Anda di halaman 1dari 7

Audit Kepabeanan

Ditulis oleh Hasan


Senin, 19 Januari 2009 00:00

Audit kepabeanan (selanjutnya disebut Audit) adalah pemeriksaan laporan keuangan, buku,
catatan, dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, serta surat yang berkaitan
dengan kegiatan usaha, dan atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan
perundang-undangan di bidang kepabeanan. Dasar hukum pelaksanaan audit ini adalah pasal
86 UU No 17/2006 tentang Kepabeanan. Audit dilakukan oleh auditor dari DJBC atau
bersama-sama dengan auditor dari instansi lainnya yang terkait.

Secara umum audit kepabeanan dikategorikan ke dalam tiga kondisi. Yang pertama adalah
audit umum. Yaitu audit dengan ruang lingkup pemeriksaan lengkap dan menyeluruh terhadap
pemenuhan kewajiban kepabeanan. Audit jenis ini biasanya dilakukan secara reguler dan
terencana dalam sebuah dafar obyek audit oleh DJBC dengan pertimbangan tertentu (seperti
manajemen resiko, profil komoditas, volume transaksi dan sebagainya). Pada dasarnya seluruh
pengguna jasa kepabeanan (importir, eksportir, PPJK) akan diuji kepatuuhannya terhadap
undang-undan melalui pelaksanaan audit jenis ini.

Jenis audit yang ke dua adalah audit khusus. Yaitu audit dengan ruang lingkup pemeriksaan
hanya terhadap pemenuhan kewajiban kepabeanan tertentu. Dengan kata lain, audit hanya
dilakukan terhadap transaksi atau beberapa transaksi tertentu saja. Audit ini umumnya tidak
direncanakan dalam daftar obyek audit sebelumnya. Namun tidak tertutup kemungkinan audit
ini meningkat statusnya menjadi audit umum apabila hasil pengolahan dan analisis data yang
dilakukan menunjukkan bahwa seluruh transaksi harus diperiksa.

Yang ke tiga adalah audit investigasi. Audit ini dilakukan terkait dengan adanya dugaan tindak
pidana bidang kepabeanan yang dilakukan pengguna jasa kepabeanan. Karena sifatnya yang
investigatif maka audit ini dilakukan dalam rangka memperoleh bukti awal tindak pidana
sebagai dasar untuk dilakukannya proses penyidikan.

Audit kepabeanan dilakukan oleh sebuah tim audit yang bekerja berdasarkan surat tugas/surat
perintah audit yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal/Direktur Audit/Kepala Kantor Wilayah
DJBC. Pelaksanaan audit harus selesai dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
dikeluarkannya surat tugas/surat perintah. Jangka waktu tersebut adalah jangka waktu yang
diberikan kepada tim audit untuk menyelesaikan proses audit sampai dengan diterbitkannya
Laporan Hasil Audit.

1/7
Audit Kepabeanan

Ditulis oleh Hasan


Senin, 19 Januari 2009 00:00

Audit kepabeanan dilakukan terhadap :

-          Importir (umum dan produsen, fasilitas/non fasilitas)

-          PPJK

-          Pengusaha Tempat Penimbunan Sementara

-          Pengusaha Tempat Penimbunan Berikat :

-  Pengusaha Gudang Berikat

-  Pengusaha Kawasan Berikat

-  Pengusaha Di Kawasan Berikat

-  Pengusaha Toko Bebas Bea (Duty Free)

-  Pengusaha Entrepot Tujuan Pameran

-          Eksportir

-          Pengusaha Pengangkutan

2/7
Audit Kepabeanan

Ditulis oleh Hasan


Senin, 19 Januari 2009 00:00

Tahapan Pelaksanaa Audit

Pekerjaan Lapangan :

Yang dimaksud adalah pelaksanaan audit yang dilakukan on the spot, di tempat auditee.
Paling lama dilakukan 30 (tiga puluh ) hari kerja. Tahap ini meliputi kegitan penyampaian surat
tugas/surat perintah dan observasi serta tahap pengumpulan data dan informasi. Pada periode
tersebut tim audit akan menyerahkan surat tugas/surat perintah, surat permintaan data,
kuesioner, serta surat-surat lainya yang terkait dengan proses pengumpulan data dan
informasi. Selain itu juga akan dilakukan pencacahan fisik terhadap sediaan barang (
stock opname
).
Stock opname
dilakukan dalam rangka pengujian secara meterial maupun eksistensial atas data dan informasi
yang telah diterima auditor.

