mulai mengarahkan rayuan gombal berhubungan seks coba-coba, mulailah
dari raba-raba, cium, pelukan hingga berhubungan badan. Tempatnya bisa di bioskop
yang gelap di tengah pemutaran film, di tempat rekreasi, tempat kos, di rumah ketika
orang lain tidak ada, bahkan sengaja menginap di hotel.
2. Kumpul Kebo

Kumpul kebo adalah hubungan seks yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang
laki-laki dan perempuan sebagimana layaknya pasangan suami istri, namun tidak diikat
oleh akad nikah dalam sebuah pernikahan. Pasangan kumpul kebo hidup serumah,
perbuatan ini dikatakan kumpul kebo karena pasangan lakilaki dan perempuan melakukan
hubungan seks seperti kerbau (binatang) melakukan hubungan seks tanpa ada iktan
melalui pernikahan yang sah. Perbuatan kumpul kebo dilakukan atas dasar suka sama
suka. Bagi sebagian masyarakat di barat tidur (melakukan hubungan badan) sepasang laki-
laki dan perempuan diluar pranikah tidak dipersoalkan. Mereka boleh saja tidur bersama
asal suka sama suka. Pasangan kumpul kebo tidak hanya sekedar menyalurkan kebutuhan
seks semata, tetapi ada yang sampai melahirkan anak.

Umumnya pasangan hidup bersama tidak melanjutkan hubungan ke jenjang


pernikahan dan berakhir perpisahan. Putus dan berpisah, kemudian mencari pasangan baru
lazim ditemui pada pasangan hidup bersama. Sejauh ini banyak pasangan hidup bersama
yang menikmati kebersamaan mereka dalam jangka waktu relative lama, sehingga
masyarakat menganggap mereka adalah pasangan resmi.
3. Pelacuran

Pelacur merupakan perbuatan perzinaan hubungan seks bebas diluar pernikahan yang
sah antara pria dan perempuan dengan motif pemuasan nafsu seks yang salah stu pihak
memberikan imbalan jasa pada pihak lainya. Istilah lain bagi pelacur adalah pekerja seks
karena mereka sudah menjadikan seks sebagai profesi atau pekerjaan untuk mendapatkan
uang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan WTS adalah orang yang
5
melakukan perzinaan itu yakni perempuan. Dalam praktik sebenarnya ditengah
masyarakat WTS juga ada PTS. Maksudnya pria tuna susila, dimana yang memberikan
imbalan atau bayaran adalah perempuan kepada laki-laki. Praktik ini biasanya dilakukan
perempuan-perempuan the have yang tidak mendapatkan kebahagiaan berhubungan seks
dengan suaminya. Boleh jadi suami jauh lebih tua dari perempuan tersebut, atau suami
terlalu sibuk kerja hingga kewajiban batin terhadap istri tidak terpenuhi.
4. Gigolo

Pada pelacur laki-laki yang butuh nafsu seksnya dipuaskan dan memberikan imbalan
uang pada perempuan. Gigolo sebaliknya wanita yang haus seks dan ingin dipusakan oleh
seorang laki-laki. Atas kesediaan laki-laki memenuhi kebutuhan seks si wanita itu, ia
menerima imbalan dari wanita tersebut baik berupa uang dengan jumlah tertentu maupun
hadiah lain atas kepuasan seks yang diterimanya.

Umumnya wanita yang memanfaatkan gigolo adalah wanita-wanita yang memiliki


banyak uang, hidup mewah, sementara kebutuhan seksnya tidak terpenuhi oleh sang suami.
Boleh jadi suaminya jarang di rumah, sering keluar kota, sibuk kerja, sehingga istrinya
kesepian atau suami sudah tua tidak bernafsu (tenaga) dan sebagainya. Atau seorang
wanita janda, tetapi yang tidak mau nikah lagi tetapi punya kesanggupan membayar
seorang laki-laki untuk memenuhi kebutuhan seksnya.
5. LGBTI

a. Gay
Gay hubungan homoseksual yang dilakukan sesama laki-laki. Penis laki-laki dimasukan
ke dalam anus laki-laki lain (pasanganya). Laki-laki gay merasa tertarik dan terangsang untuk
berhubungan seks bila melakukan hubungan seks sesama laki-laki.

b. Lesbian

Biasanya perbuatan itu dilakukan sesama jenis dikalangan wanita dengan wanita.
lesbian ini terlarang menurut para consensus para ulama. Dipersamakan pada lelaki
yang menggesekkan alat vitalnya kepada perempuan dengan tidak memasukkan ke
dalam farji atau vagina.

