Respirasi Anaerob
OLEH :
Kelompok 4
Kelas B
2008
Pernafasan anaerob sebenarnya dapat juga berlangsung di dalam udara yang bebas,
akan tetapi proses ini tidak menggunakan O2 yang tesedia di dalam udara itu. Pernafasan
anaerob juga lazim disebut fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi itu anaerob. Tujuan
fermentasi sama saja dengan tujuan respirasi, yaitu untuk memperoleh energi. Energi yang
didapatkan dengan jalan fermentasi jauh kurangnya dari pada energi yang diperoleh dengan
pernafasan biasa.
Fermentasi yang banyak diselidiki ialah peragian alkohol atau alkoholisasi. Meskipun
pembuatan minuman keras itu telah dikenal sejak permulaan sejarah mnusia, namun baru di
dalam abad ke-19 diketahui orang, bahwa lakohol yang timbul itu disebabkan oleh
mikroorganisme bersel satu yang disebut tagi ( Saccharomyces ) ; peristiwa ini ditemukan
oleh Pasteur ( 1857 ). Kemudian oleh Buchner ( 1896 ) dibuktikan, bahwa alkoholisasi itu tak
mutlak dilakukan oleh sel-sel ragi yang masih hidup. Ternyata sel-sel yang sudah dimatikan
dengan digilas pun dapat melangsungkan peristiwa tersebut. Akbhirnya jelaslah, bahwa sel-
sel ragi itu mengandung zat-zat yang menyelenggarakan alkoholisasi tersebut, dan zat-zat itu
sekarang kita sebut zimase.
Jadi cukup jelaslah, bahwa sel-sel ragi itu suatu contoh mikroorganisme yang
mendapatkan energi yang dibutuhkan dengan respirasi anaerob. Adapun subtract yang
terbongkar berupa heksosa pula, akan tetapi heksosa ini tidak terurai selengkapnya menjadi
H2O daan CO2 . Persamaannya biasa dituliskan sebagai berikut :
Pada umumnya, respirasi anaerob pada jaringan-jaringan di dalam tubuh tanaman tinggi
itu hanya terjadi, jika persediaan oksigen bebas ada di bawah minimum. Tiap jaringan
tanaman mempunyai lain tanggapan terhadap ini. Kecambah jagung misalnya tidak dapat
mempertahankan hidupnya di dalam suatu tempat yang tidak ada oksigennya sama sekali,
sedang buah-buah apel dan peer dapat bertahan berbulan-bulan di dalam penyimpanan,
dimana hanya ada hidrogen atau nitrogen saja. Buah-buah tersebut ini terus-menerus
menghasilkan CO2, suatu tanda bahwa buah-buah itu mengadakan respirasi terus.
Selanjutnya, respirasi anaerob berlangsung pada biji-bijian seperti jagung, kacang, padi,
biji bunga matahari dan lain-lainnya lagi yang tampak kering. Akan tetapi pada buah-buahan
yang basah dan berdaging pun terdapat respirasi anaerob. Hasil respirasi anaerob di dalam
jaringan-jaringan tanaman tinggi tersebut kebanyakan bukan alkohol, melainkan bermacam-
macam asam organik seperti asam sitrat, asam malat, asam oksalat, asam tartrat, dan asam
laktat.
Pada banyak tanaman yang tumbuh didarat, penggenangan dalam air yang agak lama
dapat menjadi suatu ancaman bagi kehidupannya. Respirasi aerob terhenti sama sekali,
sedang respirasi anaerob tak mungkin mencukupi energi yang dibutuhkannya, akumulasi dari
hasil-akhir respirasi itu lama kelamaan merupakan racun bagi jaringan-jaringan yang
tersangkut.
Sebaliknya pada tanaman air, respirasi aerob dapat berlangsung terus karena terdapat
aerenkim, jadi meskipun selalu berada di dalam air, tanaman tersebut tidak perlu melakukan
pernafasan anaerob, kecuali jika keadaan memaksa. Hal ini dapat diketahui contohnya pada
akar dari Nymphaea advena dan beberapa tanaman air lainnya yang mampu mengadakan
kedua macam respirasi menurut kebutuhan.
Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa jaringan ataupun mikroorganisme yang dapat
melangsungkan respirasi anaerob itu lebih mengutamakan respirasi aerob jika ada
kesempatan, sebab dengan respirasi aerob itu dapat diperoleh lebih banyak energi daripada
dengan jalan respirasi anaerob. Perubahan sikap yang demikian disebut efek Pasteur.
Sebenarnya pengubahan heksosa menjadi CO2 dan H2O atau menjadi etanol maupun
menjadi asam susu itu tidak berlangsung sekali jadi, melainkan bertingkat-tingkat.
B. TUJUAN
– Mengukur laju respirasi anaerob ragi melalui pembentukan CO2 yang dipengaruhi
oleh temperatur, durasi pemanasan, konsentrasi ragi dan konsentrasi substrat.
D. CARA KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
– Laju Respirasi Anaerob
E. PEMBAHASAN
Pernafasan anaerob seringkali disebut juga sebagai fermentasi, meskipun tidak semua
fermentasi itu anaerob. Respirasi anaerob berarti respirasi dengan kadar oksigen yang kurang
atau tidak dan dihasilkan senyawa selain karbodioksida seperti alkohol, asetildehida atau
asam asetat dengan sedikit energi. Respirasi anaerob bertujuan untuk memperoleh energi
tanpa menggunakan oksigen. Pada praktikum kali ini, substrat yang digunakan adalah larutan
sukrosa. Digunakan sel-sel ragi yang merupakan contoh mikroorganisme yang mendapatkan
energi yang dibutuhkannya dengan respirasi anaerob. Ragi memiliki enzim fermentasi yang
menghasilkan CO2 dan etanol.
Adapun indikator terjadinya proses respirasi anaerob pada praktikum kali ini adalah
terbentuknya gelembung-gelembung udara yaitu CO2 dan perubahan tinggi CO2 yang
terbentuk pada tabung fermentasi. Dapat dikatakan, tabung fermentasi dapat mengukur
jumlah CO2 secara tidak langsung.
Fermentasi sebagai proses katabolisme anaerob mengahasilkan CO2 sebagai hasil
samping. Sehingga, dengan mengukur jumlah CO2 yang terbentuk dalam tabung Kuhne akan
terukur pula laju fermentasi (respirasi anaerob).
Dalam praktikum ini, ragi bertindak sebagai organisme yang akan melakukan
fermentasi (respirasi anaerob). Dari data hasil pengamatan, tampak bahwa pada konsentrasi
sukrosa yang sama dan pada suhu serta waktu perendaman yang sama, laju respirasi anaerob
pada konsentrasi ragi yang lebih besar menunjukkan angka yang lebih besar pula. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi ragi sebanding dengan peningkatan laju
respirasi anaerob. Hal ini terjadi dikarenakan semakin tinggi konsentrasi ragi menunjukkan
semakin banyak pula organisme yang melakukan kegiatan respirasi anaerob. Akibatnya, CO2
yang dihasilkan dan dapat diukur semakin banyak, laju respirasi anaerob semakin cepat.
Sukrosa bertindak sebagai medium yang difermentasi oleh ragi. Dari data hasil
pengamatan, tampak bahwa pada konsentrasi ragi yang sama dan pada suhu serta waktu
perendaman yang sama, laju respirasi anaerob pada konsentrasi sukrosa yang lebih besar
menunjukkan angka yang lebih besar pula. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa peningkatan
konsentrasi sukrosa sebanding dengan peningkatan laju respirasi anaerob. Hal ini terjadi
dikarenakan semakin tinggi konsentrasi sukrosa menunjukkan semakin kaya pula medium
tempat hdup organisme yang melakukan kegiatan respirasi anaerob (ragi). Akibatnya,
semakin banyak bahan yang difermentasi. Sehingga fermentasi semakin giat dilakukan oleh
seluruh ragi. CO2 yang dihasilkan dan dapat diukur punsemakin banyak, laju respirasi
anaerob semakin cepat.
