Makalah Fisika Lingkungan
Makalah Fisika Lingkungan
Disusun oleh:
ARYMUKTI WIBOWO (3225071897)
SUPRIYADI (3225071899)
JURUSAN FISIKA
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hujan Asam
(Acid Rain)”. Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini antara lain sebagai tugas dari mata
kuliah Fisika Lingkungan.
Pada kesempatan ini penulis ini juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen mata
kuliah Fisika Lingkungan Bapak Dr. Sunaryo, Msi. karena atas bimbingannya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat penullis
sebutkan satu per satu.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
khususnya, dan tentunya kepada penulis sendiri agar semakin menambah wawasan dan
pengetahuan tentang hujan asam. Penulis menyadari, pada makalah ini banyak sekali terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu masukan dari para pembaca pada khususnya
sangat sekali penulis harapkan agar dapat menjadi yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….……... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...………ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..….…1
A. Latar Belakang………………………………………………………………….……...… 1
B. Tujuan……………………………………………………………………….…….…...… 2
BAB II ISI………………………………………………………………………………….……. 3
A. Kesimpulan……………………………………………………………………...……… 14
B. Saran……………………………………………………………………………………. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam siklus hidrologi hujan merupakan suatu bagian yang sangat penting untuk
menjaga tingkat kestabilan keanekaragaman hayati. Kelembaban air laut, yang kemudian
menguap menjadi awan yang kembali turun ke danau atau sungai dan seterusnya adalah suatu
siklus yang di dalamnya banyak sekali manfaat yang bisa didapat oleh semua makhluk hidup
yang berkembang biak didalamnya. Hujan pun sering kali menjadi salah satu energy alternative
dalam pembangkit tenga listrik atupun sarana pengairan bagi perkebunan di era modern ini.
Air hujan pada umumnya memiliki pH (derjat keasaman) 6, seperti yang kita ketahui
bahwa nilai pH suatu larutan sangat penting untuk menentukan seberapa asam suatu larutan.
Larutan yang diketahui nilai pH nya dapat bermanfaat untuk mengidientifikasi unsur yang
terkandung ataupun pendayagunaan dalam beberapa lingkup antar lain bidang kedokteran, ilmu
kimia, biologi, pertanian, rekayasa genetika dan oseanografi.
Air murni yang bersuhu 25o ditetapkan memiliki nilai pH 7, sehingga dapat dikatakan
sebagai nilai pH pada larutan normal yang bila lebih, akan besifat basa atau alkali dan bila
kurang akan bersifat asam. Air hujan yang memiliki pH 5,6 sering kali dikatan sebagai larutan
yang asam, namun dengan jumlah pH seperti itu air hujan masih bisa dikatakan normal karena
tidak mengidientifikasikan sesuatu yang membahayakan. Namun dengan seiring berjalanya
waktu dan semakin pesatnya revolusi industry yang terjadi di bumi, manusia semakin berusaha
untuk menciptakan bebagai macam kemajuan teknologi, yang tanpa disadari berdampak
langsung terhadap kelestarian alam.
Salah satu dampaknya ialah ditemukannya air hujan yang memiliki niali pH kurang dari
5,0 yang biasa disebut sebagi hujan asam. Hujan asam diketahui memilki kandungan asam sulfat
(H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang di idientifikasikan berasal dari pembakaran bahan bakar
fosil yang kemudian bereaksi dengan molekul-molekul air di udara yang kemudian turun ke
permukaan bumi dan menjadi hujan asam.
Dampak yang terjadi yang dikarenakan oleh hujan asam pun tidak dapat dianggap remeh.
Karena dengan kandungan yang terdapat pada larutan hujan asam diketahui dapat menyebabkan
bangunan-bangunan menjadi keropos, besi-besi konstruksi menjadi lebih cepat berkarat dan bagi
manusia pun menyebabkan efak gatal-gatal dan berbagai kerugian lainnya. Oleh karena itu pada
makalah ini akan sedikait dibahas pula cara meminimalisir bahaya-bahaya yang terjadi pada
hujan asam.
B. Tujuan
• Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh hujan asam kepada lingkunagn biotik dan
abiotik
• Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan untuk meminimalisir dampak dari hujan asam
BAB II
ISI
A. Pengertian Hujan Asam
Hujan asam ialah hujan yang larutannya memilki nilai pH dibawah 5,0. Yang
menyebabkan hujan tersebut dikatakan asam ialah karena kandungan yang terdapat didalamnya
yaitu kandungan asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) yang menyebabkan nilai pH turun
dari posisi normal.
