Anda di halaman 1dari 6

Halogen alkana juga dikenal sebagai haloalkana atau alkil halida.

Halaman ini menjelaskan


pengertian halogenalkana dan membahas sifat-sifat fisiknya. Disini juga akan dibahas secara
ringkas tentang kereaktifan kimiawi dari halogenalkana. Rincian tentang reaksi-reaksi kimia
halogenalkana akan dibahas pada halaman-halaman yang lain.

Pengertian Halogenalkana

Contoh-contoh

Halogenalkana adalah senyawa-senyawa dimana ada satu atau lebih atom hidrogen pada sebuah
alkana yang digantikan oleh atom-atom halogen (fluorin, klorin, bromin atau iodin). Pada
pembahasan tingkat dasar ini, kita hanya membahas tentang senyawa-senyawa halogenalkana
yang hanya mengandung satu atom halogen.

Contoh:

Jenis-jenis halogenalkana

Halogenalkan terdiri dari beberapa kelompok yang berbeda tergantung pada bagaimana posisi
atom halogen dalam rantai atom karbon. Ada beberapa perbedaan sifat kimia antara berbagai
jenis halogealkana.

Halogenalkana primer

Pada halogenalkana primer (1°), atom karbon yang membawa atom halogen hanya berikatan
dengan satu gugus alkil lainnya.

Beberapa contoh halogenalkana primer antara lain sebagai berikut:

Perlu diperhatikan bahwa tidak jadi masalah bagaimanapun kompleksnya gugus alkil yang
terikat. Pada masing-masing contoh di atas, hanya ada satu ikatan terhadap sebuah gugus alkil
dari gugus CH2 yang mengikat halogen.

Terdapat pengecualian dalam hal ini, yakni CH3Br dan metil halida lainnya seringkali ditemukan
sebagai halogenalkana primer walaupun tidak ada gugus alkil yang terikat pada atom karbon
yang membawa halogen.

Halogenalkana sekunder
Pada halogenalkana sekunder (2°), atom karbon yang padanya terikat halogen berikatan langsung
dengan dua gugus alkil yang lain, yang bisa sama atau berbeda.

Contoh-contoh:

Halogenalkana tersier

Pada halogenalkana tersier (3°), atom karbon yang mengikat halogen berikatan langsung dengan
tiga gugus alkil, yang bisa merupakan kombinasi dari gugus akil yang sama atau berbeda.

Contoh-contoh:

Sifat-sifat fisik halogenalkana

Titik didih

Grafik berikut menunjukkan titik didih dari beberapa halogenalkana sederhana.

Perhatikan bahwa ada tiga dari halogenalkana pada gambar yang memiliki titik didih di bawah
suhu kamar (sekitar 20°C). Ketiga halogenalkana tersebut akan berwujud gas pada suhu kamar.
Semua halogenalkana yang lain kemungkinan ditemukan dalam wujud cair.

Perlu diingat bahwa:


 satu-satunya metil halida yang berwujud cair adalah iodometana;
 kloroetana merupakan sebuah gas.

Pola-pola titik didih mencerminkan pola-pola gaya tarik antar-molekul.

Gaya-gaya dispersi van der Waals

Gaya tarik ini menjadi lebih kuat apabila molekul lebih panjang dan memiliki lebih banyak
elektron. Ini dapat meningkatkan besarnya dipol-dipol sementara yang terbentuk.

Inilah sebabnya mengapa titik didih meningkat apabila jumlah atom karbon dalam rantai
meningkat. Mari kita ambil contoh untuk tipe halida tertentu, misalnya klorida. Gaya-gaya
dispersi akan menjadi semakin kuat apabila jumlah atom karbon semakin bertambah dalam rantai
(misalnya dari 1 menjadi 2, 3 dan seterusnya). Dibutuhkan lebih banyak energi untuk mengatasi
gaya dispersi tersebut, sehingga titik didih meningkat.

Semakin meningkatnya titik didih dari klorida ke bromida sampai ke iodida (utuk jumlah atom
karbon tertentu) juga disebabkan oleh semakin meningkatnya jumlah elektron yang
menimbulkan gaya dispersi yang lebih besar. Sebagai contoh, terdapat lebih banyak elektron
dalam iodometana dibanding yang terdapat dalam klorometana – anda bisa menghitungnya
sendiri!

Gaya tarik dipol-dipol van der Waals

Ikatan karbon-halogen (selain ikatan karbon-iodin) bersifat polar, karena pasangan elektron
tertarik lebih dekat ke atom halogen dibandng ke atom karbon. Ini disebabkan karena halogen
(kecuali iodin) lebih elektronegatif dibanding karbon.

Nilai keelektronegatifan unsur-unsur halogen dapat dilihat sebagai berikut:

C 2.5 F 4.0
Cl 3.0
Br 2.8
I 2.5

Ini berarti bahwa selain gaya-gaya dispersi, ada juga gaya-gaya lain yang ditimbulkan oleh gaya
tarik antara dipol-dipol permanen (kecuali pada iodin).

