Sejak beberapa tahun yang lalu, keong mas telah ada di Indonesia dan
menyebar di beberapa pulau penghasil padi. Kehadiran hewan tersebut
menimbulkan persoalan baru karena statusnya sebagai hama tanaman padi,
sehingga diperlukan pengendalian untuk mengatasi hama keong mas tersebut.
Sudah banyak cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini, baik secara
tradisional yaitu dengan cara mengumpulkan keong tersebut dari lahan dan
membuangnya bahkan banyak yang memanfaatkannya untuk tujuan lain, maupun
secara kimiawi yaitu dengan menyemprotkan berbagai jenis pestisida.
Kedua cara ini tidak efektif , yaitu secara tradisional membutuhkan waktu
yang lama dan secara kimiawi berdampak negatif terhadap lingkungan yaitu,
membunuh organisme yang tidak merugikan , merusak unsur hara, dan merusak
sruktur tanah.
Keong emas dari genus Pomacea hadir di Indonesia pada tahun 1980-an.
Keong-keong itu banyak menghuni akuarium di rumah-rumah atau kantor. Dalam
waktu lebih dari lima tahun terjadi kegemparan dari para petani di Sukabumi dan
Tangerang. Lahan sawah mereka diserang keong. Pada 1984 mulai ramai istilah
“Keong Emas” keong itu merusak padi.
2
Peneliti Moluska air tawar pada Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Ristiyanti Marwoto, mengatakan tidak semua jenis keong
dari genus Pomacea menjadi hama. Yang sudah diidentifikasi yaitu Pomacea
Canaliculata - dari Brasil, Negara tropis yang banyak kemiripannya dengan
Indonesia. Tak hanya Indonesia, keong yang awalnya dipelihara sebagai binatang
peliharaan itu telah menjadi hama pertanian di Thailand, Vietnam, Laos,
Kamboja, Filipina, hingga Korea Selatan. Seperti di Indonesia, upaya
pemberantasan keong sebagai hama di negara-negara itu tak juga tuntas. Di
sawah, keong itu tidak hanya berwarna keemasan, tetapi juga kecoklatan dan
kehijauan. Cirinya adalah menempelkan ratusan telurnya di batang-batang padi,
tanaman liar, atau tanaman lainnya. Kepala Puslit Biologi LIPI Siti Nuramaliati
Prijono menyatakan, keong emas impor itu adalah salah satu jenis tanaman asing
invasif. ”Penjajah” dari negeri asing. Jenis asing invasif adalah jenis flora dan
fauna termasuk mikroorganisme yang berkembang pesat di luar habitat alaminya.
Karena tidak ada musuh alami, binatang itu jadi hama, gulma, serta menebarkan
penyakit pada flora dan fauna asli. Di Indonesia, sebagai kompetitor, predator,
patogen, dan parasit, jenis-jenis asing invasif itu dapat memunahkan jenis asli.
Jambu mente atau jambu monyet berasal dari Brazil, tersebar di daerah
tropik dan ditemukan pada ketinggian antara 1-1.200 m dpl. Jambu mede akan
berbuah lebih baik di daerah beriklim kering dan curah hujan kurang dari 500 mm
per tahun. Tanaman ini dapat tumbuh di segala macam tanah, asalkan jangan
ditanah lempung yang pekat dan tergenang air. Tanaman jambu mente merupakan
tanaman perkebunan yang cukup berpotensi untuk di kembangkan di Indonesia.
Hal ini karena pertama, tanaman jambu mente dapat ditanam di lahan kritis
sehingga persaingan lahan dengan komoditas lain menjadi kecil, selain itu
tanaman mente juga dapat berfungsi sebagai tanaman konservasi.
Asam anakardat yang diperoleh dari minyak kulit biji jambu mente
(Cashew Nut Shell Liquid = CNSL) telah dilaporkan oleh para peneliti dapat
membunuh siput Biompalaria glabrata. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai aktivitas moluskisida asam anakardat terhadap keong mas ini
(Pomacea sp.). Analisa Bahan Makanan Fak Kedokteran UI,1992
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meningkatkan produksi padi dengan
cara membuat pestisida alami dari senyawa asam anakardat yang terdapat dalam
minyak kulit jambu mente.
C. PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara mengekstrak senyawa asam anakardat dari jambu mente
menjadi sumber pestisida alami yang tidak merusak padi dan lingkungan.
D. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada bagaimana cara ekstrasi
senyawa asam anakardat dari jambu mente sebagai pestisida alami.
