Anda di halaman 1dari 13

1

A. JUDUL : Ekstrak Jambu Mente (Anacardium occindetanle) sebagai


Pestisida Alami Terhadap Hama Keong Mas (Pomacea Canaliculata)

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini produksi padi di Indonesia banyak mengalami kegagalan.


Kegagalan panen ini dapat disebabkan berbagai faktor diantaranya, karena
bencana alam dan hama tanaman. Oleh karena itu, produksi padi perlu
ditingkatkan dari waktu ke waktu agar kebutuhan pangan masyarakat tercukupi
dan swasembada pangan lestari. Upaya peningkatan produksi tersebut tidak selalu
lancar karena dihadapkan oleh berbagai kendala, antara lain berupa organisme
pengganggu tanaman, Salah satu organisme pengganggu tanaman padi adalah
keong mas (Pomacea sp.)

Sejak beberapa tahun yang lalu, keong mas telah ada di Indonesia dan
menyebar di beberapa pulau penghasil padi. Kehadiran hewan tersebut
menimbulkan persoalan baru karena statusnya sebagai hama tanaman padi,
sehingga diperlukan pengendalian untuk mengatasi hama keong mas tersebut.
Sudah banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini, baik secara
tradisional yaitu dengan cara mengumpulkan keong tersebut dari lahan dan
membuangnya bahkan banyak yang memanfaatkannya untuk tujuan lain, maupun
secara kimiawi yaitu dengan menyemprotkan berbagai jenis pestisida.

Kedua cara ini tidak efektif , yaitu secara tradisional membutuhkan waktu
yang lama dan secara kimiawi berdampak negatif terhadap lingkungan yaitu,
membunuh organisme yang tidak merugikan , merusak unsur hara, dan merusak
sruktur tanah.

Keong emas dari genus Pomacea hadir di Indonesia pada tahun 1980-an.
Keong-keong itu banyak menghuni akuarium di rumah-rumah atau kantor. Dalam
waktu lebih dari lima tahun terjadi kegemparan dari para petani di Sukabumi dan
Tangerang. Lahan sawah mereka diserang keong. Pada 1984 mulai ramai istilah
“Keong Emas” keong itu merusak padi.
2

Peneliti Moluska air tawar pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Ristiyanti Marwoto, mengatakan tidak semua jenis keong
dari genus Pomacea menjadi hama. Yang sudah diidentifikasi yaitu Pomacea
Canaliculata - dari Brasil, Negara tropis yang banyak kemiripannya dengan
Indonesia. Tak hanya Indonesia, keong yang awalnya dipelihara sebagai binatang
peliharaan itu telah menjadi hama pertanian di Thailand, Vietnam, Laos,
Kamboja, Filipina, hingga Korea Selatan. Seperti di Indonesia, upaya
pemberantasan keong sebagai hama di negara-negara itu tak juga tuntas. Di
sawah, keong itu tidak hanya berwarna keemasan, tetapi juga kecoklatan dan
kehijauan. Cirinya adalah menempelkan ratusan telurnya di batang-batang padi,
tanaman liar, atau tanaman lainnya. Kepala Puslit Biologi LIPI Siti Nuramaliati
Prijono menyatakan, keong emas impor itu adalah salah satu jenis tanaman asing
invasif. ”Penjajah” dari negeri asing. Jenis asing invasif adalah jenis flora dan
fauna termasuk mikroorganisme yang berkembang pesat di luar habitat alaminya.
Karena tidak ada musuh alami, binatang itu jadi hama, gulma, serta menebarkan
penyakit pada flora dan fauna asli. Di Indonesia, sebagai kompetitor, predator,
patogen, dan parasit, jenis-jenis asing invasif itu dapat memunahkan jenis asli.

