Pendahuluan
Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia di landa krisis moneter yang pada saat ini
telah berkembang menjadi krisis ekonomi serta pelbagai krisis lainnya yang
berpengaruh pada berbagai aspek hidup dan kehidupan bangsa. Tercatat sebagai
krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut, yang penyebab pertamanya tidak lain
adalah karena terpuruknya tukar rupiah terhadap dolar. Tidak kurang sekitar 49,5
juta jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada saat ini
hidup di bawah garis kemiskinan.
Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi
tersebut terhadap kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan
penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan datang. Uraian
tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap kesehatan
masyarakat lebih diutamakan pada status gizi serta prilaku kesehatan masyarakat.
Sedangkan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap
kinerja pelayanan kesehatan masyarakat lebih di titik beratkan pada kinerja Pusat
Kesehatan Masyarakat, Bidan di desa serta terhadap kinerja pos pelayanan terpadu
(posyandu).
Pembahasan
Pelayanan kesehatan dibedakan dalam dua golongan, yakni :
1. Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan
masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali
diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami ganggunan kesehatan atau
kecelakaan.
2. Pelayanan kesehatan sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care),
adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut
(rujukan. Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah
sakit tipe D sampai dengan rumah sakit kelas A.
Pelayanan kesehatan rujukan adalah rumah sakit mulai dari tipe D sampai
dengan tipe A di Indonesia sampai pada pertengahan tahun 1997 berjumlah 858
rumah sakit dengan jumlah tempat tidur 102.042 TT. Pengelola atau pemilik rumah
sakit di Indonesia dikelompokkan menjadi empat yakni :
1. Rumah sakit pemerintah, yang dibedakan menjadi rumah sakit Departemen
Kesehatan dan Rumah sakit Pemda (Pemerintah Daerah), yang dibedakan lagi
menjadi rumah sakit Pemda Provinsi dan rumah sakit Pemda Kodia/Kabupaten.
Jumlah rumah sakit jenis rumah sakit ini sampai dengan tahun 1997 adalah 340
unit dengan jumlah tempat tidur 49.622.
2. Rumah sakit ABRI, yang dibedakan menjadi rumah sakit Angkatan Darat,
Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Rumah sakit Polri, berjumlah 111 dengan
jumlah tempat tidur 10.386.
3. Rumah sakit Departemen lain yang biasanya dimiliki BUMN, seperti rumah sakit
Pertamina, rumah sakit Perkebunan dan sebagainya, berjumlah 72 dengan
jumlah tempat tidur 7.283.
4. Rumah sakit swasta yang dikelola LSM atau perusahaan LSM penyelenggaraan
rumah sakit swasta ini biasanya dibedakan menjadi rumah sakit yang didirikan
lembaga keagamaan dan rumah sakit netral. Jumlah seluruh rumah sakit swasta
sampai dengan tahun yang sama adalah 35 unit dengan jumlah tempat tidur
34.303.
PERHATIAN KURANG.
Perhatian pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan saat ini
sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari alokasi anggaran untuk Departemen
Kesehatan dari tahun ke tahun sangat rendah, kurang dari 5% dari APBN. Pada
tahun 1997/1998, alokasi anggaran untuk Departemen Kesehatan adalah 4,7% dari
APBN dan hal ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
hanya 3,6%.
Sementara itu di negara-negara yang sudah maju, alokasi anggaran untuk
kesehatan mencapai 6% - 15%. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
alokasi anggaran untuk kesehatan yang ideal adalah sekurang-kurangnya 6% dari
anggaran belanja negara (APBN).
ASURANSI KESEHATAN.
Gangguan kesehatan (penyakit) adalah suatu kondisi yang tidak dapat
diprediksikan timbulnya, namun hampir pasti akan terjadi dalam suatu siklus
kehidupan setiap manusia. Dengan perkataan lain, penyakit adalah salah satu resiko
yang dihadapi oleh setiap manusia yang selanjutnya akan berdampak kepada biaya.
Prevalensi terjadinya rasio sakit serta severity dari resiko sakit tersebut pada setiap
individu sangat bervariasi, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal
maupun eksternal yang mempengaruhi individu tersebut.
Melihat karanteristik tersebut diatas, maka biaya yang timbul akibat
gangguan kesehatan (penyakit) merupakan obyek yang layak diasuransikan.
Asuransi Kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan kesehatan yang telah
Perbedaan Fundamental
antara asursansi kesehatan tradisional dengan managed care.
1. Mills, Anne & Lucy Gilson, Ekonomi Kesehatan Untuk Negara-negara Sedang
Berkembang. Dian Rakyat, Jakarta 1990.
2. Andari, Orie, Peran Asuransi Kesehatan dalm Benchmarking Rumah Sakit,
Seminar Benchmarking Rumah Sakit, Jakarta 27 Juli 2000.
3. Notoatmodjo Soekidjo, Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam Menghadapi
Masa Krisis. Suara Pembaruan Daily, 2001.
---