4
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan pestisida alami yang di
ekstraksi dari jambu mente.
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai suatu acuan dalam
pembuatan pestisida alami dan dapat diproduksi dalam skala industri.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Senyawa tanin, senyawa ini yang menyebabkankan rasa sepat hingga pahit
pada buah jambu mente.
2. Senyawa asam anakardat, senyawa asam anakardat merupakan senyawa
yang sering menyebabkan rasa gatat-gatal ditenggorokan dan merangsang
batuk.
3. Senyawa polifenolat, senyawa polifenolat merupakan senyawa yang
menyebabkan cairan hasil perasan buah jambu mente berwarna kebiruan.
Oleh karena itu, sebelum buah jambu mente diolah lebih lanjut menjadi
berbagai makanan dan minuman, ketiga unsur pengganggu tersebut yaitu
mengadung tanin penyebab rasa sepat, senyawa anakardat yang mengakibatkan
rasa gatal di tenggorokan, dan senyawa polifenolat harus dinetralkan terlebih
dahulu.
Klasifikasi
Regnum Plantae
Devisi Spermatophyta
Anak devisi Angiospermae
Kelas Monochlamydeae (Apetales)
Anak kelas Dialypetalae
Ordo Sapindales
Familia Anarcadiaceae
Genus Anarcadium
Spesies Anarcadium occidentale
.
6
Asam anakardat yang diperoleh dari minyak kulit biji jambu mente
(cashew nut shell liquid = CNSL) telah dilaporkan oleh para peneliti dapat
membunuh siput Biompalaria glabrata. Oleh karena itu menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai aktivitas moluskisida asam anakardat terhadap keong mas ini
(Pomacea sp.). Adanya gugus fenolik, karboksil dan ikatan rangkap pada asam
anakardat berpotensi sebagai gugus yang aktif suatu moluskisida.
Struktur umum dari asam anakardat. R adalah suatu rantai alkil panjangnya
variabel, yang mungkin (adalah) dipenuhi atau tak terbungkus.
Asam anakardat bersifat toksik terhadap bakteri (Muroi & Kubo, 1993,
1994), juga terhadap sel kanker leher rahim (HeLa) dan sel kanker payudara
BT-20 (Kubo dkk, 1993). Sitotoksisitas asam anakardat terhadap lini sel L1210
sejauh ini belum terungkap dalam literatur. Oleh karena itu. lini sel tersebut
digunakan dalam penelitian ini untuk menguji sitotoksisitas senyawa-senyawa
yang diduga bersifat sitotoksik terhadap sel abnormal khususnva asam anakardat
dan turunannya. Gugus-gugus fungsi yang diduga berperan dalam sitotoksisitas
asam anakardat adalah karboksil, hidroksil fenolik dan ikatan rangkap pada gugus
alkil. Sejauh ini pengaruh gugus-gugus fungsi terhadap sitotoksisitas asam
anakardat diperoleh dengan membandingkan sitotoksisitas asam anakardat dengan
senyawa-senyawa lain yang mempunyai struktur sejenis (Kubo dkk, 1993).
Seperti dalam hal peran gugus fungsi karboksil diperoleh Kubo dkk dalam
penelitiannya dengan cara membandingkan sitotoksisitas asam anakardat dengan
kardanol. Asam anakardat dan kardanol mempunyai struktur dasar yang sama
yaitu 3-alkilfenol. Perbedaan keduanya hanya terletak pada gugus fungsi
karboksil. Asam anakardat mempunyai gugus fungsi karboksil, sedangkan
kardanol tidak. Peran gugus alkil diperolehnya dengan membandingkan
sitotoksisitas asam anakardat dengan asam salisilat. Kedua senyawa tersebut
mempunyai struktur dasar yang sama yaitu 2- hidroksibenzoat. Keduanya berbeda
hanya dalam gugus alkil. Asam anakardat mempunyai gugus alkil, sedangkan
asam salisilat tidak. Peran gugus fungsi hidroksil fenolik bahkan diperolehnya
8
Pada metode Vogel digunakan basa kuat dan pelarut yang lebih polar
daripada yang digunakan pada metode Kiong & Tyman. Kedua metode tersebut
menghasilkan 2 senyawa yang menurut analisis spektroskopi merupakan metil
ester asam anakardat dan metil ester metil eter asam anakardat. Metode Kiong &
Tyman menghasilkan metil ester metil eter asam anakardat sebagai produk utama,
9
Adanya gugus fenolik, karboksil dan ikatan rangkap pada asam anakardat
berpotensi sebagai gugus yang aktif suatu moluskisida. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah asam anakardat yang diisolasi dari kulit biji jambu
mente memiliki aktivitas moluskisida terhadap (Pomacea sp.). Selain itu ingin
diketahui apakah metilasi terhadap gugus fenolik dan karboksil asam anakardat
mempengaruhi aktivitas moluskisidanya.