Dari data hasil pengamatan, tampak bahwa pada konsentrasi ragi yang sama dan pada
konsentrasi sukrosa yang sama, terdapat kecenderungan bahwa laju respirasi anaerob pada
suhu 35oC lebih besar dari pada suhu 25oC. Hal ini menunjukkan bahwa suhu 35oC
merupakan suhu yang lebih optimum bagi berlangsungnya peroses fermentasi (respirasi
anaerob). Pada suhu optimumnya, organisme akan melakukkan kegiatan metabolisme yang
lebih optimal. Sehingga CO2 yang dihasilkan pun lebih banyak. Akibatnya, CO2 yang
dihasilkan dan dapat diukur pun semakin banyak, laju respirasi anaerob semakin cepat.
F. JAWABAN PERTANYAAN
1. Pada temperature berapa laju respirasi tertinggi dan pada temperatur berapa
laju terendah ?
Jawab :
Berdasarkan hasil percobaan, dihasilkan data bahwa :
-Laju respirasi tertinggi pada temperature 25oC
(dengan sukrosa 3%, ragi 1%, dan waktu perendaman 15 menit )
-Laju respirasi terendah juga pada temperature 25oC
(dengan sukrosa 2%, ragi 0,5%, dan waktu perendaman 15 menit)
2. Berapa lama pemanasan yang paling optimum untuk respirasi ?
Jawab :
Pemanasan optimum selama 15 menit
3. Pada konsentrasi ragi berapa yang menghasilkan laju respirasi tertinggi ?
Jawab :
Laju respirasi tertinggi dihasilkan oleh ragi dengan konsentrasi 1%
4. Pada konsentrasi sukrosa berapa yang menghasilkan laju respirasi
tertinggi ?
Jawab :
Laju repirasi tertinggi dihasilkan oleh sukrosa dengan konsentrasi 3%
5. Dari data yang diperoleh, perlakuan manakah yang dapat mempertinggi laju
respirasi dan menurunkan laju respirasi ?
Jawab :
– Perlakuan yang dapat mempertinggi laju respirasi adalah konsentrasi
sukrosa, konsentrasi ragi, lama pemanasan semakin besar konsentrasi
sukrosa dan konsentrasi ragi maka laju respirasi semakin cepat.
– Perlakuan yang dapat menurunkan laju respirasi juga adalah konsentrasi
sukrosa, konsentrasi ragi, lama pemanasan semakin kecil konsentrasi
sukrosa dan konsentrasi ragi maka laju respirasi semakin
lambat/menurun.
Dengan kata lain, bahwa konsentrasi sukrosa dan konsentrasi ragi
berbanding lurus dengan laju respirasi
1. Berapakah nilai laju tertinggi dan terendah respirasi anaerob pada ragi ?
Jawab :
Nilai laju respirasi tertinggi : 0,1 ml/menit
Nilai laju respirasi terendah : 0,02 ml/menit
E. KESIMPULAN
1. Laju fermentasi sebanding dengan konsentrasi sukrosa. Artinya, semakin
besar konsentrasi sukrosa, semakin cepat laju transpirasi.
2. Laju fermentasi sebanding dengan konsentrasi ragi. Artinya, semakin besar
konsentrasi ragi, semakin cepat laju transpirasi.
3. Suhu 350 C merupakan suhu optimum bagi berlangsungnya proses
fotosintesis.
DAFTAR PUSTAKA
Salisbury B. Frank et al. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 1. Bandung: Penerbit ITB
Laporan Praktikum
Tanpa nama (2008). Agronomi, Pertanian dan Tanaman. [Online].
Tersedia:http://www.agricamedia.blogspot.com[10 oktober 2010]