Pekerjaan Kantor:

Yang dimaksud adalah periode di mana secara ‘resmi kedinasan’ tim audit sudah harus
menyelesaikan masa kunjungan ke tempat auditee dan mulai menyusun kertas kerja audit,
melakukan konfirmasi, menyusun daftar temuan sementara (DTS), serta mempersiapkan
Laporan Hasil Audit. Kegiatan ini dilakukan tim audit di kantornya.

Tahapan Proses Audit

Permintaan Data :

Setelah menyerahkan berkasi surat tugas/surat perintah audit, tim audit akan menyampaikan
surat permintaan data yang berisi rincian data yang akan ‘dipinjam’ untuk diperiksa sesuai
dengan periode auditnya. Hal ini biasanya dilakukan setelah aduitor  mendapatkan penjelasan

3/7
Audit Kepabeanan

Ditulis oleh Hasan


Senin, 19 Januari 2009 00:00

umum mengenai aktivitas auditee, profil, sistem transaksi, serta Sistem Pengendalian
Internalnya. Auditee wajib menyerahkan segala data, catatan, laporan, dan pembukuan yang
diminta oleh tim audit. Khusus utuk audit investigasi, tim audit dapat melakukan tindakan
pengamanan atau tindakan di bidang kepabesanan lainnya berupa penegahan alat angkut,
penyegelan barang dan atau tempat yang diduga terkait tindak pidana. Orang yang
menyebabkan kewenangan audit ini tidak dapat berjalan dikenakan sanksi berupa denda
sebesar Ro 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

Daftar Temuan Sementara (DTS) :

Atas data yang telah diterima dari auditee tim audit melakukan pengolahan dan analisis berupa
pengujian material atas dukumen maupun pengujian eksistensi sediaan barang. Hasil proses ini
adalah Kertas Kerja Audit (KKA). Jenis-jenis KKA bergantung kepada luas pemeriksaan dan
jenis/karakter auditee. Atas serangkaian KKA ini tim
audit akan menarik kesimpulan sementara yang dituangkan ke dalam Daftar Temuan
Sementara (DTS). DTS ini berisi aktivitas audit yang telah dilaksanakan (kolom 2), temua audit
(kolom 3), rekomendasi tim audit (kooom 4), serta tanggapan
auditee
(kolom 5). Pada dasarnya DTS adalah intisari kegiatan audit yang telah dilaksanakan yang
berisi temuan (sementara) hasil audit beserta rekomendasi atas temuan itu.

DTS diserahkan oleh tim audit kepada auditee. Tujuannya adalah untuk memberikan
kesempatan kepada auditee untuk
menyampaikan tanggapan apabila terdapat temuan tim audit yang menurut
auditee
tidak tepat atau salah. Jangka waktu penyampaian tanggapan DTS ini setelah tanggal
diterimanya adalah 7 (tujuh) hari kerja. Apabila dalam jangka waktu itu auditee tidak
menyampaikan tanggapan, maka dianggap telah menyetujui seluruh temuan dalam DTS.
Auditee
dapat mengajukan perpanjangan tanggapan selama 7 (tujuh) hari kerja.

Apabila Auditee menyetujui seluruh temuan dalam DTS, maka harus mengisi dan
menandatangani surat pernyataan persetujuan DTS di atas materai Rp 6.000,00. Apabila
menyanggah salah satu atau semua temuan dalam DTS auditee dapat menuliskannya pada
kolom 5 dengan ketidaksetujuan.

