Anda di halaman 1dari 11

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

May 2nd, 2008 salam

Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu pengetahuan. Bahkan Allah sendiri
lewat Al Qur’an meninggikan orang-orang yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa
derajad.

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)

Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan dirinya, lalu dengan malaikatnya,
dan kemudian dengan orang-orang yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang
yang berilmu.

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan.
Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)” (Ali
Imran:18)

Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa memahami perumpamaan yang
diberikan Allah untuk manusia.

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)

Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa mendapat petunjuk Al Qur’an.

“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat2 yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi
ilmu.” (Al Ankabut:49)

Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang berilmu. “Ulama adalah pewaris
para Nabi” Begitu sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.

Bahkan Nabi tidak tanggung-tanggung lebih menghargai seorang ilmuwan daripada satu kabilah.

“Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan daripada matinya seorang ‘alim.” (HR
Thabrani) Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli ibadah yang sewaktu2 bisa
tersesat karena kurangnya ilmu. “Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah seperti
keutamaan diriku atas orang yang paling rendah dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).

Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu . “ Menuntut ilmu wajib bagi
muslimin dan muslimah” begitu sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke
liang lahat.”

Jelas Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan seluruh ummat Islam untuk
mempelajarinya. Karena itu pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di pedesaan) yang
menganggap bahwa perempuan itu tidak perlu sekolah tinggi2, soalnya nanti tinggalnya juga di
dapur jelas bertentangan dengan ajaran Islam.

Selain itu Nabi juga menyuruh agar ummat Islam menuntut ilmu berkelanjutan hingga ajalnya.
Karena itu seorang muslim haruslah berusaha belajar setinggi-tingginya. Jangan sampai kalah
dengan orang kafir. Ummat Islam jangan cuma mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi
berusahalah hingga Sarjana, Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada yang tak mampu
secara finansial, adalah kewajiban kita yang berkecukupan untuk membantunya jika dia ternyata
adalah orang yang berbakat.

Sekarang ini, tingkat pengetahuan ummat Islam malah kalah dibandingkan dengan orang-orang
kafir. Ternyata justru orang-orang kafir itulah yang mengamalkan ajaran Islam seperti kewajiban
menuntut ilmu setinggi-tingginya. Jarang kita menemukan ilmuwan di antara ummat Islam.
Sebaliknya, tingkat buta huruf sangat tinggi di negara2 Islam.

Hal itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam bukan karena ajaran Islam, tapi
karena ulah ummat Islam sendiri yang tidak mengamalkan perintah agamanya. Ayat pertama
dalam Islam adalah “Iqra!” Bacalah! Di situ Allah memperintahkan ummat Islam untuk
membaca, tapi ternyata tingkat buta huruf justru paling tinggi di negara2 Islam. Ini karena kita
tidak konsekwen dengan ajaran Islam.

Nabi juga mengatakan, bahwa ilmu yang bermanfaat akan mendapat pahala dari Allah SWT, dan
pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat menerima manfaat dari ilmunya..

“Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang
bermanfaat….”(HR Muslim)

Pada awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tsb dengan sungguh2. Mereka giat
menuntut ilmu. Hadits-hadits seperti “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya untuk
mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah”, “Tinta seorang ulama adalah lebih suci
daripada darah seorang syahid (martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk belajar.

Ummat Islam belajar dari orang Cina teknik membuat kertas. Pabrik kertas pertama didirikan di
Baghdad tahun 800, dan perpustakaan pun tumbu dengan subur di seluruh negeri Arab (baca:
Islam) yang dulu dikenal sebagai bangsa nomad yang buta huruf dan cuma bisa mengangon
kambing.

Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki kumpulan buku sejumlah


400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol) pada abad 10, Khalifah Al Hakim memiliki suatu
perpustakaan yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad sesudahnya raja Perancis Charles
yang bijaksana (artinya: pandai) hanya memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di
Mesir memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya 16.000 buah tentang
matematika dan 18.000 tentang filsafat.

Pada masa awal Islam dibangun badan2 pendidikan dan penelitian yang terpadu. Observatorium
pertama didirikan di Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi Abdul Malik. Universitas
Eropa 2 atau 3 abad kemudian seperti Universitas Paris dan Univesitas Oxford semuanya
didirikan menurut model Islam.

Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan “Angka Arab” (Arabic Numeral)
untuk menggantikan sistem bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan bagaimana ilmu
Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya sistem “Angka Arab” yang
diperkenalkan oleh ummat Islam ke Eropa.