H. METODE PENELITIAN
a. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia FMIPA
Universitas Negeri Medan, dimulai pada bulan Maret-Mei 2011.
b. Alat dan Bahan
Alat-alat dan bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini
adalah:
Alat-alat:
- Seperangkat alat shoklet - Viskomenter Oswald
- Alat rotary evaporator vakum - Botol semprot
- Seperangkat alat titrasi - Kertas saring biasa
- Alat-alat gelas - Lap
- Termomenter 100 0 C - Pisau dan blender
- Pengukur waktu - GC-MS
- Neraca analitik - Spektrofotomenter-IR
- Piknomenter
10
Bahan-bahan:
c. Prosedur Kerja
Preparasi Sampel
Kulit biji jambu mente yang diperoleh diiris kecil-kecil, kemudian
dikeringkan dengan cara diletakkan ditempat terbuka dengan sirkulasi udara yang
baik dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Kulit biji jambu mente
yang telah dikeringkan kemudian digiling dengan menggunakan blender hingga
manjadi serbuk.
Ekstraksi
Serbuk biji jambu mente yang telah kering hasil preparasi ditimbang
sebanyak 100 g, kemudian dimasukkan ke dalam alat shoklet. Setelah itu,
dimasukkan 250 mL pelarut kloroform-etanol (perbandingan 3:1; 1:1; dan 1:3)
dan heksana-etanol (perbandingan 3:1; 1:1; dan 1:3) dimana setiap pengerjaan
ekstraksi dilakukan terpisah untuk masing-masing pelarut dalam masing-masing
perbandingan. Setelah terendam, campuran (sampel dan pelarut) dishoklet pada
temperatur 40oC selama 6 jam dan dilakukan 3 kali secara bertingkat dimana
setiap perendaman selama 6 jam, pelarutnya diganti dengan yang baru. Untuk
setiap proses ekstraksi, larutan ekstrak dipisahkan dari ampasnya dengan
penyaringan dan setelah 3 kali ekstraksi filtrat dicampur jadi satu. Selanjutnya,
11
I. JADWAL KEGIATAN
Dalam waktu 3 bulan dengan tahapan sebagai berikut:
Bulan ke-
No Kegiatan
I II III
1 Persiapan
• Pengumpulan jambu mente
• Persiapan alat dan bahan
2 Pelaksanaan
J. BIAYA PENELITIAN
A. Bahan Kimia :
• Cloroform 2L Rp. 875.000,-
• Heksana 1L Rp. 648.000,-
• H2SO4 98% Chemical PA 1L Rp. 985.000,-
• NaOH 2L Rp. 868.000,-
• Asam Oksalat 1L Rp. 981.000,-
• Indikator PP 100 mL Rp.
78.000,-
• Indikator Metyl Orange 100 mL Rp. 91.000,-
• Kertas pH indikator universal 1 paket Rp. 112.000,-
• HCl Merck-100319.2500 2,5 L Rp. 980.000,-
• Etanol 95% Chemical PA 3L Rp. 982.000,-
• Pereaksi Kaufman 1 botol Rp. 254.000,-
Subtotal Rp. 5.344.000,-
B. Peralatan Penunjang PKM
• Tabung reaksi pyrex 1 set Rp. 120.000,-
• Erlenmeyer 250 mL 20 buah Rp. 500.000,-
• Sarung tangan 1 kotak Rp. 50.000,-
• Masker 1 lusin Rp. 24.000,-
Subtotal Rp. 694.000,-
C. Lain-Lain
• Cuci cetak Photo 100 photo @ Rp. 1.000,- Rp. 100.000,-
• Sewa Laboratorium 3 bulan @ Rp. 150.000,- Rp. 450.000,-
• Peralatan Kantor (ATK) Rp. 200.000,-
Subtotal Rp. 750.000,-
13
K. DAFTAR PUSTAKA
Atkins & Carey. 1976. Organic Chemistry. Edisi ke-3. Prentice Hall
L. Lampiran
1. Daftar riwayat hidup ketua dan anggota pelaksana.
2. Biodata dosen pendamping.