Besarnya gaya-tarik dipol-dipol akan berkurang apabila ikatan menjadi semakin tidak polar
(misalnya semakin ke bawah mulai dari klorida sampai bromida terus ke iodida). Meski
demikian, titik didih tetap meningkat! Ini menujukkan bahwa efek gaya tarik dipol-dipol
permanen jauh lebih tidak penting dibanding efek dipol-dipol temporer yang menimbulkan gaya-
gaya dispersi.
Besarnya peningkatan jumlah elektron pada iodin melebihi kehilangan dipol-dipol permanen
dalam molekul.

Titik didih beberapa isomer

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa pada isomer-isomer halogenalkana, titik didih


semakin berkurang dari halogenalkana primer ke halogenalkana sekunder ke halogenalkana
tersier. Penurunan titik didih ini adalah akibat dari menurunnya efektifitas gaya-gaya dispersi.

Dipol-dipol temporer paling besar untuk molekul yang terpanjang. Gaya-gaya tarik juga lebih
kuat jika molekul-molekul bisa saling berdekatan. Halogenalkana tersier memiliki struktur yang
sangat pendek dan besar sehingga tidak bisa berdekatan dengan molekul tetangganya.

Kelarutan halogenalkana

Kelarutan dalam air

Halogenalkana sangat sedikit larut dalam air.

Agar halogenalkana bisa larut dalam air, maka gaya tarik antara molekul-molekul halogenalkana
harus diputus (gaya dispersi van der Waals dan gaya-tarik dipol-dipol) demikian juga dengan
ikatan hidrogen antara molekul-molekul air. Pemutusan kedua gaya tarik ini memerlukan energi.

Energi akan dilepaskan apabila gaya tarik terbentuk antara halogenalkana dengan molekul-
molekul air. Gaya-gaya tarik yang terbentuk ini hanya gaya dispersi dan gaya tarik dipol-dipol.
Kedua gaya ikatan ini tidak sama kuatnya dengan ikatan hidrogen sebelumnya terdapat dalam
air, sehingga energi yang dilepaskan lebih kecil dibanding yang digunakan untuk memisahkan
molekul-molekul air.

Energi yang terlibat tidak cukup banyak sehingga halogenalkana hanya sedikit larut dalam air.

Kelarutan dalam pelarut-pelarut organik

Halogenalkana cenderung larut dalam pelarut organik karena gaya tarik antar-molekul yang baru
terbentuk memiliki kekuatan yang sama dengan kekuatan ikatan yang diputus dalam
halogenalkana dan pelarut.

Kereaktifan kimiawai halogenalkana

Pentingnya kekuatan ikatan


Pola kekuatan dari keempat ikatan karbon-halogen ditunjukkan pada gambar berikut:

Perlu diperhatikan bahwa kekuatan ikatan semakin berkurang ketika kita berpindah dari C-F ke
C-I, dan juga perhatikan bahwa ikatan C-F jauh lebih kuat dibanding lainnya.

Agar zat lain bisa bereaksi dengan halogenalkana, maka ikatan karbon-halogen harus diputus.
Karena pemutusan semakin mudah dilakukan semakin ke bawah (mulai dari fluoride sampai
iodin), maka senyawa-senyawa semakin ke bawah golongan halogen akan semakin reaktif.

Iodoalkana merupakan halogenalkana yang paling reaktif dan fluoroalkana merupakan yang
paling tidak reaktif. Sebenarnya, kereaktifan fluoroalkana sangat kecil sehingga bisa diabaikan
dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya

Pengaruh polaritas ikatan

Dari keempat halogen, fluorin merupakan unsur yang paling elektronegatif dan iodin yang paling
tidak elektronegatif. Ini berarti bahwa pasangan elektron dalam ikatan karbon-fluorin akan
tergeser ke ujung halogen.

Perhatikan metil halida sebagai contoh-contoh sederhana berikut ini:

Keelektronegatifan karbon dan iodin sama sehingga tidak akan ada pemisahan muatan pada
ikatan (pasangan elektron berada pada posisi netral).

Salah satu reaksi penting yang dialami oleh halogenalkana melibatkan penggantian halogen oleh
sesuatu yang lain – yakni reaksi substitusi. Reaksi-reaksi ini melibatkan salah satu dari
mekanisme berikut:
 ikatan karbon-halogen terputus menghasilkan ion positif dan ion negatif.Ion yang
memiliki atom karbon bermuatan positif selanjutnya bereaksi dengan sesuatu yang
bermuatan negatif (baik negatif penuh maupun negatif parsial).
 sesuatu yang bermuatan negatif penuh atau parsial tertarik ke atom karbon yang sedikit
bermuatan positif dan melepaskan atom halogen.

Mungkin anda berpikir bahwa kedua mekanisme di atas akan menjadi lebih efektif untuk ikatan
karbon-fluorin yang sebelumnya telah memiliki banyak muatan positif dan negatif. Tapi
kenyataannya tidak demikian – justru sedikit kebalikannya yang terjadi!

Yang mengendalikan kereaktifan adalah kekuatan ikatan yang harus diputus, sementara cukup
sulit untuk memutus sebuah ikatan karbon-fluorin, tapi cukup mudah untuk memutus ikatan
karbon-iodin.

Anda mungkin juga menyukai