Jambu mente atau jambu monyet berasal dari Brazil, tersebar di daerah
tropik dan ditemukan pada ketinggian antara 1-1.200 m dpl. Jambu mede akan
berbuah lebih baik di daerah beriklim kering dan curah hujan kurang dari 500 mm
per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh di segala macam tanah, asalkan jangan
ditanah lempung yang pekat dan tergenang air. Tanaman jambu mente merupakan
tanaman perkebunan yang cukup berpotensi untuk di kembangkan di Indonesia.
Hal ini karena pertama, tanaman jambu mente dapat ditanam di lahan kritis
sehingga persaingan lahan dengan komoditas lain menjadi kecil, selain itu
tanaman mente juga dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi.

Kedua, tanaman jambu mente merupakan komoditas ekspor, sehingga


potensi pasar cukup luas dan tidak terbatas pada pasar domestik. Ketiga, usaha
tani, perdagangan dan agroindustri mente akan melibatkan banyak tenaga kerja.
Tanaman mente atau Anacardium occidentale. L sangat cocok untuk
dikembangkan di daerah Nusa Tenggara.
3

Jambu mente mengandung 3 senyawa yang sulit diolah yaitu :

• Senyawa tanin, senyawa yang menyebabkankan rasa sepat hingga pahit


pada buah jambu mente. Pada saat buah masih muda konsentrasi tanin
sangat tinggi (maksimal), namun makin tua akan makin berkurang dan
pada saat matang (di pohon) konsentrasi tanin minimal.
• Senyawa asam anakardat, senyawa asam anakardat merupakan senyawa
yang sering menyebabkan rasa gatal-gatal ditenggorokan dan merangsang
batuk.
• Senyawa polifenolat, senyawa polifenolat merupakan senyawa yang
menyebabkan cairan hasil perasan buah jambu mente berwarna kebiruan.

Dari ketiga senyawa di atas, peneliti hanya khusus mengolah asam


askardat dari jambu mente tersebut, karena asam askardat dapat dibuat sebagai
bahan dasar pembuatan pestisida alami

Asam anakardat yang diperoleh dari minyak kulit biji jambu mente
(Cashew Nut Shell Liquid = CNSL) telah dilaporkan oleh para peneliti dapat
membunuh siput Biompalaria glabrata. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai aktivitas moluskisida asam anakardat terhadap keong mas ini
(Pomacea sp.). Analisa Bahan Makanan Fak Kedokteran UI,1992

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meningkatkan produksi padi dengan
cara membuat pestisida alami dari senyawa asam anakardat yang terdapat dalam
minyak kulit jambu mente.

C. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara mengekstrak senyawa asam anakardat dari jambu mente
menjadi sumber pestisida alami yang tidak merusak padi dan lingkungan.

D. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada bagaimana cara ekstrasi
senyawa asam anakardat dari jambu mente sebagai pestisida alami.
4

E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan pestisida alami yang di
ekstraksi dari jambu mente.

F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai suatu acuan dalam
pembuatan pestisida alami dan dapat diproduksi dalam skala industri.

G. TINJAUAN PUSTAKA

Minyak Kulit Jambu Mente


Tanaman jambu mente ( Anacardium occidentale. L) merupakan tanaman
perkebunan yang sedang berkembang di Indonesia dan cukup menarik perhatian,
hal ini karena pertama , tanaman jambu mente dapat ditanam di lahan kritis
sehingga persaingan lahan dengan komoditas lain menjadi kecil dan dapat juga
berfungsi tanaman konservasi, kedua tanaman jambu mente merupakan komoditas
ekspor, sehingga pasar cukup luas dan tidak terbatas pada pasar domestik, ketiga
usaha tani, perdagangn dan agroindustri mente melibatkan banyak tenaga kerja.
Hampir semua bagian dari tanaman jambu mente dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Hasil utama tanaman jambu mente adalah buahnya. Buah
mente terdiri dari buah sejati (biji/gelondong mente) dan buah semu. Produk
utama yang diambil dari tanaman jambu mente adalah bijinya (kacang mente),
sedangkan buah semu jambu mente sering dianggap sebagai produk ikutan.
Bahkan bagi sebagian besar petani buah semu seringkali dibuang begitu saja dan
dianggap sebagai limbah jambu mente. Walaupun demikian, buah semu jambu
mente juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bahan makanan, misalnya
untuk membuat jam, jelly, sirup, sari buah, serta minuman.
Buah semu mente secara keseluruhan terdiri atas daging buah yang lunak
dan mengadung air dalam jumlah yang relatif banyak. Buah semu jambu mente
sebenarna merupakan tangkai yang mengembung. Permasalahan atau kendala
yang sering muncul dalam proses pengolahan jambu mente disebabkab oleh 3
jenis unsur pengganggu :
5