Kita mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah memakai angka Romawi, yaitu “III,” tapi
coba tulis angka 879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi. Bingungkan? Jadi para ahli
matematika dan akuntan haruslah berterimakasih pada orang-orang Islam, he he he..:) Selain itu
berkat Islam pulalah maka para ilmuwan sekarang bisa menemukan komputer yang
menggunakan binary digit (0 dan 1) sebagai basis perhitungannya, kalau dengan angka Romawi
(yang tak mengenal angka 0), tak mungkin hal itu bisa terjadi.

Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithm (yang diambil dari namanya)
dan juga Aljabar (Algebra).

Omar Khayam menciptakan teori tentang angka2 “irrational” serta menulis suatu buku sistematik
tentang Mu’adalah (equation).

Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al Batani menghitung enklinasi ekleptik:
23.35 derajad (pengukuran sekarang 23,27 derajad).

Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya Al Qanun fit Thibbi diterjemahkan ke
bahasa Latin oleh Gerard de Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman Renaissance
tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa.

Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan hanya dokter, tapi juga ahli
fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang
ahli dalam filsafat.

Dan masih banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat Islam di bidang ilmu pengetahuan.
Ketika terjadi perang salib antara raja Richard the Lion Heart dan Sultan Saladdin, boleh dikata
itu adalah pertempuran antara bangsa barbar dengan bangsa beradab. Raja Richard yang terkenal
itu ternyata seorang buta huruf, (kalau rajanya buta huruf, bagaimana rakyat Eropa ketika itu)
sedangkan Sultan Saladin bukan saja seorang yang literate, tapi juga seorang ahli di bidang
kedokteran. Ketika raja Richard sakit parah dan tak seorangpun dokter ahli Eropa yang mampu
mengobatinya, Sultan Saladin mempertaruhkan nyawanya dan menyelinap di antara pasukan raja
Richard dan mengobatinya. Itulah bangsa Islam ketika itu, bukan saja pintar, tapi juga welas
asih. Jika kita menonton film Robin Hood the Prince of Thieves yang dibintangi Kevin Kostner,
tentu kita maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan kecanggihan teknologi bangsa Moor
seperti teropong.
Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak lagi menghargai ilmu
pengetahuan tak heran jika mereka jadi bangsa yang terbelakang. Hanya dengan menghidupkan
ajaran Islam-lah kita bisa maju lagi.

Ummat Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Al Ghazali, sesungguhnya menuntut
ilmu itu ada yang fardu ‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah (paling tidak
ada segolongan ummat Islam yang mempelajarinya.

Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal seperti cara shalat yang benar itu
adalah wajib bagi setiap muslim. Jangan sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara shalat
ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama yang pokok agar setiap muslim bisa
mengerjakan 5 rukun Islam dan menghayati 6 rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan
larangan Allah harus dipelajari oleh setiap muslim. Untuk apa kita jadi ahli komputer, kalau kita
akhirnya masuk neraka karena tidak pernah mengetahui cara shalat?

Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam seperti kedokteran yang mampu
menyelamatkan jiwa manusia, ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank dan
pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan diri dari serangan musuh adalah fardu
kifayah. Paling tidak ada segolongan muslim yang menguasainya.

Semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran Islam dan bisa menegakkan kalimah Allah. (A
Nizami,

Referensi:
1. Ihya ‘Ulumuddiin karangan Imam Al Ghazali
2. Janji-janji Islam karangan Roger Garaudy

Sumber :
http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@yahoogroups.com /
http://syiarislam.wordpress.com
P e n g h a l a n g - P e n g h a l a n g d a l a m M e n u n t u t Il m u
October 22, 2007. Dikirim febri dalam Studi Islam | 11 komentar

Ilmu adalah cahaya yang dikaruniakan Allah kepada manusia. Tidak diragukan lagi kedudukan orang yang berilmu
disisi Allah adalah lebih tinggi beberapa derajat. Hanya orang-orang yang berilmu & berakal lah manusia dapat
memahami kebesaran Allah melalui penciptaan alam semesta beserta segala isinya.

Demikian mulia kedudukan orang yang berilmu sehingga Rasulullah meriwayatkan dalam sebuah hadist :

“Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu maka Allah mudahkan jalannya menuju syurga. Sesungguhnya
malaikat akan membuka sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka
lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada
di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah
seperti keutamaan bulan di atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan
sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak juga dirham, Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan
barangsiapa yangmengambil ilmu itu, maka sungguh, ia telahmendapatkan bagian yang paling banyak. 1

Siapa sich orang yang ga mau di doakan oleh malaikat dan makhluk-makhluk Allah yang ada di bumi?? Sungguh
hal tersebut adalah suatu kemuliaan yang besar.