Hujan asam pertama kali di kemukakan oleh Robert Angus Smith pada tahun 1852, ia
pertama kali menemukannya di kota Manchester, Inggris. yang pada saat itu menjadi salah satu
kota terpenting dalam Revolusi Industri. Istilah hujan asam pertama kali digunakan olehnya pada
tahun 1872.
Secara alamiah, hujan asam ”ringan” terjadi karena air hujan berreaksi dengan Karbon
monoksida (CO) yang berada di angkasa, dan memebentuk asam lemah. Hujan asam jenis ini
bermanfaat bagi bumi karena dapat membantu melarutkan mineral-mineral di permukaan bumi,
yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.
Hujan asam yang ”berat” erat kaitannya dengan polusi udara. Kita ketahui bersama
bahwa pada polusi udara, beberapa kegiatan industri, kendaraan bermotor, hingga letusan
gunung berapi, terdapat berbagai senyawa kimia yang dilepaskan ke udara dan ”mengotori”
udara salah satunya adalah Sulfur atau Belerang. Polutan1 itu terbawa angin jauh jaraknya ke
segenap penjuru bumi.Istilah hujan asam pertama kali digunakan Robert Angus Smith pada
tahun 1972. Ia menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah kawasan industri di bagian
utara Inggris.
1
Polutan atau bahan pencemaran adalah bahan/benda yang menyebabkan pencemaran,
baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti sampah.
Hujan asam ini pada dasarnya merupakan bagian dari peristiwa terjadinya
deposisi asam. Deposisi asam terjadi apabila asam sulfat, asam nitrat, atau asam klorida
yang ada di atmosfer baik sebagai gas maupun cair terdeposisikan ke tanah, sungai,
danau, hutan, lahan pertanian, atau bangunan melalui tetes hujan, kabut, embun, salju,
atau butiran-butiran cairan (aerosol), ataupun jatuh bersama angin. Deposisi asam terdiri
dari dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah.
Deposisi2 kering adalah peristiwa terkenanya benda dan molekul hidup oleh asam
yang ada dalam udara. Hal ini bisa terjadi di daerah perkotaan, karena adanya
pencemaran udara dari lalu lintas yang berat dan daerah yang langsung terkena udara
yang tercemar dari pabrik. Dapat pula terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin
yang membawa udara yang mengandung asam. Deposisi kering biasanya terjadi di
tempat dekat sumber pencemaran.
Sedangkan deposisi basah ialah turunnya dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asam di dalam udara larut ke dalam butir-butir air di awan. Jika kemudian turun
hujan dari awan itu, air hujannya akan bersifat asam. Dalam bahasa Inggris peristiwa ini
disebut dengan rain-out. Deposisi basah dapat pula terjadi karena hujan turun melalui
udara yang mengandung asam, sehingga asam itu larut ke bumi. Peristiwa ini disebut
wash-out.
Awal paling utama penyebab hujan asam adalah revolusi industri di Eropa yang
dimulai sekitar awal abad ke 18. Pada saat itu penggunaan bahan bakar batubara dan
minyak di eksploitasi secara besar-besaran sebagai sember utama energi untuk mesin-
mesin. Sebagai akibatnya, tingkat emisi precursor (faktor penyebab) dari hujan asam
yakni gas-gas SO2, Nox dan HCl meningkat. Padahal biasanya precussor ini hanya
berasal dari gas-gas gunung berapi dan kebakaran hutan. Reaksi pembentukan asam di
atmosfer dari prekursor hujan asamnya melalui reaksi katalitis dan photokimia
2
deposisi adalah (penurunan/pengendapan) asam
nitrat, terutama dari gas NOx yang melalui proses fisik dan kimia di udara membentuk
keasaman. Proses yang terjadi sangatlah kompleks yang melibatkan proses transportasi
dan transformasi. Kontribusi air hujan untuk mengikat zat-zat polutan tersebut
membentuk keasaman dalam bentuk senyawa H2SO4 dan NHO3.
Sekitar 50% SO2 tersebut terjadi secara alami dan sisanya akibat ulah manusia. Minyak
bumi mengandung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batu bara 0,4% sampai 5%. Saat minyak
bumi tersebut dibakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas
di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O, 1992).