1. Senyawa tanin, senyawa ini yang menyebabkankan rasa sepat hingga pahit
pada buah jambu mente.
2. Senyawa asam anakardat, senyawa asam anakardat merupakan senyawa
yang sering menyebabkan rasa gatat-gatal ditenggorokan dan merangsang
batuk.
3. Senyawa polifenolat, senyawa polifenolat merupakan senyawa yang
menyebabkan cairan hasil perasan buah jambu mente berwarna kebiruan.

Oleh karena itu, sebelum buah jambu mente diolah lebih lanjut menjadi
berbagai makanan dan minuman, ketiga unsur pengganggu tersebut yaitu
mengadung tanin penyebab rasa sepat, senyawa anakardat yang mengakibatkan
rasa gatal di tenggorokan, dan senyawa polifenolat harus dinetralkan terlebih
dahulu.

Untuk menetralkan ketiga unsur-unsur tersebut, dengan beberapa


perlakuan yaitu dengan perendaman memakai garam dapur 2 % selama 24 jam
dan dengan jalan dikukus selama 20 menit, kemudian diolah lebih lanjut sesuai
dengan keperluannya.

Klasifikasi
Regnum Plantae
Devisi Spermatophyta
Anak devisi Angiospermae
Kelas Monochlamydeae (Apetales)
Anak kelas Dialypetalae
Ordo Sapindales
Familia Anarcadiaceae
Genus Anarcadium
Spesies Anarcadium occidentale

.
6

Pengolahan atau penanganan buah semu jambu mente dimaksudkan untuk


menghindari kerusakan yang sekecil mungkin, mengingat buah semu jambu
mente sangat mudah mengalami kerusakan, cepet menjadi lewat masak dan
membusuk. Pada kondisi suhu kamar, buah semu jambu mente umumnya hanya
dapat disimpan maksimal 2 hari, supaya buah tersebut awet/ tahan lama perlu
diolah secara komersial menjadi sirup,abon, sari buah, jelly dan lain-lain.

Senyawa Asam Anakardat

Asam anakardat adalah suatu kelompok dari 4 senyawa yang mempunyai


struktur dasar yang sama yaitu 2-hidroksi-6-alkilbenzoat dengan jumlah atom
karbon yang sama pula. Keempat senyawa tersebut berbeda dalam hal jumlah
ikatan rangkap yang terdapat pada gugus alkilnya yaitu 3 atau 2 atau 1 atau tanpa
ikatan rangkap.

Asam anakardat yang diperoleh dari minyak kulit biji jambu mente
(cashew nut shell liquid = CNSL) telah dilaporkan oleh para peneliti dapat
membunuh siput Biompalaria glabrata. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai aktivitas moluskisida asam anakardat terhadap keong mas ini
(Pomacea sp.). Adanya gugus fenolik, karboksil dan ikatan rangkap pada asam
anakardat berpotensi sebagai gugus yang aktif suatu moluskisida.

Struktur asam anakardat adalah :


7

Struktur umum dari asam anakardat. R adalah suatu rantai alkil panjangnya
variabel, yang mungkin (adalah) dipenuhi atau tak terbungkus.