Seperti kata pepatah “No pain, no gain” (tidak ada yang akan kita dapatkan tanpa pengorbanan), maka untuk
mencapai kemuliaan yang bernama ilmu itu pasti ada tantangan yang harus kita hadapi..

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat menghalangi sampainya kemuliaan ilmu kepada seseorang :

1. Niat yang rusak

Niat adalah dasar dan rukun amal. Apabila niat itu rusak maka rusaklah seluruh amalannya. Sebagaimana sabda
Rasulullah “Amal itu tergantug niatnya, dan seseorang akan mendapatkan apa yang diniatkan…” 2)

Imam Malik bin Dinar (wafat th.130 H) rahimahullah mengatakan,”Barangsiapa mencari ilmu bukan karena Allah
Ta’ala maka ilmu itu akan menolaknya hingga ia dicari hanya karena Allah.”

2. Ingin Terkenal dan Ingin Tampil

Coba kita ingat mungkin terkadang saat kita belajar terbersit di hati kita “Supaya jadi rangking 1 atau jadi juara
umum dan dikenal orang?? Ya, ingin terkenal dan ingin tampil adalah penyakit kronik. Tidak seorang pun yang bisa
selamat darinya kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah Subhana Wa Ta’ala. Hal itu lebih dikeal dengan sebutan
riya. Rasulullah sangat mengkhawatirkan adanya penykit ini pada umatnya. Karena seringkali penyakit itu halus
hingga muncul tanpa kita sadari, hingga Rasulullah mengibaratkan bahwa penyakit riya itu seperti semut hitam, di
batu hitam pada malam yang gelap. Nah lho, bayangin hampir ga keliatan khan?? So, be careful…

Rasulullah bersabda,”….sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah kesyirikan dan syahwat
tersembunyi.”3

Mahmud bin Ar-Rabi berkata : “syahwat yang tersembunyi maksudnya adalah seseorang ingin / senang apabila
kebaikannya dipuji oleh orang lain. Hendaknya kita behati-hati terhadap penyakit ini, karena Allah
memperingatkan dalam sebuah hadist yang diampaikan oleh Rasulullah Salallahu’alaihi Wassallam :

“Barangsiapa yang menyiarkan amalnya, maka Allah akan menyiarkan aibnya. Dan banrangsiapa yang beramal
karena riya maka Allah akanmembuka niatnya di hadapan manusia pada hari kiamat.” 4 Naudzubillahi mindzalik.

3. Lalai Menghadiri Majelis Ilmu

Jika kita tidak memanfaatkan majelis ilmu yang dibentuk dan pelajaran yang disampaikan, niscaya kita akan gigit
jari sepenuh penyesalan. Kalau kebaikan yang ada di majelis ilmu hanya berupa ketenangan dan rahmat Allah
yang meliputi mereka, maka dua alasan itu saja seharusnya sudah cukup sebagai pendorong untuk
menghadirinya. Apalagi jika seseorang mengetahui bahwa orang yang menghadiri majelis ilmu –insyaAllah-
mendapatkan dua keberuntungan, yaitu ilmu yang bermanfaat dan ganjaran pahala di akhirat??!

4. Beralasan dengan banyaknya kesibukan

Alasan ini sewringkali dijadikan syaitan sebagai alasan menjadi penghalang dalam menuntut ilmu. Coba dihitung,
Allah memberikan kita 24 jam, 8 jam untuk bekerja, 8 jam untuk istirahat, masih sisa 8 jam lagi… apa yang
selama ini telah kita lakukan untuk memanfaatkan sisa waktu itu???

5. Menyia-nyiakan kesempatan belajar di waktu kecil.

Allah Ta’ala berfirman : ”Dan beribadahlah kepada Rabb-mu hingga datangnya kematian.” (QS.Al-Hijr : 99)

Karena itu, mari kita semua para remaja, maupun orang tua, laki-laki maupun wanita, kita bertaubat pada Allah
Ta’ala atas apa yang telah luput dan berlalu. Sekarang, kita mulai menuntut ilmu, menghadiri majelis ta’lim,
belajar dengan benar dan sungguh-sungguh dan menggunakan kesempatan sebaik-baiknya sebelum ajal tiba.

Ketika ditanya pada Imam Ahmad, ”Sampai kapankah seseorang harus menuntut ilmu?” Beliau pun menjawab
”sampai meninggal dunia.”