Menurut Soemarwoto O (1992), 50% NOx terdapat di atmosfer secara alami, dan 50%
lagi juga terbentuk akibat kegiatan manusia, terutama akibat pembakaran BBF3. Pembakaran
BBF mengoksidasi 5-50% nitrogen dalam batu bara, 40-50% nitrogen dalam minyak berat dan
100% nitrogen dalam minyak ringan dan gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak
pula NOx yang terbentuk. Selain itu NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang
menggunakan senyawa organic yang menggunakan senyawa organik yang mengandung N.
oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak
terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu
semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.
Sumber asam nitrat yang lain adalah ammonia (NH3). Sebenarnya NH3 bersifat basa,
tetapi keberadaannya di udara menetralisasi asam dengan pembentukan garam (NH4)2 dan
3
BBF (Bahan Bakar Fosil)
NH4NO3 kemudian dioksidasi menjadi asam nitrat. Sumber utama NH3 adalah pertanian dan
peternakan yaitu pupuk dan kotoran ternak.
Untuk mengukur keasaman hujan asam digunakan pH meter. Air murni menunjukkan pH
7,0 air asam memiliki pH kurang dari 7 (0-7), dan air basa menunjukkan pH lebih dari 7 (7-14).
Air hujan normal memang agak asam, pH sekitar 5,6 karena Karbon Dioksida (CO2) dan air
bereaksi membentuk asam lemah. Jika air hujan memiliki pH dibawah 5,6 maka dianggap sudah
tercemari oleh gas mengandung asam di atmosfer. Hujan dikatakan hujan asam jika telah
memiliki pH dibawah 5,0. Makin rendah pH air hujan tersebut, makin berat dampaknya bagi
mahluk hidup. Berikut gambar yang menunjukkan daur pembentukkan hujan asam yang
disebabkan oleh emisi gas industri.
4
Ammonia adalah senyawa dari nitrogen dan hidrogen dengan rumus NH 3
Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga pada
lingkungan abiotik, antara lain :
1. Danau
Kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya species yang
bertahan. Jenis Plankton5 dan invertebrate merupakan mahkluk yang paling pertama mati
akibat pengaruh pengasaman. Apa yang terjadi jika didanau memiliki pH dibawah 5,
lebih dari 75 % dari spesies ikan akan hilang (Anonim, 2002). Ini disebabkan oleh
pengaruh rantai makanan, yang secara signifikan berdampak pada keberlangsungan suatu
ekosistem. Tidak semua danau yang terkena hujan asam akan menjadi pengasaman,
dimana telah ditemukan jenis batuan dan tanah yang dapat membantu menetralkan
keasaman.
2. Tanah
Pada tanah, hujan asam akan menghilangkan nutrisi yang dibutuhkan dari tanah.
Hujan asam juga dapat membebaskan senyawa-senyawa beracun ditanah seperti
alumunium dan mercuri, yang secara alamiah berada di tanah. Senyawa beracun tersebut
dapat mengkontaminasi aliran air sungai dan air tanah sehingga meracuni tumbuh-
tumbuhan disekitarnya. Akan tetapi sebagian besar tanah termasuk jenis alkali dan dapat
menetralisir asam secara tidak langsung. Akan tetapi lahan pertanian pada dataran tinggi
dan pegunungan dapat terkena dampak hujan asam. Lapisan tanah yang tipis kurang
mampu menetralisir asam. Petani dapat mencegah kerusakan tanaman dari asam dengan
cara menambahkan serpihan batu kapur untuk menetralisir asam. Atau bila sejumlah
besar nutrisi telah hilang karena hujan asam, petani dapat menambahkan pupuk yang
kaya akan nutrisi.
4. Kesehatan Manusia
Dampak deposisi asam terhadap kesehatan telah banyak diteliti, namun belum ada
yang nyata berhubungan langsung dengan pencemaran udara khususnya oleh senyawa
Nox dan SOx. Kesulitan yang dihadapi dkarenakan banyaknya faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang, termasuk faktor kepekaan seseorang terhadap
pencemaran yang terjadi. Misalnya balita, orang berusia lanjut, orang dengan status gizi
buruk relatif lebih rentan terhadap pencemaran udara dibandingkan dengan orang yang
sehat.