Rumus molekul :C22H30O3

Berat molekul : 342,4718 g/mol

Asam anakardat bersifat toksik terhadap bakteri (Muroi & Kubo, 1993,
1994), juga terhadap sel kanker leher rahim (HeLa) dan sel kanker payudara
BT-20 (Kubo dkk, 1993). Sitotoksisitas asam anakardat terhadap lini sel L1210
sejauh ini belum terungkap dalam literatur. Oleh karena itu. lini sel tersebut
digunakan dalam penelitian ini untuk menguji sitotoksisitas senyawa-senyawa
yang diduga bersifat sitotoksik terhadap sel abnormal khususnva asam anakardat
dan turunannya. Gugus-gugus fungsi yang diduga berperan dalam sitotoksisitas
asam anakardat adalah karboksil, hidroksil fenolik dan ikatan rangkap pada gugus
alkil. Sejauh ini pengaruh gugus-gugus fungsi terhadap sitotoksisitas asam
anakardat diperoleh dengan membandingkan sitotoksisitas asam anakardat dengan
senyawa-senyawa lain yang mempunyai struktur sejenis (Kubo dkk, 1993).
Seperti dalam hal peran gugus fungsi karboksil diperoleh Kubo dkk dalam
penelitiannya dengan cara membandingkan sitotoksisitas asam anakardat dengan
kardanol. Asam anakardat dan kardanol mempunyai struktur dasar yang sama
yaitu 3-alkilfenol. Perbedaan keduanya hanya terletak pada gugus fungsi
karboksil. Asam anakardat mempunyai gugus fungsi karboksil, sedangkan
kardanol tidak. Peran gugus alkil diperolehnya dengan membandingkan
sitotoksisitas asam anakardat dengan asam salisilat. Kedua senyawa tersebut
mempunyai struktur dasar yang sama yaitu 2- hidroksibenzoat. Keduanya berbeda
hanya dalam gugus alkil. Asam anakardat mempunyai gugus alkil, sedangkan
asam salisilat tidak. Peran gugus fungsi hidroksil fenolik bahkan diperolehnya
8

dengan hanya membandingkan sitotoksisitas kardol yang mempunyai 2 gugus


fungsi hidroksil fenolik dengan kardanol yang hanya mempunyai 1 gugus fungsi
hidroksil fenolik.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih meyakinkan tentang peran


gugus-gugus fungsi (karboksil, ikatan rangkap pada gugus alkil dan hidroksil
fenolik) dalam molekul asam anakardat terhadap sitotoksisitasnya, maka dalam
penelitian ini dilakukan modifikasi gugusi-gugus fungsi tersebut satu per satu
menjadi gugus fungsi lain untuk kemudian masing-masing senyawa yang terjadi
diamati dan diteliti sitotoksisitasnya. Ini merupakan tujuan dari penelitian ini
dalam rangka studi korelasi antara struktur dengan sitotoksisitas asam anakardat
dan turunannya. Untuk rnencapai tujuan di atas dilakukan isolasi asam anakardat
dari CNSL yang diikuti dengan modifikasi ikatan rangkap pada gugus alkil
menjadi ikatan tunggal, gugus fungsi karboksil menjadi metil ester dan gugus
fungsi hidroksil fenolik menjadi metil eter. Asam anakardat diisolasi dari CNSL,
melalui kromatografi kolom dengan mengkombinasi metode Nagabushana &
Ravindranath (1995) dan metode Budiati (1990). Pada metode kombinasi tersebut
isolasi asam anakardat diawali dengan mengggunakan metode Nagahushana &
Ravindranath yang telah diperbaiki tahap elusinya. Asam anakardat yang
diperoleh dimurnikan lebih lanjut dengan menggunakan fasa diam dan eluen yang
digunakan pada metode Budiati. Ternyata asam anakardat yang diperoleh dengan
cara kombinasi tersebut lebih murni (97%) daripada yang diperoleh dari masing-
masing metode (93%).

Modifikasi ikatan rangkap pada gugus alkil menjadi ikatan tunggal


dilakukan melalui hidrogenasi asam anakardat dengan 2 metode yaitu dengan
metode Budiati (1990) dan metode Kiong & Tyman (1981).