4/7
Audit Kepabeanan

Ditulis oleh Hasan


Senin, 19 Januari 2009 00:00

Atas ketidaksetujuan tersebut tim audit akan mengadakan Pembahasan Akhir (closing
conference )
yang melibatkan seluruh anggota tim audit dan perwakilan dari pihak
auditee
. Di dalamnya akan dibahas kembali temuan dan akan diuji kembali bukti-bukti yang diajukan
auditee
sehubungan dengan tanggapannya tersebut. Hasil dari pembahasan akhir akan berisi
kesimpulan temuan-temuan audit yang disetujui
auditee
, dibatalkan tim audit, dan atau temuan yang dipertahankan tim audit.

Catatan : DTS tidak diperlukan dalam hal :

-          audit khusus yang dilakukan dalam rangka keberatan atas penetapan bea dan cukai;

-          audit investigasi.

Penyusunan Laporan Hasil Audit (LHA)

LHA disusun berdasarkan DTS  yang telah ditanggapi. Apabila auditee tidak mengajukan
keberatan atas DTS (atau tidak memberikan tanggapan sama sekali dalam batas waktu yang
dtentukan) maka LHA merupakan penjabaran dari DTS. Dalam hal telah dilakukan
pembahasan akhir, maka LHA didasarkan atas risalah dari hasil pembahasan akhir tersebut.

Untuk audit khusus dan audit investigasi, LHA disusun tanpa proses DTS terlebih dahulu. LHA
disampaikan kepada auditee dalam bentuk pendek (kesimpilan dan rekomendasi). Sedangkan
LHA dalam bentuk panjang (Lengkap) hanya untuk keperluan internal bea dan cukai.

Tindak Lanjut Hasil Audit

5/7
Audit Kepabeanan

Ditulis oleh Hasan


Senin, 19 Januari 2009 00:00

Berdasarkan LHA yang telah diterbitkan, Direktur Jenderal Bea dan Cukai menerbitkan :

1.       Surat  penetapan hasil audit yang menetapkan jumlah bea masuk, PPN, PPh, PPnBM,
Cukai, dan sanksi administrasi yang harus dibayar oleh auditee. Selanjutnya kantor bea cukai
setempat akan menerbitkan Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran (SPKP) kepada
auditee
. Atas SPKP itu
auditee
melakukan pembayaran di bank devisa dan melaporkan pelunasannya kepada kantor bea cukai
penerbit.

2.       Rekomendasi-rekomendasi terkait dengan hasil dan jenis auditnya.

Wewenang tim audit dan keweajiban auditee

Wewenang tim audit

Sebagaimana diatur dalam pasal 86 ayat (1a) dalam melaksanakan audit kepabeanan tim audit
memiliki kewenangan untuk :

1.       Meminta laporan keuangan, buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha, surat yang  berkaitan dengan
kegiatan kepabeanan (termasuk data elektronik), serta surat yang berkaitan di bidang
kepabeanan;

2.       Miminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari orang dan pihak lain yang terkait;

3.       Memasuki bangunan kegiatan usaha, ruangan tempat untuk menyimpan laporan
keuangan, buku, catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan surat-surat
yang berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk sarana/media penyimpan data elektronik, dan

6/7
Audit Kepabeanan

Ditulis oleh Hasan


Senin, 19 Januari 2009 00:00

barang yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan kegiatan usaha yang berkaitan dengan
kegiatan kepabeanan;

4.       Melakukan tindakan pengamanan yang dipandang perlu terhadap tempat atau ruangan
penyimpanan dokumen yang berkaitan dengan kegiatan kepabanan dimaksud.

Kewajiban auditee  saat diaudit :

1.       Menyerahkan data audit (laporan keuangan, buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan kegiatan usaha, surat yang  berkaitan dengan
kegiatan kepabeanan (termasuk data elektronik), serta menunjukkan sediaan barangnya untuk
diperiksa (harus);

2.       Memberikan keterangan lisan/tertulis (harus);

3.       Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya auditee apabila penggunaan data
elektronik memerlukan peralatan dan atau keahlian khusus (harus);

Sanksi kepabeanan berkaitan dengan pelaksanaan audit.

Undang-undang kepabeanan memberikan sanksi administrasi terhadap auditee yang


menyebabkan tim audit tidak dapat menjalankan kewenangannya, berupa denda sebesar Rp
75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).

7/7

Anda mungkin juga menyukai