c. Biseksual
Biseksualitas adalah ketertarikan romantis, ketertarikan seksual atau tindakan
seksual pria dan wanita. Istilah ini biasanya digunakan dalam konteks yang menarik
untuk menunjukkan romansa atau seks untuk pria dan wanita. Istilah ini juga
didefinisikan untuk mencakup semua jenis identitas gender atau romansa atau jenis

6
kelamin seseorang, terlepas dari jenis kelamin atau jenis kelamin biologis orang
tersebut, terkadang disebut Homoseksualitas. Biseksualitas adalah salah satu dari tiga
kategori utama orientasi seksual.Heteroseksualitas dan homoseksualitas adalah bagian
dari persatuan heteroseksual-homoseksual. Identitas biseksual tidak harus memiliki
ketertarikan seksual yang sama pada kedua jenis kelamin, biasanya, orang dengan dua
jenis kelamin tetapi ketertarikan yang berbeda juga dianggap biseksual. Biseksualitas
sering dikontraskan dengan homoseksualitas, heteroseksualitas, dan aseksualitas.

d. Transgender

Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender
yang berbeda dengan gender yang ditentukan saat lahir. Jika orang transgender
menginginkan bantuan medis untuk transisi dari satu jenis kelamin ke jenis kelamin
lainnya, mereka terkadang disebut orang transgender. Orang transgender juga umum.
Selain mencakup orang-orang yang identitas gendernya berlawanan dengan jenis
kelamin yang dituju (waria), istilah transgender juga bisa mencakup orang yang
bukan laki-laki atau perempuan (orang-orang genderqueer seperti bigender,
pangender, genderfluid, atau agender). Definisi lain dari transgender juga mencakup
orang-orang yang termasuk atau merupakan transgender jenis kelamin ketiga.

Keadaan transgender tidak terikat dengan orientasi seksual. Orang transgender


dapat memilki orientasi heteroseksual, homoseksual, biseksual, aseksual, dan lain-
lain. Istilah transgender berbeda dengan istilah interseks, yaitu kondisi seseorang
yang lahir dengan karakteristik seks fisik yang "... tidak sesuai dengan konsep umum
laki-laki atau perempuan".

e. Interseksual

Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia:

Orang interseks lahir dengan karakteristik seks (termasuk organ genitalia,


kelenjar kelamin, dan pola kromosom) yang tidak padan dengan pendapat biner
umum mengenai tubuh laki-laki atau perempuan. Interseks adalah kata umum yang
digunakan untuk mendeskripsikan berbagai variasi alami tubuh. Pada beberapa
kasus, kondisi interseks telah tampak sejak lahir sementara pada kasus lain dapat
baru terlihat saat pubertas. Beberapa variasi interseks pada kromosom dapat tidak
tampak sama sekali.

Dalam biologi, seks (jenis kelamin) individu ditentukan oleh berbagai faktor
di antaranya seperti:
7
a. jumlah dan jenis kromosom seks;

b. jenis kelenjar kelamin - ovarium atau testis;

c. hormon seks;

d. organ reproduksi internal (seperti rahim); dan

e. organ genitalia/reproduksi eksternal (seperti penis).

Orang interseks saat lahir memiliki karakteristik yang tidak seluruhnya laki-laki atau
tidak seluruhnya perempuan
6. Pemerkosaan

Perbuatan perkosaan merupakan seks bebas (free sex) di luar nikah yang merugikan
pihak lain yang diperkosa. Perbuatan perkosaan dilakukan dengan kekerasan karena
bukan didasarkan atas suka sama suka. Umumnya perkosaan dilakukan laki-laki terhadap
perempuan. Pelaku perkosaan bisa satu, dua orang atau lebih. Bila pelaku lebih dari satu
orang korban digilir tanpa merasa kasihan, biasanya korban setelah diperkosa ditinggalkan
begitu saja.
2.4. Etika Seksual dalam Hukum Pidana Islam

Etika seksual adalah bagian penting dalam menata kecenderungan seksual sebagai
bentuk berhati hati dalam mengimplementasikan kecenderungan yang di miliki oleh
manusia dan memahami aturan aturan yang ada dalam Islam.

Dengan ini etika seksual yang dimaksud adalah bagaimana aturan aturan yang ada
didalam hukum Islam seksualitas manusia sejalan dengan kodrat kemanusiaan nya. Kita
harus memahami bahwa perilaku seks bebas yang terjadi sekarang sangat memprihatinkan
karena sering kali agama tidak lagi di jadikan sebagai pondasi dalam bertingkah laku yang
sesuai dengan ajaran ajaran Islam.