Pada metode Vogel digunakan basa kuat dan pelarut yang lebih polar
daripada yang digunakan pada metode Kiong & Tyman. Kedua metode tersebut
menghasilkan 2 senyawa yang menurut analisis spektroskopi merupakan metil
ester asam anakardat dan metil ester metil eter asam anakardat. Metode Kiong &
Tyman menghasilkan metil ester metil eter asam anakardat sebagai produk utama,
9

sedangkan metode Vogel menghasilkan metil ester asam anakardat sebagai


produk utama. Oleh karena itu untuk mendapatkan metii ester asam anakardat
digunakan metode Vogel, sedangkan untuk mendapatkan metil ester metil eter
asam anakardat digunakan metode Kiong & Tyman Metil eter asam anakardat
diperoleh dengan menghidrolisis mctil ester metil eter asam anakardat di atas
melalui metode Paul & Yeddanapalh 11956) yang dimodifikasi yaitu dengan
menggunakan basa yang Iebih kuat i kalwm hidroksida) dan pelarut yang Iebih
polar (metanol-air).

Adanya gugus fenolik, karboksil dan ikatan rangkap pada asam anakardat
berpotensi sebagai gugus yang aktif suatu moluskisida. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah asam anakardat yang diisolasi dari kulit biji jambu
mente memiliki aktivitas moluskisida terhadap (Pomacea sp.). Selain itu ingin
diketahui apakah metilasi terhadap gugus fenolik dan karboksil asam anakardat
mempengaruhi aktivitas moluskisidanya.

H. METODE PENELITIAN
a. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia FMIPA
Universitas Negeri Medan, dimulai pada bulan Maret-Mei 2011.
b. Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini
adalah:
 Alat-alat:
- Seperangkat alat shoklet - Viskomenter Oswald
- Alat rotary evaporator vakum - Botol semprot
- Seperangkat alat titrasi - Kertas saring biasa
- Alat-alat gelas - Lap
- Termomenter 100 0 C - Pisau dan blender
- Pengukur waktu - GC-MS
- Neraca analitik - Spektrofotomenter-IR
- Piknomenter
10

 Bahan-bahan:

- Jambu mente - Asam oksalat


- Aquades - Indicator Phenolphtalein (pp)
- Kloroform - Indikator amilum
- Etanol - Indikator Methyl Orange
- Heksana - Etanol 95%
- H2SO4 95% - HCl 37%
- NaOH - K2Cr2O7
- Natrium thiosulfat(Na2S2O3) - KI dan Pereaksi Kaufmann.

c. Prosedur Kerja

Preparasi Sampel
Kulit biji jambu mente yang diperoleh diiris kecil-kecil, kemudian
dikeringkan dengan cara diletakkan ditempat terbuka dengan sirkulasi udara yang
baik dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Kulit biji jambu mente
yang telah dikeringkan kemudian digiling dengan menggunakan blender hingga
manjadi serbuk.

Ekstraksi
Serbuk biji jambu mente yang telah kering hasil preparasi ditimbang
sebanyak 100 g, kemudian dimasukkan ke dalam alat shoklet. Setelah itu,
dimasukkan 250 mL pelarut kloroform-etanol (perbandingan 3:1; 1:1; dan 1:3)
dan heksana-etanol (perbandingan 3:1; 1:1; dan 1:3) dimana setiap pengerjaan
ekstraksi dilakukan terpisah untuk masing-masing pelarut dalam masing-masing
perbandingan. Setelah terendam, campuran (sampel dan pelarut) dishoklet pada
temperatur 40oC selama 6 jam dan dilakukan 3 kali secara bertingkat dimana
setiap perendaman selama 6 jam, pelarutnya diganti dengan yang baru. Untuk
setiap proses ekstraksi, larutan ekstrak dipisahkan dari ampasnya dengan
penyaringan dan setelah 3 kali ekstraksi filtrat dicampur jadi satu. Selanjutnya,
11

hasil ekstraksi didestilasi pada temperatur 60 0C untuk memisahkan minyak dari


pelarutnya menggunakan alat rotary evaporator vakum.