Berdasarkan hasil penelitian, sulphur dioxide yang dihasilkan oleh hujan asam
juga dapat bereaksi secara kimia didalam udara, dengan terbentuknya partikel halus
suphate, yang mana partikel halus ini akan mengikat dalam paru-paru yang akan
menyebabkan penyakit pernapasan. Selain itu juga dapat mempertinggi resiko terkena
kanker kulit karena senyawa sulfat dan nitrat mengalami kontak langsung dengan kulit.
5. Korosi
Hujan asam juga dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material
seperti batu kapur, pasirbesi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monument termasuk candi dan patung.
Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium karbonat,
meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti halnya sifat kristal
semakin banyak akan merusak batuan.
a. Korosi pada kendaraan bermotor
Hujan asam membuat sesuatu yang terbuat dari besi menjadi lebih mudah
berkarat. Asam merupakan salah satu larutan elektrolit dan larutan elektrolit lebih
cepat bereaksi daripada larutan non-elektrolit.
Pada sebagian besar industri sepeda motor, jelas hujan asam sangat
merugikan. Rangka dan roda yang terbuat bahan utama berupa besi. Selain itu
komponen mesin motor penggerak juga terbuat dari logam tidak tutup kemungkinan
terjadinya pengkorosian. Pengguna sepeda terutama pada Negara-negara berkembang
dirugikan dengan pH asam yang disebabkan oleh hujan asam.
Negara maju seperti Jerman dengan industri mobilnya yang sangat maju telah
mengantisipasi terjadinya korosi pada mobil-mobil baru seperti Porsche ataupun
Lamborghini dengan material penyusun yang sudah dikembangkan. Lain halnya pada
penikmat mobil tua seperti Volkswagen6, atau mobil-mobil antik bersejarah sisa
perang. Ancaman terjadinya korosi selalu mengancam.
6
Volkswagen (disingkat VW) adalah salah satu produsen mobil terbesar di dunia.
Perusahaan ini bertempat di Wolfsburg , Niedersachsen , Jerman
Usaha untuk mengendalikan hujan asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemar, menghindari terbentuknya zat pencemar saat terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.
O.
belerang dan membentuk gipsum (kalsium sulfat dihidrat). Penuruna suhu mengakibatkan
penurunan pembentukan Nox baik dari nitrogen yang ada dalam bahan bakar maupun
dari nitrogen udara.
Pemisahan polutan dapat dilakukan menggunakan penyerap batu kapur atau
Ca(OH)2. Gas buang dari cerobong dimasukkan ke dalam fasilitas FGD. Ke dalam alat
ini kemudian disemprotkan udara sehingga SO2 dalam gas buang teroksidasi oleh
oksigen menjadi SO3. Gas buang selanjutnya "didinginkan" dengan air, sehingga SO3
bereaksi dengan air (H2O) membentuk asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat selanjutnya
direaksikan dengan Ca(OH)2 sehingga diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum
(gypsum). Gas buang yang keluar dari sistem FGD sudah terbebas dari oksida sulfur.
Hasil samping proses FGD disebut gypsum sintesis karena memiliki senyawa kimia yang
sama dengan gypsum alam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Hujan asam ialah hujan yang larutannya memilki nilai pH dibawah 5,0
• Kandungan yang terdapat didalam hujan asam yaitu kandungan asam sulfat
(H2SO4) dan asam nitrat (HNO3)
• Hujan asam terjadi pada atmosfer daerah troposfer
• Hujan asam dapat terjadi melalui penyebab alami dan akibat ulah manusia
• Hujan asam memiliki dampak tidak hanya pada lingkungan biotik, namun juga
pada lingkungan abiotik, antara lain : Danau, Tanah, Tumbuhan dan Hewan, dan
Kesehatan Manusia
• Hujan asam dapat pula menyebabkan korosi, antara lain korosi pada kendaran
bermotor dan bangunan tua
B. Saran
Hujan asam terjadi memang bukan hanya disebabkan oleh manusia saja, karena dapat
pula disebabkan oleh alam antara lain, gunung merapi dan kebakaran hutan alami. Tetapi kita
dapat meminimalisir agar hujan asam tidak semakin merebak dan berakibat bahaya pada dampak
yang ditimbulkannya. Antara lain cara yang tepat untuk meminimalisirnya yaitu dengan,
memakai bahan bakar yang memiliki kandungan belerang rendah, pengendalian pencemaran
sebelum dan setelah pembakaran, mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce).
DAFTAR PUSTAKA
7. www.twitter.com/@fiqriyoyo Follow me