6. Bosan dalam menuntut ilmu

Diantara penghalang menuntut ilmu adalah merasa bosan dan beralasan dengan berkonsentrasi mengikuti
peristiwa yang sedang terjadi. Ilmu yang kita cari seharusnya mendorong kita untuk mengetahui keadaan kita
sendiri. Kita tidak akan bisa mengatasi berbagai masalah dan musibah yang menimpa kecuali dengan
meletakkannya pada timbangan syariat. Seorang penyair mengatakan : ” Syariat adalah timbangan semua
permasalahan dan saksi ata akar masalah dan pokoknya”5

Bosan itu adalah penyakit. Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit melainkan ada obatnya. Tidaklah musibah
terjadi melainkan ada penyelesaiannya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena itu, kita harus melawan rasa
bosan yang terkadang timbul saat kita belajar. Belajarlah sampai Anda mendapatkan nikmatnya ilmu.

7. Menilai Baik Diri Sendiri

Maksudnya adalah merasa bangga apabila dipuji dan merasa senang apabila mendengar oranglain memujinya.

Allah TA’ala berfirman : ”Maka janganlah kamu merasa dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang
yang bertakwa.” (QS. An-Najm : 32)

8. Tidak Mengamalkan Ilmu

Tidak Mengamalkan Ilmu merupakan salah satu sebab hilangnya keberkahan ilmu. Allah Ta’ala benar-benar
mencela orang yang melakukan ini dalam firmanNya : ”Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan hal yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa saja yang
tidak kamu kerjakan (QS.Ash-Shaff : 3)

9. Putus Asa dan Rendah Diri

Allah berfirman : “Dan Allah mengeluarkankamu dari perut ibumu dlam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan danhati agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl : 78)

Putus Asa dan Rendah Diri adalah salah satu penghalang ilmu. Semua manusia dicptakan dalam keadaan sama
yang tidak mengetahui sesuatupun. Jangan merasa rendah diri dengan lemahnya kemampuan menghapal, lambat
membaca atau cepat lupa.

Selain itumenjauhi maksiat adalah sebab paling utama dalammenguatkan hapalan dan memperoleh ilmu.

10. Terbiasa Menunda-Nunda


Yusuf bin Asbath rahimahullah mengatakan : ”Muhammad bin samurah pernah menulis surat kepadaku sebagai
berikut : ” Wahai saudaraku janganlah sifat menunda-nunda menguasai jiwamu dan tertanam di hatimu karena ia
membuat lesu an merusak hati. Ia memendekkan umur kita, sedangkan ajal segera tiba… Bangkitlah dari tidurmu
dan sadarlah dari kelalaianmu! Ingatlah apa yang telah engkau kerjakan, engkau sepelekan, engkau sia-siakan,
engkau hasilkan dan apa yang telah engkau lakukan. Sungguh semua itu akan dicatat dan dihisab sehingga
seolah-olah engkau terkejut dengannya dan engkau sadar dengan apa yang telah engkau lakukan, atau menyesali
apa yang telah engkau sia-siakan.”6

11. Belajar kepada Ahlul Bid’ah

Seorang penuntut ilmu tidak boleh belajar pada ahlul bid’ah karena ahlul bid’ah merasa ridha terhadap sesuatu
yang menyelisishi agama Allah, seolah-olah ia mengatakan bahwa Allah Ta’ala belum menyempurnakan agama ini
dan Rasulullah belum menyampaikan seluruh risalah.

12. Tergesa-gesa ingin memetik buah ilmu.

Seorang penuntut ilmu tidak boleh tergesa-gesa dalam usahanya memperoleh ilmu, karena belajar adalah proses
seumur hidup. Terutama yang berkaitan dalam masalah agama tidak cukup dilakukan dlam waktu satu atau dua
tahun belajar.

Imam Yahya bin Abi Katsir rahimahullah mengatakan,”Ilmu tidak bisa diperoleh dengan tubuh yang dimanjakan”

Imam Ibnu Madini rahimahullah mengatakan,”Dikatakan kepada Imam As-Sya’bi ’Darimana Anda peroleh semua
ilmu ini?’ Beliau menjawab,’Dengan tidak bergantung pada manusia, menjelajahi berbagai negeri, bersabar seperti
sabarnya benda mati, dan berpagi-pagi mencarinya seperti pagi-paginya burung gagak.”

Disarikan dari : Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga, karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas (Pustaka At-Takwa :
1428 H)

Catatan Kaki:

1. Hadist Shahih, diriwayatkan oleh ahmad, abu Dawud, attirmidzi, Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban [↩]
2. hadist shahih riwayat Al-Bukhari [↩]
3. hadist shahih riwayat Thabrani [↩]
4. HR.Bukhari-shahih [↩]
5. Ishlaahul Masaajid minal Bida’ wal Awaa’id hal.110, karya al-Allamah Muhammad bin Jamaluddin al-
Qasimi rahimahullah [↩]
6. dari Iqtida al-Ilmi al’amal
May 23, '07 10:01 PM
Anjuran Menuntut Ilmu dalam Islam for everyone

Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu pengetahuan. Islam

sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.

Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah pengajar

(‘Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain selain Islam kita

tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah untuk

belajar.

Ayat pertama yang diturunkan Allah adalah Surat Al-‘Alaq, di dalam ayat itu Allah

memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan

qalam – yang sering kita artikan dengan pena.

Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang

dapat dipergunakan untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak

diletakkan dalam pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam

dapat memiliki arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan

segala perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata

qalam.

Dalam surat Al-‘Alaq, Allah Swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu.

Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi

berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua kesimpulan yang dapat kita ambil dari

firman Allah Swt tersebut; yaitu Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang
sebanyak-banyaknya. Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut

digunakan kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan

meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi berikutnya.

Dalam ajaran Islam, baik dalam ayat Qur’an maupun hadits, bahwa ilmu pengetahuan

paling tinggi nilainya melebihi hal-hal lain. Bahkan sifat Allah Swt adalah Dia

memiliki ilmu yang Maha Mengetahui. Seorang penyair besar Islam mengungkapkan

bahwa kekuatan suatu bangsa berada pada ilmu. Saat ini kekuatan tidak bertumpu

pada kekuatan fisik dan harta, tetapi kekuatan dalam hal ilmu pengetahuan. Orang

yang tinggi di hadapan Allah Swt adalah mereka yang berilmu.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad Saw menganjurkan kita untuk menuntut ilmu

sampai ke liang lahat. Tidak ada Nabi lain yang begitu besar perhatian dan

penekanannya pada kewajiban menuntut ilmu sedetail nabi Muhammad Saw. Maka

bukan hal yang asing jika waktu itu kita mendengar bahwa Islam memegang

peradaban penting dalam ilmu pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu

itu didominasi oleh Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu

yang berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya. Itulah

zaman yang kita kenal dengan zaman keemasan Islam, walaupun setelah itu Islam

mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negara-negara di Eropa belum ada

yang membangun perguruan tinggi, negara-negara Islam telah banyak membangun

pusat-pusat studi pengetahun. Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa

kejayaan Islam seperti dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negara-

negara Islam.

Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa orang yang mulia di sisi Allah hanya karena

dua hal; karena imannya dan karena ketinggian ilmunya. Bukan karena jabatan atau
hartanya. Karena itu dapat kita ambil kesimpulan bawa ilmu pengetahuan harus

disandingkan dengan iman. Tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Perpaduan antara

ilmu pengetahuan dan iman akan menghasilkan peradaban yang baik yang disebut

dengan Al-Madinah al-Fadhilah.

Dalam menuntut ilmu tidak mengenal waktu, dan juga tidak mengenal gender. Pria

dan wanita punya kesempatan yang sama untuk menuntut ilmu. Sehingga setiap

orang, baik pria maupun wanita bisa mengembangkan potensi yang diberikan oleh

Allah Swt kepada kita sehingga potensi itu berkembang dan sampai kepada

kesempurnaan yang diharapkan. Karena itulah, agama menganggap bahwa menuntut

ilmu itu termasuk bagian dari ibadah. Ibadah tidak terbatas kepada masalah shalat,

puasa, haji, dan zakat. Bahkan menuntut ilmu itu dianggap sebagai ibadah yang

utama, karena dengan ilmulah kita bisa melaksanakan ibadah-ibadah yang lainnya

dengan benar. Imam Ja’far As-Shadiq pernah berkata: “Aku sangat senang dan

sangat ingin agar orang-orang yang dekat denganku dan mencintaiku, mereka dapat

belajar agama, dan supaya ada di atas kepala mereka cambuk yang siap

mencambuknya ketika ia bermalas-malasan untuk menuntut ilmu agama”.

Ajaran agama Islam yang menekankan kewajiban menuntut ilmu tanpa mengenal

gender. Karena menuntut ilmu sangat bermanfaat dan setiap ilmu pasti bemanfaat.

Kalau kita dapati ilmu yang tidak bermanfaat, hal itu karena faktor-faktor lain yang

mempengaruhinya. Sedangkan ilmu itu sendiri pasti sesuatu yang bermanfaat.


Sumber :

Peran Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Keberadapan Islam

Prof. Dr. Ayatullah Sayyid Hasan Sadat Mustafawi

(Rektor Islamic University of Teheran-Iran)

Anda mungkin juga menyukai