Minyak (CNSL) yang diperoleh ditentukan rendemennya, diuji kualitasnya


(sifat fisikokimianya: massa jenis dengan alat piknomenter, viskositas dengan alat
viskomenter Oswald, bilangan asam untuk menentukan asam lemak bebas dengan
metode titrasi asam-basa, dan bilangan iod untuk menentukan asam lemak tidak
jenuh dengan metode titrasi iodometri).

Untuk menentukan komponen senyawa utamanya atau uji fenolat dari


hasil penentuan rendemen tertinggi dan sifat fisiko-kimia kategori baik,
ditentukan melalui uji fitokimia (spesifik terhadap pereaksi FeCl3) dan analisis
dengan GC-MS serta untuk mendukung spektra GC-MS ditentukan pula analisis
gugus fungsi mengunakan spektrofotomenter IR.

I. JADWAL KEGIATAN
Dalam waktu 3 bulan dengan tahapan sebagai berikut:
Bulan ke-
No Kegiatan
I II III
1 Persiapan
• Pengumpulan jambu mente
• Persiapan alat dan bahan

2 Pelaksanaan

• Ekstraksi pektin dari kulit durian


• Penentuan rendemen
• Penentuan bilangan iodin
• Penentuan bilangan asam
• Uji pemakaian asam anakardat
terhadap keong mas
12

3 Laporan Hasil Kegiatan


• Penyusunan Laporan
• Pengiriman Laporan akhir

J. BIAYA PENELITIAN
A. Bahan Kimia :
• Cloroform 2L Rp. 875.000,-
• Heksana 1L Rp. 648.000,-
• H2SO4 98% Chemical PA 1L Rp. 985.000,-
• NaOH 2L Rp. 868.000,-
• Asam Oksalat 1L Rp. 981.000,-
• Indikator PP 100 mL Rp.
78.000,-
• Indikator Metyl Orange 100 mL Rp. 91.000,-
• Kertas pH indikator universal 1 paket Rp. 112.000,-
• HCl Merck-100319.2500 2,5 L Rp. 980.000,-
• Etanol 95% Chemical PA 3L Rp. 982.000,-
• Pereaksi Kaufman 1 botol Rp. 254.000,-
Subtotal Rp. 5.344.000,-
B. Peralatan Penunjang PKM
• Tabung reaksi pyrex 1 set Rp. 120.000,-
• Erlenmeyer 250 mL 20 buah Rp. 500.000,-
• Sarung tangan 1 kotak Rp. 50.000,-
• Masker 1 lusin Rp. 24.000,-
Subtotal Rp. 694.000,-
C. Lain-Lain
• Cuci cetak Photo 100 photo @ Rp. 1.000,- Rp. 100.000,-
• Sewa Laboratorium 3 bulan @ Rp. 150.000,- Rp. 450.000,-
• Peralatan Kantor (ATK) Rp. 200.000,-
Subtotal Rp. 750.000,-
13

D. Rekapitulasi biaya Pengeluaran :


A. Bahan Habis Pakai Rp. 5.344.000,-
B. Peralatan Penunjang PKM Rp. 694.000,-
C. Lain-Lain Rp. 750.000,-
Total keseluruhan: Rp 6.788.000,-

K. DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1990. Budidaya tanaman padi. Yogyakarta: Kanisius

Atkins & Carey. 1976. Organic Chemistry. Edisi ke-3. Prentice Hall

Djarijah, Marlina,N., dan Mahedalswara, D. 1995. Jambu Mente dan


Pembudidayaannya. Jakarta : Kanisius

Fakultas Kedokteran UI. 1992. Analisis bahan makanan : Jakarta : UI

Fessenden, R.J. dan Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik.


Jakarta : Erlangga

Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1985. “Encyclopedia of Chemical


Technology”. New York Vol.14 The Interscience Encyclopedia

Morrison, R.T. dan Boyd, R.N. 1983. Organic Chemistry. Boston:


Allyn and Bacon

Winarno, F.G. 1983. “Enzim Pangan”. Jakata: PT. Gramedia

L. Lampiran
1. Daftar riwayat hidup ketua dan anggota pelaksana.
2. Biodata dosen pendamping.

Anda mungkin juga menyukai