Ada beberapa aspek etika dan praktek seksual yang dimaksud adalah kejahatan dan
kesopanan seorang laki laki dan perempuan dalam berprilaku, kesucian dan kehormatan
laki laki dan perempuan, kecenderungan laki-laki dan perempuan dalam menutup bagian
bagian pribadi tubuhnya, dan keengganannya untuk mempertontonkan tubuhnya dihadapan
publik.

Sistem atau nilai nilai yang memberikan perlindungan yang efektif dan diperlukan
dalam masyarakat yang dimaksud adalah memberikan acuan dan aturan aturan sebagai
pedoman kehidupan manusia dalam mengimplementasikan hasrat seksualnya. Beberapa
aturan tersebut adalah sebagai berikut:
8
a. Pengendalian hawa nafsu,
b. Adab memandang Lawan jenis,

c. Menutup aurat,

d. Perkawinan.
2.5. Solusi
Solusi yang sistematis yang datang dari dzat pembuat hukum, dimana hukum di daerah
setempat / wilayah / lebih dipertegas dan di perkuatt dalam pembahasan mengenai keberagaman
seks / homoseks / LGBT / free seks. Kemudian dalam perspektif kita sebagai umta muslim, solusi
yang datang dari hukum yang benar yaitu solusi Islam. Islam datang dengan aturan yang
menyeluruh untuk mengatasi problematika, termasuk masalah LGBT. LGBT merupakan ancaman
karena mereka adalah membahayakan kehidupan sosial masyarakat, dan bukan hanya untuk kaum
muslimin. Islam dalam naungan negara Khilafah akan mampu memberikan solusi yang sistematik
untuk mengatasi problematika LGBT, dengan adanya khilafah maka negara akan memberikan
pendidikan untuk memahamkan mereka bahwa prilaku sodom adalah perilaku yang dilaknat Allah.

9
BAB III
KESIMPULAN

Keberagaman seksual mengacu pada semua keragaman ciri seksual, orientasi seksual,
dan identitas gender tanpa merinci identitas individu, perilaku atau ciri yang membentuk
keberagaman tersebut. Di Indonesia, perilaku menyimpang ini sudah sangat meresahkan
seluruh elemen masyarakat khususnya yang ada di Indonesia. Kejahatan merupakan suatu
fenomena yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda, maka tidak heran kalau dalam
suatu peristiwa kejahatan akan terdapat berbagai komentar yang saling berbeda. Tidak ada
kesepakatan pasti yang diyakini peneliti dalam menentukan penyebab orang menjadi
homoseksual. Meski masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, homoseksual diduga lebih
umum terjadi pada pria yang memiliki kakak kandung laki-laki, meski mereka tidak
dibesarkan bersama. Sementara penyebab lain, seperti latar belakang keluarga yang tidak
harmonis atau pola asuh di masa kecil, masih belum terbukti.
Macam-macam perilaku seks bebas ini diantaranya yaitu:

1. Hubungan Pranikah

2. Kumpul Kebo

3. Pelacuran

4. Gigolo

5. LGBTI

6. Pemerkosaan

Dengan ini pula etika seksual yang dimaksud adalah bagaimana aturan aturan yang ada
didalam hukum Islam seksualitas manusia sejalan dengan kodrat kemanusiaan nya. Sistem atau
nilai nilai yang memberikan perlindungan yang efektif dan diperlukan dalam masyarakat yang
dimaksud adalah memberikan acuan dan aturan aturan sebagai pedoman kehidupan manusia
dalam mengimplementasikan hasrat seksualnya. Kemudian dalam perspektif kita sebagai umta
muslim, solusi yang datang dari hukum yang benar yaitu solusi Islam. Islam datang dengan
aturan yang menyeluruh untuk mengatasi problematika, termasuk masalah LGBT.
DAFTAR PUSTAKA

Ayub. Penyimpangan Orientasi Seksual (Kajian Psikologis Dan Teologis).


Maramis, W.F. (2004). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press.
Sekarrini L. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual Remaja di
SMK Kesehatan di Kabupaten Bogor Tahun 2011. [Skripsi Ilmiah]. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat UI

Sarjono. S. (2004). Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja dan Anak. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Razak. S. (2016). LBGT Dalam Perspektif Agama. Jurnal Al-Ibroh.

Zietsch, B.P., et al. (2008). Genetic Factors Predisposing To Homosexuality May Increase Matting
Success In Heterosexuals. Evolution And Human Behavior. 29. 424-43

Anda mungkin juga menyukai